25
Defenisi
Suatu keadaan dimana terjadi gangguan perfusi yang disebabkan karena adanya perdarahan
b. Tujuan
1) Memulihkan perfusi pada jaringan
2) Memulihkan keseimbangan cairan dalam tuibuh
3) Mencegah kematian
c.
Indikasi
1) Syok haemoragik
d. Persiapan
1) Alat
-
Neck collar
Balut cepat
Infus set
Plester
Monitor EKG
Pulse oksimeter
Oksigen set
Kateter
Urin bag
2) Pasien
Pasien disiapkan sesuai dengan kebutuhan tindakan di atas brankard.
3) Lingkungan
Tenang dan aman
e.
Pelaksanaan
1) Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)
2) Airway dan C spine dijamin aman
3) Breathing dijamin aman, berikan oksigen
4) Circulation
o Infus 2 line dengan jarum no. 14/16 RL 1.000-2.000 ml sesuai dengan kebutuhan atau kelasnya
syok.
o Periksa laboratorium darah : golongan darah, Hb/Ht, AGD
o Transfusi spesifik type atau golongan O
o Stop sumber perdarahan
o Tidak ada rekasi dilakukan bedah resusitasi untuk menghentikan perdarahan
5) Pasang monitor EKG
6) Pasang gastric tube
7) Pasang kateter dan nilai produksi urin
Hal yang perlu diperhatikan :
1) Harus dapat dilakukan di pusat gawat darurat tingkat IV sampai tingkat I
2) Pasien dengan perdarahan yang masih aktif tidak dapat atau tidak boleh dievakuasi / medevak
3) Metabolisme anaerob
4) Kematian sel, translokasi bakteri, SIRS
5) Gagal organ multipel (MOF) dan kematian
2. Thorak Masif
a.
Defenisi
Terkumpulnya darah secara cepat sebanyak > 1500 ml di rongga toraks akibat trauma tajam atau
tumpul yang menyebabkan terputusnya arteri intercostalis, pembuluh darah hilus paru atau
robek parenkim paru atau jantung.
b. Tujuan
1) Mengurangi rasa sesak
2) Mempertahankan pasien tetap hidup
c.
Indikasi
Pelaksanaan tindakan
1) Petugas gunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)
2) Bersihkan jalan nafas, kontrol servical dengan pemasangan semi rigid cervical collar
3) Berikan oksigenasi 12 lt/menit
4) Membantu dokter untuk pemasangan chest tube dan WSD
5) Monitor WSD : undulasi, jumlah darah dan bubble
6) Lakukan resusitasi cairan secara stimulan
7) Pasang infus RL hangat dengan 2 jalur lumen besar
8) Pasang pulse oximetry
9) Pasang monitor EKG
f.
1) Nilai kesadaran, nadi, pernafasan, pengisian vena capiler, akral dan produksi urine
2) Cegah jangan sampai hipoksia
3) Adanya empisema toraks
3. Flail Chest
a.
Defenisi
Adanya bagian dari dinding dada yang kehilangan kontinuitas dengan dinding dada sisanya (ada
bagian yang melayang). Terdapat multiple fraktur iga dengan garis fraktur lebih dari satu pada
satu iga.
b. Tujuan
1) Mengurangi rasa sakit
2) Mencegah kerusakan lebih lanjut pada dinding dada
c.
Indikasi
1) Flail chest
d. Persiapan alat
1) Alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)
2) Oksigen lengkap
3) Intubasi set
4) Suction lengkap
5) Infus set
6) Cairan ringer lactate
7) Pulse oksimetri
e.
Pelaksanaan tindakan
1) Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)
2) Bersihkan jalan nafas, hisap cairan / darah dan kontrol C spine
3) Pasang intubasi
4) Berikan oksigenasi yang adekuat
5) Jamin breathing-ventilasi dengan baik
6) Infus RL, 2 jalur dengan jarum besar
7) Monitoring dengan pulse oximetry
f.
Defenisi
Suatu keadaan dimana abdomen mengalami benturan
b. Tujuan
1) Mencegah kerusakan lebih lanjut organ di rongga abdomen
2) Mencegah terjadinya syok
c.
Indikasi
Cedera pada daerah abdomen
d. Persiapan alat :
1) Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)
2) Oksigen lengkap
3) Gurita
4) Infus set
5) Cairan ringer lactat hangat
6) Kassa steril
e.
Pelaksanaan tindakan
1) Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)
2) Pertahankan jalan nafas tetap terbuka dan imobilisasi C spine
3) Pasien diberikan oksigen 6 ltr/menit
4) Pasang infus ringer lactat hangat dengan jarum yang besar
5) Pasang gurita jika terjadi perdarahan internal
6) Jika terdapat organ yang keluar tutup dengan kasa steril yang lembab
7) Membantu dokter untuk mempersiapkan pasien untuk dilakukan operasi
8) Monitor tanda-tanda vital pasien
f.
5. Cedera Kepala
a.
Defenisi
Suatu keadaan dimana kepala mengalami cedera akibat adanya suatu trauma
b. Tujuan
1) Mencegah kerusakan otak sekunder
2) Mempertahankan pasien tetap hidup
c.
Indikasi
1) Contusio cerebri
2) Commotio cerebri
d. Persiapan alat
1) Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)
2) Neckcollar
3) Suction lengkap
4) Oksigen lengkap
5) Intubasi set
6) Long spine board
7) Infus set
8) Cairan ringer lactat hangat
9) Pulse oksimetri
10) Monitor EKG
11) Gastric tube
12) Folley chateter + urine bag
e.
Pelaksanaan tindakan
1) Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort
2) Bersihkan jalan nafas dari kotoran (darah, secret, muntah) dengan suction)
3) Imobilisasi C spine dengan neck collar
4) Jika tiba-tiba muntah miringkan dengan teknik Log Roll.
5) Letakkan pasien di atas long spine board
6)
Bila pasien mengorok pasang oropharingeal airway dengan ukuran yang sesuai oropharingeal
jangan difiksasi
8) Pertahankan breathing dan ventilation dengan memakai masker oksigen dan berikan oksigen 100
% diberikan dengan kecepatan 10-121/menit
9) Monitor circulasi dan stop perdarahan, berikan infus RL 1-2 liter bila ada tanda-tanda syok dan
gangguan perfusi, hentikan perdarahanluar dengan cara balut tekan.
10) Periksa tanda lateralisasi dan nilai Glasgow Coma Scale nya
11) Pasang foley cateter dan pipa nasogastrik bila tak ada kontraindikasi
12) Selimuti tubuh penderita setelah diperiksa seluruh tubuhnya, jaga jangan sampai kedinginan.
13) Persiapkan pasien untuk pemeriksaan diagnostik / foto kepala
f.
1) Gangguan kesadaran dan perubahan kesadaran dengan skala koma galasgow lebih kecil dari 9
yaitu E-1, M-5, V= 1-2
2) Pupil anisokor, dengan perlambatan reaksi cahaya
3) Hemifarese
4) Monitor tanda-tanda vital secara ketat
Defenisi
Adalah defek yang lebar pada dinding dada yang tetap terbuka yang menyebabkan terjadinya
pneumothorak terbuka/sucking chest wound, diamater >2/3 diameter trachea
b. Indikasi
Pasien dengan open pneumothorak
c.
Tujuan
Menghilangkan sesak nafas dan mempertahankan pasien tetap hidup
d. Pelaksanaan tindakan
1) Alat pelindung diri (masker, handscoen, scort)
2) Kassa steril
3) Plastik tipis
4) Plester
5) Cairan infus
6) Infus set
e.
Pelaksanaan tindakan
Pengertian
Membersihkan pasien luka bakar dengan menggunakan cairan fisiologis dan cairan desinfektan
b. Tujuan
Mencegah terjadinya infeksi
Mengangkat jaringan nekrotik
c.
Indikasi
Luka bakar derajat dua ke atas dengan luas luka > 20 %
d. Persiapan
1) Alat
a) Alat pelindung diri (masker, handscoen, scort
b) Alat-alat steril
(1) Alat tenun
(2) Set ganti balutan
(3) Semprit 10 cc
Pelaksanaan
Bak mandi diisi dengan air dengan suhu 37-430 derajat celcius
b) Selama tindakan
-
Menutup pasien dengan alat tenun steril kemudian pasien diantar ke tempat perawatan luka
bakar
Mengeringkan daerah luka bakar/bagian yang dicuci dengan kasa steril kemudian diberi zalf
sesuai program pengobatan
d) Memindahkan pasien ke kereta dorong yang sudah diberi alas/alat tenun steril
e) Menutup pasien dengan alat tenun steril kemudian pasien diantar ke ruang perawatan luka bakar
f)
Mengobservasi terhadap :
2) Respons pasien
3) Pola pernafasan pasien
4) Menghindari terjadinya hypotermia
Pengertian
Penyakit jantung koroner yang ditandai dengan nyeri dada khas, keringat dingin diperkuat
dengan adanya gambaran ECG st elevasi
b. Tujuan
Agar penderita yang mendapat serangan ima dapat diselamatkan
c.
Indikasi
Pelaksanaan
Pengertian
Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan
jantung guna kelangsungan hidup pasien
b. Tujuan
Mengembalikan fungsi jantung dan fungsi paru
c.
Indikasi
1) Henti nafas
2) Henti jantung
d. Persiapan
1) Alat
a) Alat pelindung diri (masker, handscoen)
b) Trolly emergency yang berisi :
(1) Laryngoscope lurus dan bengkok (anak dan dewasa)
(2) Magil force
(3) Pipa trakhea berbagai ukuran
(4) Trakhea tube berbagai ukuran
(5) Gudel berbagai ukuran
(6) CVP set
(7) Infus set/blood set
(8) Papan resusitasi
(9) Gunting verband
(10) Bag resuscitator lengkap
(11) Semprit 10 cc jarum no. 18
g) DC shock lengkap
2) Pasien
a) Keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
b) Posisi pasien diatur terlentang di tempat datar dan alas keras
c) Baju bagian atas pasien dibuka
e.
Pelaksanaan
Jika pasien tidak bernafas, berikan nafas buata dengan resuscitator sebanyak 2 kali secara
perlahan
g) Periksa denyut jantung pasien dengan cara meraba arteri karotis, jika arteri carotis teraba cukup
berikan nafas buatan setiap 5 detik sekali
h) Jika arteri carotis tidak teraba lakukan kombinasi nafas buatan dan kompresi jantung luar dengan
perbandingan 15 : 2 untuk dewasa baik 1 atau 2 penolong dan 3 : 1 untuk neonatus.
i)
j)
Jika nafas tetap belum ada lanjutkan teknik kombinasi dimulai dengan kompresi jantung luar.
f.
Pengertian
Memberikan pertolongan bayi baru yang tidak segera menangis atau tidak segera bernafas.
b. Tujuan
Indikasi
Thermometer
e.
