Anda di halaman 1dari 16

1.

PENDAHULUAN
Laporan ini berisi tentang hasil analisis elemen struktural bangunan Rumah Sinyal pada Trek Kereta
Api Daerah Lubuk Batang yang mencakup tahapan dalam perancangan serta keluaran analisis yang
didapat.

2. STANDAR DAN CODE


Standar dan code yang digunakan dalam perencanaan struktur ini mengacu sepenuhnya pada
standard dan code yang berlaku di Indonesia yaitu sebagai berikut.

a) Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non
Gedung (SNI 1726:2012)
b) Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung (SNI 2847:2013)
c) Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain (SNI 1727:2013)

3. SOFTWARE
Pemodelan dan analisis struktur menggunakan software sebagai berikut.

a) ETABS 2016
b) pCaColumn

4. MUTU MATERIAL
Material yang digunakan adalah beton bertulang dengan spesifikasi:

a) Mutu beton fc’ = 30 MPa


b) Kuat leleh baja tulangan ulir fy = 400 MPa

5. BEBAN GRAVITASI
Beban gravitasi yang diaplikasikan pada struktur didasarkan pada aspek fungsional dari ruangan yang
ada. Jenis beban gravitasi yang diaplikasikan pada struktur yaitu:

a) Beban Mati Struktural (Dead Load)


Beban mati struktural atau dead load adalah beban yang berasal dari berat sendiri struktur
secara menyeluruh dari material yang digunakan. Dalam desain struktur bangunan ini, seluruh
material yang digunakan berupa beton bertulang, dengan berat volume sebesar 24 kN/m³.
b) Beban Mati Tambahan (Superimposed Dead Load)
Beban mati tambahan atau superimposed dead load adalah berat seluruh komponen
nonstruktural yang diaplikasikan pada struktur dan sifatnya tetap berada pada struktur. Beban
mati tambahan yang diaplikasikan dalam model struktur bangunan ini disesuaikan dengan
fungsi ruangan dan material nonstruktural yang digunakan pada masing-masing lantai.
Besarnya beban diambil konservatif sebesar 1 kN/m2. Sedangkan untuk beban dinding,
diambil sebesar 2,4 kN/m2 terhadap tinggi dinding.
c) Beban Hidup (Live Load)
Beban hidup atau live load adalah beban maksimum yang mungkin terjadi akibat penghunian
dan penggunaan bangunan gedung. Semua beban hidup mempunyai karakteristik dapat
berpindah atau bergerak dan sifatnya tidak tetap atau tidak selalu berada pada struktur.
Besarnya beban hidup yang diaplikasikan dalam model struktur bangunan ini juga disesuaikan
dengan fungsi ruangan pada masing-masing lantai berikut.
 Ruang fungsional perkantoran = 2,4 kN/m2
 Ruang perlengkapan mekanis dan elektrik = 4,79 kN/m2
 Balkon = 4,79 kN/m2
 Beban Atap = 0,96 kN/m2

6. BEBAN GEMPA
Dalam menentukan besarnya beban gempa, parameter kegempaan dianalisis menurut langkah-
langkah berikut.

a) Gempa Rencana
Sesuai dengan ketentuan SNI 1726:2012 untuk bangunan tahan gempa disyaratkan suatu
bangunan untuk didesain agar masih dapat berdiri walaupun di ambang keruntuhan ketika
terjadi gempa. Gempa Rencana ditetapkan sebagai gempa dengan kemungkinan terlewati
besarannya selama umur struktur bangunan 50 tahun adalah 2%.
b) Kategori Risiko Struktur
Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung terbagi ke dalam 4 kategori. Untuk jenis
pemanfaatan struktur lain, kategori risikonya adalah II.

Tabel 1 Kategori Risiko Bangunan Gedung dan Nongedung untuk Beban Gempa

c) Faktor Keutamaan Gempa


Suatu pengaruh gempa rencana perlu dikalikan dengan faktor keutamaan (Ie), yang nilainya
berbeda-beda tergantung dari jenis dan peruntukan gedung tersebut. Berikut merupakan
tabel Ie untuk setiap kategori berdasarkan SNI 1726:2012.
Tabel 2 Faktor Keutamaan Gempa

Kategori risiko I dan/atau II memiliki Ie sebesar 1,0 sesuai dengan tabel di atas.

d) Klasifikasi Situs
Dalam perumusan kriteria desain seismik suatu bangunan di permukaan tanah atau
penentuan amplifikasi besaran percepatan gempa puncak dari batuan dasar ke permukaan
tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut haruslah diklasifikasikan terlebih dahulu. Berikut
merupakan klasifikasi situs menurut SNI 1726:2012.
Tabel 3 Klasifikasi Situs

Lokasi struktur berada di daerah Lubuk Batang yang memiliki kelas situs SE (tanah lunak).

e) Respons Spektra Desain


Untuk menggambar respons spektra desain, diperlukan parameter-parameter yang diperoleh
dari peta gempa dan rumusan berdasarkan SNI 1726:2012. Didapatkan respons spektra desain
untuk wilayah Lubuk Batang kelas situs SE berikut.

