Dokumen
Dokumen
Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena dengan
karunianya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk menambah pengetahuan kepada pembaca dan mahasiswa.
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar…………………………………………………………….……………….. 1
Daftar Isi…………………………………………………………….………………………….. 2
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………….………… 12
3.2 Saran………………………………………………………………………….…………..
2.1MANAJEMEN RESIKO
PT Pertamina Training & Consulting sebagai Anak Perusahaan PT Pertamina (Persero) yang
bergerak dalam bisnis penunjang (non core business), menyadari bahwa bidang usaha yang
kami jalankan mengandung risiko yang harus dikelola secara komprehensif, efektif dan efisien
untuk memberikan assurance terkait keberlangsungan bisnis, profitabilitas dan pertumbuhan
usaha yang sejalan dengan visi, misi, serta strategi perusahaan.
Penerapan manajemen risiko menjadi tanggung jawab Direksi, Jajaran Manajemen dan seluruh
Pekerja PT Pertamina Training & Consulting. Kesadaran akan risiko (risk awareness) akan
terus ditanamkan di setiap jenjang organisasi dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari budaya perusahaan.
PT Pertamina Training & Consulting menerapkan konsep dalam pengelolaan risiko, dimana
pengelolaan risiko dilakukan oleh semua organisasi, dan dilakukan pengawasan (oversight)
oleh Dewan Komisaris dan Direksi. Sebagai risk owner, seluruh unit bisnis dan unit pendukung
berfungsi sebagai yang mengelola risiko terkait unit kerjanya. Sementara itu, Satuan Kerja
Manajemen Risiko dan Satuan Kerja Kepatuhan berfungsi sebagai Second Line of Defence
yang memantau penerapan kebijakan dan memberikan panduan dalam pengelolaan risiko.
Sedangkan Divisi Internal Audit sebagai bertugas memberikan independent assurance terhadap
penerapan manajemen risiko di PT Pertamina Training & Consulting. Oleh karena itu, Direksi,
Jajaran Manajemen dan seluruh Pekerja PT Pertamina Training & Consulting berkomitmen
untuk:
Menerapkan manajemen risiko secara komprehensif, efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
perusahaan;
Mempertimbangkan risiko pada setiap perencanaan bisnis dan pada setiap pengambilan keputusan
manajemen dengan menentukan tingkat toleransi risiko;
Menyediakan dan mengalokasikan sumberdaya yang cukup untuk mengoptimalkan penerapan three
lines of defense, termasuk dalam peningkatan kompetensi seluruh Pekerja dalam bidang pengelolaan
risiko;
Menanamkan kesadaran akan risiko di setiap jenjang organisasi sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dari Budaya Perusahawan selalu akan bertemu dengan ketidakpastian, sehingga
ketidakpastian dalam bisnis akan menimbulkan risiko yang akan memberikan
ancaman (biaya, kerugian dll) bagi perusahaan. Oleh karena itu setiap risiko yang
terjadi didalam aktivitas bisnis harus senantiasa diminimalisasi. Dengan demikian
untuk meminimalisasi risiko, perusahaan menerapkan pengendalian risiko karena
dengan adanya penerapan pengendalian risiko yang efektif dapat menjadi hal yang
baik bagi perusahaan untuk mencapai tujuannya.
Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau tidak
tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak
pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Menurut
Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan
dikenal dengan istilah peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang
menimbulkan akibat yang merugikan disebut dengan istilah resiko (risk). Dalam
beberapa tahun terakhir, manajemen resiko menjadi trend utama baik dalam
perbincangan, praktik, maupun pelatihan kerja. Hal ini secara konkret
menunjukkan pentingnya manajemen resiko dalam bisnis pada masa kini.
Mengapa resiko harus dikelola? Jawabannya tidak sulit ditebak, yaitu karena
resiko mengandung biaya yang tidak sedikit. Bayangkan suatu kejadian di mana
suatu perusahaan sepatu yang mengalami kebakaran. Kerugian langsung dari
peristiwa tersebut adalah kerugian finansial akibat asset yang terbakar. Namun
juga dilihat kerugian tidak langsungnya, seperti tidak bisa beroperasinya
perusahaan selama beberapa bulan sehingga menghentikan arus kas. Akibat
lainnya adalah macetnya pembayaran hutang kepada supplier dan kreditor
karena terhentinya arus kas yang akhirnya akan menurunkan kredibilitas dan
hubungan baik perusahaan dengan partner bisnis tersebut.