Pelaksanaan
1) Jika bayi tidak menangis dengan keras, bernafas dengan lemah, atau bernafas cepat dan dangkal,
pucat atau biru dan atau lemas, maka :
a) Baringkan terlentang dengan benar pada permukaan yang datar, kepala sedikit setengah ekstensi
agar jalan nafas terbuka, bayi harus tetap diselimuti. Hal ini penting sekali untuk mencegah
hypotermi pada bayi baru lahir.
b)
Hisap mulai mulut, sedalam 5 cm dan kemudian hidung bayi sedalam 3 cm secara lembut
dengan menggunakan deelie (jangan memasukkan alat penghisap terlalu dalam pada
kerongkongan bayi). Karena dapat menyebabkan terjadinya bradikardi, denyut jantung yang
tidak teratur, spasme pada larink/tenggorokan bayi.
c) Berikan stimulasi taktil dengan lembut pada bayi (atau menyentil kaki bayi, keduanya aman dan
efektif untuk menstimulasi bayi)
d) Nila ulang keadaan bayi. Jika mulai menangis atau bernafas dengan normal, tidak diperlukan
tindakan lanjutan, lanjutkan perawatan pada bayi baru lahir normal.
e)
Jika bayi tidak bernafas dengan normal atau menangis teruskan dengan ventilasi (40-60)
kali/permenit
f)
i)
Pasang sungkup oksigen atau gunakan bag valve dan mask yang ukurannya sesuai
j)
Periksa pelekatannya dan berikan ventilasi dengan kecepatan 40 s/d 60 kali / permenit
Jika memungkinkan 2 tenaga kesehatan terampil diperlukan untuk melakukan ventilasi dan
kompresi dada
Setelah bayi bernafas normal periksa suhu, jika di bawah 36,5 0 celcius atau punggung sangat
dingin lakukan penghangatan yang memadai. Perhatikan warna kulit, pernafasan dan nadi bayi
selama 2 jam. Ukur suhu bayi setiap jam sehingga normal (36,50C 370C)
Pengertian
Memberikan pertolongan pada perdarahan per vaginam setelah melahirkan lebih dari 500 cc atau
perdarahan disertai dengan gejala dan tanda-tanda syok
b. Tujuan
Stabilisasi kondisi korban segera dirujuk ke rumah sakit
c.
Indikasi
1) Atonia uteri
2) Robekan jalan lahir
3) Retensi plasenta
d. Persiapan
1) Alat
a) Alat pelindung diri (masker, kacamata safety, handscoen, scort)
b) Obat emergency
c) Obat-obatan anti perdarahan
d) Cairan infuse
e) Tampon
f)
VC set
g) Hecting set
2) Pasien
3) lingkungan
e.
1)
Pelaksanaan
Segera setelah plasenta dan selaput ketuban dilahirkan, lakukan massage uterus supaya
berkontraksi (selama maksimal 15 detik) untuk mengeluarkan gumpalan darah. Sambil
melakukan massase fundus uteri, periksa plasenta dan selaput ketuban untuk memastikan
plasenta utuh dan lengkap.
2) Jika perdarahan terus terjadi dan uterus teraba berkontraksi baik, berikan 10 unit oksitosin IM
3) Jika kandung kemih ibu bisa dipalpasi, pasang kateter ke dalam kantung kemih
4) Periksa laserasi pada perineum, vagina dan serviks dengan seksama menggunakan lampu yang
terang. Jika sumber perdarahan sudah diidentifikasi, klem dengan forcep arteri dan jahit laserasi
dengan menggunakan anastesi local (lidokain I %)
5)
Jika uterus mengalami atoni atau perdarahan terus terjadi. Berikan masases uterus untuk
mengeluarkan gumpalan darah.
6)
Periksa lagi apakah plasenta utuh, usap vagina dan ostium serviks untuk menghilangkan
jaringan plasenta atau selaput ketuban yang tertinggal.
7) Jika kandung kemih ibu bisa dipalpasi, pasang kateter ke dalam kandung kemih.
8)
Lakukan kompresi bimanual internal maksimal lima menit atau hingga perdarahan bisa
dikendalikan dan uterus berkontraksi dengan baik
a.
Pengertian
Memberikan pertolongan pada korban dengan perdarahan pervaginam atau lochea berlebihan
pada 24 jam-42 hari setelah persalinan.
b. Tujuan
Stabilisasi kondisi korban untuk mendapat penanganan
c.
Indikasi
1) Sisa plasenta
2) Robekan jalan lahir
3) Kelainan plasenta dan selaput ketuban
4) Persalinan lama
5) Infeksi uterus
6) Persalinan dengan komplikasi atau dengan menggunakan alat
7) Terbukanya luka setelah bedah caesar dan luka setelah episiotomi
d. Persiapan
a) Alat
(a) Alat pelindung diri (masker, hanscoen, scort)
(b) Obat emergensi
(c) Obat anti perdarahan
(d) Cairan infus
(e) Infus set
(f) Tampon
(g) Hecting set
b) Pasien
Memberitahukan prosedur yang akan dilakukan
e.
Pelaksanaan
6) Pasang IV line
7) Buat campuran yang akurat, observasi tanda perdarahan, vital sign, dan tanda-tanda syok.
13. Menerima pasien dengan kedaruratan psikiatri
a.
Pengertian
Suatu kegiatan menerima pasien baru dengan gangguan atau perubahan perilaku alam pikir atau
alam perasaan yang timbul secara tiba-tiba untuk mendapat pertolongan segera.
b. Tujuan
Untuk menghindari ancaman integritas fisik atau psikis terhadap diri pasien/orang lain maupun
ancaman integritas sosial
c.
Indikasi
Obat psikotropik)
2) Pasien
Pasien / keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
3) Lingkungan
Diusahakan tempat tersendiri
4) Petugas
Lebih dari satu orang
e.
Pelaksanaan
1) Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, kacamata safety, handscoen, scort)
2) Mendampingi pasien saat dilakukan pemeriksaan/wawancara
3) Melakukan orientasi minimal dengan memanggil nama pasien dan menyebut nama perawat
4)
Meminta kepada pasien untuk mencoba mengendalikan diri dengan kata-kata sederhana dan
mudah dimengerti.
5)
Mengajak pasien ke tempat tenang dan memotivasi untuk mengungkapkan perasaan secara
verbal
6) Pasien gasuh gelisah yang tidak dapat dikendalikan, selanjutnya disilangkan kedepan dada
7) Memegang tangan kanan dan kiri pasien selanjutnya disilangkan kedepan dada
8) Membimbing menuju tempat yang telah disediakan atau bila gadu bisa dipasang jaket pengaman
9) Bila pasien tetap meronta dan kalau dianggap perlu, petugas I menutup muka pasien, petugas II
dan III memegang kaki kanan dan kiri pasien kemudian mengangkat ke tempat tidur yang telah
disediakan.
10) Memasang manset tangan dan kaki kanan kiri pasien disisi tempat tidur sambil menjelaskan
bahwa tindakan tersebut adalah untuk membantu mengontrol perilakunya dan akan dibuka jika
sudah mampu mengendalikan diri
11) Mengobservasi pasien sebelum dan sesudah tindakan meliputi :
-
Tekanan darah
Nadi
Pernafasan
Pengertian
Indikasi
1) Pasien agresif
2) Psikosa akut
3) Pasien gasuh gelisah
4) Pasin hiperaktif
d. Persiapan
1) Alat
a) Alat pelindung diri (masker, kacamata safety, hanscoen, scort)
b) Manmset
c) Selimut/alas tempat tidur
d) Perlak
e) Sabuk pengaman
2) Obat
Obat-obat sesaui program (obat psikotropik)
3) Pasien
Keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
4) Lingkungan
Tenang dan aman
5) Petugas
Petugas lebih dari 2 orang
e.
Pelaksanaan
1) Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, kacamata safety, handscoen, scort)
2) Mengusahakan agar pasien dapat terlentang di tempat tidur
3) Petugas I memegang tangan kanan pasien, petugas II memengang tangan kiri pasien, petugas III
memegang kaki kanan, petugas IV memegang kaki kiri.
4) Memasang manset pada tangan dan kaki kemudian diikatkan pada tempat tidur.
5) Memasang selimut
6) Mengukur tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian obat trasquiliser sesuai program
7) Mengobservasi pemberian obat dan pengikatan
8) Mencatat seluruh tindakan
f.
Pengertian
Kesadaran menurun adalah menurunnya respon pasien terhadap rangsangan verbal dan
rangsangan nyeri
b. Tujuan
Mempertahankan kelangsungan hidup pasien dan mencegah terjadinya cacat tetap
c.
Indikasi
Semua pasien dengan kesadaran menurun
d. Persiapan
1) Alat
a) Alat pelindung diri (masker, handscoen)
b) Emergency trolley
c) Set terapi oksigen
d) Set penghisap sekresi
e) EKG record
f)
g) Set venaseksi
h) Folley kateter
i)
Lampu senter
2) Obat-obatan/cairan infus
a) Adrenalin
b) Sulfas atropin
c) Dextrose 5 %, 10 %, 40 %
d) NaCl 0,9 %
e) Ringer lactat
f)
Bicarbonat nutrikus
g) Plasma expander
h) Obat-obatan lain sesuai kebutuhan
3) Pasien
Keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
4) Petugas
Lebih dari 2 orang
e.
Pelaksanaan
Pengertian
Menusukkan jarum dengan lumen yang besar ke rongga pleura
b. Tujuan
-
c.
Indikasi
Pasien dengan tension pneumatorax
d. Persiapan
Alat :
-
Betadine
Kassa
Handscoen
Plester
Pasien :
Inform consent
2 orang
e.
Pelaksanaan
Pengertian
Menusukkan jarum yang berlumen pada membran crictohiroidea
b. Tujuan
1. Membuat jalan nafas
2. Menjaga jalan nafas tetap lancar
3. Memberikan oksigen
c.
Indikasi
Sumbatan jalan nafas tidak biasa diatasi secara manual.
d. Persiapan
Alat :
-
IV catheter No. 14
Handschoen
Jet insuflation
Spuit 5 ml
Cairan RL
Pasien :
Tidurkan terlentang
Petugas :
1 orang
e.
Pelaksanaan tindakan
6) Aspirasi spuit, bila keluar gelembung udara berarti benar tempat penusukan, kemudian lepaskan
spuit serta mandarin dicabut.
7) Hubungan jarum cricityroidotomy dengan jet insuflation untuk memberikan O2
8) Oksigen diberikan dengan cara 1 detik ditutup dengan 4 detik dibuka
f.
1. Observasi pasien
2. Jet insuflation dipasang paling lama 45 menit
3. Segera lanjutnya pemasangan tracheostube
18. Operasi krikotiroidotomi
a.
Pengertian
Membuat jalan nafas melalui trachea dengan memasang kanul trachea
b. Tujuan
Memperlancar jalan nafas pada klien yang mengalami sumbatan jalan nafas bagian atas.
c.
Indikasi
Sumbatan total jalan nafas atas
d. Persiapan
-
Alat
Pasien
1. Inform consent
2. Penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan pada pasien dan keluarga
3. Posisi pasien terlentang dengan leher netral
-
Petugas
2 orang dokter dan perawat
e.
