Anda di halaman 1dari 13

PROSEDUR PENGKAJIAN DAN MANAJEMEN LUKA BAKAR

1. Pengkajian dan Manajemen Luka Bakar Darurat


A: Airway Jalan napas bebas; pertahankan perlindungan tulang
belakang leher; pertimbangkan intubasi jika jalan napas
terganggu.
Amati jelaga di mulut atau hidung dan pembakaran
rambut di hidung atau wajah (menunjukkan inhalasi
terbakar yang mungkin tidak terlihat dari pengamatan
awal)
B: Breathing Berikan oksigen tambahan; pertimbangkan ventilasi
mekanik.
Pantau perubahan suara atau pengembangan huskiness
(menunjukkan pembengkakan pada saluran
napas//laring dan dapat berkembang dari waktu ke
waktu)
C: Circulation Buat akses IV 2 jalur melalui jaringan yang tidak
terbakar; IV cairan bolus; mengontrol perdarahan.
Pertimbangkan penggunaan akses intra-osseus jika akses
IV tidak didapat. EZ-IO
D: Disability Nilai fungsi kognitif; GCS; PERLA; periksa kadar
glukosa darah.
E: Environmental Periksa adanya luka lain, lepas cincin/pakaian; jaga agar
tetap hangat.
F: Fluid Resusitasi cairan sebanding dengan ukuran luka
bakar/beratnya

2. Pertolongan Pertama Luka Bakar


Pertolongan pertama luka bakar penting untuk:
a. mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut dan perkembangan luka bakar
b. meminimalkan komplikasi terkait dengan pembengkakan
c. mengelola nyeri terkait luka bakar
d. mencegah hipotermi (anak <1 tahun tidak memiliki refleks menggigil)
1. Pastikan ruang gawat darurat hangat dan pintu-pintu ditutup.
2. Lakukan pertologan pertama: mengalirkan air dingin (8-25°C) selama 20
menit/gunakan selimut gel steril jika ada. Lakukan segera atau dalam 3 jam
pertama dari saat luka bakar. Jaga tubuh pasien tetap hangat untuk
mencegah hipotermi.
3. Hindari hipotermi: jaga tubuh pasien sehangat mungkin. Periksa suhu pasien
– jika <36°C lakukan pemanasan eksternal.
4. Lepaskan pakaian dan perhiasan.
5. Luka dapat ditutup dengan Cling Film* untuk meminimalkan rasa sakit,
mencegah luka mengering, dan memungkinkan penilaian oleh beberapa
profesional kesehatan tanpa mengganggu luka.
*Cling Film adalah transportasi pakaian sementara dan berlaku untuk 8 jam
pertama (dari saat luka bakar).
Menutup luka dengan Cling Film:
a. Gunakan Cling Film untuk luka bakar, pastikan permukaan bagian dalam
Cling Film melawan luka.
b. Jangan membungkus Cling Film erat di anggota badan karena dapat
membatasi pembengkakan. Sebaliknya berbaring longgar memanjang
sepanjang badan.
c. Cling Film dapat digunakan untuk kenyamanan dan keamanan.
6. Manajemen Pembengkakan
a. Tinggikan semua anggota badan yang terbakar di bantal sesegera
mungkin.
b. Jika wajah, kepala, atau leher yang terbakar, angkat kepala tempat tidur.
c. Luka bakar sirkumferensial anggota badan memerlukan pemantauan tiap
jam yaitu warna, kehangatan, dan kapiler refill dari ekstremitas.
d. Luka bakar sirkumferensial dalam mungkin memerlukan escharotomy
awal. Jika tanda-tanda kompromi sirkulasi atau kesulitan bernapas dalam
kasus luka bakar yang luas, escharotomy harus diperhatikan.
7. Berikan analgesik adekuat (misal IV morfin)
8. Berikan tetanus toxoid/imunoglobulin tetanus dengan indikasi
3. Pedoman Rujukan
Cedera berikut harus selalu dibahas dengan Christchurch Regional Burn Unit
1. Luka bakar >10% TBSA pada orang dewasa. Luka bakar >5% TBSA pada
anak.
2. Luka bakar full thickness >5% TBSA baik orang dewasa atau anak.
3. Luka bakar di daerah khusus: wajah, tangan, kaki, perineum.
4. Luka bakar listrik.
5. Luka bakar kimia.
6. Luka bakar terkait cedera inhalasi.
7. Luka bakar melingkar anggota badan/dada.
8. Luka bakar pada usia ekstrem (misal <2 tahun atau >70 tahun).
9. Berhubungan dengan trauma.
10. Cedera non-kecelakaan.
11. Luka bakar pada pasien dengan gangguan medis dan sudah ada penyulit,
memperpanjang pemulihan, atau peningkatan mortalitas.
12. Luka bakar apapun yang telah gagal sembuh dengan manajemen
konservatif selama 2 minggu.

