Anda di halaman 1dari 31

RINGKASAN SKRIPSI

PEMBINAAN EKONOMI MASYARAKAT PEDESAAN


DI KECAMATAN DOLOK BATU NANGGAR
KABUPATEN SIMALUNGUN

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister (M.Si)


Pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK)
Konsentrasi Perencanaan Wilayah Pedesaan (PWD)
Program Pascasarjana Universitas Simalungun

Nama
NPM
Program Studi
Konsentrasi

:
:
:
:

RIZKI AMELIA EFFENDY


101351055
Perencanaan Wilayah
Perencanaan Wilayah Pedesaan

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SIMALUNGUN
PEMATANGSIANTAR
2012
PAKTA INTEGRITAS
(TESIS MAHASISWA)

Yang bertandatangan di bawah ini :


Nama

: RIZKI AMELIA EFFENDY

NPM

: 101351055

Program Studi

: Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota

Konsentrasi

: Perencanaan Wilayah Pedesaan

Alamat

: Jl. Batu Permata Raya Pematangsiantar

Menyatakan

bahwa

Tesis

saya

yang

berjudul

PEMBINAAN

PEMANTAPAN EKONOMI MASYARAKAT PEDESAN KECAMATAN


DOLOK BATU NANGGAR adalah asli karya sendiri, bebas Plagiat. Sepanjang
pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar Pustaka. Apabila dikemudian Hari terbukti dan terdapat
plagiat dalam karya tersebut maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan
perundang-undangan sebagaimana tertulis dalam pasal 12 ayat (1) Permendiknas RI
Nomor 17 Tahun 2010.

Pematangsiantar, Agustus 2012


Yang membuat Pakta Integritas,

( RIZKI AMELIA EFFENDY)


NPM. 101351055

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini dilakukan
adalah : Untuk mengetahui dan
menganalisis pelaksanaan pembinaan ekonomi masyarakat pedesaan di Kecamatan
Dolok Batu Nanggar Kabupaten Simalungun.
Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan pemantapan ekonomi
masyarakat pedesaan di Kecamatan Dolok Batu Nanggar Kabupaten Simalungun
kaitannya dengan Pengembangan Wilayah.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pelakanaan Pelaksanaan Pembinaan
Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan di Kecamatan Dolok Batu Nanggar
Kabupaten Simalungun secara statistik masih berada pada klasifikasi sedang atau
menengah. Kualitas pelaksanaan Pelaksanaan Pembinaan Pengembangan Ekonomi
Masyarakat Pedesaan berdampak pada aspek kesejahteraan masyarakat didukung
oleh data angka rata-rata pendapatan perkapita yang terus meningkat yang meningkat
dari tahun 2006-2010 di Kecamatan Dolok Batu Nanggar.
Saran agar Pemerintah Kabupaten Simalungun melalui Badan
Pemberdayaan Masyarakat Nagori lebih tanggap pada hal-hal berikut : Terus
menumbuhkan Partisipasi masyarakat dalam perencanaan, Kebutuhan kepentingan
lokal lebih dapat terindentifikasi dan terakomodasi, Pelaksanaan Pemberdayaan
SDM dan Pelaksanaan Pemberdayaan Sosial Budaya.

Kata Kunci

: pembinaan pemantapan
Masyarakat Pedesaan.

