Anda di halaman 1dari 22

A.

Definisi IPTEK
Definisi ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ilmu pengetahuan adalah usaha sistematik untuk memahami dan menfsirkan
duna,sedangkan teknologi adalah suatu studi sistematik akan teknik-teknik untuk
membuat dan mengerjakan berbagai benda.(Robert Angus Buchaman.2006:136).Ilmu
pengetahuan mencakup studi sistematis tentang struktur dan perilaku dunia fisik dan
alam melalui pengamatan serta eksperimen dan teknologi adalah aplikasi pengetahuan
ilmiah untuk tujuan praktis.(www.oxfordreference.com).
Kesimpulan IPTEK adalah sumber informasi yang dapat menambah wawasan
dan memahami ilmu pengetahuan seseorang khususnya di bidang teknologi

B. Gambaran IPTEK Pada Saat Ini


Ilmu pengetahuan muncul sebagai akibat dari aktivitas untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia, baik kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohani.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat bisa di pisahkan dari lembaga
pendidikan. Ilmu pengetahuan dan teknologi di indonesia mulai berkembang dimana
ditandai dangan adanya perguruan tinggi dan pusat-pusat penelitian seperti lembaga
ilmu pengetahuan (LIPI) dan juga badan pengkajian dan penerapan teknologi (BPPT)
Bagi masyarakat sekarang, iptek sudah merupakan suatu religion.
Pengembangan iptek dianggap sebagai solusi dari permasalahan yang ada. Sementara
orang bahkan memuja iptek sebagai liberator yang akan membebaskan mereka dari
kungkungan kefanaan dunia. Iptek diyakini akan memberi umat manusia kesehatan,
kebahagian dan imortalitas

C.Pentingnya memahami IPTEK saat ini


Iptek menjadi dasar dan pondasi yang menyangga bangunan
peradaban modern. IPTEK terdiri dari dua hal yaitu Ilmu Pengetahuan dan
Tekonologi, dua hal yang memiliki arti dan peranan masing-masing dalam
kehidupan manusia. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi telah
muncul sejak manusia lahir, hal ini dikarenakan manusia diberi akal dan
kemampuan berfikir dari Allah SWT. T e r l e p a s d a r i t u j u a n d a n k o n s e p
a w a l , implementasi dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi berada di tangan
manusia dan mampu memiliki dampak positif berupa kemajuan dan
kesejahteraan bagi manusia juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif
berupa ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan manusia dan lingkungannya yang
berakibat kehancuran alam semesta. Sebagai faktor pembentuk budaya masyarakat,
IPTEK memiliki andil atas fenomena ya n g k i t a j u m p a i s a a t i n i .

D.Ayat/Dalil IPTEK
Kandungan Ayat – Ayat Al – Qur’ an mengenai IPTEK
1. ‫علَّ َم بِ ْالقَلَ ِم‬َ ‫) الَّذِي‬1( ‫) ا ْق َرأْ َو َربُّكَ ْاْل َ ْك َر ُم‬2( ‫ق‬
ٍ َ‫سانَ ِم ْن َعل‬ ِ ْ َ‫) َخلَق‬3( َ‫(ا ْق َرأْ بِاس ِْم َربِِّكَ الَّذِي َخلَق‬4) ‫َعلَّ َم‬
َ ‫اْل ْن‬
‫سانَ َما َل ْم يَ ْع َل ْم‬ ِْ
َ ‫اْل ْن‬
Wahyu yang pertama sekali diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad
saw adalah perintah untuk membaca/belajar (QS 96 : 1-5) dan menggunakan akal,
bukan perintah untuk shalat, puasa, atau dzikrullah. Hal ini menunjukkan perhatian
Islam yang besar terhadap ilmu pengetahuan.
2. ‫) قَالُوا‬31( َ‫صا ِدقِين‬ َ ‫َؤُالء إِ ْن ُك ْنت ُ ْم‬ ِ ‫اء ه‬ ِ ‫ض ُه ْم َعلَى ْال َمالئِ َك ِة فَقَا َل أ َ ْنبِئُونِي بِأ َ ْس َم‬ َ ‫َو َعلَّ َم آ َد َم اْل ْس َما َء ُكلَّ َها ث ُ َّم َع َر‬
‫) قَا َل يَا آ َد ُم أَ ْنبِئْ ُه ْم بِأ َ ْس َمائِ ِه ْم فَ َل َّما أ َ ْنبَأ َ ُه ْم بِأ َ ْس َمائِ ِه ْم‬32( ‫علَّ ْمتَنَا إِنَّكَ أ َ ْنتَ ْالعَ ِلي ُم ْال َح ِكي ُم‬ َ ‫س ْب َحانَكَ ال ِع ْل َم لَنَا إِال َما‬ ُ
(33) َ‫ض َوأ َ ْعلَ ُم َما ت ُ ْبدُونَ َو َما ُك ْنت ُ ْم تَ ْكت ُ ُمون‬ ِ ‫اْلر‬ْ ‫ت َو‬ ِ ‫س َم َاوا‬ َّ ‫ْب ال‬ َ ‫قَا َل أَلَ ْم أَقُ ْل لَ ُك ْم ِإنِِّي أ َ ْعلَ ُم َغي‬
Allah SWT mengangkat manusia sebagai khalifah-Nya di muka bumi, bukan para
malaikat-Nya, karena manusia memiliki ilmu pengetahuan (QS 2 : 31-33). Dengan
kelebihan ilmu pengetahuan itu juga, Allah SWT memuliakan Adam as sehingga
malaikat bersujud padanya.
3. ‫َللاُ لَ ُك ْم َۖو ِإذَا قِي َل ا ْنش ُُزوا فَا ْنش ُُزوا يَ ْرفَ ِع‬ َ ‫س ُحوا َي ْف‬
َّ ِ‫سح‬ ْ ‫س ُحوا فِي ا ْل َمجَا ِل ِس َف‬
َ ‫اف‬ َّ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِإذَا قِي َل لَ ُك ْم ت َ َف‬
‫َللاُ ِب َما ت َ ْع َملُونَ َخ ِبير‬ ٍ ‫َللاُ الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِم ْن ُك ْم َوا َّل ِذينَ أُوت ُوا ا ْل ِع ْل َم د ََرجَا‬
َّ ‫ت َۚو‬ َّ
Manusia yang memiliki derajat yang paling tinggi disisi Allah SWT adalah manusia
yang memiliki iman dan ilmu (QS 58 : 11). Iman membawa manusia pada
ketinggian di akhirat, dan ilmu membawa manusia pada ketinggian di dunia.
4. َ‫طالُوتَ َم ِل ًكا قَالُوا أَنَّى يَ ُكونُ لَه ُ ْال ُم ْلكُ َعلَ ْينَا َونَحْ نُ أَ َح ُّق بِ ْال ُم ْل ِك ِم ْنهُ َولَ ْم يُؤْ ت‬ َ ‫ث لَ ُك ْم‬ َ َّ ‫َوقَا َل لَ ُه ْم نَبِيُّ ُه ْم إِ َّن‬
َ َ‫َّللا قَ ْد بَع‬
َّ ‫َّللاُ يُؤْ تِي ُم ْل َكهُ َم ْن يَشَا ُء َو‬
‫َّللاُ َوا ِس ٌع‬ َّ ‫طةً فِي ْال ِع ْل ِم َو ْال ِجس ِْم َو‬ َ ‫طفَاهُ َعلَ ْي ُك ْم َوزَ ا َدهُ بَ ْس‬َ ‫ص‬ َ َّ ‫س َعةً ِمنَ ْال َما ِل قَا َل إِ َّن‬
ْ ‫َّللا ا‬ َ
‫َع ِلي ٌم‬
Syarat untuk menjadi pemimpin dalam Islam ada 2 hal, yaitu ilmu yang tinggi dan
fisik yang sehat (QS 2 : 247). Ini menunjukkan betapa tingginya penghargaan Islam
kepada nilai-nilai ilmu dan kesehatan.
5. ‫سئ ُول‬ َ َ‫س ْم َع َوا ْلبَص ََر َوا ْلفُؤَا َد ُك ُّل أُو َٰلَئِكَ كَان‬
ْ ‫ع ْنهُ َم‬ َّ ‫ْس لَكَ بِ ِه ِع ْلم ۚإِنَّ ال‬ ُ ‫َو ََل ت َ ْق‬
َ ‫ف َما لَي‬
Allah SWT melarang manusia untuk melakukan suatu pekerjaan tanpa memiliki
ilmunya (QS 17 : 36). Islam sangat menghargai spesialisasi dalam berbagai bidang
ilmu dan menganjurkan umatnya untuk menjadi seseorang yang profesional sesuai
dengan bidangnya masing-masing.
6. Sejarah menunjukkan bahwa pada masa kaum muslimin mempelajari dan
melaksanakan ajaran agamanya dengan benar, maka mereka memimpin dunia
dengan pakar-pakar yang menguasai ilmunya masing-masing, sehingga Barat pu
belajar dari mereka. Dan, disaat kaum muslimin meninggalkan ajaran agamanya,
mulai tergiur dengan kenikmatan duniawi, lalu berpaling ke Barat, Allah SWT
merendahkan dan menghina mereka. Sesungguhnya Rasulullah telah
memperingatkan hal ini. Dalam hadisnya disebutkan: “Kelak akan datang suatu
masa dimana kalian akan menjadi makanan diatas piring yang dihadapi oleh orang-
orang yang kelaparan. Para sahabat bertanya : Apakah karena jumlah kita sedikit ya
Rasulullah? Jawab Nabi Muhammad saw : Bahkan jumlah kalian sangat banyak.
Tetapi kalian terkena penyakit “wahn”! Tanya para sahabat : Apa itu “wahn” ya
Rasulullah? Jawab Nabi Muhammad saw : Kalian cinta dunia dan takut mati.” (HR
Abu Daud dan Ibnu Majah).