Pelaksanaan
Tambahkan komentar
Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis
1.
Jun
27
Vitamin B3 (Niasin)
Vitamin B3 juga dikenal dengan istilah niasin. Vitamin ini berperan penting dalam
metabolisme karbohidrat untuk menghasilkan energi, metabolisme lemak, dan protein.[20]
Di dalam tubuh, vitamin B3 memiliki peranan besar dalam menjaga kadar gula darah,
tekanan darah tinggi, penyembuhan migrain, dan vertigo. Berbagai jenis senyawa racun
dapat dinetralisir dengan bantuan vitamin ini. Vitamin B3 termasuk salah satu jenis
vitamin yang banyak ditemukan pada makanan hewani, seperti ragi, hati, ginjal, daging
unggas, dan ikan. Akan tetapi, terdapat beberapa sumber pangan lainnya yang juga
mengandung vitamin ini dalam kadar tinggi, antara lain gandum dan kentang manis.
Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan tubuh mengalami kekejangan, keram otot,
gangguan sistem pencernaan, muntah-muntah, dan mua
Vitamin B5 (Asam Pantotenat)
Vitamin B5 banyak terlibat dalam reaksi enzimatik di dalam tubuh. Hal ini menyebabkan
vitamin B5 berperan besar dalam berbagai jenis metabolisme, seperti dalam reaksi
pemecahan nutrisi makanan, terutama lemak. Peranan lain vitamin ini adalah menjaga
komunikasi yang baik antara sistem saraf pusat dan otak dan memproduksi senyawa asam
lemak, sterol, neurotransmiter, dan hormon tubuh. Vitamin B5 dapat ditemukan dalam
berbagai jenis variasi makanan hewani, mulai dari daging, susu, ginjal, dan hati hingga
makanan nabati, seperti sayuran hijau dan kacang hijau. Seperti halnya vitamin B1 dan
B2, defisiensi vitamin B5 dapat menyebabkan kulit pecah-pecah dan bersisik. Selain itu,
gangguan lain yang akan diderita adalah keram otot serta kesulitan untuk tidur
Vitamin B6 (Piridoksin)
Vitamin B6 dosis tinggi digunakan untuk kerusakan akibat penyinaran, neuritis setelah
terapi isoniazid atau sikloserin.
Sumber vitamin B6 : ragi, padi-padian, sayuran hijau, otak, kuning telur, hati, dan susu.
Kekurangan vitamin B6 jarang terjadi pada manusia.
Vitamin B12 (Sianokobalamin)
Vitamin yang penting untuk pembentukan sel (termasuk sel darah merah) dan
memelihara sel saraf
Sumber vitamin B12 : daging, susu, ikan, unggas (ayam).
Vitamin C (Asam Askorbat)
Vitamin yang penting untuk pembentukan kolagen, membantu absorpsi besi, sebagai
antioksidan, penghasil senyawa transmitter saraf dan hormon tertentu. Vitamin C terdapat
pada jeruk dan buah-buahan lain yang rasanya masam, cabai, brokoli.
Jika tubuh kurang vitamin C menyebabkan skorbut (pendarahan gusi), sariawan,
hambatan pertumbuhan pada bayi dan anak-anak, mudah terjadi luka dan infeksi tubuh.
Vitamin D (Kalsiferol)
Vitamin yang penting untuk membantu pembentukan/pemeliharaan formasi tulang dan
homeostasis mineral.
Makanan yang mengandung vitamin D : susu, hati, telur, ikan, dan minyak ikan
Jika tubuh kurang vitamin D menyebabkan penyakit gastrointestinal (malabsorpsi atau
radang pankreas kronik). kegagalan ginjal kronik, pada anak-anak dapat menyebabkan
rakhitis.
Vitamin E(Tokoferol)
Vitamin yang penting untuk mencegah terjadinya hemolisis sel-sel darah merah dan
anemia.
Tambahkan komentar
2.
Jun
25
Defenisi
Suatu keadaan dimana terjadi gangguan perfusi yang disebabkan karena adanya
perdarahan
b. Tujuan
1) Memulihkan perfusi pada jaringan
2) Memulihkan keseimbangan cairan dalam tuibuh
3) Mencegah kematian
c.
Indikasi
1) Syok haemoragik
d. Persiapan
1) Alat
-
Neck collar
Balut cepat
Infus set
Plester
Monitor EKG
Pulse oksimeter
Oksigen set
Kateter
Urin bag
2) Pasien
Pasien disiapkan sesuai dengan kebutuhan tindakan di atas brankard.
3) Lingkungan
Tenang dan aman
e.
Pelaksanaan
1)
Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen,
scort)
Defenisi
Terkumpulnya darah secara cepat sebanyak > 1500 ml di rongga toraks akibat
trauma tajam atau tumpul yang menyebabkan terputusnya arteri intercostalis,
pembuluh darah hilus paru atau robek parenkim paru atau jantung.
b. Tujuan
1) Mengurangi rasa sesak
2) Mempertahankan pasien tetap hidup
c.
Indikasi
d. Persiapan alat
1) Alat pelindung diri (kacamata safety, masker, handscoen, scort)
2) Neck coller
3) Obat anasthesia lokal
4) Syringe
5) Infus set
6) Cairan ringar lactat yang hangat
7) Chest tube
8) Botol WSD
9) Oksigen set
10) Pulse oksimeter
e.
Pelaksanaan tindakan
1) Petugas gunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)
2) Bersihkan jalan nafas, kontrol servical dengan pemasangan semi rigid cervical collar
3) Berikan oksigenasi 12 lt/menit
4) Membantu dokter untuk pemasangan chest tube dan WSD
5) Monitor WSD : undulasi, jumlah darah dan bubble
6) Lakukan resusitasi cairan secara stimulan
7) Pasang infus RL hangat dengan 2 jalur lumen besar
f.
1) Nilai kesadaran, nadi, pernafasan, pengisian vena capiler, akral dan produksi urine
2) Cegah jangan sampai hipoksia
3) Adanya empisema toraks
3. Flail Chest
a.
Defenisi
Adanya bagian dari dinding dada yang kehilangan kontinuitas dengan dinding dada
sisanya (ada bagian yang melayang). Terdapat multiple fraktur iga dengan garis
fraktur lebih dari satu pada satu iga.
b. Tujuan
1) Mengurangi rasa sakit
2) Mencegah kerusakan lebih lanjut pada dinding dada
c.
Indikasi
1) Flail chest
d. Persiapan alat
1) Alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)
2) Oksigen lengkap
3) Intubasi set
4) Suction lengkap
5) Infus set
6) Cairan ringer lactate
7) Pulse oksimetri
e.
Pelaksanaan tindakan
1)
Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen,
scort)
a.
Defenisi
Suatu keadaan dimana abdomen mengalami benturan
b. Tujuan
1) Mencegah kerusakan lebih lanjut organ di rongga abdomen
2) Mencegah terjadinya syok
c.
Indikasi
Cedera pada daerah abdomen
d. Persiapan alat :
1)
Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen,
scort)
2) Oksigen lengkap
3) Gurita
4) Infus set
5) Cairan ringer lactat hangat
6) Kassa steril
e.
Pelaksanaan tindakan
1)
Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen,
scort)
Defenisi
Suatu keadaan dimana kepala mengalami cedera akibat adanya suatu trauma
b. Tujuan
1) Mencegah kerusakan otak sekunder
2) Mempertahankan pasien tetap hidup
c.
Indikasi
1) Contusio cerebri
2) Commotio cerebri
d. Persiapan alat
1)
Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen,
scort)
2) Neckcollar
3) Suction lengkap
4) Oksigen lengkap
5) Intubasi set
6) Long spine board
7) Infus set
8) Cairan ringer lactat hangat
9) Pulse oksimetri
10) Monitor EKG
11) Gastric tube
12) Folley chateter + urine bag
e.
Pelaksanaan tindakan
1)
Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen,
scort
2) Bersihkan jalan nafas dari kotoran (darah, secret, muntah) dengan suction)
3) Imobilisasi C spine dengan neck collar
Bila pasien mengorok pasang oropharingeal airway dengan ukuran yang sesuai
oropharingeal jangan difiksasi
Monitor circulasi dan stop perdarahan, berikan infus RL 1-2 liter bila ada tandatanda syok dan gangguan perfusi, hentikan perdarahanluar dengan cara balut tekan.
10) Periksa tanda lateralisasi dan nilai Glasgow Coma Scale nya
11) Pasang foley cateter dan pipa nasogastrik bila tak ada kontraindikasi
12) Selimuti tubuh penderita setelah diperiksa seluruh tubuhnya, jaga jangan sampai
kedinginan.
13) Persiapkan pasien untuk pemeriksaan diagnostik / foto kepala
f.
1) Gangguan kesadaran dan perubahan kesadaran dengan skala koma galasgow lebih
kecil dari 9 yaitu E-1, M-5, V= 1-2
2) Pupil anisokor, dengan perlambatan reaksi cahaya
3) Hemifarese
4) Monitor tanda-tanda vital secara ketat
Defenisi
Adalah defek yang lebar pada dinding dada yang tetap terbuka yang menyebabkan
terjadinya pneumothorak terbuka/sucking chest wound, diamater >2/3 diameter
trachea
b. Indikasi
Pasien dengan open pneumothorak
c.
Tujuan
Menghilangkan sesak nafas dan mempertahankan pasien tetap hidup
d. Pelaksanaan tindakan
1) Alat pelindung diri (masker, handscoen, scort)
2) Kassa steril
3) Plastik tipis
4) Plester
5) Cairan infus
6) Infus set
e.
Pelaksanaan tindakan
Pengertian
Membersihkan pasien luka bakar dengan menggunakan cairan fisiologis dan cairan
desinfektan
b. Tujuan
Mencegah terjadinya infeksi
Indikasi
Luka bakar derajat dua ke atas dengan luas luka > 20 %
d. Persiapan
1) Alat
a) Alat pelindung diri (masker, handscoen, scort
b) Alat-alat steril
(1) Alat tenun
(2) Set ganti balutan
(3) Semprit 10 cc
(4) Kain kasa
(5) Verband sesuai dengan ukuran kebutuhan
(6) Sarung tangan
c) Alat-alat tidak steril
(1) Bengkok
(2) Ember
d) Obat-obatan
(1) Zalp kulit sesuai program (silver self)
(2) Obat penenang (bila diperlukan
e) Cairan
(1) NaCl 0,9 % / aquadest
(2) Cairan desinfektan
2) Pasien
Pasien/keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan.
3) Lingkungan
Ruang khusus
4) Petugas
Petugas memakai celemek dan sarung tangan steril
e.
