Anda di halaman 1dari 78

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

JALAN DI BIDANG BINA MARGA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN


PENATAAN RUANG KABUPATEN MAGELANG

SKRIPSI

Oleh :
ADIP SAPUAN
NPM. 1910201078

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TIDAR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU ADMINSTRASI NEGARA
2023
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
JALAN DI BIDANG BINA MARGA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN
PENATAAN RUANG KABUPATEN MAGELANG

Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada Jurusan Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Oleh :
ADIP SAPUAN
NPM. 1910201078

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TIDAR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU ADMINSTRASI NEGARA
2023

ii
ABSTRAK

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


JALAN DI BIDANG BINA MARGA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN
PENATAAN RUANG KABUPATEN MAGELANG

Adip Sapuan (1910201078)

Program Studi Ilmu Administrasi Negara


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Tidar

Bidang Bina Marga merupakan suatu sub bagian dari beberapa bagian atau
bidang yang telah terbagi di Kementrian PUPR, yang tugasnya pada seksi
perencanaan teknis, seksi jalan, dan seksi jembatan. Maka dari itu, Bidang Bina
Marga ikut terlibat dalam urusan pembangunan infrastruktur jalan serta berperan
didalam perencanaan suatu proyek pembangunan jalan. Berdasarkan hal tersebut,
kajian penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Implementasi Kebijakan
Pembangunan Infrastruktur Jalan di Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum
dan Penataan Ruang Kabupaten Magelang.Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif untuk mendeskripsikan dan menjelaskan implementsi kebijakan dari
bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten
Magelang dengan melakukan dengan melakukan teknik pengumpulan data melalui
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Informan dari penelitian ini meliputi
Kepala Bidang Bina Marga, Kepala Seksi Perencnaan Jalan dan Jembatan, Kepala
Seksi Pemeliharaan dan Penngkatan Jalan, dan Kepala Seksi Pemeliharaan dan
Peningkata Jembatan. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dikaji dengan
menggunakan teknik reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam mengimplementasikan kebijakan
pembangunan infrastruktur jalan di Kabupaten Magelang oleh Bidang Bina Marga
DPUPR Kabupaten Magelang masih belum maksimal. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor diantarannya di aspek komunikasi masih adanya kendala dalam
kurangnya komunikasi dengan stakeholders dan masyarakat sehingga masih
ditemukannya jalan yang rusak. Dari aspek sumberdaya masih kurangnya sumber
daya manusia di bagian pekerja lapangan dan sumberdaya anggaran yang masih
terbatas. Aspek disposisi dengan pembawaan dari pimpinan yang baik yang mampu
untuk memengaruhi pegawai dengan kinerja yang maksimal. Aspek struktu
birokrasi dengan adanya SOP di Bidang Bina Marga ataupun secara umumnya
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Magelang sendiri sudah
benar dan sesuai.

(Kata Kunci : Implementasi Kebijakan, Pembangunan Infrastruktur, Bina Marga )

iii
ABSTRACT

POLICY IMPLEMENTATION OF ROAD INFRASTRUCTURE DEVELOPMENT


IN THE FIELD OF HIGHWAYS, PUBLIC WORKS AND SPATIAL PLANNING
DEPARTMENT OF MAGELANG REGENCY

Adip Sapuan (1910201078)

Public Administration Study Program


faculty of Social Science and Political Science
Tidar University

The Bina Marga sector is a sub-section of several sections or fields that


have been divided into the Ministry of PUPR, whose duties are the technical
planning section, the road section and the bridge section. Therefore, the Highways
Sector is involved in matters of road infrastructure development and plays a role in
planning a road construction project. Based on this, this research study aims to
analyze the Implementation of Road Infrastructure Development Policy in the
Highways Sector of the Public Works and Spatial Planning Office of Magelang
Regency. This study uses qualitative methods to describe and explain the
implementation of policies in the field of Highways at the Office of Public Works
and Spatial Planning in Magelang Regency by carrying out data collection
techniques through observation, interviews, and documentation. Informants from
this study include the Head of Highways, Head of the Road and Bridge Planning
Section, Head of the Road Maintenance and Improvement Section, and Head of the
Bridge Maintenance and Improvement Section. The data obtained from the
research results were reviewed using data reduction techniques, data presentation,
and drawing conclusions. The results of this study indicate that implementing road
infrastructure development policies in Magelang Regency by the Highways
Division of the DPUPR Magelang Regency is still not optimal. This is caused by
several factors including in the communication aspect there are still obstacles in
the lack of communication with stakeholders and the community so that damaged
roads are still found. From the aspect of resources, there is still a lack of human
resources in the field workers and limited budgetary resources. Aspects of
disposition with the innateness of a good leader who is able to influence employees
with maximum performance. The aspect of bureaucratic structure with the existence
of SOPs in the Highways Sector or in general the Public Works and Spatial
Planning Office of Magelang Regency itself is correct and appropriate.

(Keywords: Policy Implementation, Infrastructure Development, Bina Marga)

iv
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

v
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI

vi
MOTTO

 KERJA,KERJA,KERJA !!!

 SELALU BERSYUKUR, IBADAH, BERDOA, DAN INGAT ALLAH

 PERCAYA AKAN PROSES

 TERBENTUR TERBENTUR TERBENTUR TERBENTUK

vii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

viii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk :


1. Kedua Orang Tua tercinta, Bapak Muhyadi dan Siti Choimah yang selalu
mendoakan dan memberikan dukungan secara moril maupun materil.
2. Keluarga yang selalu memberikan semangat dan mendoakan sehingga dapat
menyeleaikan skripsi ini.
3. Para teman dan sahabat Joki Pro, yang telah memberikan dukungan dan doa
sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Teman-teman seperjuangan skripsi Juruasan Administrasi Negara angkatan
2019 .
5. Semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung
dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Almamaterku, Universitas Tidar

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan anugerah-Nya,

sehingga penulis dapat menyusun skripsi dengan judul “Implementasi Kebijakan

Pembangunan Infrastruktur Jalan di Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum

dan Penataan Ruang Kabupaten Magelang”. Proposal Penelitian ini disusun untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos.) pada

Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Tidar.

Penyusunan Skripsi ini tidak dapat terwujud tanpa adanya dukungan,

bimbingan, dorongan serta semangat dari berbagai pihak. Sehingga, dalam

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Sri Suwitri, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Tidar dan Dosen Penguji.

2. Dr. Sri Mulyani, M.Si selaku Ketua Jurusan Program Studi Ilmu Administrasi

Negara.

3. Dr. Dra. Eny Boedy Orbawati, M.Si. selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah

memberikan koreksi dan arahan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. R.M Mahendradi, S.H, M.Si. selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah

memberikan koreksi serta arahan didalam penyusunan skripsi ini.

5. Staff Tata Usaha Fakultas dan Jurusan yang membantu dalam pengurusan

administrasi untuk penyusunan skripsi ini.

x
6. Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Kabupaten Magelang, beserta para jajarannya yang telah membantu dalam

penyususnan skripsi ini.

7. Kedua orang tua saya (Bp. Muhyadi dan Ibu Siti Choimah) yang telah

mendukung dan mendoakan saya didalam penyusunan skripsi ini

8. Teman dan Sahabat di Joki Pro yang saya sayangi dan telah memberikan

motivasi dan dukungan selama penyusunan skripsi ini.

9. Teman - teman seperjuangan skripsi jurusan Administrasi Negara angkatan 2019

10. Semua pihak yang telah membantu dari awal hingga akhir penyusunan

proposal ini yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karenanya, kritik serta saran yang membangun sangat penulis harapkan guna untuk

bahan perbaikan dan menyempurnakan skripsi ini.

Magelang, 18 Januari 2023

Penulis

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
ABSTRAK ............................................................................................................. iii
ABSTRACT ............................................................................................................. iv
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... v
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .............................................................. vi
MOTTO ................................................................................................................ vii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .............................................................. viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 9
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 10
2.1 Administrasi Negara ............................................................................... 10
2.2 Kebijakan Publik .................................................................................... 12
2.3 Implementasi Kebijakan ......................................................................... 14
2.4 Pembangunan & Infrastruktur ................................................................ 24
2.5 Pemerintah Daerah ................................................................................. 26
2.6 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 29
2.7 Kerangka Berpikir .................................................................................. 32
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 35
3.1 Metode Penelitian ................................................................................... 35
3.2 Lokasi Penelitian .................................................................................... 35
3.3 Sasaran Penelitian ................................................................................... 35

xii
3.4 Fokus Kajian ........................................................................................... 36
3.5 Teknik Keabsahan Data .......................................................................... 37
3.6 Sumber Data ........................................................................................... 38
3.7 Teknik Pemilihan Informan.................................................................... 38
3.8 Metode Pengumpulan Data .................................................................... 39
3.9 Teknik Analisis Data .............................................................................. 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 42
4.1 Gambaran Umum ................................................................................... 42
4.2 Hasil Penelitian....................................................................................... 59
4.3 Pembahasan ............................................................................................ 82
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 91
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 91
5.2 Saran ....................................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 94
LAMPIRAN .......................................................................................................... 98

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Kondisi Dasar Jalan di Kabupaten Magelang Tahun 2016-2020 .......... 6


Tabel 1. 2 Kondisi Jalan Kab. Magelang 2016-2020 .............................................. 8
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 29
Tabel 3. 1 Fokus Kajian ........................................................................................ 36
Tabel 3. 2 Daftar Informan.................................................................................... 38
Tabel 4. 1 Luas Daerah, Jarak Terdekat/Termudah dari Ibu Kota Kabupaten ke
Kecamatan se-Kabupaten Magelang dan Ketinggian dari Permukaan Laut ......... 45
Tabel 4. 2 Jarak antara Ibu Kota Kabupaten Magelang (Kota Mungkid) ke
Beberapa Ibu Kota Kabupaten/Kota di Jawa Tengah ........................................... 46
Tabel 4. 3 Jumlah Pegawai DPUPR Kabupaten Magelang .................................. 57
Tabel 4. 4 Jumlah Pegawai menurut tingkat kependidikan................................... 57
Tabel 4. 5 Sarana & Prasarana DPUPR Kab. Magelang ...................................... 58
Tabel 4. 6 Capaian indikator kinerja DPUPR 2021 .............................................. 68
Tabel 4. 7 Kondisi Jalan Kabupaten Magelang 2016-2020 .................................. 69
Tabel 4. 8 Sub Kegiatan Bina Marga 2022............................................................70

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Berpikir ............................................................................ 34


Gambar 4. 1 Peta Administrasi Kabupaten Magelang .......................................... 43
Gambar 4. 2 Struktur Organisasi DPUPR Kab. Magelang 2021 .......................... 52

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi Penelitian ................................................................... 99


Lampiran 2 Pedoman Wawancara ..................................................................... 101
Lampiran 3 Transkrip Wawancara ..................................................................... 102
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian........................................................................ 114

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu kebijakan dari pemerintah yaitu didalam pembangunan infrastruktur

jalan ataupun fasilitas umum jalan yang mewadahi bagi masyarakat, demi

terciptanya stabilitas nasional seperti halnya dibidang transportasi maupun

ekonomi, maka pihak yang berwenang didalam pengimplementasiannya yaitu

Kementrian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang(PUPR). Dinas Pekerjaan

Umum dan Penataan Ruang atau DPUPR ini memiliki tugas dan wewenang yang

telah dibagi berdasarkan bidangnya masing-masing, salah satunya Bidang Bina

Marga. Bidang Bina Marga merupakan suatu sub bagian dari beberapa bagian atau

bidang yang telah terbagi di Kementrian PUPR, yang tugasnya pada seksi

perencanaan teknis, seksi jalan, dan seksi jembatan. Maka dari itu, Bidang Bina

Marga ikut terlibat dalam urusan pembangunan infrastruktur jalan serta berperan

didalam perencanaan suatu proyek pembangunan jalan.

Pembangunan jalan sebagai salah satu upaya dari pemerintah didalam

menunjang infrastruktur transportasi yang mengacu pada tata ruang jalan dan

jembatan, sistem transportasi jalan nasional yang terintergrasi, dan juga memenuhi

standar serta sistem keselamatan jalan yang ada. Fungsi dari adanya jalan sendiri

tidak hanya sebagai media transportasi belaka, baik untuk mempermudah

perpindahan orang, barang ataupun jasa dari satu ke tempat lain, melainkan

didalamnya sangat erat kaitannya dengan sistem kehidupan manusia seperti

keberlangsungan kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya yang mana dikembangkan


1
melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapainya keseimbangan dana

pemerataan pembangunan antar daerah, kemudian agar terciptanya kesatuan

nasional didalam memantapkan pertahanan dan keamanan nasional, serta

mengembangkan struktur ruang dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan

nasional. Adanya upaya pemerataan pembangunan infrastruktur jalan dari

pemerintah, diharapkan masyarakat yang dimana sebagai pengguna jalan mampu

untuk memanfaatkan fasilitas jalan yang ada sebagai akses memobilisasi berbagai

kegiatan seperti pendistribusian barang atau jasa, hasil perkebunan dan pertaninan

dan lain sebagainya (Soetomo, 2008 ). Dengan adanya fasilitas jalan yang

diharapkan dapat bertahan lama dan disertai dengan adanya pemeliharaan dan

perawatan jalan yang baik dan secara berkala. Dikarenakan, fungsi jalan sangat

penting didalam mendukung perkembangan dan kemajuan kegiatan sosial,

ekonomi, budaya, pertahanan dan keamanan. (Kepastian Walid, 2016).