E. Pandangan Islam Terhadap Perkembangan IPTEK


Di negara ini, gagasan tentang perlunya integrasi pendidikan imtak dan iptek telah
lama digulirkan oleh Professor B.J. Habibie, yang merupakan orang pertama yang
menggagas integrasi imtak dan iptek ini. Hal ini, selain karena adanya problem
dikotomi antara apa yang dinamakan ilmu-ilmu umum (sains) dan ilmu-ilmu agama
(Islam), juga disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa pengembangan iptek dalam
sistem pendidikan kita tampaknya berjalan sendiri, tanpa dukungan asas iman dan
takwa yang kuat. Sehingga pengembangan dan kemajuan iptek tidak memiliki nilai
tambah dan tidak memberikan manfaat yang cukup berarti bagi kemajuan dan
kemaslahatan umat dan bangsa dalam arti yang seluas-luasnya. Kekawatiran ini, cukup
beralasan, karena sejauh ini sistem pendidikan kita tidak cukup mampu menghasilkan
manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt sebagaimana
diharapkan. Berbagai tindak kejahatan sering terjadi dan banyak dilakukan, justru oleh
orang-orang yang secara akademik sangat terpelajar, bahkan mumpuni. Ini berarti,
aspek pendidikan turut menyumbang dan memberikan saham bagi kebangkrutan
bangsa yang kita rasakan sekarang. Kenyataan ini menjadi salah satu catatan mengenai
raport merah pendidikan nasional kita. Secara lebih spesifik,
integrasi pendidikan imtak dan iptek ini diperlukan karena empat alasan. Diantaranya
yaitu:
1. Pertama, sebagaimana telah dikemukakan, iptek akan memberikan berkah dan manfaat
yang sangat besar bagi kesejahteraan hidup umat manusia bila iptek disertai olehasas
iman dan takwa kepada Allah swt. Sebaliknya, tanpa asas imtak, iptek bisa
disalahgunakan pada tujuan-tujuan yang bersifat destruktif. Iptek dapat mengancam
nilai-nilai kemanusiaan. Jika demikian, iptek hanya absah secara metodologis, tetapi
batil danmiskin secara maknawi.
2. Kedua, pada kenyataannya, iptek yang menjadi dasar modernisme, telah
menimbulkan pola dan gaya hidup baru yang bersifat sekularistik, materialistik, dan
hedonistik, yang sangat berlawanan dengan nilai-nilai budaya dan agama yang dianut
oleh bangsa kita.
3. Ketiga, dalam hidupnya, manusia tidak hanya memerlukan sepotong roti (kebutuhan
jasmani), tetapi juga membutuhkan imtak dan nilai-nilai surgawi (kebutuhan spiritual).
Oleh karena itu, penekanan pada salah satunya, hanya akan menyebabkan kehidupan
menjadi pincang dan berat sebelah, dan menyalahi hikmat kebijaksanaan Tuhan yang
telah menciptakan manusia dalam kesatuan jiwa raga, lahir dan bathin, dunia dan
akhirat.
4. Keempat, imtak menjadi landasan dan dasar paling kuat yang akan mengantarmanusia
menggapai kebahagiaan hidup. Tanpa dasar imtak, segala atribut duniawi, seperti
harta, pangkat, iptek, dan keturunan, tidak akan mampu alias gagal mengantar manusia
meraih kebahagiaan. Kemajuan dalam semua itu, tanpa iman dan upaya mencari
ridhaAllah SWT., hanya akan menghasilkan fatamorgana yang tidak menjadikan apa-
apa selain bayangan palsu (Q.S An-Nur:39). Maka integrasi imtak dan iptek harus
diupayakan dalam for at yang tepat sehingga keduanya berjalan seimbang (hand in
hand) dan dapat mengantar kita meraih kebaikan dunia (hasanah fi al-Dunya) dan
kebaikan akhirat (hasanah fi al-akhirah) seperti do’a yang setiap saat kita panjatkan
kepada Tuhan (Q.S. Al-Baqarah :201).