Pelaksanaan
Bak mandi diisi dengan air dengan suhu 37-430 derajat celcius
b) Selama tindakan
-
Mengeringkan badan pasien dengan handuk steril kemudian diberi zalf sesuai
program dokter
5)
Menutup pasien dengan alat tenun steril kemudian pasien diantar ke tempat
perawatan luka bakar
(1) Mencuci daerah luka bakar dengan cairan NaCl 0,9 % yang sudah dicampur dengan
desinfektan
(2) Membersihkan luka bakar dari segala kotoran yang menempel
(3) Membuang jaringan neokrotik
(4) Memecahkan bullae dengan memakai semprit
(5) Membilas luka bakar dengan cairan steril tanpa desinfektan
c)
Mengeringkan daerah luka bakar/bagian yang dicuci dengan kasa steril kemudian
diberi zalf sesuai program pengobatan
d) Memindahkan pasien ke kereta dorong yang sudah diberi alas/alat tenun steril
e)
Menutup pasien dengan alat tenun steril kemudian pasien diantar ke ruang
perawatan luka bakar
f)
Mengobservasi terhadap :
Pengertian
Penyakit jantung koroner yang ditandai dengan nyeri dada khas, keringat dingin
diperkuat dengan adanya gambaran ECG st elevasi
b. Tujuan
Agar penderita yang mendapat serangan ima dapat diselamatkan
c.
Indikasi
6) Oksigen
e.
Pelaksanaan
a.
Pengertian
Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan untuk mengembalikan fungsi
pernafasan dan jantung guna kelangsungan hidup pasien
b. Tujuan
Mengembalikan fungsi jantung dan fungsi paru
c.
Indikasi
1) Henti nafas
2) Henti jantung
d. Persiapan
1) Alat
a) Alat pelindung diri (masker, handscoen)
b) Trolly emergency yang berisi :
(1) Laryngoscope lurus dan bengkok (anak dan dewasa)
(2) Magil force
(3) Pipa trakhea berbagai ukuran
(4) Trakhea tube berbagai ukuran
(5) Gudel berbagai ukuran
(6) CVP set
(7) Infus set/blood set
g) DC shock lengkap
2) Pasien
a) Keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
b) Posisi pasien diatur terlentang di tempat datar dan alas keras
c) Baju bagian atas pasien dibuka
e.
Pelaksanaan
Jika pasien tidak bernafas, berikan nafas buata dengan resuscitator sebanyak 2 kali
secara perlahan
g) Periksa denyut jantung pasien dengan cara meraba arteri karotis, jika arteri carotis
teraba cukup berikan nafas buatan setiap 5 detik sekali
h) Jika arteri carotis tidak teraba lakukan kombinasi nafas buatan dan kompresi jantung
luar dengan perbandingan 15 : 2 untuk dewasa baik 1 atau 2 penolong dan 3 : 1
untuk neonatus.
i)
j)
Jika nafas tetap belum ada lanjutkan teknik kombinasi dimulai dengan kompresi
jantung luar.
f.
Pengertian
Memberikan pertolongan bayi baru yang tidak segera menangis atau tidak segera
bernafas.
b. Tujuan
Mengoptimalkan fungsi pernafasan dan oksigenasi paru
c.
Indikasi
e) Oksigen lengkap
f)
Thermometer
e.
Pelaksanaan
1) Jika bayi tidak menangis dengan keras, bernafas dengan lemah, atau bernafas cepat
dan dangkal, pucat atau biru dan atau lemas, maka :
a)
Baringkan terlentang dengan benar pada permukaan yang datar, kepala sedikit
setengah ekstensi agar jalan nafas terbuka, bayi harus tetap diselimuti. Hal ini
penting sekali untuk mencegah hypotermi pada bayi baru lahir.
b) Hisap mulai mulut, sedalam 5 cm dan kemudian hidung bayi sedalam 3 cm secara
lembut dengan menggunakan deelie (jangan memasukkan alat penghisap terlalu
dalam pada kerongkongan bayi). Karena dapat menyebabkan terjadinya bradikardi,
denyut jantung yang tidak teratur, spasme pada larink/tenggorokan bayi.
c)
Berikan stimulasi taktil dengan lembut pada bayi (atau menyentil kaki bayi,
keduanya aman dan efektif untuk menstimulasi bayi)
d) Nila ulang keadaan bayi. Jika mulai menangis atau bernafas dengan normal, tidak
diperlukan tindakan lanjutan, lanjutkan perawatan pada bayi baru lahir normal.
e)
Jika bayi tidak bernafas dengan normal atau menangis teruskan dengan ventilasi
(40-60) kali/permenit
f)
Pasang sungkup oksigen atau gunakan bag valve dan mask yang ukurannya sesuai
j)
Jika ada 2 tenaga kesehatan yang terampil dan pernafasan bayi lemah atau < 30
kali/menit dan detak jantung kurang dari 60 kali/menit setelah ventilasi selama 1
menit, tenaga kesehatan yang kedua dapat mulai melakukan kompresi dada dengan
kecepatan 3 : 1
d) Harus berhati-hati pada saat melakukan kompresi dada, tulang rusuk bayi masih
peka dan mudah patah, jantung dan paru-parunya mudah terluka
e)
Lakukan tekanan pda jantung dengan cara meletakkan kedua jari tepat di bawah
garis putih bayi, ditengah dada. Dengan jari-jaring lurus, tekan dada sedalam 1-1,5
cm
4)
Setelah bayi bernafas normal periksa suhu, jika di bawah 36,5 0 celcius atau
punggung sangat dingin lakukan penghangatan yang memadai. Perhatikan warna
kulit, pernafasan dan nadi bayi selama 2 jam. Ukur suhu bayi setiap jam sehingga
normal (36,50C 370C)
Pengertian
Memberikan pertolongan pada perdarahan per vaginam setelah melahirkan lebih dari
500 cc atau perdarahan disertai dengan gejala dan tanda-tanda syok
b. Tujuan
Stabilisasi kondisi korban segera dirujuk ke rumah sakit
c.
Indikasi
1) Atonia uteri
2) Robekan jalan lahir
3) Retensi plasenta
d. Persiapan
1) Alat
a) Alat pelindung diri (masker, kacamata safety, handscoen, scort)
b) Obat emergency
c) Obat-obatan anti perdarahan
d) Cairan infuse
e) Tampon
f)
VC set
g) Hecting set
2) Pasien
3) lingkungan
e.
Pelaksanaan
1)
Segera setelah plasenta dan selaput ketuban dilahirkan, lakukan massage uterus
supaya berkontraksi (selama maksimal 15 detik) untuk mengeluarkan gumpalan
darah. Sambil melakukan massase fundus uteri, periksa plasenta dan selaput ketuban
untuk memastikan plasenta utuh dan lengkap.
2)
Jika perdarahan terus terjadi dan uterus teraba berkontraksi baik, berikan 10 unit
oksitosin IM
3) Jika kandung kemih ibu bisa dipalpasi, pasang kateter ke dalam kantung kemih
4) Periksa laserasi pada perineum, vagina dan serviks dengan seksama menggunakan
lampu yang terang. Jika sumber perdarahan sudah diidentifikasi, klem dengan forcep
arteri dan jahit laserasi dengan menggunakan anastesi local (lidokain I %)
5) Jika uterus mengalami atoni atau perdarahan terus terjadi. Berikan masases uterus
untuk mengeluarkan gumpalan darah.
6)
Periksa lagi apakah plasenta utuh, usap vagina dan ostium serviks untuk
menghilangkan jaringan plasenta atau selaput ketuban yang tertinggal.
7) Jika kandung kemih ibu bisa dipalpasi, pasang kateter ke dalam kandung kemih.
8) Lakukan kompresi bimanual internal maksimal lima menit atau hingga perdarahan
bisa dikendalikan dan uterus berkontraksi dengan baik
9) Anjurkan keluarga untuk memulai mempersiapkan kemungkinan rujukan
10) Jika perdarahan dapat dikendalikan dan uterus berkontraksi dengan baik :
a) Teruskan kompresi bimanual selama 1-2 menit atau lebih
b) Keluarkan tangan dari vagina dengan hati-hati
c) Pantau kala empat persalinan dengan seksama, termasuk sering melakukan massase
uterus untuk memeriksa atoni, mengamati perdarahan dari vagina, tenakan darah dan
nadi.
11) Jika perdarahan tidak terkendali dan uterus tidak berkontraksi dalam waktu lima
menit setelah dimulainya kompresi bimanual pada uterus maka keluarkan tangan
dari vagina dengan hati-hati.
12) Jika tidak ada hipertensi pada ibu, berikan metergin 0,2 mg IM
13) Mulai IV ringer laktat 500 cc + 20 unit oksitosin menggunakan jarum berlubang
besar (16 atau 18 G) dengan teknik aseptik. Berikan 500 cc pertama secepat
mungkin, dan teruskan dengan IV ringer laktat + 20 unit oksitosin yang kedua.
14) Jika uterus tetap atoni dan atau perdarahan terus berlangsung
15) Ulangi kompresi bimanual internal
16) Jika uterus berkontraksi, lepaskan tangan anda perlahan-lahan dan pantau kala
empat persalinan dengan cermat.
17) Jika uterus tidak berkontraksi, rujuk segera ke tempat dimana operasi bisa dilakukan
18) Bila perdarahan tetap berlangsung dan kontraksi uterus tetap tidak ada, maka
kemungkinan terjadi rupture uteri, (syok cepat terjadi tidak sebanding dengan darah
yang nampak keluar, abdomen teraba keras dan fundus mulai baik), lakukan
kolaborasi dengan OBSGYN)
19) Bila kompresi bimanual tidak berhasil, cobalah kompresi aurta. Cara ini dilakukan
pada keadaan darurat sementara penyebab perdarahan sedang dicari.
20) Perkirakan jumlah darah yang keluar dan cek dengan teratur denyut nadi, pernafasan
dan tekanan darah
21) Buat catatan yang saksama tentang semua penilaian tindakan yang dilakukan dan
pengobatan yang dilakukan
Pengertian
Memberikan pertolongan pada korban dengan perdarahan pervaginam atau lochea
berlebihan pada 24 jam-42 hari setelah persalinan.
b. Tujuan
Stabilisasi kondisi korban untuk mendapat penanganan
c.
Indikasi
1) Sisa plasenta
2) Robekan jalan lahir
3) Kelainan plasenta dan selaput ketuban
4) Persalinan lama
5) Infeksi uterus
6) Persalinan dengan komplikasi atau dengan menggunakan alat
7) Terbukanya luka setelah bedah caesar dan luka setelah episiotomi
d. Persiapan
a) Alat
(a) Alat pelindung diri (masker, hanscoen, scort)
(b) Obat emergensi
(c) Obat anti perdarahan
(d) Cairan infus
(e) Infus set
(f) Tampon
(g) Hecting set
b) Pasien
Memberitahukan prosedur yang akan dilakukan
e.
Pelaksanaan
3)
Pantau dengan hati-hati ibu yang berisiko mengalami perdarahan post partum
sekunder paling sedikit selama 10 hari pertama terhadap tanda-tanda awalnya.
4) Jika mungkin mulai berikan ringer laktat / IV menggunakan jarum berlubang besar
5) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat-obatan
6) Pasang IV line
7) Buat campuran yang akurat, observasi tanda perdarahan, vital sign, dan tanda-tanda
syok.