4. Pengkajian Luka
1. Riwayat
2. Kedalaman Luka
3. Estimasi Area Permukaan Tubuh
4. Cedera Non-kecelakaan
1. Riwayat/Dokumentasi
a. Penyebab luka bakar: api, listrik, kimia
b. Waktu cedera
c. Tindakan pertolongan pertama
d. Trauma lain
e. Riwayat medis: obat/alergi/riwayat vaksinasi
f. Manajemen awal
g. Komunikasi/saran daru NBC/RBU
2. Kedalaman Luka Bakar; Klasifikasi ANZBA
i. Epidermal
Contoh: sinar UV, kilat sangat singkat
Penampilan: kering dan merah, memucat dengan tekanan,
tidak ada lecet
Sensasi: mungkin nyeri
Waktu penyembuhan: dalam 7 hari
Parut: tidak ada
ii. Superficial dermal

iii. Mid dermal

iv. Deep dermal

v. Full thickness
vi.

A. Penanganan luka bakar di unit gawat darurat

Tindakan yang harus dilakukan terhadap pasien pada 24 jam pertama


yaitu:

1) Penilaian keadaan umum pasien.

Perhatikan A : Airway (jalan nafas), B : Breathing (pernafasan),


C : Circulation (sirkulasi)

A. Airway
a. Bersihkan obstruksi dengan menggunakan tangan dan
mengangkat dagu (pada pasien tidak sadar)
b. Lindungi jalan nafas dengan jalan nafas orofaringeal atau
nasofaringeal (pada pasien tidak sadar)
c. Jalan nafas defenitif (akses langsung melalui oksigenasi
intratrakeal) dindikasikan pada: apneal (risiko) obstruksi jalan
nafas atas/ (risiko) aspirasi/memerlukan ventilasi mekanik,
selang orotrakeal dan selang nasotrakeal.
d. Jalan nafas dengan pembedahan (krikotiroidotomi) diindikasikan
pada: trauma maksilofasial/disrupsi laring/gagal intibasi
B. Breathing/ pernafasan
a. Berikan suplemen O2
b. Nilai frekuensi nafas/ masuknya udara rontgen simetris/
pergerakan dinding pada toraks simetris/posisi trakea
c. Pantau dengan oksimetri nadi dan observasi
C. Circulation/sirkulasi
a. Nilai frekuensi nadi dan karakteristiknya/ rontgen tekanan
darah/pulsasi apeks/JVP/bunyi pelvis jantung/bukti hilangnya
darah
b. Ambil darah dengan cross match, DPL dan ureum + elektrolit

2) Penilaian luas dan kedalaman luka bakar

3) Kaji adanya kesulitan menelan atau bicara dan edema saluran


pernafasan

4) Kaji adanya faktor – faktor lain yang memperberat luka bakar


seperti adanya fraktur, riwayat penyakit sebelumnya (seperti
diabetes, hipertensi, gagal ginjal, dll)

5) Pasang infus (IV line), jika luka bakar >20% derajat II / III
biasanya dipasang CVP (kolaborasi dengan dokter) digunakan
untuk mengetahui permeabilitas vaskular dengan monitoring nilai
CVP yang semakin meningkat