F. Faktor Yang Mendorong Perkembangan IPTEK


1. Sumber Daya Manusia
Dalam melaksanakan pembanguan IPTEK, diperlukan Sumber Daya Manusia
(SDM) yang memiliki kapasitas untuk mengelola teknologi tersebut. Sehingga
dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang potensial dan produktif yang dapat
mengelola teknologi. Karena teknologi akan berguna dengan maksimal apabila
dikelola oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten dalam menggunakan
dan mengembangkannya. Penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) ini dapat
dilakukan melalui jalur pendidikan, yang secara hakiki berkaitan dengan penyiapan
Sumber Daya Manusia (SDM).
2. Kebijakan Pemerintah
Aplikasi teknologi dalam lingkup masyarakat, memerlukan peran pemerintah
dalam hal ini kebijakan yang diambil. Kebijakan pemerintah sebaiknya didasarkan
pada penelitian. Hal tersebut ditujukan agar kebijakan teknologi yang diberlakukan
dalam masyarakat sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut menunjukan
teknologi yang diberlakukan adalah teknologi yang tepat guna dan tepat sasaran.
3. Sarana dan Prasarana
Dalam mengaplikasikan teknologi, diperlukan ketersediaan sarana dan
prasarana yang mendukung kelancaran kerja dari teknologi tersebut. Agar nantinya
teknologi yang akan diaplikasikan tidak terkendala oleh sarana dan prasarana.
4. Dimensi Budaya
Masyarakat pada umumnya telah memiliki budaya yang mengikat aktivitasnya.
Sedangkan teknologi termasuk ke dalam sesuatu yang baru dalam dinamika
masyarakat. Maka, hal yang perlu diperhatikan adalah teknologi yang tidak
berbenturan dengan budaya masyarakat. Atau dalam mengaplikasikan teknologi
perlu dilandasai oleh pendekatan pada budaya masyarakat, secara perlahan.

G. Faktor yang Menghambat Perkembangan IPTEK

1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan Tekhnologi yang terlambat


Jika suatu masyarakat kurang melakukan hubungan dengan masyarakat luar,
perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi pada masyarakat tersebut menjadi
lambat. Hal ini disebabkan mereka kurang atau belum menerima informasi tentang
kemajuan masyarakat lain. Disamping itu penjajahan juga dapat menyebabkan
terlambatnya perkembangan IPTEK pada suatu masyarakat.
2. Sikap masyarakat yang tradisional
Masyarakat yang masih mempertahankan tradisi dan menganggap tradisi tak
dapat diubah secara mutlak, dapat mengakibatkan terhambatnya perubahan sosial
dalam masyarakat tersebut. Hal ini disebabkan masyarakat tak bersedia menerima
inovasi dari luar. Padahal, inovasi tersebut merupakan salah satu faktor yang dapat
mendorong terjadinya perubahan yang diharapkan dalam suatu masyarakat.
3. Prasangka terhadap Hal-hal yang baru atau asing

Rasa curiga terhadap hal-hal baru yang datang dari luar dapat menghambat
terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat. Sikap ini bisa dijumpai dalam
masyarakat yang pernah dijajah oleh bangsa-bangsa barat. Mereka tak bisa
melupakan pengalaman-pengalaman pahit selama masa penjajahan. Akibatnya,
semua unsur-unsur baru yang berasal dari bangsa barat selalu dicurigai dan sulit
mereka terima.

4. Rasa tidak percaya diri (self distrust)


Rasa tidak percaya diri membuat seseorang tidak yakin dengan kemampuannya
sehingga sulit untuk menggali dan memunculkan potensi yang ada pada dirinya.
Hal ini membuat orang menjadi sulit berkembang karena ia sendiri tidak mau
berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
5. Penolakan terhadap orang luar.

Anggota-anggota komunitas mempunyai sifat yang universal dimiliki oleh


manusia. Salah satunya adalah rasa curiga dan “terganggu” terhadap orang asing.
Pekerja sosial atau pendamping sosial yang akan memfasilitasi program
pemberdayaan tentu akan mengalami kendala dan membutuhkan waktu yang
cukup lama sebelum ia dapat diterima dalam suatu komunitas. Di samping itu, rasa
curiga dan terganggu ini menyebabkan komunitas enggan untuk ikut berpartisipasi
dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh “orang asing” yang
memfasilitasi program pemberdayaan di daerah mereka.

6. Kesepakatan terhadap norma tertentu (conforming to norms)

Norma berkaitan erat dengan kebiasaan dalam suatu komunitas. Norma


merupakan aturan-aturan yang tidak tertulis namun mengikat anggota-anggota
komunitas. Di satu sisi, norma dapat mendukung upaya perubahan tetapi di sisi lain
norma dapat menjadi penghambat untuk melakukan pembaharuan.
7. Rasa tidak aman dan regresi (insecurity and regression)

Keberhasilan dan “masa-masa kejayaan” yang pernah dialami seseorang


cenderung menyebabkan ia larut dalam “kenangan” terhadap keberhasilan tersebut
dan tidak berani atau tidak mau melakukan perubahan. Contoh regresi ini adalah :
seseorang yang tidak mau mengubah pola pertaniannya karena ia pernah mengalami
masa-masa panen yang melimpah di waktu yang lalu. Rasa tidak aman berkaitan
dengan keengganan seseorang untuk melakukan tindakan perubahan atau
pembaharuan karena ia hidup dalam suatu kondisi yang dirasakan tidak
membahayakan dan berlangsung dalam waktu cukup. Contoh rasa tidak aman ini
antara lain : seseorang tidak berani mengemukakan pendapatnya karena takut salah,
takut malu dan takut dimarahi oleh pimpinan yang mungkin juga menimbulkan
konsekuensi ia akan diberhentikan dari pekerjaannya.

8. Ketergantungan (depedence).

Ketergantungan suatu komunitas terhadap orang lain (misalnya terhadap


pendamping sosial) menyebabkan proses “pemandirian” masyarakat
membutuhkan waktu yang cenderung lebih lama.