13. Menerima pasien dengan kedaruratan psikiatri
a.
Pengertian
Suatu kegiatan menerima pasien baru dengan gangguan atau perubahan perilaku
alam pikir atau alam perasaan yang timbul secara tiba-tiba untuk mendapat
pertolongan segera.
b. Tujuan
Untuk menghindari ancaman integritas fisik atau psikis terhadap diri pasien/orang
lain maupun ancaman integritas sosial
c.
Indikasi
Obat psikotropik)
2) Pasien
Pasien / keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
3) Lingkungan
Diusahakan tempat tersendiri
4) Petugas
Lebih dari satu orang
e.
Pelaksanaan
1)
4)
7) Memegang tangan kanan dan kiri pasien selanjutnya disilangkan kedepan dada
8)
Membimbing menuju tempat yang telah disediakan atau bila gadu bisa dipasang
jaket pengaman
9)
Bila pasien tetap meronta dan kalau dianggap perlu, petugas I menutup muka
pasien, petugas II dan III memegang kaki kanan dan kiri pasien kemudian
mengangkat ke tempat tidur yang telah disediakan.
10) Memasang manset tangan dan kaki kanan kiri pasien disisi tempat tidur sambil
menjelaskan bahwa tindakan tersebut adalah untuk membantu mengontrol
perilakunya dan akan dibuka jika sudah mampu mengendalikan diri
11) Mengobservasi pasien sebelum dan sesudah tindakan meliputi :
-
Tekanan darah
Nadi
Pernafasan
14) Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan personal hygiene dan eliminasi
f.
Pengertian
Adalah suatu tindakan pengekangan pada kedaduratan psikiatri
b. Tujuan
1) Membantu pasien mengontrol perilakunya
2) Pasien dapat kooperatif pada saat dilakukan pengobatan.
3) Keamanan lingkungan dan petugas tidak terganggu
c.
Indikasi
1) Pasien agresif
2) Psikosa akut
3) Pasien gasuh gelisah
4) Pasin hiperaktif
d. Persiapan
1) Alat
a) Alat pelindung diri (masker, kacamata safety, hanscoen, scort)
b) Manmset
c) Selimut/alas tempat tidur
d) Perlak
e) Sabuk pengaman
2) Obat
Obat-obat sesaui program (obat psikotropik)
3) Pasien
Keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
4) Lingkungan
Tenang dan aman
5) Petugas
Petugas lebih dari 2 orang
e.
Pelaksanaan
1)
Mengukur tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian obat trasquiliser sesuai
program
Pengikatan tidak boleh terlalu ketat atau longgar dan periksa kembali setiap
setengah jam
Pengertian
Kesadaran menurun adalah menurunnya respon pasien terhadap rangsangan verbal
dan rangsangan nyeri
b. Tujuan
Mempertahankan kelangsungan hidup pasien dan mencegah terjadinya cacat tetap
c.
Indikasi
Semua pasien dengan kesadaran menurun
d. Persiapan
1) Alat
a) Alat pelindung diri (masker, handscoen)
b) Emergency trolley
c) Set terapi oksigen
d) Set penghisap sekresi
e) EKG record
f)
g) Set venaseksi
h) Folley kateter
i)
Lampu senter
2) Obat-obatan/cairan infus
a) Adrenalin
b) Sulfas atropin
c) Dextrose 5 %, 10 %, 40 %
d) NaCl 0,9 %
e) Ringer lactat
f)
Bicarbonat nutrikus
g) Plasma expander
h) Obat-obatan lain sesuai kebutuhan
3) Pasien
Keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
4) Petugas
Lebih dari 2 orang
e.
Pelaksanaan
Pengertian
Menusukkan jarum dengan lumen yang besar ke rongga pleura
b. Tujuan
c.
Indikasi
Pasien dengan tension pneumatorax
d. Persiapan
Alat :
-
Betadine
Kassa
Handscoen
Plester
Pasien :
-
Inform consent
2 orang
e.
Pelaksanaan
Setelah jarum ditusukkan pada sela iga ke tiga miringkan jarum 30-45 derajat ke
arah atas.
6. Jika jarum sudah masuk ditandai oleh suara keluarnya udara. Mandrain dicabut dan
kateternya ditinggal.
7.
Tutup ujung IV cath. Dengan klap buatan dari potongan sarung tangan telah
diberikan lubang pada ujungnya.
8.
9. Catat seluruh tindakan yang sudah dilakukan dan monitor respon pasien
f.
Pengertian
Menusukkan jarum yang berlumen pada membran crictohiroidea
b. Tujuan
1. Membuat jalan nafas
2. Menjaga jalan nafas tetap lancar
3. Memberikan oksigen
c.
Indikasi
Sumbatan jalan nafas tidak biasa diatasi secara manual.
d. Persiapan
Alat :
-
IV catheter No. 14
Handschoen
Jet insuflation
Spuit 5 ml
Cairan RL
Pasien :
Tidurkan terlentang
Petugas :
1 orang
e.
Pelaksanaan tindakan
Aspirasi spuit, bila keluar gelembung udara berarti benar tempat penusukan,
kemudian lepaskan spuit serta mandarin dicabut.
1. Observasi pasien
Pengertian
Membuat jalan nafas melalui trachea dengan memasang kanul trachea
b. Tujuan
Memperlancar jalan nafas pada klien yang mengalami sumbatan jalan nafas bagian
atas.
c.
Indikasi
Sumbatan total jalan nafas atas
d. Persiapan
-
Alat
Pasien
1. Inform consent
2. Penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan pada pasien dan keluarga
3. Posisi pasien terlentang dengan leher netral
Petugas
2 orang dokter dan perawat
e.
Pelaksanaan
Tambahkan komentar
3.
Jun
25
Perawatan Jenazah
BAB I
PENADHULUAN
A. Latar Belakang
Perawatan jenazah adalah suatu tindakan medis melakukan pemberian bahan kimia
tertentu pada jenazah untuk menghambat pembusukan serta menjaga penampilan luar
jenazah supaya tetap mirip dengan kondisi sewaktu hidup.
Perawatan jenazah dapat dilakukan langsung pada kematian wajar, akan tetapi pada
kematian tidak wajar pengawetan jenasah baru boleh dilakukan setelah pemeriksaan
jenasah atau otopsi dilakukan.
Perawatan jenasah perlu dilakukan pada keadaan adanya penundaan penguburan atau
kremasi lebih dari 24 jam. Hal ini penting karena di Indonesia yang beriklim tropis dalam
24 jam mayat sudah mulai membusuk mengeluarkan bau dan cairan pembusukan yang
dapat mencemari lingkungan sekitranya. Dan perawatan jenasah dilakukan untuk
mencegah penularan kuman atau bibit penyakit kesekitarnya. Selain itu perawatan
jenasah juga yaitu untuk mencegah pembusukan.
Mekanisme pembusukan disebabkan oleh otorisis yakni tubuh mempunyai enzim yang
setelah mati dapat merusak tubuh sendiri. Selain itu, perawatan dilakukan untuk
menghambat aktifitas kuman.
B. Rumusan Masalah
1. apa yang dimaksud dengan perawatan jenasah ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perawatan Jenazah
Perawatan jenazah adalah suatu tindakan medis melakukan pemberian bahan kimia
tertentu pada jenazah untuk menghambat pembusukan serta menjaga penampilan luar
jenazah supaya tetap mirip dengan kondisi sewaktu hidup.
Perawatan jenazah dapat dilakukan langsung pada kematian wajar, akan tetapi kematian
pada tidak wajar pengawetan jenasah baru boleh dilakukan setelah pemeriksaan jenasah
atau otopsi dilakukan.
Perawatan jenasah dilakukan karena ditundanya penguburan/kremasi, misalnya untuk
menunggu kerabat yang tinggal jauh diluar kota/diluar negri.
Pada kematian yang terjadi jauh dari tempat asalnya terkadang perlu dilakukan
pengangkutan atau perpindahan jenasah dari suatu tempat ketempat lainnya. Pada
keadaan ini, diperlukan pengawetan jenasah untuk mencegah pembusukan dan
penyebaran kuman dari jenasah kelingkungannya.
Jenasah yang meninggal akibat penyakit menular akan cepat membusuk dan potensial
menular petugas kamar jenasah. Keluarga serta orang-orang disekitarnya. Pada kasusu
semacam ini, kalau pun penguburan atau kremasinya akan segera dilakukan tetap
dilakukan perawatan jenasah untuk mencegah penularan kuman atau bibit penyakit
disekitarnya.
Perawatan jenasah penderita penyakit menular dilaksanakan dengan selalu menerapkan
kewaspadaan unifersal tanpa mengakibatkan tradisi budaya dan agama yang dianut
keluarganya. Setiap petugas kesehatan terutama perawat harus dapat menasihati keluarga
dan mengambil tindakan yangs sesuai agar penanganan jenasah tidak menambah resiko
penularan penyakit seperti halnya hepatits/B, AIDS, Kolera dan sebagainya. Tradisi yang
berkaitan dengan perlakuan terhadap jenasah tersebut dapat diizinkan dengan
memperhatikan hal yang telah disebut diatas, seperti misalnya mencium jenasah sebagai
bagian dari upacara penguburan. Perlu diingat bahwa virus HIV hanya dapat hidup dan
berkembang dalam manusia hidup, maka beberapa waktu setelah penderita infeksi HIV
meninggal, firus pun akan mati.
B. Tujuan Perawatan Jenasah
Adapun tujuan dari perawatan jenasah yaitu :
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari perawtan jenasah yaitu :
- Pengawetan jenasah adalah suatu tindakan medis melakukan pemberian bahan kimia
tertentu pada jenah untuk mengahambat pembusukan serta menjaga penampilan jenasah
supaya tetap mirim dengan kondisi sewaktu hidup. Pengawetan jenasah dapat dilakukan
pada jenasah beberapa hari tidak dikubur.
- Dalam perawatan jenasah tidak boleh diototpsi. Dalam hal tertentu ototpsi dapat
dilakukan setelah mendapat persetujuan dari pimpinan rumah sakit dan dilaksanakan oleh
petugas yang mahir dalam hal tersebut.
B. Saran
lakukan perawatan jenasah sesuai dtandar protocol.
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kritik dan saran dari
pembaca yang membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
AtmaDja DS. Perawatan jenasah dan aspek medikolegalnya. Majalah kedokteran
Indonesia (Inpress, Agustus 2002)
Hamzah A. Hukum acara Pidana Indonesia. Jakarta: CV.Aapta Artha Jaya, 1996
Moeljotno. Kitab Undang-Undang Hukum pidana Jakarta: Bumi Aksara. 1992
Diposkan 25th June 2012 oleh Verlando Kaligis
0
Tambahkan komentar
4.
Jun
24
Imunisasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Sebelum bayi/anak-anak terkena infeksi, berilah imunisasi dasar sebelum bayi berumur 1
tahun.