Keberhasilan suatu pemerintah didalam pengimplementasian kebijakan yang

dapat diukur atau dilihat dari awal proses pengimplementasiannya hingga nantinya

pemerintah dapat mencapai tujuan hasil akhir (output) yaitu : terealisasinya tujuan-

tujuan yang ingin diraih. Hal ini tak jauh berbeda dengan apa yang diutarakan oleh

Meriee S. Grindle (1980) “ pengukuran keberhasilan implementasi dapat dilihat

dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan program sesuai

dengan yang telah ditentukan yaitu melihat pada action program dari individual

project dan yang kedua apakah tujuan program tersebut tercapai”. Mengutip dari

buku dasar-dasar kebijakan publik (Leo agustino. 2012 : 139). Secara cepat atau

2
lambat kondisi ataupun kualitas infrastruktur jalan akan mengalami suatu

penurunan. Hal ini biasa ditandai dengan adanya kerusakan pada struktur jalan, dan

juga kerusakan jalan ini cukup bervariasi pada setiap segmen di sepanjang ruas

jalan apabila hal ini terus dibiarkan saja dalam jangka waktu yang lama, maka akan

berpengaruh terhadap tingkat kerusakan jalan serta tentunya akan mengganggu

kenyamanan dan keamanan masyarakat sebagai pengguna jalan. Pada dasarnya

setiap pemerintahan daerah ada kemungkinan terjadi penurunan kinerja atau belum

tercapainya hasil yang maksimal, sehingga akan berusaha untuk memperbaiki,

evaluasi, serta mencoba terus berproses untuk tumbuh dan berkembang sebagai cara

pemerintah untuk memenuhi permintaan dan kebutuhan dari masyarakat. Salah satu

yang menjadi tolak ukur pemerintah didalam keberhasilan pengimplementasian

program ataupun kebijakan dapat dilihat dari akses lalu lintasnya, karena dengan

adanya infrastruktur jalan sangat berpengaruh terhadap ketertarikan investor

didalam menanamkan modalnya sehingga APBD akan meningkat.(Yulianti

Rachmi, 2018)

Implementasi kebijakan Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang

Kabupaten Magelang dalam pemeliharaan jalan, terlihat pada Peraturan Bupati

No.47 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi,

Serta Tata Kerja Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang tepatnya pada

Bidang Bina Marga, yaitu pada pasal 14 ayat (1) mengatakan Bidang Bina Marga

mempunyai tugas melaksanakan perumusan konsep kebijakan, pengkoordinasian,

pelaksanaan, pengadministrasian, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan bidang

3
pembangunan jalan, peningkatan jalan, pembangunan jembatan, peningkatan

jembatan, pemeliharaan jalan, pemeliharaan jembatan, dan tugas pembantuan yang

diberikan kepada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang serta melaksanakan

tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan. Kemudian Bidang Bina Marga

dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyelenggarakan

fungsi sebagai berikut:

a) Perumusan rencana kerja, program, kegiatan, dan anggaran Bidang Bina Marga;

b) Perumusan konsep kebijakan daerah, pedoman pelaksanaan, dan pedoman teknis

di bidang pembangunan jalan, peningkatan jalan, pembangunan jembatan,

peningkatan jembatan, pemeliharaan jalan, dan pemeliharaan jembatan;

c) Penyelenggaraan jalan kabupaten;

d) Pelaksanaan kegiatan pembangunan jalan, peningkatan jalan, pembangunan

jembatan, peningkatan jembatan, pemeliharaan jalan, dan pemeliharaan

jembatan;

e) Pelaksanaan kegiatan pembangunan jalan dan peningkatan jalan;

f) Pelaksanaan kegiatan pembangunan jembatan dan peningkatan jembatan;

g) Pelaksanaan pembinaan, fasilitasi, dan pelayanan bidang pemeliharaan jalan dan

jembatan;

h) Pelaksanaan pengelolaan administrasi, data, dan informasi di bidang

pembangunan jalan, peningkatan jalan, pembangunan jembatan, peningkatan

jembatan, pemeliharaan jalan, dan pemeliharaan jembatan;

4
i) Pelaksanaan tugas pembantuan yang diberikan kepada Dinas Pekerjaan Umum

dan Penataan Ruang di bidang pembangunan jalan, peningkatan jalan,

pembangunan jembatan, peningkatan jembatan, pemeliharaan jalan, dan

pemeliharaan jembatan;

j) Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan administrasi umum Bidang Bina

Marga;

k) Pelaksanaan pemantauan, pengendalian, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan

kegiatan Bidang Bina Marga; dan

l) Pelaksanaan fungsi kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Pemeliharaan Jalan merupakan implementasi kebijakan Dinas Pekerjaan

Umum Dan Penataan Ruang berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun

2006 Tentang Jalan pasal (97) Penyelenggara jalan mempunyai kewajiban dan

tanggung jawab untuk memelihara jalan sesuai dengan kewenangannya (Kristiawan

et al., 2020). Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 yang disebutkan

bahwa Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi yang merupakan urat nadi

kehidupan masyarakat mempunyai peranan penting dalam usaha pengembangan

kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam peraturan tersebut, peranan dari suatu

jalan yakni untuk mewujudkan target ataupun tujuan dari instansi terkait yaitu dari

DPUPR, target yang telah dicanangkan yakni seperti pemerataan pembangunan dan

hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi, dan perwujudan keadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia (Maimunah, 2010).

5
Berdasarkan Perda Nomor 5 Tahun 2011, tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten Magelang Tahun 2010-2030, jalan kabupaten memiliki fungsi

sebagai jalan lokal primer. Jalan yang menjadi kewenangan kabupaten di

Kabupaten Magelang dari tahun 2015 terus mengalami perkembangan. Pada tahun

2015, melalui Surat Keputusan Bupati Nomor 180.182/180/KEP/25/2015 tentang

Status Ruas-Ruas Jalan Sebagai Jalan Kabupaten, panjang jalan yang menjadi

kewenangan kabupaten menjadi 1.000,83 km yang meliputi 249 ruas jalan sampai

dengan tahun 2020. Yang dapat dilihat dari tabel berikut ini.

Tabel 1. 1 Kondisi Dasar Jalan di Kabupaten Magelang Tahun 2016-2020

No Ket Satuan 2016 2017 2018 2019 2020


JALAN
1 Jalan nasional Km 36,4 36,4 36,4 37,71 37,71

2 Jalan provinsi Km 118,68 118,68 118,68 118,68 118,68

3 Jalan kabupaten Km 887,83 1000,83 1000,83 1000,83 1000,83


4 Jalan lingkungan Km Na 2123, 31 2123, 31 2123, 31 2123,31
Jumlah ruas Ruas
5 204 249 249 249 249
jalan jalan
BANGUNAN PELENGKAP JALAN
Jembatan
1 Buah 306 337 339 344 345
kabupaten
Panjang jalan
2 Km 323,56 357,5 360 365,05 365,05
kab berdrainase
Panjang jalan
3 Km 47,03 50,59 52,62 54,62 56,62
kab bertrotoar
Panjang jalan
yang bertalud
(memiliki
4 Km Na 95,55 96,55 96,55 96,55
dinding penahan
tanah)

(Sumber : DPUPR Kab. Magelang, 2021)

6
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan terkait ketersediaan jalan di Kabupaten

Magelang, yang terdiri dari 2 indikator yaitu untuk Jalan dan Bangunan Pelengkap

Jalan. Untuk jalan nasional yang ada di Kabupaten Magelang sendiri dari tahun

2016-2020 memiliki panjang 37,71 km dan mengalami penambahan panjang jalan

pada 2019 yang mana panjang sebelumnya sebesar 36,4 km. Sementara untuk jalan

provinsi yang ada di Kabupaten Magelang dari tahun 2016-2020 memiliki panjang

yaitu 118,68 km. Untuk jalan kabupaten sendiri di tahun 2016 memiliki panjang

887,83 km, dan di tahun berikutnya 2017 mengalami penambahan panjang sebesar

1000,83 km hingga tahun 2020. Kemudian untuk jalan lingkungan di Kabupaten

Magelang dari tahun 2017 hingga 2020 memiliki panjang 2123,31 km. Sementara

untuk jumlah ruas yang ada di Kabupaten Magelang untuk tahun 2016 memiliki

jumlah ruas sebanyak 204, kemudian ditahun 2017-2020 mengalami penambahan

jumlah ruas jalan sebanyak 249. Terkait bangunan pelengkap jalan di Kabupaten

Magelang dari tahun ke tahun selalu mengalami penambahan dan perkembangan,

hal ini ditunjukkan dengan jumlah jembatan yang ada di Kabupaten Magelang

sendiri data terakhir pada tahun 2020 memiliki jembatan sebanyak 345 buah.

Sementara untuk panjang jalan di Kabupaten Magelang yang sudah berdrainase

sebesar 365,05 km, untuk jalan yang sudah bertrotoar di Kabupaten Magelang

sepanjang 56,62 km, dan untuk jalan yang bertalaud atau memiliki dinding penahan

tanah di Kabupaten Magelang sepanjang 96,55 km. Jika dilihat berdasarkan data

tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwasanya infrastruktur jalan di Kabupaten

Magelang sendiri terbilang sudah cukup baik, hal ini ditunjukan dengan

7
penambahan panjang jalan maupun penunjang fasilitas jalan lain yang dilakukan

hampir disetiap tahunnya, akan tetapi yang menjadi perhatian dan pekerjaan rumah

bagi DPUPR Kabupaten Magelang yaitu terkait mobilisasi pembangunan

infrastruktur jalan serta penambahan infrastuktur jalan yang lebih ditingkatkan lagi,

hal ini dikarenakan peningkatan kebutuhan dari masyarakat dan pembaharuan

infrastruktur jalan yang lebih mewadahi.

Tabel 1. 2 Kondisi Jalan Kab. Magelang 2016-2020


Kondisi
No 2016 2017 2018 2019 2020
Jalan
1 Baik 619,80 736,88 742,30 748,547 773,67
2 Sedang 227,94 156,65 143,83 140,475 118,257
3 Rusak 120,96 96,27 95,98 93,13 90,56
4 Rusak Berat 32,13 11,03 18,72 18,67 18,32
TOTAL(km
1000,83 1000,83 1000,83 1000,83 1000,83
)
(Sumber: DPUPR Kab. Magelang 2021)
Berdasarkan tabel diatas menunjuknya bahwa kondisi jalan yang ada di

Kabuaten Magelang cukup variatif, baik dari tingkat baik, sedang, rusak, hingga

rusak berat. Data terakhir di tahun 2020 menunjukkan kondisi jalan di Kabupaten

Magelang dengan total panjang jalan 1000,83 km dengan rincian kondisi jalan

yakni, untuk kondisi jalan baik sepanjang 773,67 km, sementara untuk kondisi jalan

sedang yakni 118,257 km, untuk kondisi jalan rusak sepanjang 90,56 km, sementara

untuk kondisi jalan rusak berat yakni 18,32 km. Masih adanya jalan yang rusak

menandakan diperlukannya adanya pemeliharaan jalan secara berkelanjutan untuk

mempertahankan dan meningkatkan kualitas jalan.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Kebijakan Pembangunan


8
Infrastruktur Jalan di Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan

Penataan Ruang Kabupaten Magelang”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang akan dikaji

dalam penelitian ini adalah :

Bagaimana Implementasi Kebijakan Pembangunan Infrastruktur Jalan di Bidang

Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Magelang ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu :

Menganalisis Implementasi Kebijakan Pembangunan Infrastruktur Jalan di

Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten

Magelang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini bisa dijadikan sumber refrensi dan ilmu

pengetahuan tentang bidang pembangunan dan pegimplementasian dari sebuah

instansi pemerintahan didalam pelaksanakan kebijakan

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini bisa dijadikan masukan terhadap instansi terkait

yakni Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten

Magelang didalam memaksimalkan implementasi kebijakan.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Administrasi Negara


Secara etimologis administrasi berasal dari Bahasa Inggris “administration”,

yang diartikan sebagai to manage atau mengelola . Kemudian Administrasi berasal

dari Bahasa Belanda “administratie”, yang berarti memiliki mencakup tata usaha,

manajemen dari kegiatan organisasi, manajemen sumber daya (Ridwan HR, 2013).

Administrasi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan lingkup

pemerintahan. Dari beberapa yang dikemukakan oleh para ahli terkait pengertian

administrasi, ada pengertian administrasi dalam arti luas maupun juga dalam arti

sempit. Dalam arti luas, Administrasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

oleh sekumpulan orang atau organisasi yang terikat dengan melalui beberapa

tahapan yang terstruktur serta dipimpin oleh pemimpin secara efektif dan efisien,

dengan sarana dan peralatan yang telah disiapkan untuk mencapai suatu tujuan yang

diinginkan, administasi tumbuh dengan beberapa tugas-tugas yang biasa disebut

sebagai fungsi administrasi diantaranya fungsi perencanaan, pengorganisasian

hingga pengawasan (Musanef,1995). Pengertian sempit, Administrasi adalah suatu

kegiatan yang meliputi catat mencatat, surat-menyurat, pembukuan ringan, ketik

mengetik, agenda dan sebagainya yang bersifat teknis ketatausahaan (Soewarno H,

1994).

Administrasi adalah suatu sistem atau sistema yang tertentu, yang memerlukan

input, transportasi, pengolahan dan output tertentu. Administrasi adalah

10
keseluruhan proses pelaksanaan dari keputusan yang telah diambil dan pelaksanaan

itu pada umumnya dilakukan oleh dua orang manusia atau lebih untuk mencapai

tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

M.E Dimock dan G.O Dimock berpendapat bahwa Admnistrasi Negara adalah

sebagai gabungan jabatan-jabatan yang dibentuk dan disusun secara bertingkat

yang diserahi kepada badan-badan pembuat undang-undang dan badan-badan

kehakiman. John M. Pfiffer dan Robert V mengartikan Administrasi Negara adalah

suatu proses yang bersangkutan dengan pelaksanaan kebijaksanaan pemerintah.