PT Kereta Api Indonesia (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang bergerak pada bidang transportasi. Satuan pengawasan
internal sebagai bagian dari BUMN yang melaksanakan fungsi pengendalian dan
pengawasan mau tidak mau harus meningkatkan perannya, sehingga
keberadaanya dapat menunjang profesionalitas BUMN. Pengendalian risiko
secara umum diartikan sebagai suatu kejadian/kondisi yang berkaitan dengan
hambatan dalam pencapaian tujuan. Pengertian risiko berkaitan dengan adanya
tujuan, sehingga apabila tidak ada tujuan yang ditetapkan maka tidak ada risiko
yang harus dihadapi.
Risiko yang terjadi didalam PT Kereta Api Indonesia (Persero) merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari proses organisasi, pengendalian risiko menjadi bagian
yang tak terpisahkan dari tanggung jawab manajemen, dalam memastikan
tercapainya sasaran organisasi. Sehingga pengendalian risiko dapat meningkatkan
efektifitas dan efesiensi manajemen, karena semua risiko yang dapat
menghambat proses organisasi telah diidentifikasikan dengan baik, maka cara
untuk mengatasi gangguan kelancaran proses organisasi telah diantisipasi
sebelumnya, sehingga bila gangguan tersebut memang terjadi maka organisasi
telah siap untuk menanganinya dengan baik.
2.Memperkuat posisinya sebagai perusahaan penyedia Bahan Bakar Minyak(BBM) berkelas dunia
Dengan dibukanya pasar dunia, yang mengakibatkan masuknya pemainasing dalam industri domesti
k, menuntut Pertamina untuk dapat bersaingdengan perusahaan multinasional. Dengan strategi unt
uk memasuki pasarglobal diharapkan dapat:
3.Menjadi pemain global dalam industri Bahan Bakar Minyak (BBM) dunia
Dalam rangka mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar danmenjadi pemain global, Perta
mina menaikkan standard sesuai dengan standardyang digunakan oleh perusahaan Bahan Bakar Min
yak (BBM) multinasional,sebagai penyedia Bahan Bakar Minyak (BBM)
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang telah mencapai tahap akhir negosiasi dan
berhasil menjadi milik Perseroan.
Melaksanakan pengusahaan dan pemasaran Liquified Natural Gas (LNG) dan produk lain yang
dihasilkan dari kilang LNG.
Menyelenggarakan kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha
sebagaimana dimaksud untuk mengetahui manajemen Resiko PT. Pertamina Persero
Untuk mengetahui analisis swot PT. Pertamina Persero
Mengusahakan keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan Perseroan secara efektif dan
efisien
Memberikan kontribusi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi untuk kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat
BAB II
PEMBAHASAN
Masa Kemerdekaan
Pada 1950-
an, ketika penyelenggaraan negara mulai berjalan normalseusai perang mempertahankan kemerdek
aan, Pemerintah Republik Indonesiamulai menginventarisasi sumber-
sumber pendapatan negara, diantaranya dariminyak dan gas. Namun saat itu, pengelolaan ladang-
ladang minyak peninggalan Belanda terlihat tidak tekendali dan penuh dengan sengketa.Misalnya di
Sumatera Utara banyak perusahaan kecil yang saling berebut untukmenguasai ladang tersebut.
Pada tahun 1960, PT PERMINA direstrukturisasi menjadi PN PERMINAsebagai tindak lanjut dari kebij
akan pemerintah bahwa pihak yang berhakmelakukan eksplorasi minyak dan gas di Indonesia adalah
negara. Melalui satuPeraturan Pemerintah yang dikeluarkan Presiden pada 20 Agustus 1968, PNPER
MINA yang bergerak di bidang produksi digabung dengan PNPERTAMIN yang bergerak di bidang pe
masaran guna menyatukan tenaga,modal dan sumber daya yang kala itu sangat terbatas. Perusahaa
n gabungantersebut dinamakan PN Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional(Pertamina).
1. Strength (Kekuatan)
Produk dari PERTAMINA sudah memiliki pengakuan dari dunia internasional. Diantaranya
produk oli dari PERTAMINA yang sudah memiliki sertifikat ISO.
PERTAMINA sudah bergerak di bidang migas di indonesia sejak tahun 1968. Dengan
pengalaman yang cukup lama di bidang migas, faktor ini dapat menjadi salah satu nilai tambah.
Pengalaman dan pengakuan dari dunia internasional berhubungan dengan dunia migas menjadikan
PERTAMINA cukup disegani dibidang migas.
2. Weaknesses (Kelemahan)
Kurangnya modal
Kendala PERTAMINA saat ini adalah kekurangannya modal dalam hal kegiatan eksplorasi dan
eksploitasi sumber daya alam, sehingga pihak manajemen membangun kerjasama dengan pihak asing
untuk melakukan tersebut.
Birokrasi yang terlalu rumit menghambat proses pengambilan keputusan karena terlalu
banyak waktu yang terbuang untuk menjalankan suatu keputusan.