2.
Ada imunisasi yang perlu diberikan 3x, apabila 1x saja diberikan, kekebalan tidak
terjamin, imunisasi ulangan sangat penting.
3. Kalau anak sudah pernah sakit campak, jangan berikan imunisasi campak lagi. Karena
anak sudah menjadi kebal dengan serangan campak.
4. Vaksin yang disuntik/ di teteskan dimulut harus dalam keadaan dingin
5. Kalau botol vaksin dibuka, harus dapat dipakai, bila tidak khasiatnya hilang
6.
Dihimbau pada masyarakat agar segera hadir di posyandu apabila petugas imunisasi
sudah siap dengan vaksin.
5.
Cuci tangan
Gunakan sarung tangan bersih
Jelaskan prosedur pada orangtua bayi tindakan imunisasi yang akan dilakukan
Buka ampul vaksin BCG kering
Larutkan vaksin dengan pelarut vaksin yang tersedia kurang lebih 4 cc
Isi spuit dengan vaksin sebanyak 0,05 ml yang sudah dilarutkan
Atur posisi dan bersihkan lengan (daerah yang diinjeksi, yaitu 1/3 bagian
lengan atas) dengan kapas yang telah di basahi
8. Tegangkan daerah yang akan di injeksi
9. Lakukan injeksi dengan memasukkan jarum pada sudut 10-15o (subkutan)
10. Tarik spuit setelah vaksin habis dan jangan melakukan masase
11. Usap bekas injeksi dengan kapas bersih jika ada darah yang keluar
12. Lepas sarung tangan cuci tangan
13. Catat respons yang terjadi, vaksin dikatakan berhasil jika timbul benjolan di
kulit, kulit tampak pucat dan pori-pori jelas.
2. Imunisasi Polio
Imunisasi polio adalah tindakan imunisasi denagan memberikan vaksin polio (dalam
bentuk oral) atau dikenal dengan sebutan oral polio vaccine (OPV) yang bertujuan
untuk memberi kekebalan dari penyakit poliomyelitis, dapat diberikan empat kali
dengan interval 4-6 minggu.
Alat dan Bahan
1. Vaksin polio dalam termos es/flakon berisi vaksin polio
2. Pipet plastik
Prosedur
1.
2.
3.
4.
Cuci tangan
Jelaskan kepada orangtua prosedur yang akan dilaksanakan
Ambil vaksin polio dalan termos es
Atur posisi bayi dalam posisi terlentang di atas pangkuan ibunya dan pegang
dengan erat
5. Teteskan vaksin ke mulut sesuai jumlah dosis yang di programkan atau yang
di anjurkan, yakni 2 tetes.
6. Cuci tangan
7. Catat reaksi yang terjadi
3. Imunisasi DPT/DT
Imunisasi ini dilakukan dengan memberikan vaksin DPT (dipteri pertusis tetanus)/
DT (dipteri tetanus) pada anak dengan tujuan memberi kekebalan dari kuman
penyakit dipteri, pertusis, dan tetanus. Pemberian vaksi pertama pada usia 2 bulan dan
berikutnya dengan interval 4-6 minggu (kurang lebih 3 kali), selanjutnya ulangan
pertama satu tahun dan ulangan berikutnya tiga tahun sekali sampai usia 8 tahun.
Imunisasi ini tidak dianjurkan untuk bayi usia kurang dari 2 bulan mengingat
imunogen pertusis yang sangat reaktogenik dan adanya hambatan tanggap kebal
karena pengaruh antibody maternal untuk imunogen difteri atau tetanus.
Alat dan Bahan
1. Spuit disposibel 2,5 cc dan jarumnya
2. Vaksin DPT dan pelarutnya dalam termos es
3. Kapas alcohol
4. Sarung tangan
Prosedur
1.
2.
3.
4.
5.
Cuci tangan
Gunakan sarung tangan
Jelaskan kepada orang tua prosedur yang akan dilakukan
Ambil vaksin DPT dengan spuit sesuai dengan program/ anjuran, yaitu 0,5 ml
Atur posisi bayi (bayi dipangku ibunya, tanagn kiri ibu merangkul bayi,
menyngga kepala bahu, dan memegang sisi luar tangan kiri bayi. Tangan
kanan bayi melingkar kebelakang tubuh ibu dan tangan kanan ibu memegang
kaki bayi dengan kuat).
6. Lakukan desinfeksi 1/3 area tengah paha bagian luar yang akan diinjeksi
dengan kapas alcohol
7. Regangkan daerah yang akan diinjeksi
8. Lakukan injeksi dengan memasukkan jarum ke intramuscular di daerah femur
9. Lepaskan sarung tangan
10. Cuci tangan
11. Catat reaksi yang terjadi.
4. Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B dilakukan dengan memberikan vaksin hepatitis B kedalam
tubuh yang bertujuan untuk member kekebalan dari penyakit hepatitis. Pada ibu yang
menderita hepatitis B dengan HbsAg negatif, imunisasi dapat diberikan kepada anak
sesuai dengan dosis yang ada, kemudian dilanjutkan pada usia 1-2 bulan dan yang
ketiga pada usia 6 bulan. Apabila HbsAg ibu positif, vaksin dapat diberikan dalam
waktu 12 jam setelah bayi lahir kemudian suntikan kedua pada usia 1-2 bulan dan
ketiga. Imunisasi ulangan dapat diberikan 5 tahun kemudian.
Alat dan Bahan
1. Spuit disposibel 2,5 cc dan jarumnya
2. Vaksin hepatitis dan pelarutnya dalam termos es
3. Kapas lakohol dalam tempatnya
4. Sarung tangan bersih
Prosedur
1.
2.
3.
4.
Cuci tangan
Gunakan sarung tangan
Jelaskan pada orangtua prosedur yang dilakukan
Ambil vaksin hepatitis menggunakan spuit sesuai program/anjuran, yakni 0,5
ml
5. Atur posisi bayi (bayi dipangku ibunya, tangan kiri ibu merangkul bayi,
menyangga kepala, bahu, dan memegang sisi luar tangan kiri bayi. Tangan
kanan bayi melingkar ke badan ibu dan tanagn kanan ibu memegang kaki bayi
dengan kuat.
6. Lakukan desinfeksi 1/3 area paha tengah bagian luar yang akan diinjeksi
dengan kapas alcohol
7. Regangkan daerah ynag diinjeksi
8. Lakukan injeksi dengan menusukkan jarumke intramuscular di daerah femur
9. Lepas sarung tangan
10. Cuci tangan
11. Catat reaksi yang terjadi.
5. Imunisasi Campak
Imunisasi campak adalah tindakan memberikan vaksin campak pada anak yang
bertujuan membentuk kekebalan terhadap penyakit campak yang dapat diberikan
pada usia 9 bulan secara subkutan, kemudian dapat diulang dalam interval waktu 6
bulan lebih setelah suntikan pertama.
Alat dan Bahan
1. Spuit disposibel 2,5 cc dan jarumnya
2. Vaksin campak dan pelarutnya dalam termos es
3. Kapas alkohol dalam tempatnya
4. Sarung tangan
Prosedur
1.
2.
3.
4.
5.
Cuci tangan
Gunakan sarung tangan
Jelaskan kepada orangtua prosedur yang akan dilakukan
Ambil vaksin campak meggunakan spuit sesuai program/anjuran (0,5 ml)
Atur posisi bayi (bayi dipangku ibunya, lengan kanan bayi dijepit diketiak
ibunya. Ibu menopang kepala bayi, tangan kiri ibu memegang tangan kiri
bayi)
6. Lakukan desinfeksi 1/3 bagian lengan kanan atas
7. Regangkan daerah yang akan di injeksi
8. Lakukan injeksi dengan memasukkan jarum pada sudut 45o
9. Setelah vaksin habis, tarik spuit sambil menekan lokasi penyuntikan dengan
kapas
10. Lepas sarung tangan
11. Cuci tangan
12. Catat reaksi yang terjadi.
B. JENIS IMUNISASI
Imunisasi sebagai salah satu cara untuk menjadikan kebal pada bayi dan anak dari
berbagai penyakit, diharapakan anak atau bayi tetap tumbuh dalam keadaan sehat. Pada
dasarnya dalam tubuh sudah memiliki pertahanan secara sendiri agar berbagai kuman
yang masuk dapat dicegah, pertahanan tubuh tersebut pertahanan nonspesifik dan
pertahanan spesifik, proses meknisme pertahanan dalam tubuh pertama kali adalah
pertahanan nonspesifik seperti complemen dan makrofag dimana komplemen dan
makrofag ini yang pertama kali akan memberiakan peran ketika ada kuman yang masuk
dalam tubuh. Setelah itu maka kuman harus melawan pertahanan tubuh yang kedua yaitu
pertahanan tubuh yang spesifik terdiri dari system humoral dan selular. Sistem pertahanan
tersebut hanya bereaksi terhadap kuman yang mirip dengan bentuknya. System
pertahanan humoral akan menghasilkan zat yang di sebut immunoglobulin ( IgA, IgM,
IgG, IgE ) dan system pertahanan selular terdiri dari limfosit B dan limfosit T, dalam
pertahanan spesifik selanjutnya akan menghasilkan satu cell yang disebut sel memori, sel
ini akan berguna atau sangat cepat dalam bereaksi apabila sudah pernah masuk ke dalam
tubuh, kondisi ini yang digunakan dalam prinsip imunisasi. Berdasarkan proses tersebut
maka imunisasi di bagi menjadi dua yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
a. Imunisasi aktif
Merupakan pemberian zat sebagai anti gen yang di harapkan akan terjadi suatu proses
infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan
menghasilkan respons seluler dan humoral serta dihasilkan sel memori sehingga apabila
benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespons. Dalam imunisasi
aktif terdapat empat macam kandungan dalam setiap vaksinnya antara lain :
1. Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba
guna terjadinya semacam infeksi buatan dapat berupa poli sakarida, toksoid atau
virus dilemahkan atau bakteri dimatikan.
2. Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan.
3. Preservatif, stabilizer, dan antibiotika yang berguna untuk menghindari tubuhnya
mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen.
4. Adjuvan yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk meningkatkan
imunogenitas antigen.
b. Imunisasi pasif
Merupakan pemberian zat atau immunoglobulin yaitu suatu zat yang dihasilkan
melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang
digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh terinfeksi.
