Anda di halaman 1dari 11

UJIAN TENGAH SEMESTER 2017/2018

MATA KULIAH :
Manajemen Strategi Infrastruktur

DOSEN :
Prof. Dr. Ir. Buana Ma’ruf, M.Sc., M.M, MRINA

Oleh :
No. Absensi :9
Nama : RIZKY KURNIASIH
NRP : 03111750077012

PROGRAM PASCA SARJANA (S2)


BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN ASET INFRASTRUKTUR
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN, DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2018
Jawaban Soal No. 1

Perumusan strategi merupakan salah satu dari proses manajemen strategik,


menurut Fred R. David dan Forest R David (2017) Manajemen strategik adalah seni
dan sains dalam memformulasi, mengimplementasi dan mengevaluasi keputusan
lintas fungsional yang membuat organisasi dapat memperoleh tujuannya.
Menurut H. A. Rahardjo, D. Dinariana, and F. Suryani (2015) dalam Fajar Sri
Handayani, dkk (2017), the strategy is a method or plan chosen to bring about a
desired future, such as achievement of a goal or solution to a problem.
Menurut J. Steward, Aust, J (2004) dalam Fajar Sri Handayani, dkk (2017), Policy
strategy is what government wants to change — its agenda, and the ways in which
the agency will move to help it achieves this agenda. Strategy seems a good
investment, provided it is done openly, and within acknowledged structures of
accountability.
Menurut M. A. U. Rahman, J. Urban Manag, (2016) dalam Fajar Sri Handayani, dkk
(2017), Strategic planning frameworks provide direction and justification for the flow
of regularity and investment activity, which leads to changes in the location and
form of development.
Penyusunan Rencana Strategis pada Instansi Pemerintah, baik
Kementerian/Lembaga Negara maupun Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
telah tercantum dalam Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam Undang-Undang tersebut disebutkan
bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kementerian/Lembaga, yang
selanjutnya disebut Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-KL), adalah
dokumen perencanaan Kementerian/Lembaga untuk periode 5 (lima) tahun.
Renstra-KL memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga yang
disusun dengan berpedoman pada RPJM Nasional dan bersifat indikatif. Renstra-
KL disusun sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan berpedoman kepada
rancangan awal RPJM Nasional.
Kementerian/Lembaga Negara wajib untuk menyusun Rencana Strategis 2015 –
2019 dengan berpedoman pada RPJMN 2015 – 2019, sebagaimana tercantum
dalam pasal 4, Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan/Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nomor 5 Tahun 2014 tenang Pedoman Penyusunan
dan Penelaahan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga 2015-2019. Dalam
Renstra K/L memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga.
Kementerian PUPR telah menyusun Renstra 2015-2019 yang merupakan dokumen
perencanaan dan acuan penganggaran yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran,
arah kebijakan, strategi, program dan kegiatan, kerangka regulasi, kerangka
kelembagaan, serta kerangka pendanaan pembangunan sesuai dengan tugas dan
fungsi Kementerian PUPR. Substansi Renstra Kementerian PUPR merupakan
penjabaran dari RPJMN 2015 – 2019. Dalam Renstra tersebut, tidak hanya
menekankan pada output, namun juga outcame dan impact.
Secara garis besar, Renstra memuat :
a. Memuat secara jelas arah masa depan yang hendak dituju (where do we want to
be)? -> Visi, Tujuan dan Sasaran
b. Renstra mempertimbangkan kondisi saat ini (where are we now)? -> Nilai-nilai,
SWOT analisis dan misi organisasi
c. Memuat cara-cara mencapai tujuan dan sasaran (how to get there) ? ->
Kebijakan, Progran dan Kegiatan
2. Memuat ukuran keberhasilan (how do we measure our progress)? -> Indikator
kinerja

