Anda di halaman 1dari 17

PRAKTIKUM TEKNIK GELOMBANG MIKRO

MODUL 4. MATCHING IMPEDANCE PADA SALURAN


WAVEGUIDE

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Praktikum Gelombang Mikro Semester V

Penyusun:
JTD 3E
KELOMPOK GANJIL
NO NAMA NIM
09 Ikke Febriyana Wulandari 1741160001

D-IV JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL


TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2019
Aditya Firmansyah Aida Ulfia Rochmah Bima Gerry Pratama

1741160022 1741160003 1741160048

Garis Sanubari Ikke Febriyana W Marc’ie M. Z. A


1741160070 1741160001 1741160072

Mingga Handayani Muhammad F. R. M Nella Wahyu A. S


1741160110 1741160088 17411600207

Putri Ayu Zartika Rafidatus Sabrina Suta Ramadhan


1641160091
1741160092 1741160089
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan

Waveguide adalah struktur yang memandu gelombang, seperti gelombang atau suara
elektromagnetik, dengan kehilangan energi minimal dengan membatasi transmisi energi ke
satu arah. Tanpa kendala fisik Waveguide, amplitudo gelombang berkurang sesuai dengan
hukum kuadrat terbalik saat mereka berkembang menjadi ruang tiga dimensi.

Ada berbagai jenis pandu gelombang untuk berbagai jenis gelombang. Arti asli dan paling
umum adalah pipa logam konduktif berlubang yang digunakan untuk membawa gelombang
radio frekuensi tinggi, khususnya gelombang mikro. Pandu gelombang dielektrik digunakan
pada frekuensi radio yang lebih tinggi, dan pandu gelombang dielektrik transparan dan serat
optik berfungsi sebagai pandu gelombang untuk cahaya. Dalam akustik, saluran udara dan
tanduk digunakan sebagai pandu gelombang untuk suara dalam alat musik dan pengeras suara,
dan batang logam berbentuk khusus melakukan gelombang ultrasonik dalam permesinan
ultrasonik.

Geometri Waveguide mencerminkan fungsinya; selain tipe yang lebih umum yang
menyalurkan gelombang dalam satu dimensi, ada pandu gelombang dua dimensi yang
membatasi gelombang menjadi dua dimensi. Frekuensi gelombang yang ditransmisikan juga
menentukan ukuran pandu gelombang: setiap pandu gelombang memiliki panjang gelombang
cutoff yang ditentukan oleh ukurannya dan tidak akan melakukan gelombang dengan panjang
gelombang yang lebih besar; serat optik yang memandu cahaya tidak akan mengirimkan
gelombang mikro yang memiliki panjang gelombang jauh lebih besar. Beberapa struktur yang
terjadi secara alami juga dapat bertindak sebagai pandu gelombang.

1.1.1 Bagaimana Cara Mengukur gelombang berdiri (standing wave) dalam waveguide?

1.1.2 Bagaimana Cara Menentukan perbandingan gelombang berdiri (standing wave ratio,
SWR) dan factor penyesuai m (matching factor) dengan slotted line.

1.1.3 Bagaimana Cara Menghitung daya nyata sebagai fungsi?


1.1.4 Bagaimana Cara Mendapatkan kondisi sesuai (matching) menggunakan tiga sekrup
pengatur.
BAB II

MATCHING IMPEDANCE PADA SALURAN WAVEGUIDE

2.1 Tujuan

1) Mengukur gelombang berdiri (standing wave) dalam waveguide

2) Menentukan perbandingan gelombang berdiri (standing wave ratio, SWR) dan factor
penyesuai m (matching factor) dengan slotted line.

3) Menghitung daya nyata sebagai fungsi m

4) Mendapatkan kondisi sesuai (matching) menggunakan tiga sekrup pengatur.

2.2 Alat yang digunakan

1) 1 Osilator Gunn

2) 1 Coaxial detector

3) 1 Diode detector probe

4) 1 Waveguide, 250 mm

5) 1 Slotted line

6) 1 3-sekrup pengatur (screw tuner)

7) 1 Moveable short

8) 1 Terminasi resistor dengan detector

9) 1 Antena horn

10) 1 Multimeter Digital

11) 1 Generator fungsi dengan sumber tegangan

12) 1 Kabel konektor, 1 mm, 4 mm, merah

13) 1 Kabel konektor, 1 mm, 4 mm, biru


14) 1 Kabel test, BNC to BNC 4 mm

Diagram Rangkaian

Gambar 4.1. Konstruksi Rangkaian untuk Percobaan Penyesuai Impedansi

2.3 Teori Dasar

Gelombang elektromagnetik yang diradiasikan oleh waveguide telah diuraikan di sebelumnya.