ekonomi,

Pembangunan

Ekonomi

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat dan berkatNya sajalah sehingga penulis dapat menyelesaikan seminar hasil
yang berjudul : Pembinaan Ekonomi Masyarakat Pedesaan di Kecamatan Dolok
Batu Nanggar di Kabupaten Simalungun.
Tujuan penulisan tesis ini, yang pertama adalah untuk melengkapi bahan
Ujian Tesis untuk memperoleh gelar Magister Sain (M.Si) pada Program Studi Ilmu
Perencanaan Wilayah dan Desa (PWD), Program Pascasarjana Universitas
Simalungun Pematangsiantar. Dalam penulisan tesis ini penulis menyadari masih
banyak kekurangan yang tidak disengaja tetapi semata-mata akibat keterbatasan
pengetahuan penulis. Oleh karena itu penulis menerima semua kritik dan saran
konstruktif dari khalayak pembaca demi penyempurnaannya.
Selama perkuliahan maupun dalam penulisan tesis yang sederhana ini
penulis banyak menerima bantuan moril dan motivasi dari berbagai pihak yang tidak
disebutkan satu persatu dalam laporan penelitian ini, oleh karena itu pada
kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih secara khusus kepada Bapak/Ibu :
1. Drs. Ulung Napitu, M.Si. selaku Rektor Universitas Simalungun
2. Prof. Dr. Erika Revida, MS, selaku Direktur PPs Universitas Simalungun
Pematangsiantar sekaligus sebagai ketua Komis Pembimbing.
3. Prof. Dr. Marihot Manullang, MM, selaku Ketua Komisi Pembimbing, yang telah
membimbing saya selama penelitian ini berlangsung.
4. Drs. Pinondang Nainggolan, M.Si selaku anggota Komisi Pembimbing yang
telah membimbing saya. Beliau selalu memotivasi dan memberi semangat bagi
saya selama proses penyelesaian penelitian ini.
5. Drs. Hisarma Saragih, M.Hum selaku Komisi Pembimbing, yang telah
membimbing saya. Beliau selalu memotivasi dan memberi semangat bagi saya
selama proses penyelesaian penelitian ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah membekali ilmu pengetahuan selama
perkuliahan dan ikut serta dalam memberi masukan dalam diskusi sehingga
penelitian ini semakin terarah, baik isi maupun sistematikanya.
7. Bapak/Ibu Pengurus Yayasan Universitas Simalungun atas Ijin yang diberikan
untuk mengikuti Program S2 PPs Universitas Simalungun Pematangsiantar.
8. Bapak Camat Dolok Batu Nanggar, atas bantuannya memberi data-data yang
diperlukan dalam penelitian ini.
2

9. Suami tercinta, terima kasih atas dukungan dan partisipasinya di akhir pengerjaan
Tesis ini sehingga saya tetap semangat menyelesaikan pendidikan S-2 ini.
10. Teman-teman saya semasa mengikuti pendidikan S-2 yang telah membantu dan
mendorong sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan mulai dari
perkuliahan, tugas-tugas sampai pada penulisan tesis ini, khususnya Ibu Donna
Veronica Saragih, SE.
11. Para staff pegawai sekretariat Program Pascasarjana USI atas segala bantuan
Bapak/Ibu yang tak terlupakan turut memperlancar proses administrasi selama
perkuliahan dan dalam penulisan tesis ini.
Akhirnya, penulis berharap agar tesis ini nantinya dapat memenuhi
fungsinya dan bermanfaat bagi penulis dan segenap pembaca.

Pematangsiantar, Agustus 2012


Penulis,

Rizky Amelia Effendy


NPM. 101351055

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Sesuai dengan Amanat Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah, maka daerah dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Simalungun memiliki
kewenangan membuat kebijakan-kebijakan tentang Nagori. Terutama dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat, peningkatan peran serta, peningkatan
prakarsa dan pemberdayaan masyarakat Nagori yang bermuara keapda kesejahteraan
masyarakat.
Otonomi Daerah sebagai wujud sistem pemerintahan desentralisasi yang
lahir sesuai tuntutan reformasi mengandung arti bahwa daerah kabupaten/kota
memiliki kewenangan untuk mengurus dan mengatur pembangunan daerahnya
secara bertanggungjawab dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Adapun titik berat pelaksanaan otonomi daerah menurut isi Undang-undang
Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah berada pada daerah
Kabupaten/Kota. Oleh karena itu daerah dalam hal ini Pemerintah Kabupaten
Simalungun juga mempunyai kewenangan membuat kebijakan-kebijakan tentang
Nagori. Terutama dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, peningkatan
peran serta, peningkatan prakarsa dan pemberdayaan masyarakat Nagori yang
bermuara kepada kesejahteraan masyarakat. Beberapa fakta teoritik yang terkait
dengan masalah atau hambatan dalam pembangunan pedesaan belum dilihat dari
penelitian Adsasmita (2004), yang menyatakan bahwa beberapa penyebab belum
tercapainya perwujudan pembangunan daerah pedesaan yang serasi dan berkeadilan
umumnya disebabkan beberapa faktor diantaranya adalah :