Sumber daya manusia di PT. PERTAMINA banyak yang penempatan dan penggunaannya tidak
maksimal sehingga menggurangi efektifitas dan efisiensi perusahaan.
Peningkatan permintaan pasar yang membutuhkan arus distribusi barang yang tinggi dapat
terhambat dengan kurangnya jumlah armada pengangkut barang yang ada sekarang ini.
Ketergantungan pasokan pada satu pemasok, sehingga apabila terjadi keterlambatan pasokan produk
akan mengganggu operasional perusahaan.
3. Opportunities (Peluang)
Penggunaan migas yang merupakan salah satu kebutuhan pokok dunia saat ini membuat
permintaan akan produk ini tetap tinggi walaupun terjadi gejolak harga.
PERTAMINA dapat menjual BBM dengan harga murah karena pemanfaatan dari subsidi
pemerintah. Hal ini dapat digunakan PERTAMINA sebagai salah satu kesempatan untuk menguasai
pasar migas di Indonesia.
Sumber cadangan migas yang tersedia di Indonesia masih cukup banyak yang belum
tereksplorasi. Cadangan minyak ini dapat digunakan PERTAMINA untuk meningkatkan penjualan
dalam memenuhi permintaan pasar.
Produk (dengan nilai oktan tinggi yang menghasilkan pembakaran yang lebih bersih, non subsidi) yang
bisa jadi menggantikan dominasi penjualan premium.
4. Threats (Ancaman)
Dengan masuknya pihak swasta yang bergerak di bidang Non-BBM cakupan pasar PERTAMINA
dalam hal Non-BBM seperti oli menjadi berkurang. Hal ini menjadikan pendapatan PERTAMINA
menjadi berkurang.
Makin banyaknya pihak swasta yang melakukan eksplorasi migas di wilayah Indonesia.
Pihak swasta yang melakukan eksplorasi Migas di Indonesia kadang mempunyai dana dan
peralatan yang lebih bagus dibanding PERTAMINA hal ini menyebabkan lahan minyak mentah yang
kaya akan cadangan minyak akhirnya dikelola oleh pihak swasta.
Pengaruh Intervensi
Pasar bebas
Dengan adanya pasar bebas, perusahaan asing yang bergerak di bidang migas diperbolehkan
untuk memasarkan hasil produksinya di wilayah Indonesia. Hal ini akan meningkatkan persaingan
bisnis yang ketat.
Image bahwa produk yang ditawarkan kompetior (Shell dan Petronas) memiliki tingkat kualitas yang
lebih baik menjadikan ketertarikan konsumen untuk berganti produk konsumsi.
B. PROFIL PERUSAHAAN
Sebagai lokomotif perekonomian bangsa Pertamina merupakan perusahaan
milik negara yang bergerak di bidang energi meliputi minyak, gas serta energi baru
dan terbarukan.Pertamina menjalankan kegiatan bisnisnya berdasarkan prinsip-
prinsip tata kelola korporasi yang baik sehingga dapat berdaya saing yang tinggi di
dalam era globalisasi.
Dengan pengalaman lebih dari 55 tahun, Pertamina semakin percaya diri untuk
berkomitmen
Potensi cadangan gas metana Indonesia yang besar dikelola secara serius yang di
Potensi cadangan gas metana Indonesia yang besar dikelola secara serius
yang dimana saat ini Pertamina telah memiliki 6 Production Sharing Contract (PSC)-
CBM.
Sektor hilir Pertamina meliputi kegiatan pengolahan minyak mentah, pemasaran dan niaga produk hasil
minyak, gas dan petrokimia, dan bisnis perkapalan terkait untuk pendistribusian produk Perusahaan.
Kegiatan pengolahan terdiri dari: RU II (Dumai), RU III (Plaju), RU IV (Cilacap), RU V (Balikpapan), RU
VI (Balongan) dan RU VII (Sorong).
Selanjutnya, Pertamina juga mengoperasikan Unit Kilang LNG Arun (Aceh) dan Unit Kilang
LNG Bontang (Kalimantan Timur). Sedangkan produk yang dihasilkan meliputi bahan bakar minyak
(BBM) seperti premium, minyak tanah, minyak solar, minyak diesel, minyak bakar dan Non BBM seperti
pelumas, aspal, Liquefied Petroleum Gas (LPG), Musicool, serta Liquefied Natural Gas (LNG),
Paraxylene, Propylene, Polytam, PTA dan produk lainnya.
mana saat ini Pertamina telah memiliki 6 Production Sharing Contract (PSC)-
CBM.
Sektor hilir Pertamina meliputi kegiatan pengolahan minyak mentah, pemasaran dan niaga produk hasil
minyak, gas dan petrokimia, dan bisnis perkapalan terkait untuk pendistribusian produk Perusahaan.