Bila radiasi dalam waveguide bebas pantulan (reflection free), oleh karena terjadi beban yang
tidak sesuai maka gelombang akan menjalar ke arah beban dan ada pula yang kembali ke arah
sumbernya, akan menghasilkan gelombang yang disebut “gelombang berdiri” (standing
waves). Nilai-nilai kuat medan disepanjang waveguide, dapat diukur dengan menggunakan
detektor tegangan.

Amplituda maksimum dihitung pada tempat dimana gelombang datang dan pantulan
bertepatan saling menjumlahkan yaitu:

Umak = | Ufor | + | Urev |

Untuk nilai amplitudo minimum adalah pada jarak ¼ λ dari maksimum dan dihitung dengan
nilai:

Umin = | Ufor | - | Urev |


Untuk menentukan kondisi sepadan (matching) sebuah sistem,

𝑈𝑚𝑎𝑘
s= (standing wave ratio), dimana s adalah antara 1 sampai ∞.
𝑈𝑚𝑖𝑛

𝑈𝑚𝑖𝑛
m = 𝑈𝑚𝑎𝑘 (matching factor), dengan nilai antara 0 dan 1.

Dua kondisi yang perlu diperhatikan :

1) Sepadan (matched), tidak ada gelombang yang terpantul, Umak = Umin atau m=s=1

2) Pantulan total (total reflection) (misal hubungan singkat pada ujung saluran), sehingga
Umak = 2, Ufor dan Umin = 0, m = 0 dan s = ∞

Antara harga-harga ekstrem, semua perbandingan amplitudo dan fasa pada saluran, dapat
dideteksi dengan slotted line.

Lebih lanjut karasteristik system saluran, yaitu factor pantulan (reflection factor), r
didefinisikan sebagai:

𝑈𝑟𝑒𝑣
r = 𝑈𝑓𝑜𝑟 (nilai antara 0 dan 1) Utor

Hubungan yang diberikan antara faktor pantulan dan SWR:

𝑈𝑚𝑎𝑥 𝑈𝑓𝑜𝑟+𝑈𝑟𝑒𝑣 1∗𝑟 1


s= = 𝑈𝑓𝑜𝑟−𝑈𝑟𝑒𝑣 = 1−𝑟 = 𝑚
𝑢𝑚𝑖𝑛

𝑠−1
r = 𝑠+1

2.4 Langkah percobaan

Pasang komponen-komponen seperti gambar 14 dan atur tegangan sumber 8 volt. Probe
detector diatur menggunakan kunci pas, sehingga tegangan yang diukur maksimum 300 mV.
Karasteristik diode pada daerah ini guadratic, oleh karena itu tegangan harus disesuaikan.

1) Pengukuran waveguide dengan ujung terbuka, yaitu kondisi tidak sepadan (no matching).
Catat tegangan yang didistribusikan sepanjang slotted line. Tentukan nilai-nilai s, r, dan m.
2) Pengukuran dengan waveguide hubung singkat yang dapat diatur (moveable short circuit).
Ulangi pengukuran pada langkah 1). Ubah setiap jarak 10 mm dan amati tempat minimum
dan maksimum sepanjang slotted line.

3) Ukur kondisi sepadan (matching), menggunakan 3 skrup dan terminasi dengan mengamati
pada detektor tegangan.

a. Ukur mis-match yang diterminasi resistor dengan memutar ketiga skrup. Tentukan
nilai-nilai r, s, dan m.

b. Dengan mengatur ketiga skrup, coba dapatkan tegangan linier yang terdistribusi
sepanjang slotted line. Tentukan variable r, s dan m.

4) Pasang antena horn dan tentukan nilai-nilai r, s, dan m. Tentukan daya yang diradiasikan
pada keluaran pembangkit daya.

𝑃 4.𝑚
= (1+𝑚)2
𝑃𝑚𝑎𝑥
Lembar Kerja 1

Untuk langkah 1)

TABEL 1A
350
300
250
UD (mV)

200
150
100
50
0
0 2 4 6 8 10 12 14
l (cm)

𝑈𝑚𝑎𝑥 289,2 𝑚𝑉
s= = 227,2 = 1,27
𝑢𝑚𝑖𝑛 𝑚𝑉

𝑠−1 1,27 −1
r = 𝑠+1 = 1,27 +1 = 0,118

1−𝑟 1−0,118.
m = 1+𝑟 = 1+0,118 = 0,894

Untuk langkah 1) B

Tabel 1B
288
286
284
UD (mV)

282
280
278
276
274
0 2 4 6 8 10 12 14
l (cm)
𝑈𝑚𝑎𝑥 286,3 𝑚𝑉
s= = 275,8 = 1,038
𝑢𝑚𝑖𝑛 𝑚𝑉