a) Belum meratanya distribusi faktor produksi dan prasarana (fisik non fisik)
ke seluruh wilayah pedesaan.
b) Masih banyak desa dan kawasan pedesaan yang tertinggal akibat
pengelolaan pembangunan bersifat sentralik dan adanya aglomerasi di
pusat-pusat wilayah pedesaan yang cepat maju.
c) Belum optimalnya pemanfaatan potensi ekonomi pedesaan yang bertumpu
pada keunggulan geografis dan sumber daya manusia sekaligus basis
ekonomi dalam pembangunan perdesaan dan,
d) Belum optimalnya peran serta masyarakat dalam tahapan implementasi
pembangunan desa.
1.2. Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang tersebut, maka adapun permasalahan yang
akan dihadapi dalam penelitian ini adalah : Bagaimana pelaksanaan Pembinaan
Ekonomi Masyarakat Pedesaan di Kecamatan Dolok Batu Nanggar Kabupaten
Simalungun Dalam Pengembangan Wilayah.
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka adapun tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini meliputi :
1. Untuk

mengetahui

dan

menganalisa

pelaksanaan

pemantapan

ekonomi

masyarakat pedesaan di Kecamatan Dolok Batu Nanggar Kabupaten Simalungun.


2. Untuk mengetahui dan menganalisa pelaksanaan pemantapan ekonomi
masyarakat pedesaan di Kecamatan Dolok Batu Nanggar Kabupaten Simalungun.

1.4. Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan mendatangkan banyak manfaat, baik teoritis
maupun praktis. Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :

a. Manfaat Teoritis :
1. Untuk menambah wawasan pengetahuan tentang pelaksanaan pemantapan
ekonomi masyarakat pedesaan di Kecamatan Dolok Batu Nanggar
Kabupaten Simalungun.
2. Untuk menambah wawasan pengetahuan tentang pemantapan ekonomi
masyarakat di Kecamatan Dolok Batu Nanggar Kabupaten Simalungun
kaitannya dengan pengembangan wilayah.
b. Manfaat Praktis :
1. Sebagai bahan masukan kepada pengambil kebijakan dalam hal ini
Pemerintah Kabupaten Simalungun dalam usaha peningkatan pemantapan
ekonomi masyarakat pedesaan di Kecamatan Dolok Batu Nanggar
Kabupaten Simalungun kaitannya dengan Pengembangan Wilayah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka


2.1.1. Program Bantuan Pembangunan Nagori/Kelurahan
Program Bantuan desa yang telah dimulai sejak tahun 1969/1970, selain
bertujuan meletakkan dasar-dasar yang kuat bagi pertumbuhan ekonomi nasional
3

yang sehat juga dimaksudkan untuk memberikan perangsang bagi usaha desa yang
produktif dengan memanfaatkan potensi kegotong-royongan yang hidup di daerah
pedesaan.
Pelaksanaan program bantuan desa dilakukan oleh desa itu sendiri sehingga
disamping memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat secara luas dalam
pembangunan. Sambil melaksanakan program-program dibidang ekonomi sosial
budaya maka kegiatan pembangunan desa akan meningkat pula kemampuan aparatur
desa dalam perencanaan/pelaksanaan pembangunan.
Selain akan memberi pengaruh langsung, pelaksanaan program-program
pembangunan desa tersebut diatas juga menciptakan berbagai pengaruh yang tidak
langsung seperti peningkatan partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan,
perluasan kesempatan kerja dan perbaikan serta penyempurnaan organisasi
pemerintah daerah.
Berbagai program pembangunan desa dalam perencanaan partisipatif yang
diterapkan oleh pemerintah yang secara umum untuk pemenuhan kebutuhan
masyarakat desa, tertuang dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri (Direktur
Jenderal Pembangunan Desa) Nomor 414.24/185/set 10 Juni 1996, bahwa dalam
rangka penerapan Metode P3MD terdapat 12 program/kegiatan yang erat kaitannya
dengan arah pembangunan desa. Program tersebut ditujukan untuk :
1. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan termasuk
kelompok miskin dan perempuan.
2. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat di bidang pendidikan dan kesehatan.
3. Meningkatkan penyediaan prasarana sosial ekonomi masyarakat pedesaan.
4. Memperluas kesempatan berusaha dan mengembangkan usaha bagi
masyarakat pedesaan.
5. Mengembangkan kapasitas masyarakat dalam merencanakan, menyelenggarakan
dan melestarikan pembangunan serta mengakses sumber daya yang tersedia.
6. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam melakukan pengawasan
terhadap program pembangunan di pedesaan.

7. Mengembangkan dan memperkuat kelembagaan pembangunan di desa.


Berkaitan dengan identitas ekonomi dalam pembangunan yaitu tidak
mengejar keuntungan pribadi atau kelompok untuk jangka pendek, tetapi
menanamkan hakikat pembangunan desa yang transparan, bertanggungjawab,
menggunakan

semua

pihak

dan

berlangsung

secara

menyeluruh

serta

berkesinambungan (Tjokrowinto, 1996).