6) Pasang kateter urin, pasang NGT jika diperlukan, beri terapi


oksigen sesuai kebutuhan

7) Berikan suntikan ATS / toxoid

8) Perawatan luka :

a. Cuci luka dengan cairan savlon 1% (savlon : NaCl = 1 : 100)


b. Biarkan lepuh utuh (jangan dipecah kecuali terdapat pada sendi yang
mengganggu pergerakan
c. Selimuti pasien dengan selimut steril
9) Pemberian obat – obatan (kolaborasi dokter): Antasida H2 antagonis,
Roborantia (vitamin C dan A), Analgetik, Antibiotic
10) Mobilisasi secara dini dan pengaturan posisi
Keterangan:
a. Pada 8 jam I diberikan ½ dari kebutuhan cairan
b. Pada 8 jam II diberikan ¼ dari kebutuhan cairan

c. Pada 8 jam III diberikan sisanya

1. Pengkajian primer
1) Airway
Menurut Moenadjat (2009), membebaskan jalan nafas dari sumbatan
yang terbentuk akibat edema mukosa jalan nafas ditambah sekret yang
diproduksi berlebihan (hiperekskresi) dan mengalami pengentalan.
Pada luka bakar kritis disertai trauma inhalasi, intubasi (pemasangan
pipa endotrakeal) dan atau krikotiroidektomi emergensi dikerjakan
pada kesempatan pertama sebelum dijumpai obstruksi jalan nafas
yang dapat menyebabkan distres pernafasan. Pada luka bakar akut
dengan kecurigaan trauma inhalasi. Pemasangan pipa nasofaringeal,
endotrakeal merupakan prioritas pertama pada resusitasi, tanpa
menunggu adanya distres nafas. Baik pemasangan nasofaringeal,
intubasi dan atau krikotiroidektomi merupakan sarana pembebasan
jalan nafas dari sekret yang diproduksi, memfasilitasi terapi inhalasi
yang efektif dan memungkinkan lavase bronkial dikerjakan. Namun
pada kondisi sudah dijumpai obstruksi, krikotiroidektomi merupakan
indikasi dan pilihan.
2) Breathing
Adanya kesulitan bernafas, masalah pada pengembangan dada terkait
keteraturan dan frekuensinya. Adanya suara nafas tambahan ronkhi,
wheezing atau stridor.
Moenadjat (2009), Pastikan pernafasan adekuat dengan :
a. Pemberian oksigen
Oksigen diberikan 2-4 L/menit adalah memadai. Bila sekret
banyak, dapat ditambah menjadi 4-6 L/menit. Dosis ini sudah
mencukupi, penderita trauma inhalasi mengalami gangguan aliran
masuk (input) oksigen karena patologi jalan nafas; bukan karena
kekurangan oksigen. Hindari pemberian oksigen tinggi (>10
L/mnt) atau dengan tekanan karena akan menyebabkan hiperoksia
(dan barotrauma) yang diikuti terjadinya stres oksidatif.
b. Humidifikasi
Oksigen diberikan bersama uap air. Tujuan pemberian uap air
adalah untuk mengencerkan sekret kental (agar mudah
dikeluarkan) dan meredam proses inflamasi mukosa.
c. Terapi inhalasi
Terapi inhalasi menggunakan nebulizer efektif bila dihembuskan
melalui pipa endotrakea atau krikotiroidektomi. Prosedur ini
dikerjakan pada kasus trauma inhalasi akibat uap gas atau sisa
pembakaran bahan kimia yang bersifat toksik terhadap mukosa.
Dasarnya adalah untuk mengatasi bronko konstriksi yang potensial
terjadi akibat  zat kimia. Gejala hipersekresi diatasi dengan
pemberian atropin sulfas dan mengatasi proses infalamasi akut
menggunakan steroid.
d. Lavase bronkoalveolar
Prosedur lavase bronkoalveolar lebih dapat diandalkan untuk
mengatasi permasalahan yang timbul pada mukosa jalan nafas
dibandingkan tindakan humidifier atau nebulizer. Sumbatan oleh
sekret yang melekat erat (mucusplug) dapat dilepas dan
dikeluarkan. Prosedur ini dikerjakan menggunakan metode
endoskopik (bronkoskopik) dan merupakan gold standart. Selain
bertujuan terapeutik, tindakan ini merupakan prosedur diagnostik
untuk melakukan evaluasi jalan nafas.
e. Rehabilitasi pernafasan
Proses rehabilitasi sistem pernafasan dimulai seawal mungkin.
Beberapa prosedur rehabilitasi yang dapat dilakukan sejak fase
akut antara lain:
a) Pengaturan posisi
b) Melatih reflek batuk
c) Melatih otot-otot pernafasan.
Prosedur ini awalnya dilakukan secara pasif kemudian dilakukan
secara aktif saat hemodinamik stabil dan pasien sudah lebih
kooperatif
f. Penggunaan ventilator
Penggunaan ventilator diperlukan pada kasus-kasus dengan
distresparpernafasan secara bermakna memperbaiki fungsi sistem
pernafasan dengan positive end-expiratory pressure (PEEP) dan
volume kontrol.
3) Circulation
Warna kulit tergantung pada derajat luka bakar, melambatnya
capillary refill time, hipotensi, mukosa kering, nadi meningkat.
Menurut Djumhana (2011), penanganan sirkulasi dilakukan dengan
pemasangan IV line dengan kateter yang cukup besar, dianjurkan
untuk pemasangan CVP untuk mempertahankan volume sirkulasi
a. Pemasangan infus intravena atau IV line dengan 2 jalur
menggunakan jarum atau kateter yang besar minimal no 18, hal ini
penting untuk keperluan resusitasi dan tranfusi, dianjurkan
pemasangan CVP
b. Pemasangan CVP (Central Venous Pressure)
Merupakan perangkat untuk memasukkan cairan, nutrisi parenteral
dan merupakan parameter dalam menggambarkan informasi
volume cairan yang ada dalam sirkulasi. Secara sederhana,
penurunan CVP terjadi pada kondisi hipovolemia. Nilai CVP yang
tidak meningkat pada resusitasi cairan dihubungkan dengan adanya
peningkatan permeabilitas kapiler. Di saat permeabilitas kapiler
membaik, pemberian cairan yang berlebihan atau penarikan cairan
yang berlebihan akibat pemberian koloid atau plasma akan
menyebabkan hipervolemia yang ditandai dengan terjadinya
peningkatan CVP.
2. Nilai ukuran luka bakar (aturan 9 dari Wallace)