Jawaban No.2
Faktor Internal dan Faktor Eksternal di bidang Pembangunan infrastruktur Jalan dan
Jembatan khususnya di Kawasan Timur Indonesia.
Faktor Internal :
1. Keterbatasan Anggaran Internal
Pembangunan infrastruktur membutuhkan dana yang besar, sedangkan
angggaran kementerian PUPR yang terbatas.
2. Dukungan Jumlah SDM PUPR yang memadai
Direktorat pada Kementerian PUPR yang menangani pembangunan
infrastruktur jalan dan jembatan adalah Direktorat Jenderal Bina Marga. Jumlah
SDM pada Direktorat Jenderal Bina Marga sebesar ± 7500 orang
(kepegbima.com, 2018), yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia.
3. Dukungan teknologi konstruksi dan sistem informasi
Pengembangan teknologi konstruksi oleh Badan Pengembangan dan
Penelitian Kementerian PUPR dan sistem informasi yang meliputi sistem
informasi penganggaran, sistem informasi pegawai, LPSE untuk pemilihan
penyedia barang dan jasa, yang mendukung pembangunan infrastruktur jalan
dan jembatan
4. Minimnya Kualitas dan kuantitas jalan
Kualitas dan kuantitas infrastruktur di kawasan timur masih tergolong rendah.
Jumlah jaringan jalan yang menghubungkan antar wilayah masih sedikit,
sehingga ada beberapa wilayah yang sulit terjangkau.
5. Lemahnya sistem pengendalian internal
Keberhasilan pembangunan infrastruktur tidak lepas dari peran sistem
pengendalian/pengawasan internal. Saat ini, masih terdapat banyak celah
sistem pengendalian/pengawasan internal, dan belum adanya sanksi yang
tegas apabila terjadi kelalaian dalam suatu proyek pembangunan. Sistem
pengendalian/pengawasan terebut harusnya juga didukung dengan penetapan
SOP (Standard Operational Procedure) yang baku.
6. Dukungan Komitmen dan budaya organisasi
Adanya komitmen dari seluruh jajaran khususnya di Direktorat Jenderal Bina
Marga serta nilai-nilai yang diterapkan pada Kementerian PUPR yaitu bekerja
keras, bergerak cepat, bertindak tepat, berpengaruh terhadap pembangunan
infrastruktur jalan dan jembatan.
7. Koordinasi dan sinkronisasi antar unit kerja
Adanya koordinasi dan sinkronisasi antar bidang yang rutin dalam penyusunan
rencana dalam pelaksanaan pembangunan jalan.

Faktor Eksternal

8. Kondisi Cuaca/Iklim, Topografi dan Geologi Wilayah


Perubahan cuaca dan iklim yang tidak dapat diprediksi dapat mempengaruhi
pembangunan infrastruktur. Kondisi wilayah yang berupa dataran tinggi dan
perbukitan serta masih banyak hutan, juga mempengaruhi pembangunan jalan
di Kawasan Timur Indonesia
9. Peningkatan Kerjasama
Kerjasama pembangunan infrastruktur jalan ini meliputi kerjasama dengan
investor dan pemerintah daerah setempat. Kerjasama dengan investor berupa
kerjasama pendanaan untuk pelaksanaan pembangunan infrastruktur karena
keterbatasan anggaran internal Kementerian PUPR. Kerjasama dengan
pemerintah daerah berupa kesiapan dan dukungan pemerintah daerah
terhadap pembangunan infrastruktur tersebut.
10. Ketersediaan sumber daya
Pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan perlu didukung dengan
ketersediaan sumber daya yang memadai sehingga pembangunan tersebut
dapat terselesaikan sesuai dengan rencana. Sumber daya terebut antara lain
tenaga kerja terampil, bahan baku serta peralatan yang memadai.
11. Tingkat Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat sangat penting dalam pembangunan sebuah
infrastruktur. Partisipasi Masyarakat terhadap usaha pembangunan prasarana
jalan sebanding dengan besarnya keinginan masyarakat terhadap ketersediaan
prasarana jalan yang lebih baik.
12. Pembebasan Lahan
Dalam pembangunan suatu infrastruktur diperlukan adanya lahan, namun
pembebasan lahan merupakan tantangan terbesar hingga saat ini.
13. Intervensi Politik terhadap program pembangunan
Tidak dapat dipungkiri bahwa politik memiliki pengaruh terhadap keberhasilan
program-program pembangunan pemerintah.
14. Dukungan kebijakan dan regulasi
Adanya Rencana Tata Ruang dan Wilayah Indonesia serta program percepatan
infrastruktur di Kawasan Timur Indonesia oleh presiden, sehingga mendukung
pelaksanaan pembangunan infrastruktur oleh Kementerian PUPR.
Jawaban No. 3

Menurut Fred David (2017), ada 3 (tiga) tahap dalam memformulasikan strategi,
sebagaimana pada gambar berikut ini.