𝑠−1 1,038 −1
r = 𝑠+1 = 1,038 +1 = 0,0186

1−𝑟 1−0,0186
m = 1+𝑟 = 1+0,0186 = 0,963

Lembar Kerja 2

Untuk langkah 2)

TABEL 2
300

250

200
UD (mV)

150
UD max
100 UD min

50

0
0 5 10 15
l (cm)

Perhitungan maksimum

𝑈𝑚𝑎𝑥 208,6 𝑚𝑉
s= = 161,8 = 1,289
𝑢𝑚𝑖𝑛 𝑚𝑉

𝑠−1 1,289 −1
r = 𝑠+1 = 1,289 +1 = 0,126

1−𝑟 1−0,126
m = 1+𝑟 = 1+0,126. = 0,775

Perhitungan minimum

𝑈𝑚𝑎𝑥 281,3 𝑚𝑉
s= 𝑢𝑚𝑖𝑛
= 271,7 𝑚𝑉
= 1,035
𝑠−1 1,035 −1
r = 𝑠+1 = 1,035 +1 = 0,017

1−𝑟 1−0,017
m = 1+𝑟 = 1+0,017 = 0,9665

Lembar Kerja 3

Untuk langkah 3)a

𝑈𝑚𝑎𝑥 190 𝑚𝑉
s= = = 2.1
𝑢𝑚𝑖𝑛 90 𝑚𝑉

𝑠−1 2.1 −1
r = 𝑠+1 = 2.1 +1 = 0,354

1−𝑟 1−0.354
m = 1+𝑟 = 1+0.354 = 0,477

Untuk langkah 3)b

TABEL 3B
175

170

165
UD (mV)

160

155

150

145
0 2 4 6 8 10 12 14
l (cm)

𝑈𝑚𝑎𝑥 170,3 𝑚𝑉
s= = 148,2 = 1,149
𝑢𝑚𝑖𝑛 𝑚𝑉

𝑠−1 1,149.−1
r = 𝑠+1 = 1,149.+1 = 0,069

1−𝑟 1−0,069
m = 1+𝑟 = 1+0,069. = 0,871
Lembar Kerja 4

Untuk langkah 4

TABEL 4
140
120
100
UD (mV)

80
60
40
20
0
0 2 4 6 8 10 12 14
l (cm)

𝑈𝑚𝑎𝑥 123,4 𝑚𝑉
s= = = 12,85
𝑢𝑚𝑖𝑛 9,6 𝑚𝑉

𝑠−1 12,85 −1
r = 𝑠+1 = 12,85 +1 = 0,855

1−𝑟 1−0,855
m = 1+𝑟 = 1+0,855 = 0,078

Sehingga, besar daya yang diradiasikan :

4.𝑚 4 𝑥 0.078
P = (1+𝑚)2 = (1+0.078)2 = 0.268

Soal-Soal

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan matching impedance!

Matching Impedance adalah proses penyesuaian nilai impedansi di input dengan impedansi
di output agar didapatkan transfer daya maksimum. Dalam sistem pengukuran Radio
standar nilai Impendansi biasanya adalah 50Ω. Akan tetapi kebanyakan nilai impedansi ini
tidak bisa diatur pada saat pembuataan Antena sehingga dibutuhkan rangkaian lain untuk
menstabilkan nilai dari impedansi antena, rangkaian tersebut disebut Rangkaian Balun.
2. Jelaskan hubungan antara Standing Wave Ratio, Reflection Factor dan Matching Factor!

Standing wave ratio disingkat SWR kadang-kadang disingkat dengan nama VSWR
(Voltage Standing Wave Ratio). Bila impedansi saluran transmisi tidak sesuai (tidak
match) dengan transceiver maka akan timbul daya refleksi (reflected power) pada saluran
yang berinterferensi dengan daya maju (forward power). Interferensi ini menghasilkan
gelombang berdiri (standing wave) yang besarnya tergantung pada besarnya daya refleksi.

2.5 Analisa

Pada percobaan 1A pengukuran menggunakan slotted line (dengan ujung terbuka) yang
bertujuan untuk mengetahui Umax yaitu 289.2mV dan Umin yaitu 227.2mV sehingga
didapatkan nilai s (standing wave ratio) yaitu 1.27 , r (reflector factor) yaitu 0.118, dan m
(matching factor yaitu 0.894. Hal ini sesuai dengan teori dasar dimana s bernilai antara 1
hingga ∞. r dan m bernilai antara 0 dan 1. Tetapi dari hasil tersebut masih ada gelombang yang
terpantul sehingga menimbulkan refleksi yang akan menghasilkan gelombang berdiri.