Prof. Dr. Pradjudi Atmosudidjo mendefinisikan arti Administrasi Negara adalah

bantuan penyelenggaraan dari pemerintah juga segenap proses penyelenggaraan

yang dilakukan oleh aparatur pemerintah suatu negara untuk mengatur dan

menjalankan kekuasaan negara, guna menyelenggarakan kepentingan umum

(E.Utrecht, 1988).

Berdasarkan beberapa pengertian administrasi dari para ahli di atas dapat

disimpulkan bahwa Administrasi adalah keseluruhan proses rangkaian pelaksanaan

kegiatan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang terlibat dalam suatu bentuk

usaha bersama demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Meskipun rumusannya sederhana, pengertiannya tetap mempunyai cakupan yang

luas, yaitu seluruh proses kegiatan yang berencana dan melibatkan seluruh anggota

kelompok.

11
2.2 Kebijakan Publik

Kebijakan publik (public policy) adalah segala hal yang mengatur dan

mengikat semua lapisan masyarakat dalam suatu Negara. Suatu kebijakan publik

bukan membatasi aktivitas dan peran masyarakat, tapi lebih menyelaraskan peran

Negara dan masyarakat dalam mencapai tujuan-tujuan bernegara secara efektif dan

efisien. Riant Nugroho (2004) dalam Yuwono, dkk (2008:4) mengartikan kebijakan

publik yaitu segala sesuatu yang dibuat dan tidak dibuat oleh pemerintah sebagai

tokoh sentral kebijakan publik . kebijakan public merupakan kebijkan yang dibuat

oleh pemerintah (public organizations) yang dilaksanakan oleh pejabat pemerintah

yang berwenang untuk kepentingan masyarakat atau rakyat dengan berbagai

strategi dan program.

Thomas R. Dye (1992) dalam Yuwono, dkk (2008:6) menguraikan proses

kebijakan publik dalam beberapa tahapan yaitu: a) identifikasi masalah kebijakan,

yang dibuat melalui pengenalan apa yang sebagai tuntutan (demands) atas tindakan

pemerintah. b) penyusunan agenda yang dilakukan dengan memfokuskan perhatian

kepada pejabat public dan media masa atas hasil keputusan terhadap masalah public

tertentu. c) perumusan kebijakan yang diawali dengan pengusulan rumusan

kebijakan dan pembentukan usulan kebijakan dengan organisasi perencanaan

kebijakan, kelompok kepentingan dan birokrasi pemerintah. d) pengesahan

kebijakan yaitu dengan kegiatan politik oleh partai politik, presiden dan kongres.

e)implementasi kebijakan, yang dilaksanakan dengan birokrasi, anggaran publik

dan aktivitas agen eksekutif yang terorganisasi. f) evaluasi kebijakan yang

12
dilakukan oleh lembaga pemerintah, konsultan di luar pemerintah, pers, dan

masyarakat (publik).

Teori dan proses kebijakan publik memiliki definisi yang tidak hanya

menekankan pada hal-hal yang diusulkan pemerintah, tetapi juga mencakup arah

tindakan yang dilakukan oleh pemerintah. Perhatian para ilmuwan politik terhadap

studi kebijakan publik juga semakin besar. Menurut James Anderson (1963), adalah

sah bagi seorang ilmuwan politik memberikan saran-saran kepada pemerintah

ataupun pemegang otoritas pembuat kebijakan agar kebijakan yang dihasilkannya

mampu memecahkan persoalan dengan baik. Sifat kebijakan publik sebagai arah

tindakan dapat dipahami secara lebih baik apabila konsep ini diperinci menjadi

beberapa kategori, antara lain tuntutan kebijakan, keputusan kebijakan, pernyataan

kebijakan, hasil kebijakan, dan dampak kebijakan. Dengan mengacu pada tahap-

tahap kebijakan yang ditawarkan Jones dan beberapa ahli lainnya, domain

kebijakan publik meliputi penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi

kebijakan, implementasi, dan penilaian kebijakan. Kebijakan publik dibedakan

menjadi analisis kebijakan, kebijakan publik, dan anjuran kebijakan. Kebijakan

publik secara garis besar mencakup tahap-tahap perumusan masalah kebijakan,

implementasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan. Analisis kebijakan berhubungan

dengan penyelidikan serta deskripsi sebab dan konsekuensi kebijakan publik.

Dalam analisis kebijakan, dapat dianalisis pembentukan, substansi, dan dampak

dari kebijakan tertentu. Adapun anjuran kebijakan secara khusus berhubungan

dengan tindakan yang harus dilakukan oleh pemerintah dengan menganjurkan

13
kebijakan tertentu melalui diskusi, persuasi atau aktivitas politik. (Anggara, S.

2014).

2.3 Implementasi Kebijakan

Kamus Webster yang dikutip oleh Solichin mengemukakan pengertian

implementasi dirumuskan secara pendek bahwa to implement

(mengimplementasikan) berarti to provide means for carrying out (menyediakan

sarana untuk melaksanakan sesuatu) to give practical effec to (menimbulkan

dampak/akibat terhadap sesuatu). Dari definisi tersebut maka implementasi

pelaksanaan dapat diartikan sebagai suatu proses melaksanakan keputusan

pelaksanaan (biasanya dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah,

keputusan peradilan, perintah presiden atau dekrit presiden). Dalam studi

pelaksanaan publik, dikatakan bahwa implementasi bukanlah sekedar bersangkut

paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam

prosedur-prosedur rutin melalui saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu,

implementasi menyangkut masalah konflik, keputusan, dan siapa yang memperoleh

apa dari suatu pelaksanaan. Oleh karena itu tidaklah terlalu salah jika dikatakan

bahwa implementasi pelaksanaan merupakan aspek yang sangat penting dalam

keseluruhan proses pelaksanaan.

Wibawa (1994) menyebutkan bahwa implementasi kebijakan merupakan

bentuk pengejawantahan keputusan mengenai kebijakan yang mendasar. Biasanya

tertuang dalam suatu undang-undang. Namun juga dapat berbentuk instruksi-

instruksi yang penting atau keputusan perundang-undangan. Idealnya, keputusan -

14
keputusan tersebut menjelaskan masalah-masalah yang hendak ditangani,

menentukan tujuan yang hendak dicapai dan dalam berbagai cara

“menggambarkan struktur” proses implementasi tersebut (Wibawa, 1994).

Luankali (2007) berpendapat bahwa memahami apa yang senyatanya terjadi

sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus

perhatian implementasi kebijakan. Dapat dipahami bahwa implementasi

merupakan kejadian-kejadian atau kegiatan - kegiatan yang timbul sesudah

disahkannya pedoman kebijakan negara yang mencakup usaha-usaha untuk

mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat atau dampak nyata

pada masyarakat atas kegiatan-kegiatan program yang sedang atau akan

dilaksanakan. (Awang, 2010)

Implementasi kebijakan menurut Nugroho (2003:158) terdapat dua pilihan

untuk mengimplementasikannya, yaitu langsung mengimplementasikannya dalam

bentuk program-program dan melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari

kebijakan tersebut. Oleh karena itu, implementasi kebijakan yang telah dijelaskan

oleh Nugroho merupakan dua pilihan dimana yang pertama langsung

mengimplementasi dalam bentuk program dan pilihan kedua melalui formulasi

kebijakan.

Dari Pengertian implementasi kebijakan di atas, maka penelitian ini

menggunakan teori sebagai berikut;

1. George C. Edward III

15
Menurut George C. Edward (Nawawi, 2009:138) implementasi kebijakan

merupakan proses yang krusial karena seberapa baiknya suatu kebijakan kalau tidak

dipersiapkan dan direncanakan dengan baik implementasinya maka apa yang

menjadi tujuan kebijakan publik tidak akan terwujud. George C. Edward III

mengemukakan 4 variabel yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur

birokrasi yang mana dapat mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi. Dari

ke-4 variabel terebut dapat dirincikan sebagai berikut :

a. Comunication (Komunikasi)

Komunikasi implementasi mensyaratkan agar implementor mengetahui apa

yang harus dilakukan. komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian

informasi komunikator kepada komunikan. Selain itu juga dalam

komunikasi implementasi kebijakan terdapat tujuan dan sasaran kebijakan

yang harus disampaikan kepada kelompok sasaran, hal tersebut dilakukan

agar mengurangi kesalahan dalam pelaksanaan kebijakan. Komunikasi

kebijakan memiliki beberapa macam dimensi, antara lain dimensi

transformasi (transmission), kejelasan (clarity) dan konsistensi

(consistency). Yang dapat diuraikan sebagai berikut

1. Transmisi (transmition); sebelum pejabat dapat mengimplementasikan

suatu keputusan, ia harus menyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat

dan suatu perintah untuk pelaksanaannya telah dikeluarkan. Ada

beberapa hambatan yang timbul dalam mentransmisikan perintah-

perintah yangdiimplementasikan. Pertama,pertentangan pendapat antara

16
pelaksana dengan perintah yang dikeluarkan oleh pengambil kebijakan.

Kedua, informasi melewati berlapis-lapis birokrasi. Ketiga, penangkapan

komunikasi dihambat oleh persepsi yang selektif dan ketidakmauan para

pelaksana untuk mengetahuhi persyaratan-persyaratan suatu kebijakan

2. Kejelasan (clarity); jika kebijakan diimplementasikansebagaimana yang

diinginkan, maka bukan hanya petunjuk pelaksanaan itu harus diterima

olehpara pelaksana kebijakan tapi juga komunikasi kebijakan tersebut

harus jelas. Dalam beberapa kasus, para pelaksana sama sekali tidak

memahami tujuan-tujuan suatu kebijakan atau persyaratan-persyaratan

operasionalnya. Bahkan dalam beberapa kasus lainnya, para pelaksana

membuat usaha untuk mengeksploitasi kekaburan dalam komunikasi

dengan tujuan untuk kepentingan mereka sendiri. Kurangnya kejelasan

memungkinkantimbulnya perubahan kebijakan yang tidak diharapkan.

3. Konsistensi (concistency); jika implementasi kebijakan ingin

berlangsung efektif, maka perintah- perintah pelaksanaannya harus

konsisten dan jelas. Jika perintah yang disampaikan inkonsisten, hal ini

akan menyulitkan para pelaksana kebijakan dalam menjalankan tugasnya

dengan baik. Di sisi lain, perintah-perintah implementasi kebijakan yang

tidak konsisten akan mendorong para pelaksana mengambil tindakan

yang sangat longgar dalam menafsirkan dan mengimplementasikan

kebijakan. Akibatnya, jika kebijakan bertentangan dengan pilihan atau

kepentingan pelaksana, maka mereka akan cenderung menggunakan

17
keleluasaannya untuk mengabaikan dan atau mendistorsikannya. Ke

tidak konsistenan seperti halnya kekaburan berasal dari semakin

besarnya kepentingan yangbersaing dan berusaha untuk mempengaruhi

implementasi kebijakan.

b. Resources (Sumber Daya)

Sumber daya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

terlaksananya keberhasilan terhadap suatu implementasi, walaupun isi

kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, akan tetapi

apabila implementator kekurangan sumber daya untuk melaksanakan

kebijakan maka tidak akan berjalan dengan efektif. Sumber daya yang dapat

mendukung pelaksanaan kebijakan dapat berwujud yang mana meliputi staf

yang kompeten, informasi,wewenang dan fasilitas-fasilitas yang diperlukan

untuk menterjemahkan usul-usul di atas kertas guna melaksanakan

pelayanan publik. Yang dapat diuraikan sebagai berikut;

1. Staf; merupakan sumber paling penting dalam melaksanakan kebijakan

karena merekalah pelaksana kebijakan di lapangan. Dalam hal ini, tentu

saja jumlahnya harus cukup dan harus mempunyai keterampilan yang

diperlukan untuk melaksanakan kebijakan.

2. Informasi; yang dimaksud disini adalah, pertama, informasi mengenai

bagaimana melaksanakan suatu kebijakan. Pelaksana perlu mengetahui

apa yang dilakukan dan bagaimana mereka harus melakukannya. Dengan

demikian para pelaksana kebijakan harus diberi petunjuk untuk

18
melaksanakan kebijakan. Kedua, data tentang ketaatan personil-personil

lain terhadap peraturan-peraturan pemerintah. Kurangnya informasi

tentang bagaimana mengimplementasikan kebijakan akan berakibat

langsung terhadap ketidak terpenuhnnya tanggung jawab sesuai dengan

waktunya.

3. Wewenang; terbatas ataukurangnya wewenang dalammelakukan suatu

kebijakan bisa menjadi suatu hambatan. Namun bisa juga suatu badan

mempunyai wewenang besar namun tidak efektif dalam menggunakan

wewenang tersebut. Dalam hal ini efektifitas dalam penggunaan

wewenang sangat diperlukan.

4. Fasilitas-fasilitas; Meliputi fasilitas-fasilitas fisik yang merupakan

sumber penting dalam implementasi karena menjadi faktor pendukung

terlaksananya sebuah kebijakan.

c. Disposition (Disposisi)

Disposisi atau attitude ( Kecenderungan Tingkah Laku atau Sikap) adalah

watak atau karakteristik yang dimiliki oleh pelaksana kebijakan seperti

halnya komitmen, kejujuran, dan sifat demokratik. Apabila pelaksana

kebijakan mempunyai karakteristik atau watak yang baik, maka dia akan

melaksanakan kebijakan dengan baik sesuai dengan sasaran tujuan dan

keinginan pembuat kebijakan. Berhubungan dengan kesediaan dari para

implementor untuk mengeksekusi kebijakan tersebut, kecakapan saja tidak

mencukupi, tanpa kesediaan dan komitmen untuk melaksanakan kebijakan.