Sumber : Fred David (2017)

Tahap 1

Matrix External Factor Evaluation (EFE) dan Internal Factor Evaluation (IFE)

EFE Matrix

Faktor Eksternal Bobot Rating Nilai Keterangan


Opportunity
Dukungan Kebijakan dan Regulasi 0,146 4 0,584 O1
Peningkatan Kerjasama dengan Pemda dan Investor 0,143 3 0,429 O2
Tingkat Partisipasi Masyarakat 0,144 4 0,576 O3

Threat
Kondisi Cuaca, Topografi dan Geologi Wilayah 0,142 2 0,284 T1
Ketersediaan sumber daya 0,141 2 0,282 T2
Intervensi Politik terhadap Program Pembangunan 0,138 1 0,138 T3
Pembebasan Lahan 0,141 2 0,282 T4
TOTAL 100% 2,575
Hasil analisis dari matriks EFE tersebut, maka dapat diketahui bahwa kondisi atau
kemampuan eksternal Direktorat Jenderal Bina Marga khususnya untuk program
pembangunan infrastruktur jalan dan jalan di Kawasan Indonesia Timur dalam
memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman adalah pada tingkat sedang
ditunjukkan dengan skor sebesar 2,575.

IFE Matrix

Faktor Internal Bobot Rating Nilai Keterangan


Strenght
Dukungan jumlah SDM PUPR 0,146 4 0,584 S1
Dukungan teknologi konstruksi dan sistem informasi 0,142 3 0,426 S2
Dukungan komitmen dan budaya organisasi 0,143 3 0,429 S3
Koordinasi dan Sinkronisasi antar Bidang 0,145 4 0,58 S4

Weakness
Keterbatasan anggaran internal 0,142 2 0,284 W1
Minimnya kualitas dan kuantitas jalan 0,141 2 0,282 W2
Lemahnya sistem pengendalian internal 0,137 1 0,137 W3
TOTAL 100% 2,722 W4

Dari hasil IFE matrix diatas dapat ketahui bahwa Direktorat Jenderal Bina Marga
khususnya Pembangunan Infrastruktur Jalan di Kawasan Indonesia Timur memiliki
nilai IFE sebesar 2,722 yang berarti memiliki kondisi atau kemampuan internal yang
rata-rata dalam memanfaatkan kekuatan dan mengatasi masalah yang terjadi.

Tahap 2

Strenght, Weakness, Opportunity, Threat (SWOT) Matrix


Strenght Weakness
Dukungan jumlah SDM PUPR S1 Keterbatasan anggaran internal W1
SWOT MATRIX Dukungan teknologi konstruksi dan sistem informasi S2 Minimnya kualitas dan kuantitas jalan W2
Dukungan komitmen dan budaya organisasi S3 Lemahnya sistem pengendalian internal W3
Koordinasi dan Sinkronisasi antar Bidang S4
Opportunity Strenght - Opportunity Strategies Weakness - Opportunity Strategies
Percepatan pembangunan infrastruktur jalan dengan Melakukan percepatan pembangunan serta
mengoptimalkan SDM yang ada, pemanfaatan teknologi, peningkatan kualitas Jalan dengan perluasan
Dukungan Kebijakan dan Regulasi O1 komitmen organisasi serta peningkatan kerjasama dengan kerjasama dengan investor khususnya terkait
pemda maupun investor (S1,S2,S3,O2) pendanaan pembangunan jalan (W2,W1,O2)