Dalam pemberian imunisai pada anak dapat dilakukan dengan beberapa imunisasi yang
dianjurkan diantaranya :
1. Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang
berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi
walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG, pencegahan imunisasi BCG untuk TBC yang
berat seperti TBC pada selaput otak TBC milier (pada seluruh lapangan paru) atau TBC
tulang. Imunisasi BCG merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah
dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah satu kali dan waktu pemberian
BCG pada umur 0-11 bulan, akan tetapi pada umumnya diberikan pada bayi umur 2 atau
3 bulan kemudian cara pemberian imunisasi BCG melalui intra dermal. Efek samping
pada BCG dapat terjadi ulkus pada daerah suntikan dan dapata terjadi limfadenitis
regional dan reaksi panas.
vaksin dan mengaktifkan organ-organ tubuh membuat zat anti, kedua dan ketiga
terbentuk zata anti yang cukup. Waktu pemberian imunisasi DPT antara umur 2-11 bulan
dengan interval 4 minggu. Cara pemberian imunisasi DPT melalui intramuscular. Efek
samping pada DPT mempunyai efek ringan dan berat, efek ringan seperti
pembengkakkan dan nyeri pada tempat penyuntikan, demam sedangkan efek berat dapat
menangis hebat kesakitan kurang lebih 4 jam, kesadaran menurun, terjadi kejang,
ensefalopati dan syok.
3. Imunisasi polio
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya poliomyelitis yang
dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang
dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi polio adalah 4 kali. Waktu pemberian
imunisasi polio pada umur 0-11 bulan dengan interval pemberian 4 minggu. Cara
pemberian imunisasi polio melalui oral.
4. Imunisasi campak
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak
pada anak karena penyakit ini sangat menular. Kanndungan vaksi ini adalah virus yang
dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah satu kali. Waktu pemberian
imunisasi campak pada umur 9-11 bulan. Cara pemberian imunisasi melalui subkutan
kemudian efek sampingnya adalah dapat terjadi ruang pada suntikan dan panas.
5. Imunisasi Hepatitis B
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis
yang kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi
hepatitis tiga kali. Waktu pemberian imunisasi hepatitis B pada umur 0-11 bulan. Cara
pemberian imunisasi hepatitis adalah intramuscular.
6. Imunisasi MMR (Measles, Mumps, dan Rubela)
Merupakan imunisasi yang digunakan dalam memberikan atau mencegah terjadinya
penyakit campak (Measles), Gondong, parotis epidemika (Mumps) dan rubella (campak
jerman). Dalam imunisasi MMR antigen yang dipakai adalah virus campak strain
Edmonson yang dilemahkan, virus rubella strain RA 27/3 dan virus gondong. Vaksin ini
tidak dianjurkan pada bayi dibawah 1 tahun dikuatirkan terjadi interverensi dengan
antibody maternal yang masih ada khusus pada daerah endemi sebaiknya diberikan
imunisasi campak yang monovalen dahulu pada usia 4-6 bulan atau 9-11 bulan dan boster
dapat dilakukan MMR pada usia 15-18 bulan.
7. Imunisasi Tiphus Abdominalis
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit tifus
abdominalis, dalam persediaannya khususnya di Indonesia terdapat tiga jenis vaksin tifus
Dosis
0,05 cc
0,5 cc
0,5 cc
2 tetes
0,5 cc
0,5
Cara Pemberian
Intra cutan didaerah muskulusdeltoideus
Intra muscular
Intra muscular
Mulut
Subkutan daerah lengan kiri atas
Intra muscular
Jumlah Pemberian
1 kali
3 kali
3 kali
4 kali
1 kali
Interval
4 minggu
4 minggu
4 minggu
Waktu pemberian
0-11 bulan
2-11 bulan
0-11 bualn
9-11 bulan
0-11 bulan
E. CARA PENYIMPANAN
RANTAI DINGIN (COLD CHAIN). Merupakan cara menjaga agar vaksin dapat
digunakan dalam keadaan baik atau tidak rusak sehingga mempunyai kemampuan atau
efek kekebalan pada penerimaannya, akan tetapi apabila vaksin diluar temperature yang
dianjurkan maka akan mengurangi potensi kekebalannya.
Potensi Vaksin dalam Temperatur
Vaksin
DT
Pertusis
BCG
Kristal
Cair
Campak
Kristal
Cair
Polio
1 tahun
Dipakai dalam 1 kali kerja
2 tahun
Dipakai dalam 1 kali kerja
1 minggu
Dipakai dalam 1 kali kerja
6-12 bulan
1-3 hari
IMUNISASI DI INDONESIA
DAFTAR IMUNISASI YANG DIHARUSKAN DAN DIANJURKAN DI INDONESIA
a. Yang diharuskan
1. BCG (Bacillus Calmette-Guerin)
2. Hepatitis B
3. DPT (Difteri, Pertusis, dan Tetanus)
4. Polio
5. Campak
b. Yang dianjurkan
1.
2.
3.
4.
REFERENSI
1. Supartini, Yupi, S.Kp, MSc. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak.
EGC. Jakarta
2. Prof, Dr, dr, Wahab A. Samik. 2002. Sistem Imun, Imunisasi & Penyakit Imun.
Widya Medika. Jakarta
3. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Salemba
Medika. Jakarata
4. www.gambarimunisasi.com
Diposkan 24th June 2012 oleh Verlando Kaligis
0
Tambahkan komentar
5.
Jun
24
manset diturunkan.
Amati tekanan dalam spigmomanometer.
Waktu denyut nadi teraba pertama kali, bacalah tekanan dalam
dimana
denyut
nadi
tidak
terdengar
saat
tekanan
pada tekanan 220 mmHg, suara denyut nadi berikutnya baru terdengar
pada tekanan 150 mmHg. Jadi ada masa bisu pada tekanan antara 220150 mmHg. Gejala ini sering ditemukan pada klien hipertensi yang
belum diketahui penyebabnya.
(Mutaqqin, 2009)
B. Konsep Dasar Hipertensi
1. Pengertian .
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. (Sylvia A. Price,
Lorraine M. Wilson, 2005)
Distolik
(mmHg)
<130
130-139
(mmHg)
<85
85-89
140-159
160-179
180
90-99
100-109
110
Kategori
Normal
Normal Tinggi
Hipertensi
Tingkat 1 (ringan)
Tingkat 2 (sedang)
Tingkat 3 (berat)
Kategori
Optimal
Normal
Normal-tinggi
Tingkat 1 (hipertensi ringan)
Sub-grup: perbatasan
Tingkat 2 (hipertensi sedang)
Tingkat 3 (hipertensi berat)
Hipertensi sistol terisolasi
(isolated systolic hypertension)
Sub-grup: perbatasan
Sistol
Diastol
< 120
< 130
130-139
< 80
< 85
85-89
140-159
140-149
160-179
180
90-99
90-94
100-109
110
140
< 90
140-149
<90
4. Gambar anatomi
Gambar 1 : Anatomi Jantung
Gambar 2 : Sistem Saraf Perifer
Arteri koronaria yang mengalami penyempitan
Gbr. 3 cardiac scaning pd AMI (www.pdpersi.com)
Arteri pulmonal
Otot jantung
Kematian otot jantung
Plague pada arteri
trombus
Gbr. 4 anatomi jantung yang terkena infark
5. Manifestasi Klinis
a. Sakit kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat
peningkatan tekanan darah intrakranium.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina.
c. Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.
d. Nokturia yang disebabkan penigkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerulus.
e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
(Corwin, 2009)
6. Komplikasi
a. Stroke dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan
tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran
darah ke area otak yang diperdarahi berkurang. Arteri otak yang
mengalami aterosklerosis
dapat
melemah
sehingga meningkatkan
pembentukan bekuan.
d. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah
ke unit fungsional ginjal, yaitu nefron akan terganggu dan dapat berlanjut
menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus,
protein akan keluar melalui urine sehingga tekanan osmotik koloid plasma
berkurang dan menyebabkan edema, yang sering dijumpai pada hipertensi
kronis.
e. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi
maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang
Gangguan Emosi
Alkohol
Tembakau
Kelainan Ginjal
Obesitas
Mengadung Nikotin
Neropinefrin Dilepaskan
NYERI
Pelepasan Renin
pembentukan angitensin I
vasokonstriksi kuat
Retensi Natrium
menjadi angiotensin II
sekresi aldosteron
Peningkatan Afterload
Hipertrofi ventrikel
Beban Jantung
Penurunan Kontraksi Ventrikel kiri
Meningkat
KURANG PENGETAHUAN
Peningkatan Tekanan
Pembuluh Darah
krisis situasional
INTOLERANSI AKTIVITAS
Kelemahan
8. Penatalaksanaan
Untuk mengobati hipertensi, dapat dilakukan dengan menurunkan
kecepatan denyut jantung, volume sekuncup, atau Total Peripheral
Resistance (TPR). Intervensi farmakologis dan nonfarmakologis dapat
membantu individu mengurangi tekanan darahnya.
a. Pada sebagian orang, penurunan berat badan dapat mengurangi
tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung
sehingga kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup juga
berkurang.
b. Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR dengan
cara menghambat respons stres saraf simpatis.
c. Berhenti merokok penting untuk mengurangi efek jangka panjang
hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke
berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.
d. Diuretik bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah
jantung dengan mendorong ginjal meningkatkan ekskresi garam dan
e.
f.
untuk kehamilan.
Vasodilator arteriol langsung dapat dingunakan untuk menurunkan
h.
TPR.
Pada beberapa individu dapat mungkin mendapat manfaat dari diet
pembatasan natrium.
i. Hipertensi gestasional dan preeklamsi-eklamsi membaik setelah bayi
lahir.
(Corwin, 2009)
9. Diagnostik Tes
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Hemoglobin/hematokrit
Mengkaji hubungan dari
sel-sel
terhadap
volume
cairan
(viskositas).
2) BUN (Blood Ureum Nitrogen)/kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
3) Glukosa
Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan
hipertensi).
4) Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi
5) Kolesterol dan trigeliserida serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
6) Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau
adanya diabetes
b. Foto Dada
Tanda
1)
Tanda
1)
epigastrium(stenosis arteri).
Ekstremitas : perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi
1)
2)
Tanda
1)
yang meledak.
2) Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sekitar mata),
gerakan fisik cepat, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala
Tanda
1)
hipertensi.
g. Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala :
1) Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung),
2) Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi (indikasi aterosklerosis
pada arteri pada ekstrimitas bawah)
3) Sakit kepala oksipital berat seperti yang terjadi sebelumnya.
4) Nyeri abdomen/massa (feokromasitoma)
h. Pernapasan
Gejala
:
1) Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja,
2) Takipnea,ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal,
3) Batuk dengan / tanpa pembentukan sputum,
4) Riwayat merokok.
Tanda
1)
2)
3)
i.
Gejala
Gejala
Rencana pemulangan :
1) Bantu dengan pemantauan diri, TD (Tekanan Darah)
(Doenges Marilynn, dkk. 2000)
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respons
individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau
potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai
tujuan
asuhan keperawatan
sesuai
dengan
kewenangan
perawat.
(Nursalam, 2001)
Diagnosa keperawatan yang sering timbul pada pasien dengan
hipertensi, antara lain :
a.
Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokontriksi pembuluh darah, iskemia
b.
miokardia.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
berhubungan
dengan
krisis
dapat diterima.
Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam
masalah vascular.
2) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
Rasional : Denyutan karotis, jugularis, radialis
dan
volume/tekanan
atrium).