H. Perkembangan IPTEK Terhadap Nilai Agama


Secara garis besar, berdasarkan tinjauan ideologi yang mendasari hubungan
IPTEK dan nilai agama terdapat 3 (tiga) jenis paradigma : Pertama, paradagima
sekuler, yaitu paradigma yang memandang agama dan iptek adalah terpisah satu sama
lain. Sebab, dalam ideologi sekularisme Barat, agama telah dipisahkan dari kehidupan
(fashl al-din ‘an al-hayah). Agama tidak dinafikan eksistensinya, tapi hanya dibatasi
perannya dalam hubungan pribadi manusia dengan tuhannya. Agama tidak mengatur
kehidupan umum/publik. Paradigma ini memandang agama dan iptek tidak bisa
mencampuri dan mengintervensi yang lainnya. Agama dan iptek sama sekali terpisah
baik secara ontologis (berkaitan dengan pengertian atau hakikat sesuatu hal),
epistemologis (berkaitan dengan cara memperoleh pengetahuan), dan aksiologis
(berkaitan dengan cara menerapkan pengetahuan).
Paradigma ini mencapai kematangan pada akhir abad XIX di Barat sebagai jalan
keluar dari kontradiksi ajaran Kristen (khususnya teks Bible) dengan penemuan ilmu
pengetahuan modern. Semula ajaran Kristen dijadikan standar kebenaran ilmu
pengetahuan. Tapi ternyata banyak ayat Bible yang berkontradiksi dan tidak relevan
dengan fakta ilmu pengetahuan. Contohnya, menurut ajaran gereja yang resmi, bumi
itu datar seperti halnya meja dengan empat sudutnya. Padahal faktanya, bumi itu bulat
berdasarkan penemuan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari hasil pelayaran
Magellan. Dalam Bible dikatakan:“Kemudian daripada itu, aku melihat empat
malaikat berdiri pada keempat penjuru angin bumi dan mereka menahan keempat
angin bumi, supaya jangan ada angin bertiup di darat, atau di laut, atau di pohon-
pohon.” (Wahyu- wahyu 7: 1). Kalau konsisten dengan teks Bible, maka fakta sains
bahwa bumi bulat tentu harus dikalahkan oleh teks Bible (Adian Husaini, Mengapa
Barat Menjadi Sekular-Liberal, www.insistnet.com). Ini tidak masuk akal dan
problematis. Maka, agar tidak problematis, ajaran Kristen dan ilmu pengetahuan
akhirnya dipisah satu sama lain dan tidak boleh saling intervensi.
Kedua, paradigma sosialis, yaitu paradigma dari ideologi sosialisme yang
menafikan eksistensi agama sama sekali. Agama itu tidak ada, dus, tidak ada
hubungan dan kaitan apa pun dengan iptek. Iptek bisa berjalan secara independen dan
lepas secara total dari agama. Paradigma ini mirip dengan paradigma sekuler di atas,
tapi lebih ekstrem. Dalam paradigma sekuler, agama berfungsi secara sekularistik,
yaitu tidak dinafikan keberadaannya, tapi hanya dibatasi perannya dalam hubungan
vertikal manusia-tuhan. Sedang dalam paradigma sosialis, agama dipandang secara
ateistik, yaitu dianggap tidak ada (in-exist) dan dibuang sama sekali dari kehidupan.
Paradigma tersebut didasarkan pada pikiran Karl Marx (w. 1883) yang ateis dan
memandang agama (Kristen) sebagai candu masyarakat, karena agama menurutnya
membuat orang terbius dan lupa akan penindasan kapitalisme yang kejam. Karl Marx
mengatakan: “Religion is the sigh of the oppressed creature, the heart of the heartless
world, just as it is the spirit of a spiritless situation. It is the opium of the people.”
(Agama adalah keluh-kesah makhluk tertindas, jiwa dari suatu dunia yang tak
berjiwa, sebagaimana ia merupakan ruh/spirit dari situasi yang tanpa ruh/spirit.
Agama adalah candu bagi rakyat).
Berdasarkan paradigma sosialis ini, maka agama tidak ada sangkut pautnya
sama sekali dengan iptek. Seluruh bangunan ilmu pengetahuan dalam paradigma
sosialis didasarkan pada ide dasar materialisme, khususnya Materialisme Dialektis.
Paham Materialisme Dialektis adalah paham yang memandang adanya keseluruhan
proses perubahan yang terjadi terus menerus melalui proses dialektika, yaitu melalui
pertentangan-pertentangan yang ada pada materi yang sudah mengandung benih
perkembanganitu sendiri.
Ketiga, paradigma Islam, yaitu paradigma yang memandang bahwa agama
adalah dasar dan pengatur kehidupan. Aqidah Islam menjadi basis dari segala ilmu
pengetahuan. Aqidah Islam –yang terwujud dalam apa-apa yang ada dalam Al-Qur`an
dan Al-Hadits-- menjadi qa’idah fikriyah (landasan pemikiran), yaitu suatu asas yang
diatasnya dibangun seluruh bangunan pemikiran dan ilmu pengetahuan manusia.
Paradigma ini memerintahkan manusia untuk membangun segala pemikirannya
berdasarkan Aqidah Islam, bukan lepas dari aqidah itu. Ini bisa kita pahami dari ayat
yang pertama kali turun (artinya): “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan.” (QS Al-‘Alaq [96] : 1). Ayat ini berarti manusia telah diperintahkan
untuk membaca guna memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala
pemikirannya itu tidak boleh lepas dari Aqidah Islam, karena iqra` haruslah dengan
bismi rabbika, yaitu tetap berdasarkan iman kepada Allah, yang merupakan asas
Aqidah Islam (Al-Qashash, 1995:81).
Paradigma Islam ini menyatakan bahwa, kata putus dalam ilmu pengetahuan
bukan berada pada pengetahuan atau filsafat manusia yang sempit, melainkan berada
pada ilmu Allah yang mencakup dan meliputi segala sesuatu. Firman Allah SWT
(artinya): “Dan adalah (pengetahuan) Allah Maha Meliputi segala sesuatu.” (QS An-
Nisaa` [4] : 126). “Dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala
sesuatu.” (QS Ath-Thalaq [65]: 12) Itulah paradigma yang dibawa Rasulullah SAW
(w. 632 M) yang meletakkan Aqidah Islam yang berasas Laa ilaaha illallah
Muhammad Rasulullah sebagai asas ilmu pengetahuan. Beliau mengajak memeluk
Aqidah Islam lebih dulu, lalu setelah itu menjadikan aqidah tersebut sebagai pondasi
dan standar bagi berbagai pengetahun. Ini dapat ditunjukkan misalnya dari suatu
peristiwa ketika di masa Rasulullah SAW terjadi gerhana matahari, yang bertepatan
dengan wafatnya putra beliau (Ibrahim). Orang-orang berkata.”Gerhana matahari ini
terjadi karena meninggalnya Ibrahim.” Maka Rasulullah SAW segera menjelaskan:
“Sesungguhnya gerhana matahari dan bulan tidak terjadi karena kematian atau
kelahiran seseorang, akan tetapi keduanya termasuk tanda-tanda kekuasaan Allah.
Dengannya Allah memperingatkan hamba-hamba-Nya...” (HR. Al-Bukhari dan An-
Nasa`i). Dengan jelas kita tahu bahwa Rasulullah SAW telah meletakkan Aqidah
Islam sebagai dasar ilmu pengetahuan, sebab beliau menjelaskan, bahwa fenomena
alam adalah tanda keberadaan dan kekuasaan Allah, tidak ada hubungannya dengan
nasib seseorang. Hal ini sesuai dengan aqidah muslim yang tertera dalam Al-Qur`an
(artinya): “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang
berakal.” (QS Ali ‘Imran [3]: 190)
Inilah paradigma Islam yang menjadikan Aqidah Islam sebagai dasar segala
pengetahuan seorang muslim. Paradigma inilah yang telah mencetak muslim-muslim
yang taat dan shaleh tapi sekaligus cerdas dalam iptek. Itulah hasil dan prestasi
cemerlang dari paradigma Islam ini yang dapat dilihat pada masa kejayaan iptek
Dunia Islam antara tahun 700-1400 M. Pada masa inilah dikenal nama Jabir bin
Hayyan (w. 721) sebagai ahli kimia termasyhur, Al-Khawarzmi (w. 780) sebagai ahli
matematika dan astronomi, Al-Battani (w. 858) sebagai ahli astronomi dan
matematika, Al-Razi (w. 884) sebagai pakar kedokteran, ophtalmologi, dan kimia,
Tsabit bin Qurrah (w. 908) sebagai ahli kedokteran dan teknik, dan masih banyak
lagi.