19
Menurut Edwards, banyak kebijakan yang masuk ke dalam “zona

ketidakacuhan”. Ada kebijakan yang dilaksanakan secara efektif karena

mendapat dukungan dari pelaksanakebijakan, namun kebijakan-kebijakan

lain mungkin akan bertentangan secara langsung dengan pandangan

pelaksana kebijakan dan kepentingan pribadi atau organisasi pelaksana.

Dalam kasus seperti ini para pelaksana kebijakan akan mengunakan

keleluasaan dan kadang-kadang dengan cara yang halus akan dapat

menghambat implementasi.

d. Bureaucratic Structure (Struktur Birokrasi)

Struktur birokrasi merupakan suatu badan yang paling sering

terlibat dalam implementasi kebijakan secara keseluruhan. Struktur

Organisasi yang bertugas melaksanakan kebijakan memiliki pengaruh besar

terhadap pelaksanaan kebijakan. Dalam struktur birokrasi terdapat dua hal

penting yang mempengaruhinya salah satunya yaitu aspek struktur birokrasi

yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang

standar (standard operating procedures atau SOP). SOP ini merupakan

pedoman bagi pelaksana kebijakan dalam bertindak atau menjalankan

tugasnya.(Yuliah, 2020)

2. Van Meter dan Van Horn

Model pendekatan implementasi kebijakan yang dirumuskan Van Meter dan Van

Horn disebut dengan A Model of the Policy Implementation (1975). Proses

implementasi ini merupakan sebuah abstraksi atau permofmansi suatu pengejewan

20
paham kebijakan yang pada dasarnya secara senaja dilakukan untuk meraih kinerja

implementasi kebijakan yang tinggi yang berlangsung dalam hubungan berbagai

variabel. Model ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara

linier dari keputusan politik, pelaksana bahwa kinerja kebijakan dipengaruhi oleh

6 variabel, diantaranya standar dan sasaran kebijakan/ ukuran dan tujuan kebijakan,

sumber daya, karakteristik organisasi pelaksana, sikap para pelaksana, komunikasi

antar organisasi dan kegiatan-kegiatan pelaksana, lingkungan sosial, ekonomi,

sosial dan poitik, yang dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Standar dan sasaran kebijakan/ukuran dan tujuan kebijakan

Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya dari

ukuran dan tujuan kebijakan yang bersifat realistis dengan sosiokultur yang

ada dilevel peleksana kebijakan. Ketika ukuran dan sasaran kebijakan

terlalu ideal (utopis), maka akan sulis direalisasian (agustino 2006). Van

Meter dan Va Horn (Sulaeman 1998) mengemukakan untuk mengukur

kinerja implementasi kebijakan tentunya menegaskan standar dan sasaran

tertentu yang harus dicapai oleh para pelaksana kebijakan, kinerja kebijakan

pada dasarnya merupakan penilaian atas ketecapaian standar dan sasaran

tersebut.

b. Sumber Daya

Keberhasialan implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan

memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia merupakan sumber

daya terpenting dalam menentukan keberhasilan atau implementasi

21
kebijakan. Setiap tahap implementasi menuntut adanya sumber daya yang

berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang

telah ditetapkan secara apolitik. Selain sumber daya manusia, sumber daya

finansial dan waktu menjadi perhitungan penting dalam keberhasilan

implementasi kebijakan. Van Meter dan Van Horn ( dalam Widodo 1974 )

menegaskan bahwa : “ Sumber daya kebijakan ( policy resources ) tidak

kalah pentingnya dengan komunikasi. Sumber daya kebijakan ini harus juga

tersedia dalam rangka untuk memperlancar administrasi implementasi suatu

kebijakan. Sumber daya ini terdiri atas dana atau insentif lain yang dapat

memperlancar pelaksanaan ( implementasi ) suatu kebijakan. Kurangnya

atau terbatasnya dana atau insentif lain dalam implementasi kebijakan,

adalah merupakan sumbangan besar terhadap gagalnya implementasi

kebijakan “.

c. Karakteristik organisasi pelaksana

Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan

organisasi informal yang akan terlibat dalam pengimplementasian

kebijakan. Hal ini penting karena kinerja implementasi kebijakan akan

sangat dipengaruhi oleh ciri yang tepat serta cocok dengan para agen

pelaksananya. Hal ini berkaitan dengan konteks kebijakan yang akan

dilaksanakan pada beberapa kebijakan dituntut pelaksana kebijakan yang

ketat dan displin. Pada konteks lain diperlukan agen pelaksana yang

22
demokratis dan persuasif. Selain itu, cakupan atau luas wilayah menjadi

pertimbangan penting dalam menentukan agen pelaksana kebijakan.

d. Sikap para pelaksana

Menurut pendapat Van Metter dan Van Horn dalam Agustinus (2006):

”sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana kebijakan sangat

mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan publik.

Hal ini sangat mungkin terjadi karena kebijakan yang dilaksanakan

bukanlah hasil formulasi warga setempat yang mengenal betul

permasalahan dan persoalan yang mereka rasakan. Tetapi kebijakan publik

biasanya bersifat top down yang sangat mungkin para pengambil keputusan

tidak mengetahui bahkan tak mampu menyentuh kebutuhan, keinginan atau

permasalahan yang harus diselesaikan”.

e. Komunikasi antar organisasi terkait dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan

Agar kebijakan publik bisa dilaksanakan dengan efektif, menurut Van Horn

dan Van Mater (dalam Widodo 1974) apa yang menjadi standar tujuan harus

dipahami oleh para individu (implementors). Yang bertanggung jawab atas

pencapaian standar dan tujuan kebijakan, karena itu standar dan tujuan harus

dikomunikasikan kepada para pelaksana. Komunikasi dalam kerangka

penyampaian informasi kepada para pelaksana kebijakan tentang apa

menjadi standar dan tujuan harus konsisten dan seragam (consistency and

uniformity) dari berbagai sumber informasi.

23
f. Lingkungan sosial, ekonomi, sosial dan politik

Hal terakhir yang perlu diperhatikan guna menilai kinerja implementasi

kebijakan adalah sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong

keberhasilan kebijakan publik. Lingkungan sosial, ekonomi dan politik yang

tidak kondusif dapat menjadi sumber masalah dari kegagalan kinerja

implementasi kebijakan. Karena itu, upaya implementasi kebijakan

mensyaratkan kondisi lingkungan eksternal yang kondusif.

2.4 Pembangunan & Infrastruktur

2.4.1 Pengertian Pembangunan

Pendekatan admnistrasi pembangunan dewasa ini telah tumbuh pula

kearah disiplin ilmu pengetahuan tersendiri dengan memperkembangkan

peralatan analisis dan menyusun berbagai model, biarpun masih jauh

memadai. Menurut nation-building Sondang P. Siagian (2001:4) administrasi

pembangunan meliputi dua pengertian, yaitu tentang admnistrasi dan tentang

pembangunan. Administrasi adalah keseluruhan proses pelaksanaan keputusan-

keputusan yang telah di ambil dan diselenggarakan dua orang atau lebih untuk

mencapai tujuan yang telah di tetapkan sebelumnya. Sedangkan pembangunan

adalah rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana

dan sadar yang di tempuh oleh suatu negara bangsa menuju modernitas dalam

rangka pembinaan bangsa.

Menurut Syamsi Yuswar Zainul Basri & Mulyadi Subri (2006:15)

pembangunan adalah proses perubahan sistem yang di rencanakan kearah

24
perbaikan yang orientasinya pada modernis pembangunan dan kemajuan

sosial ekonomis. Konsep pembangunan itu merupakan kunci pembuka bagi

pengertian baru tentang hakekat fungsi administrasi pada setiap negara dan

sifat dinamis. Pembangunan akan dapat berjalan lancar, apabila disertai

dengan admnistrasi yang baik.

Dari beberapa pendapat ahli maka dapat disimpulkan bahwa didalam proses

pembangunan terkhususnya didalam pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu

instansi pemerintahan tentunya akan berhubungan dengan administrasi, karena baik

sebelum maupun di suatu proses pembangunan maka akan melalui proses

administrasi, yang mana didalam proses administrasi terdapat tahapan perumusan

dan pertimbangan yang cermat sehingga akan menghasilkan keputusan-keputusan

yang tepat dan akhirnya akan menghasilkan suatu kebijakan serta untuk mencapai

tujuan yang telah di tetapkan.

2.4.2 Pengertian Infrastruktur

Pengertian Infrastruktur, menurut Grigg (1988) infrastruktur merupakan

sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan gedung

dan fasilitas publik lainnya, yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar

manusia baik kebutuhan sosial maupun kebutuhan ekonomi. Pengertian ini merujuk

pada infrastruktur sebagai suatu sistem. Infrastruktur dalam sebuah sistem adalah

bagian-bagian berupa sarana dan prasarana (jaringan) yang tidak terpisahkan satu

sama lain.

Enam kategori besar infrastruktur (Grigg):

25
1. Kelompok jalan (jalan, jalan raya, jembatan)

2. Kelompok pelayanan transportasi (transit, jalan rel, pelabuhan, bandar

udara);

3. Kelompok air (air bersih, air kotor, semua sistem air, termasuk jalan air)

4. Kelompok manajemen limbah (sistem manajemen limbah padat)

5. Kelompok bangunan dan fasilitas olahraga luar

6. Kelompok produksi dan distribusi energi (listrik dan gas).

Berdasarkan American Public Works Association (Stone, 1974),

infrastruktur didefinisikan sebagai fasilitas - fasilitas fisik yang dikembangkan atau

dibutuhkan oleh agen - agen publik untuk fungsi - fungsi pemerintahan dalam

penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi, dan pelayanan -

pelayanan yang sama untuk memfasilitasi tujuan - tujuan ekonomi dan sosial.

Infrastruktur sendiri dalam sebuah sistem menopang sistem sosial dan sistem

ekonomi sekaligus menjadi penghubung dengan sistem lingkungan. Ketersediaan

infrastruktur memberikan dampak terhadap sistem sosial dan sistem ekonomi yang

ada di masyarakat. Oleh karena itu, infrastruktur perlu dipahami sebagai dasar dasar

dalam mengambil kebijakan.

2.5 Pemerintah Daerah


Pengertian pemerintahan daerah menurut Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan

pemerintahan oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) menggunakan asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi

seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia


26
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945. Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur

dalam pasal 18 ayat (7) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945. Penyelenggaraan pemerintah daerah diarahkan untuk mempercepat

terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,

pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah

dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, dan kekhasan

suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.(Sri

Rahayu.,2018)

Pada hakekatnya pemerintahan ada dan diadakan untuk melayani kepentingan

dan pemenuhan kebutuhan masyarakat khususnya kebutuhan dasar manusia yakni

rasa aman dan tertib dan tentram, sehingga fungsi dasar pemerintah adalah

pelayanan, baik menyelenggarakan pelayanan pemerintahan, pelayanan

pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan, seperti dinyatakan Sri Maulidiah

(2014;3), bahwa; “Pada hakekatnya pemerintah ada dan diadakan pada awalnya

untuk memenuhi segala bentuk kebutuhan dasar dari masyarakatnya sendiri, yakni

kebutuhan akan rasa aman (lihat teori terbentuknya negara dimana pemerintah

sebagai penjaga malam) hal ini pada dasarnya sesuai dengan teori terbentuknya

negara, yakni negara berfungsi sebagai penjaga malam, dimana sebagaian besar

masyarakat menjaga sebahagian besar masyarakat lainnya yang tidur pada malam

hari, sehingga masyarakat terpenuhi kebutuhan akan rasa aman, rasa tertib dan rasa

tentram. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa fungsi dasar dari suatu pemerintah

27
yakni “pelayanan”, yang dalam hal ini adalah dalam bentuk pelayanan kepada

masyarakat atau publik. Baik pelayanan pemerintahan, pelayanan pembangunan,

dan pelayanan kemasyarakatan maupun pelayanan pemberdayaan.

Lebih lanjut dinyatakan Sri Maulidah (2014;3), bahwa; “fungsi dasar

pemerintah dalam bentuk pelayanan tersebut, selanjutnya ditindak lanjuti dengan 3

(tiga) fungsi utama pemerintah; yakni; fungsi pelayanan pemerintahan, fungsi

pelayanan pembangunan dan fungsi pelayanan kemasyarakatan, sehingga dengan

perkembangan dan dinamika masyarakatnya, pemerintah pada saat ini menurut

pendapat beberapa ahli memiliki fungsi utama dari pemerintah tersebut ditambah

dengan fungsi yang ke empat yakni fungsi pemberdayaan masyarakat, sehingga

fungsi utama pemerintah menjadi 4 fungsi (walaupun masih terdapat perdebatan

tentang fungsi utama dari pemerintah tersebut), karena masyarakat pada saat ini

sudah sangat dinamis.