Perkembangan
S3
Adanya
mengidentifikasikan
4)
krakles,
mengi
kongesti
paru
dapat
sekunder
atau
mencerminkan
nyaman,
kurangi
meningkatkan relaksasi.
Pertahankan pembatasan aktivitas, seperti, istirahat di tempat
tidur/kursi; jadwal periode istirahat tanpa gangguan; bantu
pasien melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan.
Rasional :
Menurunkan stress dan ketegangan yang
mempengaruhi
8)
penyakit hipertensi.
Lakukan tindakan-tindakan yang nyaman, seperti; pijatan
punggung dan leher , meninggikan kepala tempat tidur.
Rasional :
Mengurangi ketidaknyamanan dan dapat
menurunkan rangsang simpatis
9)
menurunkan TD.
10) Pantau respons terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.
Rasional : Respons terhadap terapi obat stepped (yang
terdiri
atas
diuretik,
inhibitor
simpatis
dan
ini
memperkuat
agen-agen
untuk
menurunkan
tahanan
arteri
perifer.
diukur.
Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi
fisiologi.
Intervensi keperawatan
1) Kaji respons pasien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi
nadi lebih dari 20x/m di atas frekuensi istirahat, peningkatan
TD yang nyata selama/sesudah aktivitas(tekanan sistolik
3)
Dx III : Nyeri
Kriteria hasil
1) Melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang/terkontrol
2) Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan
3) Mengikuti regimen farmakologi
Intervensi keperawatan
1) Mempertahankan tirah baring selama fase akut.
Rasional : Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi.
2) Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit
kepala, mis : kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan
leher, tenang, redupkan lampu kamar, teknik relaksasi (panduan
imajinasi, distraksi) dan aktivitas waktu senggang.
Rasional :
3)
dan komplikasinya.
Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokonstriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala, mis : mengejan saat BAB, batuk
panjang, membungkuk.
Rasional : Aktivitas
yang
menyebabkan
meningkatkan
sakit
kepala
vasokontriksi
pada
adanya
sistem
saraf
simpatis.
Dapat
1)
secara individual.
Intervensi keperawatan
Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara
hipertensi dan kegemukan.
Rasional : Kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan
darah tinggi karena disproporsi antara kapasitas
aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan
2)
jantung.
Kelebihan
masukan
garam
Individu
harus
berkeinginan
untuk
diet
terakhir.
Membantu
dalam
menentukan
5)
kebutuhan
individu
untuk
penyesuaian/penyuluhan.
Tetapkan rencana penurunan berat badan yang realistik dengan
pasien, mis : penurunan berat badan 0,5 kg per minggu.
Rasional : Penurunan masukan kalori seseorang sebanyak 500
kalori/hari secara teori dapat menurunkan berat
badan 0,5 kg/minggu. Penurunan berat badan yang
lambat
mengindikasikan
kehilangan
lemak
7)
mana
pasien
telah/dapat
mengontrol
perubahan.
Instruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari
makanan dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur,
eskrim, daging) dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur,
produk kalengan, jeroan).
Rasional : Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan
kolesterol
penting
dalam
mencegah
perkembangan aterogenesis.
8) Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi.
Rasional :
Memberikan konseling dan bantuan dengan
memenuhi kebutuhan diet individual.
Dx V : Koping individu inefektif
Kriteria hasil
1) Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya.
efektif.
Intervensi keperawatan
1) Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi
perilaku, mis: kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian,
keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan.
Rasional : mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola
hidup seseorang, mengatasi hipertensi kronik, dan
mengintegrasikan terapi yang diharuskan kedalam
kehidupan sehari hari.
2) Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan
konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala,
ketidakmampuan untuk mengatasi/menyelesaikan masalah.
Rasional : manifestasi mekanisme koping maladaptif mungkin
merupakan indikator marah yang ditekan dan
diketahui telah menjadi penentu utama TD
3)
diastolik.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi stresor spesifik dan
kemungkinan strategi untuk mengatasinya.
Rasional : pengenalan terhadap stresor adalah langkah pertama
dalam mengubah respons seseorang terhadap
4)
stresor.
Libatkan pasien dalam perancanaan perawatan dan beri
dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan.
Rasional : keterlibatan memberikan pasien perasaan kontrol diri
yang berkelanjutan, memperbaiki keterampilan
koping, dan dapat meningkatkan kerja sama dalam
regimen terapeutik.
5)
6)
perhatian
pada
kebutuhan-kebutuhan
personal.
merencanakan perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk
menyesuaikan, ketimbang membatalkan tujuan diri/keluarga.
Rasional : perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara
realistik untuk menghindari rasa tidak menentu
pengobatan.
Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan
2)
3)
4)
kebutuhan
untuk
melanjutkan
pengobatan/medikasi.
Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor-faktor resiko
kardiovaskular yang dapat diubah, mis: obesitas, diet tinggi
lemak jenuh, dan kolesterol, pola hidup mononton, merokok
dasn minum alkohol (lebih dari 60 cc/hari dengan teratur), pola
hidup penuh stres.
Rasional :
faktor-faktor resiko ini telah menunjukkan
hubungan
5)
dalam
menunjang
hipertensi
dan
dan
empati
dapat
meningkatkan
ini.
Bahas pentingnya menghentikan merokok dan bantu pasien
dalam membuat rencana untuk berhenti merokok.
Rasional : Nikotin meningkatkan pelepasan katekolamin,
mengakibatkan peningkatan frekuensi jantung,
TD, dan vasokontriksi, mengurangi oksigenasi
jaringan,
7)
dan
meningkatkan
beban
kerja
miokardium.
Beri penguatan pentingnya kerja sama dalam regimen
pengobatan dan mempertahankan perjanjian tindak lanjut.
Rasional : kurangnya kerja sama adalah alasan umum
kegagalan terapi antihipertensif. Oleh karenanya,
evaluasi yang berkelanjutan untuk kepatuhan
pasien
adalah
penting
untuk
keberhasilan
kemungkinan MI.
Instruksikan dan peragakan teknik pemantauan TD mandiri.
Evaluasi pendengaran, ketajaman penglihatan dan keterampilan
manual serta koordinasi pasien.
Rasional : Dengan mengajarkan pasien atau orang terdekat
untuk memantau TD adalah meyakinkan untuk
sesuai
dengan
kebiasaan/kebutuhan
berjalannya
waktu
dengan
demikian
antihipertensif.
Instruksikan pasien tentang
peningkatan
masukan
ini
kekurangan.
diperlukan
Beberapa
untuk
memperbaiki
penelitian
menunjukkan
menurunkan
TD
sistolik
dan
melalui
keseimbangan
toleransi
terhadap
kemajuan
aktivitas
19) Anjurkan pasien untuk memantau respons fisiologis sendiri
terhadap aktivitas (mis; frekuensi nadi, sesak napas) laporkan
penurunan toleransi terhadap aktivitas, dan hentikan aktivitas
yang menyebabkan nyeri dada, sesak napas, pusing, keletihan
berat, atau kelemahan.
Rasional : Keterlibatan pasien dalam memantau toleransi
aktivitasnya sendiri penting untuk keamanan
dan/atau
memodifikasi
aktivitas
kehidupan
sehari-hari.
20) Dorong pasien untuk membuat program olahraga sendiri
seperti olahraga aerobik (berjalan, berenang) yang pasien
mampu lakukan. Tekankan pentingnya menghindari aktivitas
isometrik.
Rasional : Selain membantu menurunkan TD, aktivitas aerobik
merupakan alat menguatkan sistem kardiovaskular.
pasien
dalam
membuat
perubahan
pola
Indonesia,
coronary
club.
Klinik
DAFTAR PUSTAKA
Ade Dian, 2002. Internet. Insiden Hipertensi. www. Com (di akses tanggal 22
Januari 2011).
Siska Viatyasari, 2008. Internet. Sistem Saraf Perifer. www. Com. (akses 21
Februari 2011)
Prof. Dr. H.M. Sjaifoellah Noer, 1996. Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit
FKUI, Jakarta
Tambahkan komentar
6.
Jun
24
Masa Nifas
Masa Nifas
A. Definisi
adalah setelah
C. Perubahan-perubahan fisiologis
1. Involusi rahim
Setelah placenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena
kontraksi dan retraksi otot-ototnya. Fundus uteri 3 jari dibawah pusat.
Selama 2 hari berikutya, besarnya tidak seberapa berkurang, tetapi
sesudah 2 hari ini uterus mengecil dengan cepat, sehingga pada hari ke 10
tidak teraba lagi dari luar. Setelah 6 minggu tercapai lagi . Ukurannya
yang normal. Sesudah placenta lahir beratnya rahim 1000 gr seminggu
kemudian
gr dan pada
akhir
tetapi luka bekas placenta tidak meninggalkan parut. Hal ini disebabkan
karena luka ini dengan cara yang sangat luar biasa yang dibawah luka
ada pertumbuhan endometrium baru. Endometrium ini tumbuh di pinggir
luka dan juga dan sisa kelenjar pada dasar luka
3. Pembuluh darah rahim
Dalam
eksternum dapat
karena robekan dalam persalinan, pada akhir minggu pertama hanya dapat
dilalui oleh
6. Saluran kencing
Dinding
odema dan
atau sesudah
trauma. Pada
dinding
7. Laktasi
Masing-masing buah dada terdiri dari 15-24 lobi. Tiap lobus
terdiri dari lobuli yang terdiri pula dari acini. Acini ini menghasilkan air
susu. Tiap lobulus mempunyai saluran halus untuk mengalirkan air susu.
Saluran-saluran yang halus ini bersatu menjadi satu saluran untuk tiap
Protein
Lemak
Gula :
Garam
:
1-2 %
:
3-5 %
6,5-8 %
:
0,1-0,2 %
D. Klinik nifas
Keuntungan early ambulation yatu penderita merasa lebih sehat dan lebih
kuat, faal usus dan kandung kemih lebih baik
2. Diet
Ibu diberi gizi yang cukup yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitaminvitamin, mineral dan air
3. Suhu
Awasi tanda-tanda ifeksi
4. Miksi
Tiap penderita disuruh kencing 6 jam post partum. Kalau dalam 8 jam
post partum belum dapat kencing atau sekali kencing belum melebihi
100 cc, maka dilakukan kateterisasi
5. Defekasi
Jika penderita hari ketiga belum juga buang air besar, maka diberi clysma
air sabun atau glycerine
6. Perawatan payudara
Puting susu harus dibersihkan dengan air masak
7. Follow up
6 minggu setelah persalinan ibu dianjurkan untuk memeriksakan diri
kembali
8. Keluarga berencana
Pil KB dapat mempegaruhi air susu biasanya ditawarkan IUD atau
sterilisasi
DAFTAR PUSTAKA
Barbara R, Staright, Keperawatan Ibu Bayi Baru Lahir. Edisi 3 Jakarta EGC 2004
Ida bagus Gde Manuaba Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Jakarta EGC.1998
Tambahkan komentar
Memuat
Template Dynamic Views. Gambar template oleh A330Pilot. Diberdayakan oleh Blogger.