I. Sikap Sebagai Umat Islam Terhadap Perkembangan


IPTEK
Sikap kita sebagai muslim dalam menanggapi IPTEK, tentunya kita harus menanggapi
dengan bijak, cara menanggapi IPTEK diantaranya :

1. Resesif, kita harus menerimanya dengan bijak. Jangan sampai kita menolaknya
terhadap perkembangan IPTEK. Kemajuan IPTEK itu tidak bisa kita tolak.
2. Selektif, setelah menerima kita harus memilah dan memilih mana yang baik dan
mana yang tidak. Dengan dasar Al-Quran, hadits dan Sunnah tentu kita bisa
melakukan hal ini.
3. Digesif, IPTEK itu perlu kita arahkan, tentunya untuk amal ma’ruf nahi munkar.
4. Adaftif, perlu juga kita sesuaikan dengan jati diri kita sebagai muslim yang pasti
sesuai dengan dasar islam.
Transmitif, kembangkanlah IPTEK untuk menyiarkan agama islam. Sebagai contoh
dengan adanya Al-Quran seluler, Quran digital dan sebagainya

J. Manfaat IPTEK Sebagai Problem Solving


Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan berpikir
tingkat tinggi. Krulik dan Rudnick (1995: 4) menyebutkan bahwa kemampuan
pemecahan masalah merupakan suatu usaha individu dengan menggunakan
pengetahuan, keterampilan, dan pemahamaman yang telah dimilikinya untuk
menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapinya. Hal ini berarti seorang
individu yang memiliki kemampuan memecahkan masalah mampu mengatasi suatu
permasalahan dengan memanfaatkan hasil belajar yang sudah dimilikinya. Hasil
belajar itu meliputi aspek pengetahuan, pemahaman maupun keterampilan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan
masalah merupakan kemampuan yang dimiliki individu dalam menggunakan
pengetahuannya untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Individu yang memiliki
kemampuan memecahkan masalah dengan baik dapat menemukan cara tepat sebagai
solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Sejalan dengan
perkembangan Iptek yang sangat cepat, juga dihadapkan pada banyak masalah. Oleh
karena itu nilai-nilai dan budaya Iptek harus dikenalkan kepada masyarakat sedini
mungkin, baik melalui lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun lingkungan
masyarakat agar tidak menimbulkan masalah seperti berikut:
1. Kebijakan yang sesuai dengan perkembangan Iptek. Kebijakan penerapan dan
perkembangan perlu diarahkan untuk mencari pemecahan masalah, misalnya
masalah pengangguran, kemiskinan, pembangunan daerah-daerah terbelakang.
Dengan perkataan lain, Iptek harus diarahkan pada peningkatan kesejahteraan
rakyat secara menyeluruh.
2. Perlu dipikirkan strategi yang tepat, baik dalam arti prosesnya, hasilnya, maupun
peran serta dari pelaku Iptek, terutama para peneliti harus disediakan fasilitas
penelitian yang memadai, misalnya dana dan tenaga.
3. Sektor produksi, kegiatan produksi di Indonesia baru sampai pada pemanfaatan
kemajuan teknologi yang terkandung dalam berbagai peralatan yang digunakan.
4. Ragam kegiatan penelitian dan pengembangannya. Kemitraan antara industri dan
dunia usaha dengan lembaga litbang masih lemah. Walaupun sebenarnya di
tingkat nasional telah dilakukan berbagai investasi untuk mengembangkan
lembaga litbang, laboratorium penelitian, dan pusat-pusat pelayanan teknologi,
namun dampaknya terhadap perkembangan industri belum meluas.