Peningkatan kerjasama dengan Pemda dan Investor Penetapan regulasi dan peningkatan partisipasi
serta peningkatan keterlibatan masyarakat terhadap masyarakat untuk memperkuat
Peningkatan Kerjasama dengan Pemda dan Investor O2 pembangunan jalan dengan koordinasi dan sinkronisasi pengendalian/pengawasan pembangunan
secara berkelanjutan (S4, O2, O3) jalan. (W3,O1,O3)
Tinj
Tingkat Partisipasi Masyarakat O3

Threats Strenght - Threats Strategies Weakness - Threats Strategies


Pengalokasian anggaran untuk pembebasan
Mengoptimalkan pemanfaatan teknologi konstruksi dan
Kondisi Cuaca, Topografi dan Geologi Wilayah T1 lahan dalam rangka pembangunan
sistem informasi untuk pembangunan jalan (S2,T1,T2)
infrastruktur jalan (W1,W2,T4)
Peningkatan koordinasi dan sinkronisasi di lingkungan PUPR
dalam upaya pembebasan lahan dan mengantisipasi
Ketersediaan sumber daya T2
adanya perubahan kebijakan yang dapat berpengaruh
terhadap pembangunan jalan (S4, T3, T4)
Intervensi Politik terhadap Program Pembangunan T3
Pembebasan Lahan T4
Tahap 3

Dari matrix SWOT tersebut dapat diperoleh beberapa strategi alternatif untuk
pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan di Kawasan Indonesia Timur :

1. Percepatan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan dengan


memanfaatkan sumber daya yang ada serta pelaksanaan koordinasi dan
sinkronisasi yang berkelanjutan dalam rangka peningkatan kerjasama dengan
pemda dan investor serta peningkatan partisipasi masyarakat.
2. Penetapan regulasi dan peningkatan partisipasi masyarakat untuk meningkatkan
sistem pengendalian/pengawasan pembangunan infrastruktur; pemanfaatan
teknologi konstruksi dan sistem informasi yang handal dalam pembangunan
infrastruktur jalan dan jembatan.

QSPM Matrix

Strategi 1 Strategi 2
Factors Bobot
AS TAS AS TAS
External
Opportunity
Dukungan Kebijakan dan Regulasi 0,146 4 0,584 3 0,438
Peningkatan Kerjasama dengan Pemda dan Investor 0,143 3 0,429 3 0,429
Tingkat Partisipasi Masyarakat 0,144 4 0,576 3 0,432

Threat
Kondisi Cuaca, Topografi dan Geologi Wilayah 0,142 1 0,142 2 0,284
Ketersediaan sumber daya 0,141 1 0,141 2 0,282
Intervensi Politik terhadap Program Pembangunan 0,138 1 0,138 1 0,138
Pembebasan Lahan 0,141 1 0,141 1 0,141
TOTAL 1,00

Internal
Strenght
Dukungan jumlah SDM PUPR 0,146 4 0,584 0 0
Dukungan teknologi konstruksi dan sistem informasi 0,142 3 0,426 3 1,278
Dukungan komitmen dan budaya organisasi 0,143 3 0,429 0 0
Koordinasi dan Sinkronisasi antar Bidang 0,145 3 0,435 0 0

Weakness
Keterbatasan anggaran internal 0,142 2 0,284 1 0,284
Minimnya kualitas dan kuantitas jalan 0,141 2 0,282 1 0,282
Lemahnya sistem pengendalian internal 0,137 1,000 0,137 2 0,274
TOTAL 1,00 4,728 4,262
Dari hasil perhitungan QSPM diperoleh skor untuk 2 (dua) alternatif strategi. Untuk
strategi 1 mendapatkan skor 4,728 sedangkan strategi 2 mendapatkan skor 4,262.
Sehingga strategi yang dapat digunakan adalah Percepatan pembangunan
infrastruktur jalan dan jembatan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada
serta pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi yang berkelanjutan dalam rangka
peningkatan kerjasama dengan pemda dan investor serta peningkatan partisipasi
masyarakat.