Sedangkan pengertian pemerintahan menurut Ryaas Rasyd dalam Giroth

(2004;65) adalah; “apa yang dilakukan oleh pemerintah, selanjutnya pemerintahan

memaknai sebagai proses yang adil berdasarkan hukum kepada setiap pribadi

warga negara, memberi pelayanan bagi kemajuan bangsa bersama. Selanjutnya

tugas pokok pemerintah dapat diringkas menjadi tiga fungsi utama yang hakiki,

yakni;

a) Pelayanan (service)

b) Pemberdayaan (empowerment)

c) Pembangunan (Development)

28
Oleh karena itu, pemeritah memiliki tiga fungsi yang hakiki, yang merupakan

penjabaran dari tugas pokok pemerintah, ketiga fungsi hakiki pemeritah tersebut,

yakni; memberikan pelayanan kepada masyarakat (service), memberdayakan

segala potensi yang dimiliki (empowerment) serta melaksanakan pembangunan

(development). Ketiga fungsi tersebut harus dilakukan secara bersamaan oleh

pemerintah karena ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan

satu sama lainnya. (Rahyunir Rauf, 2017)

2.6 Penelitian Terdahulu


Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu

Nama, Judul, & Metode


No Teori Hasil Perbedaan
Tahun Terbit
1. Mustafa, Cahyo Kualitatif, George C.
Implementasi Tidak menggunakan
Sasmito untuk Edward III : Pembangunan teori Donald Van
memahami Komunikasi, Infrastruktur Jalan Metter Dan Carl Van
Implementasi fenomena Disposisi, Desa masih diperlukan Horn
Pembangunan tentang apa Sumber Daya, pengembangan atau
Infrastruktur Jalan yang Struktur pembangunan
Desa, Jurnal Ilmu dialami oleh Birokrasi berkelanjutan,
Sosial dan Ilmu subjek beberapa tahapan
Politik. Vol. 6, No. penelitian pembangunan yaitu:
3. 2017 komunikasi
pemerintah desa
dengan masyarakat,
adanya dukungan
finansial dan Sumber
Daya Implementator
sudah sesuai.
2. Wahyu Kurniawan, Kualitatif, Donald Van Melalui model Donald Tidak menggunakan
Karjuni Dt.Maani dengan Metter Dan Van Metter dan Carl teori George C.
menggunak Carl Van Van Horn Edward III
an metode Horn implementasi
Implementasi pengumpula 1). Standar dan kebijakan
Kebijakan n data sasaran pembangunan
Pembangunan melalui kebijakan, 2). infrastruktur jalan
Infrastruktur Jalan observasi Sumber daya, dikecamatan Tabir
di Kecamatan Tabir wawancara. 3). Selatan telah sukses
29
Selatan Kabupaten Karakteristik dilakukan.
Merangin Dengan organisasi Pembangunan jalan
Menggunakan pelaksana, 4). sejauh 9,3 Km yang
Model Donald Van Sikap para menghubungkan desa
Metter Dan Carl pelaksana, 5). Muara Delang-Gading
Van Horn, Komunikasi Jaya hampir
Jurnal Mahasiswa antar selesai.alangkah
Ilmu Administrasi organisasi baiknya jika
Publik. Vol.1 . No. terkait dan pembanguna tersebut
4 . 2019 kegiatan- terus dilanjutkan
kegiatan hingga menuju
pelaksanaan, perkotaan.
6). Lingkungan
sosial,
ekonomi dan
politik
3. Rachmi Yulianti, Kualitatif, Meriee S. Program Pemeliharaan Tidak menggunakan
Budi Hasanah Tipe Grindle Jalan di Dinas teori George C.
penelitian Yang Pekerjaan Umum dan Edward III dan
Implementasi ini dengan menggunakan Penataan Ruang Donald Van Metter
Program menggunak delapan (PUPR) Kabupaten Dan Carl Van
Pemelihraan Jalan an indikator yaitu Pandeglang Horn
Di Dinas Pekerjaan deskriptip : kepentingan (Studikasus
Umum Dan kualitatif yang Kecamatan
Penataan Ruang dimana mempengaruhi Pandeglang) dapat
(PUPR) Di peneliti , tipe manfaat, disimpulkan bahwa
Kabupaten mendeskrip perubahan program ini sudah
Pandeglang sikan atau yang ingin berjalan dengan
Jurnal Salwa. Vol. mengkonstr dicapai, letak baik dan disesuaikan
6. No. 2. 2018 uks pengambilan dengan
pengamatan keputusan, pelaksanaannya hal ini
mendalam pelaksana bisa dilihat dari
terhadap program, pelayanan yang
subjek yang sumber daya diberikan pemerintah
diteliti) yang daerah ataupun Dinas
digunakan, Pekerjaan Umum dan
strategi actor Penataan Ruang
yang terlibat, (PUPR) tetapi
kepatuhan dan memang tidak bisa
respon dari semua diperbaiki
pelaksana. ataupun dipelihara
karena melihat dari
anggaran yang
terbatas.
30
4. Sri Hartini, Kualitatif, Fisterbusch, Kebijakan-kebijakan Tidak menggunakan
Setiajeng Kadarsih pendekatan memakai ke- yang dilakukan oleh teori George C.
kualitatif baikan dalam Pemerintah Kabupaten Edward III dan
Analisis Terhadap dan lima (5) unsur, Banyumas didasarkan Donald Van Metter
Implementasi dianalisis keamanan oleh kebijakan tertulis Dan Carl Van
Kebijakan dengan mo- (securi- ty), dan termaktub dalam Horn
Pengelolaan Jalan del content hukum dan program kerja tahunan
Di Kabupaten analysis dan ketertiban dalam menyediakan
Banyumas, comparative umum (law and infrastruktur jalan.
Jurnal Dinamika analysis. or- der), Program tersebut
Hukum Vol. 12 No. keadilan terbagi menjadi
2 Mei 2012 (justice), program
tasi kebebasan pembangunan dan
(liberty), dan pemeliharaan jalan.
kesejahteraan Pembangunan jalan
(welfare). yang dilakukan berupa
peningkatan dan
pelebaran jalan dan
pengaspalan jalan,
sedangkan
pemeliharaan ja- lan
dilakukan melalui
pemeliharaan rutin dan
pemeliharaan berkala.
Adapun faktor yang
mempengaruhi
implementasi
kebijakan pengelolaan
jalan berupa faktor
hukum yang belum
menyeluruh, faktor
penegak hukum yang
masih menginduk
pada kebijakan
pimpinan, faktor
sarana atau fasilitas
yang belum optimal,
faktor masyarakat
yang cenderung
melepaskan
tanggungjawab kepada
pemerintah, dan faktor
budaya permisif.

31
5. Is Susanti, Achmad Kualitatif, Teori Van Pihak Dinas PUPR Tidak menggunakan
Aminudin, Sugeng Pengumpula Mater dan Van Kota Bengkulu teori George C.
Suharto n Data Horn yakni menyatakan bahwa Edward III
dengan cara penetapan misi walikota periode
Implementasi wawancara, tujuan atau 2013-2018 telah over
Kebijakan observasi, sasaran target bahkan
Pembangunan dan kabijakan, mencapai 1800 jalan
Infrastruktur Jalan dokumentas kegiatan mulus namun 1000
Kota Bengkulu : i pencapaian jalan mulus bukanlah
Studi Tentang tujuan, dan merupakan program
Slogan Seribu Jalan hasil kegiatan. tetapi slogan yang di
Mulus sampaikan ke
Jurnal Governance masyarakat agar lebih
Dan Administrasi familiar saja. Hal ini
Publik – Vol.5 No. menjawab pertanyaan
1 (2021) pada
proposal penelitian.
Artinya tidak penting
jumlahnya lebih dari
1000 seperti
pengakuan dari Kepala
Dinas PUPR Kota
Bengkulu namun lebih
kepada temuan-
temuan di lapangan
yang masih
memerlukan perhatian
pemerintah terkait
harapan masyarakat
dan beberapa titik
jalan yang tidak
tersentuh padahal
lebih
krusial daripada jalan
lain.

2.7 Kerangka Berpikir

Pemeliharaan Jalan merupakan implementasi kebijakan Dinas Pekerjaan

Umum Dan Penataan Ruang berdasarkan Peraturan Bupati No.47 Tahun 2016
32
Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi, Serta Tata Kerja

Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang tepatnya pada Bidang Bina Marga.

Didalam menganalisis Implementasi Kebijakan Pembangunan Infrasruktur Jalan di

Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten Magelang, teori dasar yang dipakai

yaitu teori George C Edward III, menurutnya implementasi kebijakan merupakan

proses yang krusial karena seberapa baiknya suatu kebijakan kalau tidak

dipersiapkan dan direncanakan dengan baik implementasinya maka apa yang

menjadi tujuan kebijakan publik tidak akan terwujud. George C. Edward III

mengemukakan 4 variabel yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur

birokrasi yang mana dapat mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi.

Sementara teori pendukung yang digunakan yaitu dari Model pendekatan

implementasi kebijakan yang dirumuskan Van Meter dan Van Horn disebut dengan

A Model of the Policy Implementation (1975). Model ini mengandaikan bahwa

implementasi kebijakan berjalan secara linier dari keputusan politik, pelaksana

bahwa kinerja kebijakan dipengaruhi oleh 6 variabel, diantaranya standar dan

sasaran kebijakan/ ukuran dan tujuan kebijakan, sumber daya, karakteristik

organisasi pelaksana, sikap para pelaksana, komunikasi antar organisasi dan

kegiatan-kegiatan pelaksana, lingkungan sosial, ekonomi, sosial dan poitik.

33
Gambar 2. 1 Kerangka Berpikir

Administrasi Publik

Implementasi Manajemen
Kebijakan Publik

Teori George C.
Edward Edward III
(Nawawi,
2009:138)
1.Komuniksi
2.Sumber Daya Implementasi
3.Disposisi Kebijakan
Pembangunan
4.Struktur Birokrasi
1.Komunikasi Infrastruktur
Jalan di Bidang
2.Sumber Bina Marga
Daya Dinas
Teori Van Meter dan 3.Disposisi Pekerjaan
Van Horn (1975) Umum dan
1. Standar dan sasara 4.Struktur
Penataan
n kebijakan/ukuran Birokrasi Ruang
dan tujuan kebijakan
2. Sumber daya Kabupaten
3. Karakteristik
Magelang
organisasi pelaksana
4. Sikap para
pelaksana
5. Komunikasi antar
organisasi terkait dan
kegiatan-kegiatan
pelaksanaan
6. Lingkungan sosial,
ekonomi, sosial dan
politik

34
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang

menghasilkan data secara deskriptif yang beruapa lisan/tulisan dari orang

orang yang diamati. Menurut Sugiyono (2016;9), metode kualitatif adalah

metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan

untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah

eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan

data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat

induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari

pada generalisasi. Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan,

melukiskan, menerangkan, menjelaskan dan menjawab secara lebih rinci

permasalahan yang akan diteliti dengan mempelajari semaksimal mungkin seorang

individu, suatu kelompok atau suatu kejadian. Dalam penelitian kualitatif manusia

merupakan instrumen penelitian dan hasil penulisannya berupa kata-kata atau

pernyataan yang sesuai dengan keadaan sebenarnya.

3.2 Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian yang dilakukan di Dinas Pekerjaan Umum dan

Penataan Ruang (DPUPR) Kabupaten Magelang yang beralamat di Jl. Soekarno

Hatta Ngentak II No.6, Ngentan II, Kota, Kec. Mungkid, Kabupaten Magelang,

Jawa Tengah 56511.

3.3 Sasaran Penelitian


35
Dalam penelitian ini yang menjadi sasaran penelitian atau obyek oleh peneliti

adalah Kepala dan Pengawai Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Kabupaten Magelang.

3.4 Fokus Kajian


Tabel 3. 1 Fokus Kajian

Aspek Sub Aspek


Implementasi Kebijakan 1. Comunication a. Komunikasi dan koordinasi antar pegawai dalam
Pembangunan Infrastruktur (Komunikasi) pembangunan infrastruktur jalan di Bidang Bina
Jalan Marga
b. Komunikasi antara Bina Marga dengan sasaran
kebijakan yakni masyarakat
c. Komunikasi antara Bina Marga dengan stakeholder
2. Resources a. Ketersediaan jumlah SDM di Bina Marga
(Sumber Daya) b. Kualitas SDM di Bina Marga dalam pelaksaan
kebijakan
c. Ketersediaan anggaran didalam pelaksanaan
kebijakaan
3. Disposition a. Kemampuan dari Kepala Bidang Bina Marga
(Disposisi) didalam mengkoordinasi, mengontrol, &
mengintegrasikan keputusan.
b. Komitmen petugas terhadap pelaksanakan
perumusan konsep kebijakan, pengadministrasian,
pemantauan yang kaitannya dengan pembangunan
infrastruktur jalan
c. Kualitas pemimpin instansi yang bersangkutan.
4. Bureaucratic a. Standardisasi operasional prosedur (SOP)
Structure perencanaan, anggaran, implementasi, dan evaluasi
(Struktur di Bidang Bina Marga.
Birokrasi) b. Kejelasan dan konsistensi sasaran program di Bina
Marga

36
3.5 Teknik Keabsahan Data

Validitas data sangat mendukung hasil akhir penelitian, oleh karena itu

diperlukan teknik untuk memeriksa keabsahan data. Keabsahan data dalam

penelitian ini diperiksa dengan menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi

bermakna silang yakni mengadakan pengecekan akan kebenaran data yang akan

dikumpulkan dari sumber data dengan menggunakan teknik pengumpulan data

yang lain serta pengecekan pada waktu yang berbeda. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan uji kredibilitas yang dilakukan dengan trianggulasi, dalam

melakukan penelitian kualitatif yang menggunakan uji kepercayaan atau uji

kredibilitas yaitu diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan

berbagai cara dan berbagai waktu, sehingga ada tiga macam triangulasi, di

antaranya: (Sugiyono. 2016: 125-128):

a. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber yaitu seorang peneliti melakukan pengecekan data dengan

mencari informasi dari berbagai sumber yang lain.

b. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik yaitu menguji ulang kredibilatas data dengan melakukan

penelitian pada sumber yang sama tetapi dengan teknik yang berbeda.

c. Triangulasi Waktu

Didalam penentuan waktu penelitian dapat dilakukan secara berulang-ulang

hingga data yang didapat sesuai dan lengkap.

37
3.6 Sumber Data

Sumber Data yang digunakan didalam penelitian ini meliputi 2 jenis sumber

data, yaitu terdiri dari data primer dan data sekunder.

1. Data Primer yaitu data penelitian yang bersumber atau didapat berdasarkan

kegiatan wawancara dengan narasumber dan berdasarkan pengamatan secara

langsung di lokasi penelitian.

2. Data Sekunder yaitu data penelitian yang bersumber berdasarkan dari buku,

jurnal, artikel, dan dokumen ataupun sumber literatur – literatur yang berkaitan

dengan konteks penelitian.