K. IPTEK Dalam Keperawatan dan Agama Islam


Ada beberapa kemungkinan hubungan antara agama dengan IPTEK: (a)
bertentagan, (b) bertentangan tapi dapat hidup berdampingan secara damai, (c) tidak
bertentangan satu sama lain, (d) saling mendukung satu sama lain, agama mendasari
pengembangan iptek atau iptek mendasari pengayatan agama.
Pola hubungan pertama adalah pola negative, bertentangan. Apa yang dianggap
benar oleh agama dianggap tidak benar oleh ilmu pengetahuan dan teknologi dan
sebaliknya. Dalam pola hubungan seperti ini, pengembangan iptek akan menjauhkan
dari keyakinan akan kebenaran agama dan pendalaman agama dapat menjauhkan orang
dari keyakinan akan kebenaran ilmu pengetahuan. Orang yang menekuni ajaran agama
akan cenderung untuk menjauhi ilmu pengetahuan dan tekonologi yang dikembangkan
oleh manusia. Pola hubungan seperti ini pernah terjadi di zaman Galileio-Galilei.
Pola hubungan ke dua adalah kebenaran iptek yang bertentangan dengan
kebenaran agama semakin tidak dapat disangkal sementara keyakinan akan agama
masih kuat dihati, jalan satu-satunya adalah menerima kebenaran keduanya dengan
anggapan bahwa masing-masing mempunyai wilayah kebenaran yang berbeda. Dalam
pengembangan iptek tidak dikaitkan dengan penghayatan dalam pengalaman aga
seseorang karena keduanya berada pada wilayah yang berbeda, baik secara individual
maupun komunal, pengembangan yang satu tidak mempengaruhi pengembangan yang
lain. Pola hubungan ini dapat terjadi dalam masyarakat sekuler yang sudah terbiasa
untuk memisahkan urusan agama dari urusan negara/masyarakat .
Pola hubungan ketiga adalah tidak bertentangan satu sama lain atau netral.
Dalam pola hubungan ini, kebenaran ajaran agama tidak bertentangan dengan
kebenaran ilmu pengetahuan tetapi juga tidak saling berpengaruh. Dalam masyarakat
dimana pola hubungan seperti ini terjadi,penghayatan agama tidak mendorong orang
unuk mengembangkan iptek dan pengembanhgan iptek tidak mendorong orang untuk
mendalami dan menghayati ajaran agama.
Pola hubungan yang ke empat adalah pola hubungan yang positif. Terjadinya
pola hubungan seperti ini mensyaratkan tidak adanya pertentangan antara ajaran agama
dan ilmu pengetahuan sertakehidupan masyarakat yang tidak sekuler. Secara teori, pola
hubungan ini dapat terjadi dalam tigawujud: ajaran agama mendukung pengembangan
iptek tapi pengembangan iptek tidak mendukung ajaranagama, pengembangan iptek
mendukung ajaran agama tapi ajaran agama tidak mendukung pengembangan iptek,
dan ajaran agama mendukung pengembangan iptek dan demikian pula sebaliknya.
Dampak positif dan dampak negatif terhadap pelayanan kesehatan
1. Dampak Positif
a. Sistem pelayanan kesehatan yang lebih baik.
b. Sumber informasi kesehatan yang lebih lengkap dan mudah.
c. Pengawasan gaya hidup sehat dalam genggaman.
d. Perkembangan keilmuan/riset.
e. Penurunan biaya/efisiensi.
2. Dampak Negatif
a. Resiko terjadinya penyakit baru.
b. Pemberitaan yang kurang tepat.
c. Kesalahan persepsi.
d. Biaya mahal.

L. Contoh penerapan IPTEK dalam keperawatan\


Telenursing
A. Definisi
Telenursing adalah upaya penggunaan teknologi informasi dalam memberikan
pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang
jauh antara perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat. Sebagai bagian dari telehealth
dan beberapa bagian terkait dengan aplikasi bidang medis dan non medis seperti telediagnosis,
telekonsultasi dan telemonitoring.
Telenursing menunjukkan penggunaan tehnologi komunikasi oleh perawat untuk
meningkatkan perawatan pasien. Telenursing menggunakan channel elektromagnetik (wire,
radio, optical) untuk mengirim suara, data dan sinyal video komunikasi. Dapat juga
didefinisikan sebagai komunikasi jarak jauh menggunakan transmisi elektrik atau optic antara
manusia dan atau computer
Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk memberikan informasi
dan pelayanan keperawatan jarak-jauh. Aplikasinya saat ini, menggunakan teknologi satelit
untuk menyiarkan konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan di dua negara dan memakai
peralatan video conference. Telenursing bagian integral dari telemedicine atautelehealth.
B. Keuntungan Telenursing
Menurut Britton et all (1999), ada beberapa keuntungan telenursing yaitu :

1. Efektif dan efisien dari sisi biaya kesehatan, pasien dan keluarga dapat mengurangi kunjungan
ke pelayanan kesehatan ( dokter praktek,ruang gawat darurat, rumah sakit dan nursing home)

2. Dengan sumber daya yang minimal dapat meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan
keperawatan tanpa batas geografis

3. Telenursing dapat menurunkan kebutuhan atau menurunkan waktu tinggal di rumah sakit
4. Pasien dewasa dengan kondisi penyakit kronis memerlukan pengkajian dan monitoring yang
sering sehingga membutuhkan biaya yang banyak. Telenursing dapat meningkatkan pelayanan
untuk pasien kronis tanpa memerlukan biaya dan meningkatkan pemanfaatan teknologi