Jawaban No. 4

5 (lima) kelemahan dalam buku Strategic Management oleh Fred David (2017) :

1. Secara keseluruhan buku Strategic Management oleh Fred David membahas


tentang manajemen strategik untuk organisasi bisnis, sehingga ada beberapa hal
yang tidak dapat diterapkan dalam organisasi pemerintahan, antara lain dalam
tahap formulasi strategi khususnya untuk tahap 2 : matching stage yaitu matrix
Boston Consulting Group (BCG), menggunakan parameter pengukuran yang
tidak dapat diterapkan dalam organisasi pemerintahan seperti profit perusahaan
dan aliran kas. Pada instansi pemerintah lebih mengutamakan penyerapan
anggaran, dan semakin besar nilai penyerapan, maka kinerja organisasi semakin
baik.
2. Pembobotan faktor dalam External Factor Evaluation (EFE) dan IFE (Internal
Factor Evaluation) dengan kisaran 0,0 (tidak penting) – 1,0 (sangat penting)
dapat memberikan persepsi yang berbeda bagi setiap organisasi. Tidak ada
indikator yang pasti untuk menentukan seberapa penting faktor-faktor tersebut.
Walaupun kondisi setiap organisasi berbeda, namun hendaknya ada penjelasan
lebih lanjut mengenai pembobotan tersebut, karena akan berpengaruh terhadap
ketepatan perhitungan strategi untuk tahap selanjutnya.
Pemberian peringkat Pembobotan faktor dalam External Factor Evaluation (EFE)
dan Internal Factor Evaluation (IFE) berdasarkan respon organisasi, yaitu :
4 = major streght,
3 = minor streght
2 = minor weakness
1 = major weakness
Dalam pembobotan tersebut, juga tidak terdapat indikator untuk penetapan
nilai/angka 1 sampai dengan 4, seberapa penting sebuah faktor bagi organsiasi,
sehingga ada perbedaan persepsi terhadap pembobotan yang akan
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan.
3. Penggunaan contoh organisasi/perusahaan untuk kasus formulasi strategi dalam
buku Fred David (2017) tidak sama dan sangat bervariasi. Variasi contoh
perusahaan/organisasi dalam buku Fred David sangat bagus, namun paling tidak
ada 1 (satu) contoh organisasi/perusahaan yang sama, yang digunakan dalam
Tahap 1, IFE, EFE dan BCG, Tahap 2, IE, SWOT, SPACE, BCG dan GS, serta
Tahap 3 QSPM, sehingga pembaca dapat mengetahui contoh kasus proses
formulasi strategi secara utuh.
4. Dalam tahap pengambilan QSPM matrix belum tertulis secara jelas, jenis dan
tipe strategi yang merupakan strategi utama dan dapat dimasukkan kedalam
QSPM matrix. Hanya tertulis, strategi yang diperoleh pada IE, SWOT, BCG dan
SPACE, serta tidak adanya keterangan apakah seluruh tahapan dalam formulasi
strategi harus dimasukkan, atau hanya sesuai dengan kebutuhan organsiasi.
Dan apa saja konsekuensi apabila organisasi/perusahaan melakukan kesalahan
dalam merumuskan strategi tersebut, serta belum kelebihan dan kelemahan
terhadap setiap tahap formulasi strategi.
5. Jumlah kuadran dalam IE matrix, sejumlah 9 kuadran dengan nilai :
3,0 – 4,0 : Tinggi, Kuat
2,0 – 2,99 : Sedang, Rata-rata
1,0 – 1,99 : Rendah, Lemah
Angka dalam kuadran tersebut hendaknya dapat lebih spesifik, karena
perbedaan nilai sangat berpengaruh secara signifikan.
IE matrix merupakan hasil yang diperoleh dari IFE dan EFE serta
menggambarkan posisi unit/divisi dibandingkan dengan divisi yang lain. Dalam
buku tersebut tidak disebukan, untuk membuat IE matrix berarti juga harus
membuat EFE dan IFE untuk divisi yang lain, apakah faktor-faktor yang
digunakan untuk membuat IFE dan EFE per divisi harus sama ataukah bisa faktor
yang lainnya dan apakah hal tersebut akan berpengaruh terhadap posisi divisi
lain di tiap kuadran.

Anda mungkin juga menyukai