3.7 Teknik Pemilihan Informan

Menurut Sugiyono (2016;300), penentuan informan yang sering di gunakan

dalam penelitian kualitatif adalah purposive sampling. Pada penelitian ini

penentuan informan di pilih secara purposive sampling adalah teknik pengambilan

sampel sumber data dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Pertimbangan dan

tujuan tertentu yang di maksud yakni saat peneliti memilih narasumber yang di

anggap sudah mengetahui dan menguasai terkait informasi yang akan disampaikan.

Adapun Informan yang dipilih didalam penelitian, sebagai berikut:

Tabel 3. 2 Daftar Informan


No Informan Jumlah
1 Kepala Bidang Bina Marga 1
2 Kepala Seksi Perencanaan Jalan dan Jembatan 1
3 Kepala Seksi Pemeliharaan dan Peningkatan Jalan 1
4 Kepala Seksi Pemeliharaan dan Peningkatan Jembatan 1
Total Informan 4

38
3.8 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu meliputi:

1. Observasi adalah teknik pengambilan data yang dilakukan secara langsung di

lokasi penelitian maupun dilakukan dengan cara mengamati langsung obyek

data yang diteliti. Menurut Sugiyono (2016:310) mengklasifikasikan observasi

menjadi observasi berpartisipasi, observasi terang-terangan dan tersamar, dan

observasi yang tak bestruktur. Penelitian ini termasuk kedalam observasi

partisipatif, dimana peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang

sedang diamati atau yang di gunakan sebagai sumber data penelitian.

2. Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

tanya jawab antara peneliti dangan informan atau narasumber. Teknik tersebut

dilakukan secara langsung dan bertatap muka antara peneliti dengan informan,

sehingga nantinya peneliti dapat menggali dan mendapatkan informasi yang

aktual dan sesuai.

3. Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari sesorang.

Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan,

dsb.

3.9 Teknik Analisis Data

Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2014: 246-253) mengemukakan bahwa

aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung

39
secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam

analisis data, yaitu :

1. Kondensasi Data

Teknik analisis data ini dilakukan sesuai dengan jenis data yang diperoleh. Pada

data kualitatatif dipaparkan apa adanya melalui tiga langkah, “qualitative

analysis techniques are carried out in three steps, there are: data condensation,

data display, conclusion drawing and verification. Data condensation refers to

selecting, focusing, simplifying, abstracting, and transforming” (Miles,

Huberman, & Saldaña, 2014). Teknik analisis data secara kualitatif dilakukan

melalui tiga langkah, yaitu: kondensasi data, menyajikan data, menarik

kesimpulan dan verivikasi data. Kondensai data dilakukan dengan cara

menyeleksi, menfokuskan, menyederhanakan, mengabtraksikan, dan

mentransformasi data yang terdapat pada field notes atau catatan lapangan hasil

penelitian. Proses menyeleksi data dilakukan dengan cara menentukan dimensi-

dimensi yang lebih penting, bermakna, seluruh informasi tersebut dikumpulkan

untuk memerkuah penelitian. Proses menfokuskan (focusing), Focus pada tujuan

penelitian sehingga data-data yang dianggap asing, belum memiliki pola, dan

tidak sesuai dengan tujuan penelitian. Dengan demikian dapat menghasilkan

data yang lebih terarah dan terfokus ke temuan yang dimaksudkan.

2. Data Display

Mendisplay data akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi melalui

penyajian data, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan,

40
sehingga semakin mudah dipahami. Penyajian data dilakukan dalam bentuk teks

yang bersifat naratif. Mendisplay data memudahkan untuk memahami apa yang

terjadi, merencanakan apa yang telah dipahami.

3. Penarikan Kesimpulan (verifikasi)

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada, temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran

suatu obyek yang sebelumnya masih belum jelas menjadi jelas dan akurat dapat

beupa hubungan kausal atau interaktif hipotesis atau teori.

41
DAFTAR PUSTAKA

Ani Sri Rahayu. Pengantar Pemerintahan Daerah Kajian Teori, Hukum, dan
Aplikasinya. Sinar Grafika. Jakarta. 2018.

Anggara, Sahya. 2014. Kebijakan Publik. Bandung: Pustaka Setia

Basri, Yuswar Zainul & Mulyadi Subri. 2006. Keuangan Negara dan Analisis
Kebijakan Utang Luar Negeri. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Dye, Thomas R. 1992. Understanding Public Policy. USA: Prentice-Hall, INC.,


Englewood Cliffs, NJ.

E. Utrecht, 1988, “Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia”, Pusaka Tinta


Mas, Surabaya, Hlm.10

Edwards III, George C. 1980. Implementing Public Policy. Washington DC:


Congresional Quarterly Press

Grigg, Neil, 1988. Infrastructure Engineering And Management. John Wiley and
Sons.

Hartini, S., & Kadarsih, S. (2012). Analisis Terhadap Implementasi Kebijakan


Pengelolaan Jalan Di Kabupaten Banyumas. Jurnal Dinamika Hukum, 12(2).
https://doi.org/10.20884/1.jdh.2012.12.2.49

Kepastian.H dan Walid M.S. 2016. Peran Kecamatan dalam Pembangunan


Infrastruktur Jalan di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang. Jurnal
Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik. Vol. 4. No. 1. UMA. Medan .

Kristiawan, P. R., Dewi, D. A. S., & Suharso, S. (2020). Implementasi Peraturan


Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan Berkaitan Dengan
Pemeliharaan Jalan (Studi Kasus Jalan yang Menjadi Kewenangan Kabupaten
Magelang). Borobudur Law Review, 2(1), 30–39.
https://doi.org/10.31603/burrev.3919

Kurniawan, W., & Dt. Maani, K. (2019). Implementasi Kebijakan Pembangunan

94
Infrastruktur Jalan Di Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin Dengan
Menggunakan Model Donald Van Metter Dan Carl Van Horn. Jurnal Ilmu
Administrasi Publik, 1(4), 67–78

Maimunah, S. (2010). Peranan Infrastruktur Jalan Terhadap Perekonomian


Regional Di Indonesia. Warta Penelitian Perhubungan, 22(2), 113–133.
https://doi.org/10.25104/warlit.v22i2.1030

Maria, G., Pusat, L., Jalan, L., Jembatan, D., & Nasution, J. A. H. (2019).
Pemeringkatan Jalan Hijau Untuk Mendukung Implementasi Program
Konstruksi Jalan Berkelanjutan. In Jurnal HPJI (Vol. 5, Issue 1).

Musanef, 1995, “Manajemen Usaha Pariwisata Di Indonesia”, Toko Gunung


Agung, Jakarta, Hlm. 10

Nawawi, 2009. Publik policy. Surabaya: PMN.

Nugroho, Riant Dwijodijoto. 2003. Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi,


Evaluasi, Jakarta : PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.

Peraturan Bupati Magelang No.34 Tahun 2021 Tentang Rencana Kerja Pemerintah
Daerah Kabupaten Magelang Tahun 2022

Peraturan Bupati No.47 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,


Tugas Dan Fungsi, Serta Tata Kerja Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan
Ruang tepatnya pada Bidang Bina Marga

Peraturan Daerah Kabupaten Magelang Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Rencana


Pembangunan Jangka Panjang Daerah (Rpjpd) Kabupaten Magelang Tahun
2005 - 2025

Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Magelang Tahun 2010-2030

Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan

Pratama, R. S. (2019). Koordinasi Dinas Pekerjaan Umum Dalam Pelaksanaan


Pembangunan Jalan Di Kecamatan Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur.

95
Journal Ilmu Pemerintahan, 7(32), 1337–1350.

Rahyunir Rauf. (2017). Perubahan Kedudukan Kelurahan Dari Perangkat Daerah


Menjadi Perangkat Kecamatan. Pemerintahan, Politik, Dan Birokrasi, III,
221–230.

Ridwan HR, 2013, “Hukum Administrasi Negara”, Raja Grafindo Persada,


Jakarta, Hlm.28

Sasmito, C. (2017). Implementasi Pembangunan Infrastruktur Jalan Desa. Jurnal


Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik ISSN. 2442-6962 Vol. 6, No. 3 (2017).

Salsabila, E. (2022). Implementasi Kebijakan Pembangunan Jalan Dinas Pekerjaan


Umum Dan Penataan Ruang Kota Pontianak. Jpasdev Journal of Public
Administration and Sociology of Development, 3, 382–396.

Sekarsari, R. W. (2018). Implementasi Kebijakan Pembangunan Jalan Antar


Kecamatan Di Kabupaten Kediri. Jurnal Ketahanan Pangan, 2, 12–25.

Siagian, Sondang P. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi


Aksara.

Soetomo. (2008). Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Soewarno Handayaningrat, 1994, “Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan


Manajemen”, Haji Masagung, Jakarta, Hlm. 2

Stone, D. (1974). Professional Education in Public Works Enviromental


Engineering and Administration. Chicago: American Public Works
Association.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :


Alfabeta.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung : IKAPI

Susanti, I., Aminudin, A., Suharto, S., & Bengkulu, U. (2021). Implementasi
Kebijakan Pembangunan Infrastruktur Jalan Kota Bengkulu : Studi Tentang

96
Slogan Seribu Jalan Mulus. Jurnal Governance Dan Administrasi Publik, 1.

Van Meter, Donald S and Carl, E Van Horn, 1975, The Policy Implementation
Proceess A Conceptual Fromework in Administration and Society, Volume 6
No. 4, Sage, Baverly Hills

Yuliah, E. (2020). Implementasi Kebijakan Pendidikan. Jurnal At-Tadbir: Media


Hukum Dan Pendidikan Volume, 30, 129–153.

Yulianti Rachmi, B. H. (2018). Implementasi Program Pemeliharaan Jalan Di Dinas


Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang (Pupr) Di Kabupaten Pandeglang.
Jurnal SAWALA, 6(2), 111–125.

Yuwono, Sony dkk. 2008. Memahami APBD dan Permasalahannya: Panduan


Pengelolaan Keuangan Daerah. Malang: Bayumedia.

97
L
A
M
P
I
R
A
N

98
Lampiran 1 Dokumentasi Penelitian

99
100
Lampiran 2 Pedoman Wawancara

Indikator Pertanyaan
1. Comunication - Bagaimana Komunikasi dan koordinasi antar pegawai dalam
(Komunikasi) pembangunan infrastruktur jalan di Bidang Bina Marga
Kabupaten Magelang ?
- Bagaimana komunikasi antara pelaksana kebijakan dengan
sasaran kebijakan yakni masyarakat ?
- Bagaimana hubungan atau komunikasi antara pelaksana
kebijakan dengan stakeholder ?

2. Resources - Apakah jumlah SDM di Bina Marga sudah terpenuhi ?


(Sumber - Bagaimana sejauh ini kualitas SDM didalam bertugas
Daya) maupun dalam pelaksanakan kebijakan?
- Apakah kebutuhan anggaran selama ini didalam memenuhi
dan melaksanakan program maupun kebijakan sendiri sudah
terpenuhi?
3. Disposition - Bagaimana kemampuan dari petugas didalam
(Disposisi) mengkoordinasi, mengontrol,
& mengintegrasikan keputusan.
- Seperti apa komitmen petugas terhadap pelaksanakan
perumusan konsep kebijakan, pengadministrasian,
pemantauan yang kaitannya dengan pembangunan
infrastruktur jalan ?
- Bagaimana kualitas ataupun karakter pemimpin didalam
berkinerja ?
4. Bureaucratic - Bagaimana standardisasi operasional prosedur (SOP)
Structure perencanaan, anggaran, implementasi, dan evaluasi di Bidang
(Struktur Bina Marga?
Birokrasi) - Bagaimana kejelasan dan konsistensi sasaran program?

101
Lampiran 3 Transkrip Wawancara

Informan 1
Nama : Aseanto Laksono A,Md
Jabatan : Kepala Seksi Perencanaan Jalan dan Jembatan
Hari : Selasa, 20 Desember 2022
Pertanyaan Jawaban
Di Bidang Bina Marga sendiri terdiri dari berapa Bidang Bina Marga terdiri Seksi Perencanaan,
Sub Bidang? Seksi Jalan, dan Seksi Jembatan. Tetapi sekarang
kan menjadi Subkor, sudah bukan Kepala Seksi
lagi
Kalau anda sekarang ini di Subkoor apa dan Saya sendiri menjadi Subkoor Perencanaan dan
tugasnya sendiri apa Pak? tugasnya itu seperti membuat perencanaan yang
hubungan dengan pembangunan infrastruktur
jalan, baik itu yang sedang berjalan maupun yang
nantinya akan dilaksanakan pada tahun anggaran
selanjutnya di tahun 2023
Untuk ditahun ini dari Sub Bidang anda program- Untuk pelaksanaan sendiri itu namanya DPA
program apa saja yang telah dilaksanakan pak? atau Data Pelaksanaan Anggaran, untuk dibidang
saya itu di sub perencanaan strategis, antaranya
ada pembangunan jalan di daerah Salam sama di
Tempuran kemudian ada jalan mangklong kali
kedil di Kajoran sama Salaman juga, kemudian
perbaikan dan pembanguan jalan yang
berdampak bencana di jalan Desa Cikepro di
Windusari, kemudian yang sedang berjalan
sekarang ini ada di 3 Kecamatan yaitu di daerah
Grabag, Kajoran, dan Mertoyudan. Terus ada
pembangunan secara mandiri yang dilakukan
disuatu dengan, akan tetapi prosedurnya itu
adanya usulan atau proposal dari desa yang
ditujukan kepada DPUPR, misalnya dari desa A
berencana untuk membangun jembatan. Yang
nanti dari Bina Marga akan mengkaji kembali
apakah menjadi kewenagan dari sini untuk
membangun atau tidak. Setelah itu nantinya dari
Bina Marga juga akan menindaklanjuti terkait
pembangunan jembatan, baik dari perkiraan
anggaran, rencana rancangan konstruksi
jembatan yang nantinya akan dimasukan di
rencana pembangunan Bidang Bina Marga.