Gambar 1 Respons Spektra Desain

f) Penentuan Sistem Struktur


Sistem penahan gaya gempa lateral dan vertikal dasar dibagi menjadi tipe-tipe tertentu
berdasarkan pada elemen vertikal yang digunakan untuk menahan gaya gempa lateral yang
bersangkutan. Elemen-elemen vertikal ini kemudian menentukan koefisien modifikasi
respons (R), faktor kuat lebih sistem (Ω0), dan koefisien amplifikasi defleksi (Cd), yang
kemudian digunakan dalam penentuan geser dasar, gaya desain elemen, dan simpangan
antarlantai tingkat desain.
Berikut merupakan tabel faktor R, Cd, dan Ω0 untuk sistem struktur penahan gempa sistem
rangka pemikul momen berdasarkan SNI 1726:2012.
Tabel 4 Parameter Sistem Struktur

Sistem struktur terpilih merupakan rangka beton bertulang pemikul momen menengah
dengan parameter:
R=3 Ω0 = 3 Cd = 2,5

7. KOMBINASI PEMBEBANAN
Berdasarkan SNI 1726:2012, struktur bangunan harus mampu memikul semua kombinasi
pembebanan ultimit di bawah ini.

a) 1.4 D
b) 1,2 D + 1,6 L + 0,5 Lr
c) (1,2+0,2SDS) D + 1,0 L ± ρEx ± 0,3 ρEy
d) (1,2+0,2SDS) D + 1,0 L ± ρEy ± 0,3 ρEx
e) (0,9-0,2SDS) D ± ρEx ± 0,3 ρEy
f) (0,9-0,2SDS) D ± ρEy ± 0,3 ρEx

Kombinasi pembebanan di atas adalah kombinasi pembebanan yang akan memberikan kondisi yang
paling kritis bagi gedung. Hasil analisis berdasarkan kombinasi pembebanan tersebut akan dijadikan
dasar dalam desain elemen-elemen struktur.

Sedangkan untuk pengecekan kondisi layan dan daya dukung fondasi, digunakan kombinasi
pembebanan servis di bawah ini.
a) D
b) D+L
c) D + Lr
d) D + 0,75 L + 0,75 Lr
e) (1+0,14SDS) D + 0,7 Eh
f) (1+0,105SDS) D + 0,525 Eh + 0,75 L
g) (0,6-0,14SDS) D + 0,7 Eh

8. REDUKSI KEKAKUAN ELEMEN STRUKTUR


Berdasarkan SNI 2847:2013, dalam perencanaan struktur gedung untuk analisis elastis pada level
beban terfaktor, pengaruh peretakan beton pada elemen-elemen struktur harus diperhitungkan
terhadap kekakuannya. Untuk itu, momen inersia penampang struktur dapat ditentukan sebesar
momen inersia penampang utuh dikalikan dengan suatu persentase efektivitas penampang sebagai
berikut.

a) Kolom = 0,70 Ig
b) Balok persegi = 0,70 Ig
c) Pelat = 0,25 Ig

9. PEMODELAN STRUKTUR
Sistem struktur dimodelkan sebagai sistem portal terbuka 3 dimensi menggunakan program komputer
ETABS 2016. Program komputer ini adalah program yang umum digunakan dalam perencanaan
gedung. Model yang dibuat diusahakan sedekat mungkin dengan rencana struktur gedung. Dimensi,
posisi, dan beban yang bekerja dimodelkan sedekat mungkin dengan apa yang terjadi di lapangan.
Dengan pemodelan ini diharapkan akan mampu memberikan hasil yang cukup representatif mengenai
perilaku gedung yang sebenarnya. Dimensi elemen struktur yang digunakan adalah:

a) Kolom K1 = 250mm x 250mm


b) Balok B1 = 150mm x 300mm
c) Pelat lantai; tebal = 120mm

Kolom dan balok dimodelkan sebagai elemen frame, sedangkan pelat dimodelkan sebagai elemen
shell. Perletakan yang dipakai merupakan perletakan jepit.

Berikut ini adalah gambar dari pemodelan struktur yang dilakukan.


Gambar 2 Pemodelan 3 Dimensi Rumah Sinyal

Berikut gambaran pemodelan beban gravitasi baik beban mati tambahan maupun beban hidup pada
struktur bangunan.