5. Berhasil dalam menurunkan total biaya perawatan kesehatan dan meningkatkan akses untuk
perawatan kesehatan tanpa banyak memerlukan sumber.
Selain manfaat di atas telenursing dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan
keperawatan (model distance learning) dan perkembangan riset keperawatan berbasis
informatika kesehatan.Telenursing dapat juga digunakan dikampus dengan video conference,
pembelajaran on line dan Multimedia Distance Learning.
C. Aplikasi Telenursing
Aplikasi telenursing dapat diterapkan di rumah, rumah sakit melalui pusat telenursing
dan melalui unit mobil. Telepon triase dan home care berkembang sangat pesat dalam aplikasi
telenursing. Di dalam home care perawat menggunakan system memonitor parameter fisiologi
seperti tekanan darah, glukosa darah, respirasi dan berat badan melalui internet. Melalui system
interaktif video, pasien contact on-callperawat setiap waktu untuk menyusun video konsultasi
ke alamat sesuai dengan masalah, sebagai contoh bagaimana mengganti baju, memberikan
injeksi insulin atau diskusi tentang sesak nafas. Secara khusus sangat membantu untuk anak
kecil dan dewasa dengan penyakit kronik dan kelemahan khususnya dengan penyakit
kardiopulmoner. Telenursing membantu pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif di
dalam perawatan, khususnya dalam management penyakit kronis. Hal ini juga mendorong
perawat menyiapkan informasi yang akurat dan memberikan dukungan secara online.
Kontinuitas perawatan dapat ditingkatkan dengan menganjurkan sering kontak antara pemberi
pelayanan kesehatan maupun keperawatan dengan individu pasien dan keluarganya.
Telemedicine
Telemedicine adalah pemakaian telekomunikasi untuk memberikan informasi dan
pelayanan medis jarak-jauh. Aplikasi telemedicine saat ini, menggunakan dua negara teknologi
satelit untuk menyiarkan konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan dan memakai
peralatan video conference. Dapat kita pahami bahwa cakupan telemedicine cukup luas,
meliputi penyediaan pelayanan kesehatan (termasuk klinis, pendidikan dan
pelayananadministrasi) jarak jauh, melalui transfer informasi (audio, video, grafik), dengan
menggunakan perangkat-perangkat telekomunikasi (audio-video interaktif dua arah, komputer,
dan telemetri) dengan melibatkan dokter, pasien dan pihak-pihak lain. Secara sederhana,
telemedicine sesungguhnya telah diaplikasikan ketika terjadi diskusi antara dua dokter
membicarakan masalah pasien lewat telepon.
A. Sejarah Telemedicine
Ide tentang pemeriksaan dan evaluasi kesehatan dengan menggunakan perangkat
jaringan telekomunikasi bukanlah hal yang baru. Setelah diperkenalkan pesawat telepon,
percobaan telemedicine telah dilakukan pertama kali dengan men-transmisi-kan
rekaman ekg melalui jaringan teleponsistem analog. Walaupun jarak tempuh transmisi hanya
beberapa kilometer, namun nilai klinisnya tidak begitu bermakna. Setelah itu, beberapa kali
dicoba untuk melakukan transmisi suara jantung dan napas antar dokter dan pasien.
Setelah Perang Dunia ke-II (1945), tekniktransmisi foto dikembangkan oleh militer di
eropa. Pengalaman tersebut memberikan inspirasi para pioner kedokteran dalam
mengembangkan teknik pengiriman gambar-gambar medis tentang penyakit dan kelainan dari
pasien ke dokter. Sejumlah peneliti kedokteran pada saat itu telah melakukan kegiatan
pendidikan, interprestasi dan menegakkan diagnosis serta melakukan pengobatan psikiatri,
dan radiologijarak jauh.
Sejalan dengan kemajuan teknologi komputer dan sistem digital saat ini, perkembangan
telemedicine semakin berkembang. Peralatan kedokteran dapat menghasilkan gambar digital
secara langsung, selain itu juga dapat mengubah citra video menjadi citra digital. Kini,
penggunaan telemedicine sangat luas sampai sekarang diaplikasikan
di Amerika, Yunani,Israel, Jepang, Italia, Denmark , Belanda, Norwegia,Jordan, India,
dan Malaysia. RSF0606094680.
B. Fase Perkembangan Telemedicine
FASE PERKEMBANGAN RENTANG WAKTU
Telegram dan telepon 1840-1920
Radio 1920-1950
Televisi/ teknologi ruang angkasa 1950-1980
Teknologi digital 1990an
C. Manfaat Telemedicine
Manfaat telemedicine mencakup kedalam 3 aspek yang saling terkait satu sama lain
yaitu pasien, dokter dan rumah sakit. Manfaat langsung bagi pasien adalah:
1. Mempercepat akses pasien ke pusat-pusat rujukan.
2. Mudah mendapatkan pertolongan sambil menunggu pertolongan langsung dari dokter-
dokter pribadi.
3. Pasien merasakan tetap dekat dengan rumah dimana keluarga dan sahabat dapat
memberikan dukungan langsung.
4. Menurunkan stres mental atau ketegangan yang dirasakan di tempat kerja.
5. Menseleksi antara pasien-pasien yang perlu dibawa ke rumah sakit dan pasien yang tidak
perlu perawatan di rumah sakit akan tetap tinggal di rumah.
D. Aplikasi Telemedicine
1. Skala Mikro
Dilaksanakan oleh salah satu intansi layanan kesehatan dalam skala terbatas.
2. Skala Makro
· Aplikasi Sektoral
Terbatas untuk satu subdisiplin ilmu kedokteran/ bidang layanan kesehatan.
· Aplikasi Regional
Mencakup keseluruhan bidang layanan kesehatan terbatas pada wilayah tertentu
dalam satu negara.
· Aplikasi Nasional
Mencakup seluruh bidang layanan kesehatan di seluruh wilayah suatu Negara.
E. Aplikasi Telemedicine di Indonesia
1. Instalansi Sistem
· Biaya instalansi
· Teknologi perangkat lunak
· Teknologi perangkat keras
2. Inkorporasi Kedalam Praktek Kedokteran di Indonesia
· Tenaga kesehatan dengan keterampilan layanan kesehatan jarak jauh
· Penerimaan komunitas kesehatan dan non kesehatan
· Aspek etika, legalitas, dan reimbursement
3. Pemeliharaan Sistem
· Biaya pemeliharaan
· Efektivitas biaya secara komersial
· Pengawasan kualitas layanan
· Penyesuaian dengan perkembangan teknologi informasi dan ilmu kedokteran
F. Teknologi dan Medicine
Aplikasi telemedicine sangatlah luas, tergantung dari materi dan objek transmisi nya.
Misalnya:teleradiologi, telepatologi, teledermatologi,telekardiologi, telepsikiatri, teleneurolog
i, teleedukasi,telekonsultasi, pengobatan telenuklir,teleotorinolaringologi dan penatalaksanaan
trauma jarak jauh. Selain itu dikenal pula berbagai disiplin telemedicine lainnya
seperti telenursing (pelayanan keperawatan jarak jauh), dan teleprescribing (resep jarak jauh).
Perangkat keras dan lunak telemedicine sangat mahal, terutama transmisi yang
menggunakan saluran pita lebar, sehingga akses pusat kontrol dan server sebaiknya berada di
center-center besar. Namun harus dibedakan mana yang bisa diaplikasikan sesuai kemampuan,
dan mana yang harus menunggu pemakaian teknologi tinggi. Semua pengiriman pencitraan
(image) baik ekokardiografi real time maupun film citra x-ray , ct-
scan ataupun angiogrammemerlukan saluran pita lebar dan jaringan digital dengan biaya
tinggi.
Telehealth
e-Health adalah memanfaatkan internet untuk transmisi informasi kesehatan.
Telemedicine adalah penggunaan teknologi informasi dan telekomunikasi untuk pertukaran
informasi kesehatan.
Jadi Telehealth adalah hasil dari pertukaran tersebut. Berdasarkan definisi
tersebut, telehealthmencakup pula pengertian terpisahnya jarak dan/atau waktu antara pesien
dan dokter yang mendiagnosis atau mengobati.
Teknologi telehealth umumnya dimanfaatkan untuk beberapa kepentingan, antara lain:
1. Mengirim pelayan kesehatan ke pasien yang berjarak jauh
2. Mendidik provider, admisnistrator, pasien, dan keluarganya
3. Untuk mengakumulasi data atau memonitor insidensi penyakit sebagai bagian dari kesehatan
masyarakat, epidemiologik, atau biodefense network.
Teknologi telehealth memiliki potensi untuk memperbaiki akses pelayanan kesehatan,
meningkatkan kualitas pelayanan, mengurangi kesalahan medis, mengurangi biaya kesehatan,
dan lebih mendistribusikan informasi kesehatan.
A. Teleheatlh Dalam Pelayanan Keperawatan
Pelayanan kesehatan akan sangat berkembang seiring perkembangan tekhnologi dan
informasi. Termasuk juga pelayanan keperawatan di masa ke depan akan memanfaatkan
perkembangan tekhnologi informasi, misalnya mengaplikasikan telehealth. Telehelath dalam
keperawatan bisa dikembangkan untuk digunakan dalam bidang pendidikan maupun bidang
pelayanan keperawatan. Dalam bidang pelayanan keperawatan telehealth dapat membantu
kegiatan asuhan keperawatan pada pasien di rumah atau dikenal dengan home care. Dengan
adanya kontribusi telehealth dalam pelayanan keperawatan di rumah atau homecare, akan
banyak sekali manfaat yang dapat dirasakan oleh pasien dan keluarga, perawat, instansi
pelayanan kesehatan dan termasuk juga pemerintah dalam hal ini adalah Departemen
Kesehatan. Namun demikian untuk bisa mengaplikasikan telehealth dalam bidang keperawatan
banyak sakali tantangan dan hambatannya misalnya: faktor biaya, sumberdaya manusia,
kebijakan dan perilaku.
B. Tinjauan Pustaka
1. Telehealth Dalam Keperawatan
Istilah seperti telehealth atau telemedicine, digunakan secara bergantian untuk merujuk
pada pelayanan menggunakan tehnologi elektronik pada pasien dalam keterbatasan jarak. Pada
dunia keperawatan dikenal telehealth dalam keperawatan atau telenursing. Telenursing adalah
penggunaan tekhnologi dalam keperawatan untuk meningkatkan perawatan bagi pasien (Skiba,
1998) Telenursing menggunakan tehnologi komunikasi dalam keperawatan untuk memenuhi
asuhan keperawatan kepada klien. Teknologi berupa saluran elektromagnetik (gelombang
magnetik, radio dan optik) dalam menstransmisikan signal komunikasi suara, data dan video.
Atau dapat pula di definisikan sebagai komunikasi jarak jauh, menggunakan transmisi elektrik
dan optik, antar manusia dan atau komputer.
Aplikasi telehealth bisa dilakukan di Rumah sakit , klinik, rumah dan mobile center.
Aplikasi telehealth berupa telepon triage dan home care adalah yang paling banyak
dikembangkan secara luas untuk saat ini (Russo, 2001).
2. Tekhnologi dalam Telehealth
Pada telehealth secara umum ada dua tekhnologi yang dalam pelayanan: store forward
dan real time tekhnologi.
Tekhnologi simpan dan sampaikan (store and forward) misalnya : gambar yang
didapatkan dari elektonik seperi tekhnologi x ray, dapat dikirimkan pada spesialis untuk
diinterpretasi. Gambar tersebut saja yang berpindah pindah.Radiologi, dermatologi, patologi
adalah contoh spesialisasi yang sangat kelihatan menggunakan tekhnologi ini.
3. Tekhnologi real time
Real time adalah tekhnologi yang membuat pasien dan provider berinteraksi dalam
waktu yang sama. Banyak alat telekomunikasi yang memfasilitasi komunikasi dua arah
menggunakan tekhnologi real time dalam telehealth. Tekhnologi realtime juga dapat membuat
alat untuk menstransimisikan gambar dari tempat yng berbeda. Misalnya kamera untuk
mengobservasi keadaan klien. Tekhnologi realtime memfasilitasi komunikasi dua arah baik
audio maupun video, yang bisa digunakan dalam telehealth.
Sebagai kombinasi realtime dan robotik, seorang dokter bedah dapat melakukan operasi
dengan alat operasi khusus dari jarak tertentu. Prosedur ini disebut dengan telepresence.
Telepresence menjadi salah satu sub bagian dari telehealth. Saat ini masih sedang
dikembangkan karena membutuhkan sistem yang 100 % reliable dan bandwith yang sangat
tinggi.
4. Contoh Telehealth
Pelayanan kesehatan semakin bergeser dari Rumah sakit menuju Rumah dan
komunitas. Banyak rentang petugas kesehatan (ahli gizi, pekerja social, perawat) sebagai
bagian dalam pelayanan kesehatan yang menggunakan pelayanan terapeutik dengan telehealth.
Salah satu contoh program tlehealth adalah homecare. Sistem ini menyediakan audio
dan video interaktif untuk hubungan antara lanjut usia di rumah dan telehealth perawat.
Perawat memasukkan data data pasien secara elektronik dan menganalisanya, kalau perlu
untuk dilakukan kunjungan, perawat akan melakukan kunjungan ke pasien.
5. Issue
Telehealth terdiri dari berbagai jenis bentuk dan telah menunjukkan segi manfaatnya.
Beberapa manfaat dari telehealth misalnya: meningkatkan kualitas pelayanan, mengurangi
waktu, meningkatkan produkstifitas akses, meningkatkan peluang belajar. Ada beberapa isu
yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan telehealth yaitu :
w Pembiayaan.
Pembiayaan adalah hambatan dalam penyelenggaraan telehealth. Meskipun dijumpai
bahwa telehealth banyak mempunyai manfaat. Pemerintah masih kurang dalam
mengembangkan telehealth.
w Aspek Legal
Aspek hukum menyatakan bahwa: warga negara harus dilindungi dari praktek petugas
kesehatan yang tidak baik.
w Standar keamanan
Perhatian dalam apliksi tekhnologi dalam pelayanan kesehatan adalah
keamaan/keselamatan pasien. Sistem pelayanan telehealth harus bisa menjamin keselamatan
bagi pasien.
Berkaitan dengan hal tersebut ANA (American Nursing Association) menerbitkan
pedoman telehealth yaitu : Prinsip dasar telehealth pada tahun 1998, kompetensi telehealth
tahun 1999 dan mengembangkan protokol telehealth pada tahun 2001
w Keamanan Data
Telehealth memerlukan pencatatan elektronik (elektronik health record), yang rawan
akan privasi, kerahasiaan dan keamanan data. Sehingga penyelenggaraan telehealth harus bisa
menjamin keamanan data.
w Infrastruktur Komunikasi
Infrastruktur telekomunikasi merupakn bagian dari telehealth yang mempunyai biaya
dengan prosentase paling besar. Isu yang lain, adalah alat untuk hubungan antarmuka
(interface) akan sulit menyelenggarakan telehealth jika tidak ada saling hubungan
( interkoneksi) antar alat.
Departemen Agama RI, 2011. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum,
Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam, Jakarta.
Mansoer Hamdan, Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi
Umum, Jakarta : DIKTI, 2004
https://www.academia.edu/28234095/Kelompok_5_PKN
https://www.academia.edu/35123010/islam_dan_iptek

https://www.bappenas.go.id/index.php/download_file/view/8716/1729/

Daftar Pustaka: Zainal Ilmi. 2012. Islam Sebagi Landasan Perkembangan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi. Jurnal Komunikasi dan Sosial Keagamaan. Samarinda. Vol : XV No. 1

Sumber : Al Harun, R. Peran Islam dan Perkembangan Ilmu Teknologi. Diakses di


https://www.academia.edu/35123010/islam_dan_iptek pada 15 Oktober 2019

Hidayati, Mujinem & Senen, Anwar. 2008. Pengembangan Pendidikan IPS SD. Jakarta:
Direktoran Jenderal Pendidikan Tinggi.
Vitasari, N., & Trisniawati, T. (2017). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
Mahasiswa Pgsd Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa melalui Problem Posing. TAMAN
CENDEKIA: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, 1(2), 78-86.

Anda mungkin juga menyukai