102
Terkait pembangunan di suatu desa itu untuk Jadi untuk prosesnya dari awal itu ada survei
perkiraan waktu dari proses perencanaan hingga kelapangan antara 1 hingga 2 hari, setelah itu dari
pembangunan nanti berapa lama normalnya pak? kami merancang seperti membuat gambar
jembatan ataupun anggaran, dan nantinya
menjadi laporan itu kurang lebih prosesnya
seminggu, setelah itu kita laporkan ke Bupati dan
nantinya akan ditindak lanjuti, misalnya diacc itu
langsung ditindak lanjuti sama kami atau akan
dimasukkan ke program tahun selanjutnya
seperti itu
Kemudian Bina Marga itu bekerja sama dengan Iya dengan pihak swasta yaitu konsultan, jadi
pihak stakeholder atau swata pak? kita kontrakkan kepada konsultan atau penyedia
jasa semacam itu, yang nantinya mengerjakan
sampai akhir hasil laporan, jadi dari pihak ketiga
atau konsultan itu yang menghandle dari
kebutuhannya, bangunnya dan tenaganya. Jadi
dari kami nantinya hanya mengawasi dan
mengarahkan saja.
Untuk sekarang ini seperti ditemukannya jalanan Itukan biasanya sudah ada list kondisi jalan di
yang berlubang di Kabupaten Magelang, terus Kabupaten Magelang, dan sudah dibuatkan
tindakan atau secara prosedurnya itu seperti apa? jadwal awal untuk perbaikan jalan sesuai kondisi
jalan atau yang memang perlu untuk diperbaiki
jalannya semacam itu. Jadi dari kondisi jalan
tersebut kita dapat menentukan tindakan
perbaikannya seperti apa. Bila jalan tersebut
berlubang dan masih tergolong kerusakan ringan
maka hanya perlu ditambal saja jalannya. Kalau
misalkan kondisi kerusakan jalannya parah dan
lubang jalannya cukup lebar, mungkin perlu ada
perbaikan sub gradenya dan nanti akan masuk ke
rehab jalan atau rekonstruksi jalan. Kalau untuk
rehab jalan itu masih sepotong-potong panjang
jalannya, sementara kalau rekonstruksi jalan itu
mengembalikan performa jalan itu, jadi ada
perbaikan sub grade dan pondasi jalan seperti itu.
Kemudian kembali lagi ke jalan yang berlubang
terkait jadwal tadi, jadi yang pertama itu jadwal
sudah dibuat kemudian akan disesuaikan dengan
anggaran yang ada, nah dengan anggaran yang
ada itu dipertimbangkan, pertimbangannya yaitu
misal di Kabupaten Magelang itu didalam satu
tahun ini ada event apa, misal lebaran, tahun
baru, mungkin kalau di Borobudhur ada evet
marathon 10K dsb. Kemudian pertimbangan
jalan-jalan protokol, jalan wisata seperti itu. Nah

103
itu akan menjadi bahan-bahan pertimbangan
untuk dimasukkan kedalam jadwal.
Untuk anggaran saat ini bagaimana pak apakah Berbicara tentang anggaran sekarang ini kan
sudah tercukupi? untuk anggaran di infrastruktur itu sangat banyak
berkurang, karena dialihkan untuk anggaran di
bidang kesehatan yakni terkait pandemi Covid-
19 ini, dan juga banyak dialihkan ke anggaran
untuk pemulihan ekonomi dan pasca covid-19.
Di anggaran infrastruktur jalan sendiri
berkurangnya hampir seperempat anggaran, jadi
harusnya normalnya itu rata-rata sekitar 25 M
dibagi seperempat cuma menjadi sekitar 8 M an
lah, itu sangat kecil, jadi itu sangat memengaruhi
kinerja dari Bina Marga sendiri didalam
pengoptimalan program kami seperti itu.

Kalau terkait adanya kerusakan jalan itu biasanya Macam-macam ya, yang pertama itu kita lihat
penyebabnya apa dan untuk material yang dari sejarahnya jalan Kabupaten Magelang, jadi
digunakan itu seperti apa didalam pembangunan awal pe- SK an jalan itukan dulunya dari jalan
jalan pak ? desa, yang kebanyakan matrial jalan desa itu
masih kurang baik dibandingkan pada sekarang
ini, sehingga memengaruhi kondisi kualitas
jalan. Kemudian yang kedua itu terkait
peruntukan jalan, sekarang jalan itu punya kelas,
di Kabupaten Magelang sendiri yaitu kelas 3C,
yang mana angkutan beban kendaraan yang
lewatkan 8 ton minimalnya, tetapi kenyataannya
yang lewat kan lebih dari ketentuan 8 ton itu,
otomatis akan mempercepat kerusakan jalan.
Untuk materialnya dari Bina Marga sendiri sudah
sesuai dengan standar yang ditentukan, jadi
terkait kualitas sudah baik dan kuat. Kemudian
terkait iklim ataupun curah hujan yang tinggi
menjadi penyebabnya, karena jika jalan sudah
retak dan terkena air maka aspal jalan akan
mudah tergerus dan rusak nantinya, kemudian
untuk masalah drainase air yang sekarang ini
banyak ditemui selokan yang tersumbat dan
bangunan rumah yang sedikit resapan airnya,
sehingga untuk jalan di Kabupaten Magelang
kalau saat hujan deras itu kebanyakan tergenang
air sehingga itu akan memengaruhi kerusakan
jalan. Terkait saluran drainase itu, kembali lagi
ke anggaran karena rasanya tidak pernah ada,
mungkin dari kita itu cuma membersihkan

104
saluran drainase paling mentok cuma itu saja
untuk anggaran yang disetujui.

Di Bina Marga itu untuk kerjasama dengan Mungkin untuk bantuan anggaran ya, ada itu dari
stakeholders atau dari pihak swasta sendiri itu bantuan Gubernur ataupun APBD Provinsi yang
seperti apa pak, mungkin terkait tambahan dihibahkan ke Kabupaten. Kemudian ada lagi
anggaran atau bantuan dari pihak tersebut? dari pemerintah pusat, biasanya kalau dari pusat
ada mekanismenya itu DAK yang nantinya
dikerjakan oleh kabupaten, kemudian ada juga
yang dari pusat itu, yang mekanisme aspirasi
dewan itu yang mengerjakan pusat. Kemudian
kita juga bekerjasama dengan instansi atau dinas
lain di Kabupaten Magelang, yaitu dengan Dinas
Perhubungan yang kaitannya dengan rambu-
rambu lalu lintas, marka jalan, dan sebagainya.
Kemudian dengan DLH atau lingkungan hidup
yang kaitannya dengan perizinan amdal didalam
pembangunan jalan. Kemudian juga dengan
pihak kepolisian lalu lintas yang kaitannya
dengan keamanan, kemudian juga dengan Dinas
Pariwisata yang kaitannya dengan jalan wisata,
sebenarnya banyak ya karena saling
berhubungan dan saling bekerjasama dengan
instansi dinas lain.

Bagaimana untuk jumlah SDM di Bidang Bina Untuk di Bina Marga sendiri tenaga PNS ada
Marga pak? sekitar 20 an dan dibagi menjadi 3 seksi bidang.
Dalam satu itu ada yang mengurusi keuangan
bendahara, kasir, dan sebagainya, kemudian ada
di tim perencanaan, koordinator kegiatan, tim
teknis atau pengawas lapangan dan sebagainya.
Untuk latar pendidikannya itu rata-rata dari
lulusan SMK atau STM di jurusan pembangunan
atau sipil gitu, terus itu penempatan kerjanya
teknis atau pelaksana dilapangan, sementara
untuk D3 itu diatas pelaksana di bagian
pengendali kemudian diatasnya lagi itu
pengawas, kemudian diatasnya lagi ada
koordinator atau kepala bidang yang mana
pendidikannya harus S1. Untuk jumlah itu yang
S1 ada 7 orang, kemudian D3 ada 2 orang, yang
lainnya dari SMK. Kemudian disini juga ada
tenaga kontrak, yang mengurusi tentang
administrasi dan ada juga yang turun kelapangan
itu dalam pemeliharaan jalan semacam itu.

105
Untuk mekanisme atau SOP didalam Untuk kegiatan tembel jalan itu terkait
pembangunan infrastruktur jalan itu seperti apa? mekanismenyakan swakelola atau dikelola oleh
dinas, dinas mempunyai anggaran pengadaan
material aspal, kemudian untuk penembelan itu
dilaksanakan oleh PNS ada 1 orang sebagai
koordinator lapangan, dan yang menembel jalan
itu tenaga harian atau tenaga kontrak harian saja
yang misal setiap ada pekerjaan baru berangkat
atau bekerja hanya beberapa hari saja. Kemudian
untuk anggaran yang nanti untuk pengadaan
material, bahan bakar, kemudian untuk anggaran
kontrak tenaga harian seperti itu. Sementara
kalau dengan pihak ketiga atau kontraktor dalam
mekanismenya kalau ada anggaran untuk
kegiatan tambal jalan itu dipihak ketigakan ya
berarti kita tinggal kontrak dengan pihak ketiga,
dan nantinya semuanya akan dikerjakan oleh
pihak ketiga dari kitanya hanya mengawasi saja.

Apakah dari Kepala Bidangnya sendiri setiap Untuk evaluasi itu bisa dilaksanakan yang
waktu ada pertemuan atau evaluasi semacam itu pertama secara berkala itu misal setiap triwulan
pak? atau tiga bulan sekali, nanti membahas terkait
kendala yang dihadapi mungkin apakah didalam
pengerjaan sesuai jadwal atau tidak, apakah
target sudah sesuai atau tidak dan sebagainya.
Kemudian ada evaluasi secara menyeluruh atau
tahunan, yang berarti secara setelah anggaran itu
sudah habis, berarti dalam satu tahun itu
pekerjaan seperti apa, kendala seperti apa, dan
evaluasinya seperti apa, kemudian yang harus
diperbaiki dan yang harus dilakukan kedepannya
seperti apa. Kemudian ada evaluasi yang sifatnya
insidentil atau jika terjadi suatu hal urgent atau
kejadian tertentu, seperti adanya jalan berlubang
karena kecelakaan, kemudian jalan kebanjiran
karena drainasenya mampet itu semua dilakukan
evaluasi secara mendadak dan sebenarnya itu
isinya untuk pengendalian monitoring dan
solusinya seperti apa supaya tidak terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan semacam itu.

106
Informan 2
Nama : Dikke Riye Sembodo A,Md
Jabatan : Kepala Seksi Pemeliharaan dan Peningkatan Jalan
Hari : Selasa 20 Desember 2022
Pertanyaan Jawaban
Kalau anda di Subkor bagian apa ya pak? Saya itu di Subkor jalan
Untuk tugasnya sendiri apa kalau dari bidang Kalau di saya itu terkait perawatan jalan,
anda? pemeliharaan jalan, dan peningkatan jalan.
Semua yang kaitannya dengan jalan yang ada di
Kabupaten Magelang
Terkait perbaikan jalan ataupun juga saluran Ya gimana lagi, kembali ke anggarannya yang
drainase di Kabupaten Magelang apakah sudah ada di DPUPR Kabupaten Magelang dan di
baik pak? Bidang Bina Marga sendiri masih minim dan
belum mencukupi dari beberapa program yang
akan kita lakukan sepertinya hal perbaikan
saluran drainase ini, boro-boro drainase untuk
perbaikan jalan sendiri kita masih belum
maksimal dan belum merata di Kabupaten
Magelang. Jadi karena pandemi covid-19 yang
anggarannya itu difokuskan ke bidang kesehatan
dan hubungannya dengan pemulihan pasca
covid-19. Kalau tahun ini anggaran untuk jalan
itu hanya 15 miliar, baik untuk pemeliharaan,
pembangunan, peningkatan dan yang hubungan
dengan jalan, sementara jalan di Kabupaten
Magelang sendiri sepanjang 1000 km, maka bila
dilogika anggaran segitu tidak cukup gitu. Jadi
untuk saat ini tidak semua jalan itu teratasi,
paling kami cuma memprioritaskan untuk jalan-
jalan penting atau alternatif dan sehingga untuk
jalan-jalan pinggir itu terpaksa tidak dapat
penanganan.