Gambar Rule of nine (Cont Edu Anaesth Crit Care and Pain. 2012)

Perawatan luka bakar di unit perawatan luka bakar, terdapat dua jenis
perawatan luka selama dirawat di bangsal yaitu:

1) Perawatan terbuka: luka yang telah diberi obat topical dibiarkan


terbuka tanpa balutan dan diberi pelindung cradle bed. Biasanya juga
dilakukan untuk daerah yang sulit dibalut seperti wajah, perineum,
dan lipat paha.
2) Perawatan tertutup: penutupan luka dengan balutan kasa steril setelah
dibeikan obat topical.

Penanganan luka bakar di unit gawat darurat


Tindakan yang harus dilakukan terhadap pasien pada 24 jam pertama yaitu:

9) Penilaian keadaan umum pasien, perhatikan Airway (jalan nafas),


Breathing (pernafasan), Circulation (sirkulasi)
10) Penilaian luas dan kedalaman luka bakar

11) Kaji adanya kesulitan menelan atau bicara dan edema saluran pernafasan

12) Kaji adanya faktor – faktor lain yang memperberat luka bakar seperti
adanya fraktur, riwayat penyakit sebelumnya (seperti diabetes,
hipertensi, gagal ginjal, dll)

13) Pasang infus (IV line), jika luka bakar >20% derajat II / III biasanya
dipasang CVP (kolaborasi dengan dokter) digunakan untuk mengetahui
permeabilitas vaskular dengan monitoring nilai CVP yang semakin
meningkat

14) Pasang kateter urin, pasang NGT jika diperlukan, beri terapi oksigen
sesuai kebutuhan

15) Berikan suntikan ATS / toxoid

16) Perawatan luka :

a. Cuci luka dengan cairan savlon 1% (savlon : NaCl = 1 : 100)

b. Biarkan lepuh utuh (jangan dipecah kecuali terdapat pada sendi yang
mengganggu pergerakan
c. Selimuti pasien dengan selimut steril

9) Pemberian obat – obatan (kolaborasi dokter): Antasida H2 antagonis,


Roborantia (vitamin C dan A), Analgetik, Antibiotic
10) Mobilisasi secara dini dan pengaturan posisi
Keterangan:
d. Pada 8 jam I diberikan ½ dari kebutuhan cairan
e. Pada 8 jam II diberikan ¼ dari kebutuhan cairan

f. Pada 8 jam III diberikan sisanya

Penanganan luka bakar di unit perawatan intensif.