2.1.2. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan
Konsep partisipasi masyarakat dalam pembangunan sudah mulai dikenalkan
oleh pemerintah sejak awal tahun 1980-an melalui istilah pemberdayaan masyarakat.
Masyarakat diharapkan untuk dapat berpartisipasi dalam membangun serta menjaga
lingkungan dimana mereka berada.
Menurut Abe (2001), partisipasi masyarakat merupakan hal terpenting dalam
pembangunan desa, yaitu akan menjadi wahana political education yang sangat baik.
Sedangkan menurut Conyers (1994), partisipasi masyarakat terdiri dari :
a. Partisipasi masyarakat sebagai alat guna memperoleh suatu informasi
mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat yang tanpa kehadirannya
program pembangunan desa serta program akan gagal.
b. Masyarakat akan lebih mempercayai program pembangunan di desa, jika
merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya dan
pengambilan keputusan terhadap prioritas pembangunan yang sesuai
kebutuhan masyarakat, karena akan lebih mengetahui seluk-beluk program
dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap program.
c. Yang mendorong partisipasi umum dibanyak negara kerana timbul anggapan
bahwa hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan
masyarakat. Partisipasi masyarakat diwujudkan melaui partisipasi dalam
proses pembuatan keputusan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil dan evaluasi.
2.1.3. Perencanaan Pembangunan Desa

Beralihnya

sistem

pemerintahan

di

Indonesia

dari

sentralisasi

ke

desentralisasi menuntut adanya perubahan dalam sistem dan mekanisme perencanaan


yang selama ini diterapkan. Premendagri No. 9 Tahun 1982 tentang P3D (Pedoman
Perencanaan Pembangunan Desa) perlu diganti dengan peraturan yang lebih sesuai
dengan prinsip-prinsip desentralisasi demokrasi, dan kepemerintahan yang baik.
Selama ini, kekecewaan terhadap perencanaan baik itu proses maupun
hasilnya sering disuarakan oleh banyak pihak, tidak terkecuali eksekutif dan
legislatif. Hal ini tidaklah mengejutkan, karena dalam proses pengambilan keputusan
banyak pihak tidak sering pula prioritas yang ditentukan dipengaruhi oleh intervensi
kepentingan dan kekuasaan. Yang pada akhirnya akuntabilitasnya proses maupun
hasil dari perencanaan sering menjadi pertanyaan.
Ketidakyakinan terhadap proses maupun hasil dari perencanaan tersebut
menyebabkan kebijakan pembangunan tidak lagi didasarkan sepenuhnya oleh
perencanaan, melainkan intervensi kepentingan dan kekuasaan sesaat. Dokumen
perencanaan menjadi referensi yang tak layak digunakan. Beberapa permasalahan
perencanaan baik itu dari proses maupun hasilnya yang selama ini ada dan
berkembang di era disentralisasi adalah (Spykerelle et al, 2000) :
a. Perumus atau penyusun perencanaan pembangunan daerah hanya terbatas pada
instansi-instansi pemerintah saja.
b. Prioritas pembangunan daerah tidak mencakup rencana strategis jangka prioritas
yang ditetapkan oleh kepala daerah.
c. Pendekatan perencanaan partisipasif ditingkat Desa/Kelurahan tidak berkelanjutan
d.
e.
f.
g.

dan tidak bersambung ketingkat perencanaan pembangunan di atasnya.


Masyarakat tidak berminat untuk berpartisipasi dalam perencanaan.
Tidak terintegrasinya perencanaan pembangunan daerah.
Ketidakjelasan peran dan fungsi legislatif dalam perencanaan daerah.
Tidak tersedianya penjelasan mengenai tingkat, cakupan dan cara partisipasi
masyarakat dalam perencanaan yang efektif.

