OLEH :
Kelompok 5
Nama Kelompok :
PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2019
Aktivitas ekonomi di Indonesia dapat dibagi ke dalam sektor privat, sektor publik
dan sektor nir laba. Khususnya di sektor publik dikenal adanya dua entitas yaitu
entitas akuntansi dan entitas pelaporan. Entitas akuntansi merupakan unit
pemerintahan yang mengelola anggaran, aset dan kewajiban yang
menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan laporan keuangan atas dasar
akuntansi yang diselenggarakannya. Sedangkan entitas pelaporan merupakan unit
pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut
ketentuan perundang-undangan wajib menyajikan laporan pertanggungjawaban
berupa laporan keuangan yang bertujuan umum yang terdiri dari :
a. Pemerintah pusat
b. Pemerintah daerah
c. Masing-masing kementerian negara atau lembaga di lingkungan pemerintah
pusat
d. Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi
lainnya.
Pada organisasi Pemerintah Daerah laporan keuangan yang dikehendaki diatur oleh
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 105 tahun 2000, Kepmendagri Nomor 29 tahun
2002 pasal 81 ayat (1) serta lampiran XXIX butir (11), PP nomor 58 tahun 2005
tentang pengelolaan keuangan daerah, Permendagri nomor 13 tahun 2003 tahun
2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, PP nonor 24 tahun 2005
mengenai Standar Akuntansi Pemerintahan yang diperbarui lagi melalui PP Nomor
71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Sesuai PP nomor 71 tahun
2010, laporan keuangan terdiri dari :
a. Laporan realisasi anggaran (LRA)
b. Laporan perubahan saldo anggaran lebih (SAL)
c. Neraca
d. Laporan Operasional (LO)
e. Laporan arus kas (LAK)
f. Laporan perubahan ekuitas (LKE)
g. Catatan atas laporan keuangan (CaLK).
1
Terdapat perbedaan mendasar antara Standar Akuntansi Pemerintah menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 dengan Standar Akuntansi Pemerintah
berdasarkan PP nomor 71 tahun 2010. Perbedaan mendasar tersebut adalah pada
pemakaian basis pencatatan. Jika SAP tahun 2005 menggunakan basis kas
modifikasi atau basis menuju akrual, yang penjelasannya adalah untuk mencatat
aset, kewajiban dan ekuitas menggunakan basis akrual, untuk pencatatan
pendapatan dan belanja menggunakan basis kas. Pada SAP sesuai PP 71 tahun
2010 sudah ditegaskan bahwa Pemerintah Daerah harus berkomitmen
menggunakan basis akrual dalam setiap pencatatan keuangannya.
(Semakin tinggi rasio di atas maka semakain baik kinerja suatu lembaga
sektor publik.)
2
2. Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah, setiap pemerintahan telah memiliki
estimasi Pendapatan Asli Daerah yang tentunya disusun berdasarkan potensi-
potensi yang dimiliki suatu daerah. Tidak tertutup kemungkinan dalam
realisasinya, Pendapatan Asli Daerah lebih besar atau lebih kecil dari yang
telah diestimasikan. Rasio Efektivitas PAD ini menunjukkan seberapa efektif
suatu daerah dalam merealisasikan PAD yang telah dianggarkan tersebut.
Dapat dirumuskan sebagai berikut :
Realisasi Penerimaan PAD
𝑅asio Efektivitas =
Target Penerimaan PAD
(Semakin tinggi rasio di atas maka semakin baik kinerja suatu lembaga sektor
publik, karena semua rencana benar-benar terlaksana dan hal itu berarti bahwa
kinerjanya terbukti)
3
diharapkan adanya pemerataan pelaksanaan dalam tiap periodenya. Apabila
dalam tiap periodenya tidak merata berarti ada pemanfaatan tenaga kerja tidak
merata pula. Terkadang pula dalam pelaporan triwulan khususnya pada
triwulan awal belanja akan diperkecil sehingga laporan APBD terlihat surplus
(dengan asumsi realisasi penerimaan sesuai dengan anggaran) ini berarti akan
terjadi penumpukan beban pada triwulan akhir.
Total Belanja Rutin
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑅𝑢𝑡𝑖𝑛 =
Total APBD
Rasio Aktivitas ini akan melihat keserasian antara belanja rutin terhadap APBD
dan keserasian antara belanja pembangunan terhadap APBD.
4
7. Debt Service Coverage Ratio (DSCR), dalam melaksanakan roda
pemerintahan, tiap daerah diperbolehkan untuk melakukan pinjaman dari pihak
luar, namun pemerintah harus memiliki rasio DSCR minimal 2,5. Rasio DSCR
tersebut akan menggambarkan kemampuan dalam melakukan pembayaran
pinjaman dari pihak ketiga tersebut. DSCR dihitung dengan melakukan
perbandingan antara penjumlahan PAD, Bagian Daerah (BD), dan Dana
Alokasi Umum (DAU) dikurangi Belanja Wajib (BW) dengan penjumlahan
angsuran pokok, bunga dan biaya pinjaman lainnya yang jatuh tempo.
Dapat dirumuskan sebagai berikut :
DSCR = (PAD+BD+DAU-BW)
(Angsuran Pokok+Bunga+Biaya pinjaman jatuh tempo)
5
d. Pertumbuhan Pendapatan = Mengukur perubahan dari Pendapatan antara
satu periode dengan periode yang lain.
Rumusnya : (Pendapatan akhir – Pendapatan Awal) (100%) / Pendapatan
awal
6
Kesimpulan
Penggunaan analisis rasio keuangan pada sektor publik belum begitu banyak
dilakukan, sehingga secara teori belum ada kesepakatan mengenai nama dan
kaidah pengukurannya (Abdul Halim, 2007 : 231). Meskipun demikian, dalam
rangka pengelolaan keuangan daerah yang transparan dan akuntabel, analisis rasio
keuangan terhadap laporan keuangan Pemda perlu dilaksanakan, meskipun kaidah
akuntansi dalam laporan keuangan Pemda berbeda dengan laporan keuangan yang
dimiliki organisasi privat. Pemda yang memiliki tugas menjalankan kegiatan
pembangunan.
4. Masyarakat dan kreditur, sebagai pihak yang akan turut memiliki saham
pemerintah daerah, bersedia memberi pinjaman ataupun membeli
obligasi.
7
Daftar Pustaka