Hal yang perlu diperhatikan pada pasien meliputi:

1) Pantau keadaan pasien dan setting ventilator. Kaji apakah pasien


mengadakan perlawanan terhadap ventilator
2) Observasi tanda – tanda vital; tekanan darah, nadi, pernafasan, setiap
jam dan suhu setiap 4 jam

3) Pantau nilai CVP, amati neurologis pasien (GCS), pantau status


hemodinamik, pantau haluaran urin (minimal 1ml/kg BB/jam), pantau
status oksigen, fisoterapi dada.

4) Auskultasi suara paru setiap pertukaran jaga

5) Cek asalisa gas darah setiap hari atau bila diperlukan

6) Penghisapan lendir (suction) minimal setiap 2jam dan jika perlu

7) Perawatan tiap 2 jam (beri boraq gliserin)

8) Perawatan mata dengan memberi salep atau tetes mata setiap 2 jam

9) Ganti posisi pasien setiap 3 jam (perhatikan posisi yang benar bagi
pasien)
10) Perawatan daerah invasif seperti daerah pemasangan CVP, kateter dan
tube setiap hari

11) Ganti kateter dan NGT setiap minggu

12) Observasi letak tube (ETT) setiap shift

13) Observasi setiap aspirasi cairan lambung

14) Periksa laboratorium darah : elektrolit, ureum/kreatinin, AGD, protein


(albumin), dan gula darah (kolaborasi dokter)

15) Perawatan luka bakar sesuai protokol rumah sakit

16) Pemberian medikasi sesuai dengan petunjuk dokter

Prosedur tindakan perawatan luka pada pasien luka bakar:

1) Cuci / bersihkan luka dengan cairan savlon 1% dan cukur rambut yang
tumbuh pada daerah luka bakar seperti pada wajah, aksila, pubis, dll
2) Lakukan nekrotomi jaringan nekrosis

3) Lakukan escharotomy jika luka bakar melingkar (circumferential) dan


eschar menekan pembuluh darah. Eskartomi dilakukan oleh dokter

4) Bullae (lepuh) dibiarkan utuh sampai hari ke 5 post luka bakar, kecuali
jika di daerah sendi / pergerakan boleh dipecahkan dengan
menggunakan spuit steril dan kemudian lakukan nekrotomi

5) Mandikan pasien tiap hari jika mungkin

6) Jika banyak pus, bersihkan dengan betadin sol 2%

7) Perhatikan ekspresi wajah dan keadaan umum pasien selama merawat


luka
8) Bilas savlon 1% dengan menggunakan cairan NaCl 0,9%

9) Keringkan menggunakan kasa steril

10) Beri salep silver sulfadiazine (SSD) setebal 0,5cm pada seluruh daerah
luka bakar (kecuali wajah hanya jika luka bakar dalam [derajat III] dan
jika luka bakar pada wajah derajat I/II, beri salep antibiotika)

11) Tutup dengan kasa steril (perawatan tertutup atau biarkan terbuka
(gunakan cradle bed)

Penatalaksanaan berdasarkan jenis luka bakar:

1) Luka bakar berat (luka bakar >20% pada dewasa, >10% pada anak)
a. Pantau nadi, TD, suhu, keluaran urin, berikan analgesia adekuat
i.v., pertimbangan selang nasogastric (nasogastric tube, NGT),
berikan profilaksis tetanus.
b. Berikan cairan i.v. berdasarkan formula Muir-Barclay: %luka
bakar x berat badan dalam kg/2= satu aliquot cairan. Berikan 6
aliquot cairan selama 36 jam pertama dengan urutan 4, 4, 4, 6,
6,12 jam dari waktu terjadinya luka bakar. Biasanya menggunakan
larutan koloid, albumin atau plasma.
c. Luka akibat terbakar diobati sebagai luka bakar ringan
d. Pertimbangkan untuk merujuk ke pusat luka bakar
2) Luka bakar ringan (luka bakar <20% pada dewasa, <10% pada anak)
a. Terapi terbuka-bersihkan luka dan biarkan terpapar pada
lingkungan khusus yang bersih
b. Terapi tertutup-tutup luka dengan kasa yang dibasahi dengan
klorheksidin atau silver sulfadiazine yang ditutup tipis
c. Debridemen eskar dan split skin graft.

Anda mungkin juga menyukai