h. Tidak adanya dialog yang efektif antara para pelaku pembangunan dalam
perencanaan.
i. Perencanaan pembangunan daerah tidak sesuai dengan metodologi perencanaan
yang sistematis.
j. Tidak jelasnya peran, fungsi serta kontribusi pemerintah propinsi dalam
perencanaan di wilayahnya.
k. Tidak terfasilitasinya potensi dari sektor swasta dan masyarakat dalam
perencanaan pembangunan daerah.
l. Kurang akurat dan validnya data yang tersedia untuk pembuatan kebijakan dan
perencanaan.
2.1.4. Konsep Pemberdayaan Masyrakat
Pemberdayaan merujuk pada pengertian perluasan kebebasan memilih dan
bertindak. Bagi masyarakat miskin, kebebasan ini sangat terbatas karena
ketidakmampuan bersuara (voicelessnes) dan ketidakberdayaan (powerlessnes)
dalam hubungan dengan negara dan pasar. Karena kemiskinan adalah multi dimensi,
masyarakat miskin membutuhkan kemampuan pada tingkat individu (seperti
kesehatan, pendidikan dan perumahan) dan pada tingkat kolektif (seperti bertindak
bersama untuk mengatasi masalah). Memberdayakan masyarakat miskin dan
terbelakang menuntut upaya menghilangkan penyebab ketidakmampuan mereka
meningkatkan kualitas hidupnya.
Unsur-unsur pemberdayaan pada masyarakat pada umumnya adalah :
a. Inklusi dan partisipasi
b. Akses pada informasi
c. Kapasitas organisasi lokal
d. Profesional pelaku pemberdayaan
Inklusi berfokus pada pertanyaan apa yang diberdayakan, sedangkan
partisipasi berfokus pada bagaimana mereka memberdayakan dan peran apa yang
mereka mainkan setelah mereka menjadi bagian dari kelompok yang diberdayakan.
Partisipasi masyarakat miskin dalam menetapkan prioritas pembangunan pada
tingkat nasional maupun daerah diperlukan guna menjamin bahwa sumber daya

pembangunan (dana, prasarana/sarana tenaga ahli dan lain-lain) yang terbatas secara
nasional maupun pada tingkat daerah dialokasikan sesuai dengan kebutuhan dan
prioritas masyarakat miskin tersebut.
Memberdayakan masyarakat berarti melakukan investasi pada masyarakat,
khususnya masyarakat miskin, dan organisasi mereka, sehingga asset dan
kemampuan mereka bertambah, baik kapasitas perorangan maupun kapasitas
kelompok. Agar pemberdayaan masyarakat dapat berlangsung secara efektif, maka
reformasi kenegaraan, state reform, harus dilakukan pada tingkat nasional maupun
daerah.
Adanya partisipasi masyarakat dalam pembangunan akan menghasilkan
wujud yang berbeda jika pembangunan tidak melalui proses yang partisipatif.
Pembangunan yang partisipatif menghasilkan tata pemerintahan yang lebih baik,
kemakmuran yang lebih adil, pelayanan dasar yang lebih bermanfaat bagi
masyarakat banyak, akses ke pasar dan jasa bisnis yang lebih merata, organisasi
masyarakat yang lebih kuat, dan kebebasan memilih yang lebih terbuka.
2.1.5. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Sulistiany (2004) pemberdayaan mengandung arti tangguh atau kuat. Secara
etimologis pemberdayaan berasal dari kata dasar daya yang berarti kekuatan atau
kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut, maka pemberdayaan dimaknai
sebagai proses untuk memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan dan atau proses
pemberian daya, kekuatan atau kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada
pihak yang kurang atau belum berdaya. Berdasarkan beberapa pengertian
pemberdayaan yang dikemukakan tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
pada hakekatnya pemberdayaan adalah suatu proses dan upaya untuk memperoleh
atau memberikan daya, kekuatan kepada individu dan masyarakat lemah dapat
mengidentifikasikan, menganalisis, menetapkan kebutuhan dan potensi serta masalah

yang

dihadapi

dan

sekaligus

memilik

alternatif

pemecahannya

dengan

mengoptimalkan sumber daya dan potensi yang dimiliki secara mandiri.