Kalau untuk sdm atau tenaga lapangan sendiri Jadi kami itu ada tim yang suka memperbaiki
bagaimana pak apakah mencukupi? jalan atau petugas lapangannya gitu, untuk
jumlahnya sendiri cuma ada 15 orang, kalau
misal mau menangani dari segitu banyaknya ruas
jalan di Kabupaten Magelang kan juga belum
bisa maksimal, kalau melihat dari segi
anggarannya yang minim. Kemudian dari segi
peralatan juga sebenarnya kami ingin yang baru
dan lebih komplit lagi seperti pengadaan crane,
eskavator kecil tapi itu kan tergantung dari

107
APBD, kalau itu tidak ada dan mencukupi maka
sementara kita belum mencukupi kebutuhan
tersebut.
Misal ditemukannya jalanan yang berlubang di Bila jalan tersebut berlubang dan masih
Kabupaten Magelang, terus tindakan atau secara tergolong kerusakan ringan maka hanya perlu
prosedurnya itu seperti apa? ditambal saja jalannya. Kalau misalkan kondisi
kerusakan jalannya parah dan lubang jalannya
cukup lebar, mungkin perlu ada perbaikan sub
gradenya dan nanti akan masuk ke rehab jalan
atau rekonstruksi jalan. Kalau untuk rehab jalan
itu masih sepotong-potong panjang jalannya,
sementara kalau rekonstruksi jalan itu
mengembalikan performa jalan itu, jadi ada
perbaikan sub grade dan pondasi jalan seperti itu.
Kerusakan jalan itu biasanya penyebabnya apa Sekarang jalan itu punya kelas, di Kabupaten
dan untuk material yang digunakan itu seperti Magelang sendiri yaitu kelas 3C, yang mana
apa didalam pembangunan jalan pak ? angkutan beban kendaraan yang lewatkan 8 ton
minimalnya, tetapi kenyataannya yang lewat kan
lebih dari ketentuan 8 ton itu, otomatis akan
mempercepat kerusakan jalan. Untuk
materialnya dari Bina Marga sendiri sudah sesuai
dengan standar yang ditentukan, jadi terkait
kualitas sudah baik dan kuat. Kemudian terkait
iklim ataupun curah hujan yang tinggi menjadi
penyebabnya, karena jika jalan sudah retak dan
terkena air maka aspal jalan akan mudah tergerus
dan rusak
Mekanisme atau SOP didalam pembangunan Itukan biasanya sudah ada list kondisi jalan di
infrastruktur jalan itu seperti apa? Kabupaten Magelang, dan sudah dibuatkan
jadwal awal untuk perbaikan jalan sesuai kondisi
jalan atau yang memang perlu untuk diperbaiki
jalannya semacam itu. Jadi dari kondisi jalan
tersebut kita dapat menentukan tindakan
perbaikannya seperti apa.

108
Informan 3
Nama : Eko Budi Utomo A,Md
Jabatan : Kepala Seksi Pemeliharaan dan Peningkatan Jembatan
Hari : Rabu, 21 Desember 2022
Pertanyaan Jawaban
Kalau boleh anda di sub bidang apa pak? Saya di bagian sub jembatan
Untuk dibidang anda itu tugas seperti apa pak? Itu membidangi pekerjaan pemeliharaan jalan dan
jembatan di Kabupaten Magelang. Untuk lingkup
pekerjaan yaitu pekerjaan rutin jalan atau seperti
kegiatan penambalan jalan maupun dijembatan,
perbaikan jalan maupun jembatan, pembersihan
saluran drainase dan kaitannya dengan
infrastruktur jalan.
Di Bidang Bina Marga sendiri ada sub bidang Sebenarnya gini, di Bidang Bina Marga sendiri kan
jalan dan bidang jembatan seperti itu, mungkin 3 sub bidang yaitu ada bagian jalan, jembatan, dan
didalam pembagian tugas di sendiri seperti peningkatan. Untuk dijalan kalau sudah rusak
apa? parah itu masuknya di peningkatan dan jalan sudah
rusak parah mengerjakannya kan satu ruas, jadi
secara tuntas kalau jalannya rusak nanti bisa
ditambahkan saluran air, bahu jalan dan
pengaspalannya full itu masuknya ke peningkatan.
Misal untuk jembatan itu tentang pembangunan
jembatan. Jadi untuk tahun besok kalau ada
perubahan nomiratul jabatan nanti pemeliharaan
masuknya ke jalan ditambah nanti perencanaan,
jadi nanti ada seksi perencanaan, seksi jalan, dan
seksi jembatan.

Apa di tahun ini terkait pembangunan Jadi selama pandemi ini kan untuk anggaran
infrastruktur jalan sudah berjalan dengan banyak yang dialihkan ke sektor kesehatan jadi
maksimal atau belum pak? untuk jatah anggaran kekita di bidang pemeliharaan
yang biasanya diatas 10 M sekarang cuma 6 M, jadi
ada pengurangan banyak, sehingga kegiatan
pemeliharaan dikami itu kurang optimal karena
anggaran terbatas, jadi selama pandemi ini untuk
kegiatan perawatan itu berkurang, jadinya untuk
kerusakan semakin banyak titiknya
Dengan siapa saja stakeholders di Bidang Bina Kerjasama dengan lintas sektor itu, khusus di
Marga atau DPUPR sendiri pak? bidang pemeliharaan sendiri biasanya terkait
dengan Kedaruratan atau di BPBD Kab Magelang,
jadi misal ada kerusakan jalan karena bencana dari
BPBD nya melaporkan dengan kami dan nantinya
akan kami tindak lanjuti dan kita laporankan ke

109
Bupati yang nantinya akan dipertimbangkan
apakan disetujui atau tidak untuk perbaikan
ataupun pemeliharaan jalan seperti itu, karena itu
menggunakan anggaran tak terduga yang mana dari
Kabupaten atau Bupati.
Bagaimana untuk jumlah SDM di Bidang Bina Untuk jumlah itu yang S1 ada 7 orang, kemudian
Marga pak? D3 ada 2 orang, yang lainnya dari SMK. Kemudian
disini juga ada tenaga kontrak, yang mengurusi
tentang administrasi dan ada juga yang turun
kelapangan itu dalam pemeliharaan jalan semacam
itu.
Untuk mekanisme atau SOP didalam Mekanismenyakan swakelola atau dikelola oleh
pembangunan infrastruktur jalan itu seperti dinas, dinas mempunyai anggaran pengadaan
apa? material aspal, kemudian untuk penembelan itu
dilaksanakan oleh PNS ada 1 orang sebagai
koordinator lapangan, dan yang menembel jalan itu
tenaga harian atau tenaga kontrak harian saja yang
misal setiap ada pekerjaan baru berangkat atau
bekerja hanya beberapa hari saja.
Untuk hubungan dengan stakeholders atau Sementara kalau dengan pihak ketiga atau
pihak swasta seperti apa? kontraktor dalam mekanismenya kalau ada
anggaran untuk kegiatan tambal jalan itu dipihak
ketigakan ya berarti kita tinggal kontrak dengan
pihak ketiga, dan nantinya semuanya akan
dikerjakan oleh pihak ketiga dari kitanya hanya
mengawasi saja.

110
Informan 4
Nama : Priyo Suwarso, ST, MT.
Jabatan : Kepala Bidang Bina Marga
Hari : Rabu, 21 Desember 2022
Pertayaan Jawaban
Bagaimana Komunikasi dan koordinasi dalam Pada intinya terkait koordinasinya sudah kondusif,
pembangunan infrastruktur jalan di Bidang jadi antar seksi atau kalau sekarang subkoordinator
Bina Marga Kabupaten Magelang ? dan saling membantu satu sama lain, kemudian
antar pegawai juga sama. Jadi kalau hubungannya
dengan penyedia jasa, karena kita pengadaan
barang jasa dan selama ini dalam komunikasi
dilapangan juga sudah ada pengawas lapangan,
kemudian pengawas lapangan setiap minggunya
mendapatkan laporan-laporan mingguan atau
bulanan, itu nanti komunikasinya teknis seperti itu.
Kalau hal-hal diluar teknis atau non teknis biasanya
lisan seperti itu atau juga misal ada masalah
disampaikan secara lisan itu nantinya kita
selesaikan secara bersama.
Bagaimana komunikasi antara pelaksana kebijakan Untuk komunikasi dengan masyarakat, kalau
dengan sasaran kebijakan yakni masyarakat ? proyek pembangunannya berdampak bagi
masyarakat banyak kita sosialisasi dulu. Sebagai
contoh itu kemarin ada pembangunan jembatan di
Bandongan, jembatan kali biru, itu kan harus
memutus jalan, nah sebelumnya kami sosialisasi
dulu kepada masyarakat dan musbika atau dengan
pemangku kepentingan disitu, seperti ada camat,
dandim, polsek atau polisi lalu lintas, dishub juga,
dan tokoh masyarakat setempat.
Bagaimana hubungan atau komunikasi antara Ketika perencanaan bisa diswakelola atau
pelaksana kebijakan dengan stakeholder ? direncanakan sendiri, kemudian untuk DED nya
atau program juga bisa dikonsultasikan dengan
pihak ketiga atau swasta. Kemudian ada pengadaan
barang jasa itu lewat lelang terus lelang nanti di
OKBBJ, nanti setelah dari OKBBJ mengumumkan
pemenang lelangnya baru penyedia ke DPUPR dan
tanda tangan kontrak, kita juga mereview kembali
hasil evaluasi dari OKBBJ, itu merupakan
komunikasi dengan stakeholders instansi lain
Bagaimana sejauh ini kualitas SDM didalam Jadi kita sudah punya peta jabatan itu sesuaikan
bertugas maupun dalam pelaksanakan kebijakan? dengan nomenklatur yang ada, misalnya ahli muda
atau ahli madya di Bina Marga kan ada Jalan dan
Jembatan, yang menduduki sub koordinator itu dari

111
ahli muda, jadi sekarang itu fungsional kalau dulu
itu struktural, seperti kasi apa sementara yang
sekarang subkoordinator yang secara fungsional
yaitu ahli muda, ini sesuai dengan peta jabatan
untuk pendidikan itu ada semua, kemudian
dibawah ahli muda itu ada ahli pertama, kemudian
dibawahnya lagi ada mahir atau itu fungsional
kelas mahir. Di Bina Marga atau DPUPR rata-rata
dari teknik sipil
Apakah jumlah SDM di Bina Marga sudah Terkait Jumlah SDM disini masih kurang, kalau
terpenuhi ? sesuai dengan peta jabatan itu belum terpenuhi
Apakah kebutuhan dan fasilitas untuk SDM atau Untuk fasilitas yang ada dikantor seperti komputer,
pegawai sebagai penunjang didalam bertugas laptop semua sudah ada, kemudian untuk kendali
sendiri sudah terpenuhi? mutu laboratorium kita punya, intinya di kantor
sudah lengkap. Sementara untuk luar kantor atau
lapangan itu kita belum punya kendaraan
operasional .
Apakah kebutuhan anggaran selama ini didalam Untuk anggaran, misal untuk pemeliharaan jalan
memenuhi dan melaksanakan program maupun itu sebenarnya kalau kita hitung dengan panjang
kebijakan sendiri sudah terpenuhi? sekitar 1000 km jalan di Kabupaten Magelang ini,
itu untuk kebutuhan untuk pemeliharaan jalan
dalam satu tahun sekitar 30 miliar, sementara kita
paling dalam satu tahun itu hanya 10 miliar,
dikatakan kurang ya kurang tapi kita sudah
laksanakan, artinya untuk fasilitas jalan itu
seharusnya tidak ada yang rusak atau berlubang,
berhubung karena anggaran kurang, kita
prioritaskan jalan-jalan protokoler dulu, jadi saya
kira semua dinas terkait anggaran atau berbicara
sumber daya manusia itu pasti kurang. Jadinya
untuk nilai anggaran dan kerusakan itu tidak
seimbang, karena pandemi dua tahun ini kita putus
tidak memelihara jalan dan tidak ada peningkatan
jalan seperti itu.
Bagaimana kualitas ataupun karakter Untuk kualitas pemimpin sendiri karena sudah
pemimpin didalam berkinerja ? memiliki keahlian sesuai dan pendidikan yang
tinggi, pengalamannya juga banyak, dan saya rasa
bagus dalam kepemimpinannya
Bagaimana keterampilan teknis, manajerial, & Terkait kemampuan atau keterampilan sudah
politis petugas ? memenuhi dan juga setiap juga mempunyai
sertifikat, misal dipengadaan barang mereka sudah
punya sertifikat pengadaan barang dan jasa
Bagaimana kemampuan dari petugas didalam Seperti yang saya ceritakan tadi, semua suatu atau
mengkoordinasi, mengontrol, & mengintegrasikan permasalahan yang terjadi dilapangan maupun
keputusan. pekerjaan yang ada dikantor selalu
dikomunikasikan dengan atasan terlebih dahulu,

112
kemudian berjenjang komunikasinya, misalkan
belum teratasi di tingkatkan subkor, nanti naik ke
tingkat bidang, terus kalau belum juga naik lagi ke
kepala dinas seperti itu.
Seperti apa komitmen petugas terhadap Terkait komitmen kita dari pegawai, untuk setiap 6
pelaksanakan perumusan konsep kebijakan, bulan sekali kita selalu evaluasi kinerja pegawai
pengadministrasian, pemantauan yang atau SKP saya kira bisa lihat komitmen dari itu
serta ada juga pakta integritas pegawai seperti itu.
kaitannya dengan pembangunan infrastruktur
jalan ?
Bagaimana standardisasi operasional prosedur Untuk SOP perencanaan, jadi misal untuk jalan,
(SOP) perencanaan, anggaran, implementasi, kita sudah punya data peta kondisi jalan, jadi
dan evaluasi di Bidang Bina Marga? perencanaan kita sesuai dengan peta kondisi jalan
tersebut. Jadi kita punya kondisi jalan nantinya kita
usulankan yang perlu peningkatan jalan mana,
yang perlu pemeliharaan jalan secara berkala itu
mana, yang cukup dengan pemeliharaan rutin itu
mana itu yang tahunan seperti itu, kemudian kami
juga ada rencana besar setiap 5 tahun atau
disebutnya RPJMD. Kemudian untuk
penganggaran kita usulkan lewat KUAPAS itu
untuk tahunan, kemudian kita bahas dengan pansus
dan dewan sebagai legislatif yang mengesahkan
anggaran. Kemudian untuk evaluasi kita
monitoring dilapangan misal ada sesuatu kita
rapatkan, kita panggil semua dari stakeholders atau
penyedia jasa ada pengawas lapangan, konsultan
pengawas juga terus kita selesaikan disitu untuk
dimusyawarahkan.
Bagaimana kejelasan dan konsistensi sasaran Untuk sasaran program atau indikator target itu
program? sudah sesuai, kecuali kalau seperti kemarin ada
covid dan kemudian terjadi pemangkasan anggaran
ditengah jalan itu jadi sasaran programnya tidak
tercapai

113
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian

114

Anda mungkin juga menyukai