Gambar 3 Pemodelan Beban Dinding dan Atap pada Bangunan

Dengan perincian beban:

Beban Dinding = Tinggi lantai x Berat dinding = 2,8 m x 2,4 kN/m2 = 6,72 kN/m

Beban Atap Kanopi = Tributary x Berat Kanopi = Tributary Balok x 0,96 kN/m2
Gambar 4 Pemodelan Beban Hidup dan Mati Tambahan pada Lantai Bangunan
10. DETAILING KOLOM
Kebutuhan tulangan pada elemen kolom ditentukan oleh kombinasi gaya dalam PMM yang terjadi
pada elemen kolom. Berikut nilai gaya dalam yang mungkin terjadi pada kolom akibat kombinasi
pembebanan:
Tabel 5 Gaya Dalam pada Elemen Kolom

Kombinasi Pembebanan P (kN) M2 (kN.m) M3 (kN.m)


ULT_1.2DL+1.6LL-1 296.6909 -8.2006 1.2606
ULT_0.9DL+EQ2-1 9.9935 -5.1615 2.0772
ULT_1.2DL+1LL+EQ2-1 171.0676 -20.4893 -3.0023
ULT_1.2DL+1.6LL-1 35.3515 22.5155 2.427
ULT_1.2DL+1LL+EQ1-3 144.1684 -2.0689 -17.4997
ULT_1.2DL+1LL+EQ1-4 137.7417 14.6759 17.9232

Kombinasi tersebut digunakan untuk pemodelan elemen kolom pada pCaColumn sebagai berikut:

Gambar 5 input Tulangan Terpasang pada Kolom

Berikut diagram interaksi dan hasil analisis yang diperoleh dengan konfigurasi tulangan seperti pada
gambar analisis:
P ( kN)
1400
(Pmax)

3
-45 45

M (173°) (k N -m)

-400 (Pmin)

Gambar 6 Diagram Interaksi dan Hasil Analisis Kolom

Berikut perhitungan kebutuhan sengkang pada kolom:

diameter sengkang 10 mm
As 78.53981634 mm2
diameter longitudinal 13 mm
K1 250x250
Vu 15.1732 kN
b 250 mm
h 250 mm
vc 44.1601312 kN
vu/Φ 20.23093333
0.5 vc 22.0800656 kN
Kebutuhan sengkang NO
vs -1.849132266 kN
vc+bw*d/3 63.61846453 kN
Sengkang Minimum YES
s 150 mm
Av min 31.25 mm2
Av req -3.583589663 mm2
Av 31.25 mm2
n 2 buah
Ash 157.0796327 mm2
Ash>Av YES
Berdasarkan perhitungan tersebut, pada bangunan ini dapat digunakan konfigurasi tulangan kolom
K1 8D13 dengan sengkang D10 – 150. Berikut denah kolom pada bangunan:
K1 K1 K1

K1 K1 K1
Gambar 7 Denah Kolom pada Bangunan
11. DETAILING BALOK
Berikut analisis perhitungan balok pada bangunan yang dilakukan untuk balok-balok tipikal dengan
gaya dalam maksimum pada keseluruhan bangunan:
Ukuran balok Penulangan Geser
b 150 Cek Vc (kN) 31.15
h 300 Vc (kN) 31.15
Bentang Balok (m) 4.5 Vs (kN) -1.991579542
Vs (kN) 33.1433 Vs max (kN) 124.61
Mu (kN.m) -23.6115
Vs pakai (kN) -1.991579542
j 0.9
φ sengkang (mm) 10
φ 0.9
Av (mm2) 157.08
φ tulangan awal (mm) 10
s (mm) -7177.341539
selimut (mm) 40
s pakai (mm) 150
φ sengkang (mm) 10
d (mm) 245 Vs' (kN) 95.29
As (mm2) 297.45 Cek Vs OK
A tulangan (mm2) 78.54
n tulangan (buah) 3.79
4
As tulangan (mm2) 314.16
d' (mm) 227.5
a (mm) 32.85
φ Mn (kN.m) 23.87
Cek Kapasitas OK
As min (mm2) 116.82
119.44
Cek As Pakai 314.16
n' tulangan 4
ρ 0.009206132
β1 0.835714286
ρb 0.031966071
Cek rasio tulangan OK
dt (mm) 227.5
a/dt 0.144409919
atcl/dt 0.313392857
Cek reinforced Under Reinforced
Syarat Jarak Antar Tulangan Tambahkan Lapisan Tulangan
Berikut gambaran denah pembalokan pada bangunan:

Gambar 8 Penulangan Balok Tipikal pada Bangunan Rumah Sinyal

12. DETAILING PELAT


Berikut kontur gaya dalam momen pelat yang terjadi pada bangunan di kedua arah sumbu:

Gambar 9 Gaya Dalam Momen Pelat Arah Sumbu Y


Gambar 10 Gaya Dalam Momen Pelat Arah Sumbu X

Berikut perhitungan yang dilakukan untuk menentukan kebutuhan tulangan pada pelat lantai:

Calculation of Plate Reinforcement in X Direction, and Top & Bot Position

Material Data
fc' = Concrete compresive strength
= 30 MPa
E = Elastic Modulus of the concrete
= 4700 √fc'
= 4700 √30
= 25742.96 MPa
fy = Yield Strength of the steel rebar
= 400 MPa
E = Elastic Modulus of the steel rebar
= 200000 MPa

Geometry Data
h = plate thickness
= 120 mm
cov = concrete cover to rebar center
= 40 mm

Ultimate force
Mu = maximum ultimate moment
= 7.8 kNm/m
Required reinforcement
ϕ = safety factor of flexure capacity
= 0.9
d = h - cov
= 120 - 40
= 80 mm
jd = 0.925 d
= 0.925 x 80
= 74 mm
As = area of required reinforcement
= Mu / (ϕ x fy x jd)
= 7.8 kNm/m / (0.9 x 400 MPa x 74 mm)
= 292.7928 mm2/m
As min = minimum reinforcement area required refer to SNI
= 0.0009 Ag
= 0.0009 x 1000 mm x 120
= 108 mm2/m
As req = max (As ; As min)
= max (292.793 ; 108)
= 292.7928 mm2/m

Trial
D = diameter of rebar
= 10 mm
As1 = area of one rebar
= 0.25 x π x 10^2
= 78.53982 mm2
s req = required spacing
= 1000/ (As req / As1)
= 1000 / (292.793 / 78.54)
= 268.2437 mm
≈ 250 mm
take = 150 mm
n = number of reinforcement per meter width
= 1000 / spacing
= 1000 / 150
= 6.666667
≈ 6
As used = As1 x n
= 78.54 x 6
= 471.2389 mm2/m

Flexure Capacity Checking


a = stress block of compression zone
= As.fy / (0.85 fc'.b)
= 471.239 mm^2 x 400 MPa / (0.85 x 30 MPa x 1000 mm)
= 7.391983 mm
ϕMn = flexure capacity
= ϕ As.fy.(d-0.5a)
= 0.9 x 471.239 mm^2 x 400 MPa (80 mm - 0.5 x 7.392 mm)
= 12.94467 kNm
ϕMn > Mu --> O.K.

Result
The reinforcement in X direction, and Top & Bot position, will be using D10-150

Calculation of Plate Reinforcement in Y Direction, and Top & Bot Position

Material Data
fc' = Concrete compresive strength
= 30 MPa
E = Elastic Modulus of the concrete
= 4700 √fc'
= 4700 √30
= 25742.96 MPa
fy = Yield Strength of the steel rebar
= 400 MPa
E = Elastic Modulus of the steel rebar
= 200000 MPa

Geometry Data
h = plate thickness
= 120 mm
cov = concrete cover to rebar center
= 40 mm

Ultimate force
Mu = maximum ultimate moment
= 10.24 kNm/m

Required reinforcement
ϕ = safety factor of flexure capacity
= 0.9
d = h - cov
= 120 - 40
= 80 mm
jd = 0.925 d
= 0.925 x 80
= 74 mm
As = area of required reinforcement
= Mu / (ϕ x fy x jd)
= 10.24 kNm/m / (0.9 x 400 MPa x 74 mm)
= 384.3844 mm2/m
As min = minimum reinforcement area required refer to SNI
= 0.0009 Ag
= 0.0009 x 1000 mm x 120
= 108 mm2/m
As req = max (As ; As min)
= max (384.385 ; 108)
= 384.3844 mm2/m

Trial
D = diameter of rebar
= 10 mm
As1 = area of one rebar
= 0.25 x π x 10^2
= 78.53982 mm2
s req = required spacing
= 1000/ (As req / As1)
= 1000 / (384.385 / 78.54)
= 204.3262 mm
≈ 200 mm
take = 150 mm
n = number of reinforcement per meter width
= 1000 / spacing
= 1000 / 150
= 6.666667
≈ 6
As used = As1 x n
= 78.54 x 6
= 471.2389 mm2/m

Flexure Capacity Checking


a = stress block of compression zone
= As.fy / (0.85 fc'.b)
= 471.239 mm^2 x 400 MPa / (0.85 x 30 MPa x 1000 mm)
= 7.391983 mm
ϕMn = flexure capacity
= ϕ As.fy.(d-0.5a)
= 0.9 x 471.239 mm^2 x 400 MPa (80 mm - 0.5 x 7.392 mm)
= 12.94467 kNm
ϕMn > Mu --> O.K.

Result
The reinforcement in Y direction, and Top & Bot position, will be using D10-150

Anda mungkin juga menyukai