Kegiatan pengolahan terdiri dari: RU II (Dumai), RU III (Plaju), RU IV (Cilacap), RU V (Balikpapan), RU
VI (Balongan) dan RU VII (Sorong).
Selanjutnya, Pertamina juga mengoperasikan Unit Kilang LNG Arun (Aceh) dan Unit Kilang
LNG Bontang (Kalimantan Timur). Sedangkan produk yang dihasilkan meliputi bahan bakar minyak
(BBM) seperti premium, minyak tanah, minyak solar, minyak diesel, minyak bakar dan Non BBM seperti
pelumas, aspal, Liquefied Petroleum Gas (LPG), Musicool, serta Liquefied Natural Gas (LNG),
Paraxylene, Propylene, Polytam, PTA dan produk lainnya.
alankan kegiatan bisnisnya secara profesional dan penguasaan teknis yang
tinggi mulai dari kegiatan hulu sampai hilir.Berorientasi pada kepentingan pelanggan
juga merupakan suatu hal yang menjadi komitmen Pertamina,agar dapat berperan
dalam memberikan nilai tambah bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia.
Upaya perbaikan dan inovasi sesuai tuntutan kondisi global merupakan salah
satu komitmen Pertamina dalam setiap kiprahnya menjalankan peran strategis dalam
perekonomian nasional. Semangat terbarukan yang dicanangkan saat ini merupakan
salah satu bukti komitmen Pertamina dalam menciptakan alternatif baru dalam
penyediaan sumber energi yang lebih efisien dan berkelanjutan serta berwawasan
lingkungan. Dengan inisatif dalam memanfaatkan sumber daya dan potensi yang
dimiliki untuk mendapatkan sumber energi baru dan terbarukan di samping bisnis
utama yang saat ini dijalankannya, Pertamina bergerak maju dengan mantap untuk
mewujudkan visi perusahaan, Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia.
Mendukung visi tersebut, Pertamina menetapkan strategi jangka panjang
perusahaan, yaitu “Aggressive in Upstream, Profitable in Downstream”, dimana
Perusahaan berupaya untuk melakukan ekspansi bisnis hulu dan menjadikan bisnis
sektor hilir migas menjadi lebih efisien dan menguntungkan.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berbagai upaya telah dilakukan PT Pertamina dalam mengatasi kendala-kendala yang
dihadapi dalam pendistribusian produknya.
1. Untuk memecahkan masalah keterbatasan daya tampung dan biaya pada depot Plumpang dan
Merak, digunakan metode Analytical Hierarchy Process.
2. Peningkatan perencanaan sistem dilakukan untuk meningkatkan kualitas secara menyeluruh
meliputi:
· Peningkatan Sarana dan Fasilitas,
· Peningkatan Sumber Daya Manusia,
· Peningkatan Sistem Operasi.
3. Melakukan sistem prioritas dalam mengatasi keterbatasan daya tampung.
4. Melakukan perluasan wilayah distribusi untuk mengatasi kelangkaan BBM. Selain itu juga
Pertamina meneruskan distribusi BBM selama 24 jam dan memberikan kredit kepada
pengusaha SPBU yang belum memiliki delivery order (DO) selama bank persepsi libur pada
Sabtu dan Minggu. Kemudian, Pertamina juga melaksanakan contigency plan dengan
menerapkan sistem manual sekaligus berkoordinasi dengan bank persepsi agar melayani
transaksi selama libur.
5. Pertamina terus mengupayakan sejumlah cara guna mempertahankan retail outlet-nya melalui
pengiriman BBM zero loses dan evaluasi penerapan sistem win-win solution terhadap SPBU.
B. SARAN
1. Berbagai upaya yang dilakukan PT Pertamina sudah cukup baik, namun perlu adanya
monitoring dan evaluasi terhadap upaya-upaya tersebut terutama dalam hal distribusi produk
sehingga dapat berjalan dengan maksimal, efisien dan efektif.
2. Perlunya koordinasi dan sinkronisasi antarpihak dalam pelaksanaan distribusi dari kilang
hingga ke konsumen.
3. Perlunya pengawasan yang ketat terhadap berjalannya distribusi baik melalui darat maupun
laut sehingga tidak terjadi penyelundupan, penimbunan, pengoplosan dan sebagainya yang
dapat merugikan semua pihak
DAFTAR PUSTAKA
F.R. David, Strategic Management: Concepts and Cases, 11th ed., Prentice Hall,2007.
https://inezkania.files.wordpress.com/2014/05/pertamina-pengantar-
manajemen.docxhttp://www.pertamina.comwww.pertamina.com/social-responsibility/csr-
program/