Pada percobaan 1B pengukuran menggunakan terminasi resistor (dengan ujung tertutup) yang
bertujuan untuk mengetahui Umax yaitu 286.3mV dan Umin yaitu 275.8mV sehingga
didapatkan nilai s (standing wave ratio) yaitu 1.038 , r (reflector factor) yaitu 0.0186, dan m
(matching factor yaitu 0.963. Hal ini sesuai dengan teori dasar dimana s bernilai antara 1
hingga ∞. r dan m bernilai antara 0 dan 1. Tetapi dari hasil tersebut masih ada gelombang yang
terpantul sehingga menimbulkan refleksi yang akan menghasilkan gelombang berdiri.

Pada percobaan 2max pengukuran menggunakan moveable short yang bertujuan untuk
mengetahui Umax yaitu 208.6mV dan Umin yaitu 161.8mV sehingga didapatkan nilai s
(standing wave ratio) yaitu 1.289 , r (reflector factor) yaitu 0.126, dan m (matching factor yaitu
0.775. Hal ini sesuai dengan teori dasar dimana s bernilai antara 1 hingga ∞. r dan m bernilai
antara 0 dan 1. Tetapi dari hasil tersebut masih ada gelombang yang terpantul sehingga
menimbulkan refleksi yang akan menghasilkan gelombang berdiri.

Pada percobaan 2min pengukuran menggunakan movable short yang bertujuan untuk
mengetahui Umax yaitu 281.3mV dan Umin yaitu 271.7mV sehingga didapatkan nilai s
(standing wave ratio) yaitu 1.035 , r (reflector factor) yaitu 0.017, dan m (matching factor yaitu
0.965. Hal ini sesuai dengan teori dasar dimana s bernilai antara 1 hingga ∞. r dan m bernilai
antara 0 dan 1. Tetapi dari hasil tersebut masih ada gelombang yang terpantul sehingga
menimbulkan refleksi yang akan menghasilkan gelombang berdiri.

Pada percobaan 3A pengukuran menggunakan 3 skrup yang bertujuan untuk mengetahui Umax
yaitu 190mV dan Umin yaitu 90mV sehingga didapatkan nilai s (standing wave ratio) yaitu
2.1 , r (reflector factor) yaitu 0.354, dan m (matching factor yaitu 0.477. Hal ini sesuai dengan
teori dasar dimana s bernilai antara 1 hingga ∞. r dan m bernilai antara 0 dan 1. Tetapi dari
hasil tersebut masih ada gelombang yang terpantul sehingga menimbulkan refleksi yang akan
menghasilkan gelombang berdiri.

Pada percobaan 3B pengukuran menggunakan 3 skrup yang bertujuan untuk mengetahui Umax
yaitu 170.3mV dan Umin yaitu 148.2mV sehingga didapatkan nilai s (standing wave ratio)
yaitu 1.149 , r (reflector factor) yaitu 0.069, dan m (matching factor yaitu 0.871. Hal ini sesuai
dengan teori dasar dimana s bernilai antara 1 hingga ∞. r dan m bernilai antara 0 dan 1. Tetapi
dari hasil tersebut masih ada gelombang yang terpantul sehingga menimbulkan refleksi yang
akan menghasilkan gelombang berdiri.

Pada percobaan 4 pengukuran menggunakan antenna horn yang bertujuan untuk mengetahui
Umax yaitu 123.4mV dan Umin yaitu 9.6mV sehingga didapatkan nilai s (standing wave ratio)
yaitu 12.85 , r (reflector factor) yaitu 0.855, dan m (matching factor yaitu 0.078. Hal ini sesuai
dengan teori dasar dimana s bernilai antara 1 hingga ∞. r dan m bernilai antara 0 dan 1. Tetapi
dari hasil tersebut masih ada gelombang yang terpantul sehingga menimbulkan refleksi yang
akan menghasilkan gelombang berdiri.
2.6 Kesimpulan

Dari hasi percobaan, maka dapat disimpulkan bahwa :

2.6.1 Gelombang berdiri diperoleh karena adanya interferensi yang diakibatkan oleh daya
refleksi.

2.6.2 Bila impedansi saluran transmisi tidak sesuai (tidak match) dengan transceiver maka akan
timbul daya refleksi (reflected power) pada saluran yang berinterferensi dengan daya
maju (forward power). Interferensi ini menghasilkan gelombang berdiri (standing wave)
yang besarnya tergantung pada besarnya daya refleksi.

2.6.3 Untuk menghitung daya nyata maka dibutuhkan nilai daya maksimum dan matching
factor

2.6.4 Untuk menggunakan kondisi matching, maka digunakan skrup pengatur


2.7 Lampiran

Gambar Keterangan

Multimeter untuk mengukur


tegangan

Power Supply
Moveable Short

Screw Tuner

Rangkaian menggunakan
antenna horn

Anda mungkin juga menyukai