Selanjutnya, Winarni (2000), mengemukakan bahwa inti dari pemberdayaan
masyarakat adalah pengembangan (enabling), mempercepat potensi atau daya
(empowering) dan terciptanya kemandirian. Jadi pemberdayaan tidak saja pada
masyarakat yang tidak memiliki kemampuan, akan tetapi pada masyarakat yang
memiliki daya yang terbatas dikembangkan hingga mencapai kemandirian.
Pada era otonomi saat ini, konsep pengembangan ekonomi masyarakat harus
diterjemahkan dalam bentuk program operasional berbasiskan ekonomi domestik
pada tingkat kabupaten dan kota dengan tingkat kemandirian yang tinggi. Namun
demikian perlu ditegaskan bahwa pengembangan ekonomi masyarakat pada era
otonomisasi saat ini tidak harus diterjemahkan dalam presfektif teritorial. Tapi
sebaliknya dikembangkan dalam prespektif regionalisasi dimana di dalamnya
terintegrasi kesatuan potensi, keunggulan, peluang dan karakter sosial budaya
(Asy;arie,2001).
Mubyarto (1998) menekankan bahwa terkait erat dengan pemberdayaan
ekonomi rakyat. Dalam proses pemberdayaan masyarakat diarahkan pada
pengembangan sumber daya manusia (di pedesaan), penciptaan peluang berusaha
yang sesuai dengan keinginan masyarakat. Masyarakat menentukan jenis usaha,
kondisi wilayah yang pada gilirannya dapat menciptakan lembaga dan sistem
pelayanan dari, oleh dan untuk masyrakat setempat. Upaya pemberdayaan
masyarakat ini kemudian pada pemberdayaan ekonomi rakyat.
2.1.5.1. Dampak Teknis
Dalam pelaksanaan pekerjaan konsultan Pembangunan Perdesaan
dimakksudkan untuk memberi pendampingan, dukungan dan fasilitas dalam
pelaksanaan Program Pembangunan Perdesaan. Dalam rangka mengevaluasi

dampak teknis yang dioreintasikan pada pemberian bantuan Manajemen dan


Teknis, mulai tahap Persiapan, Perencanaan, Pengawasan dan Pengendalian serta
Pendampingan dalam peningkatan kapasitas peran/pelaku dan bendahara proyek,
Petugas Teknis Kecamatan dan Kepala Desa/Lurah, aparat desa, anggota BPD,
LKMD/OMS dan masyarakat biasanya diperbantukan melalui konsultan bidang
pembangunan sarana prasarana perdesaan membantu dan mendampingi
pelaksanaan kegiatan pembangunan desa seperti kegiatan Usulan Rencana
Kegiatan/Perencanaan Buku Putih, Musbangdes/Kelurahan di desa Penyusunan
Tabulasi Data Perencanaan dan Usulan Rencana Kegiatan, Pendampingan
Penyusunan Lembar Kerja DIPPA. Pendampingan Rakorbang Kabupaten,
sosialisasi dan oreintasi Program dan lain yang berkaitan dengan aspek teknis
(http://www.fppm.or.).
2.1.5.2. Dampak Ekonomi
Pembangunan daerah merupakan proses pembangunan lintas sektoral
yang mengikutsertakan bermacam aspek kehidupan. Pembangunan daerah
khususnya pembangunan perdesaan merupakan wewenang penguasa daerah
yang didukung oleh aparat departemen teknis dan dibantu koordinasinya oleh
Bappeda. Departemen mempunyai program yang digariskan dari pusat. Peran
koordinasi menjadi semakin penting dalam menjabarkan pembangunan yang
direncanakan dari tingkat atas agar dapat dijabarkan ditingkat daerah tanpa
mengganggu arah pembangunan nasional tetapi tetap mencapai sasaran
mewujudkan

kesejahteraan

rakyat.

Dalam

upaya

memperlancar

aspek

koordinasi, maka aparat perencana pembangunan perlu dipersiapkan untuk lebih


memahami aspek sosial ekonomi yang bersifat lintas sektoral dan multi dimensi.
Hal ini tidak terlepas dengan alokasi dan pembangunan dinilai efektif bila

10

mampu menggerakkan kegiatan ekonomi dan meningkatkan pendapatan


masyarakat. Meningkatnya pendapatan masyarakat berarti meningkatnya potensi
bagi peningkatan pendapatan pemerintah. Pendapatan pemerintah dari pajak
yang dibayakan oleh masyarakat merupakan imbalan dari penggunaan pelayanan
yang telah disediakan oleh pemerintah daerah.
2.2.

Kerangka Pikir Penelitian


Program pembinaan dan pemantapan ekonomi masyarakat di Perdesaan oleh

Badan Pemberdayaan Masyarakat Nagori di Kabupaten Simalungun bertujuan untuk


sebagai pendorong (driving forces) peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat.
Dengan program ini diharapkan program pemerintah tentang revitalisasi sektor
ekonomi, lingkungan, teknis dan sosial budaya diharapkan dapat berjalan. Multiplier
effect yang ditimbulkan kegiatan ini secara teori akan berdampak kepada kehidupan
masyarakat desa. Sampai sejauh mana program bantuan pemerintah tersebut
berdampak terhadap kehidupan masyarakat sesuai dengan tujuan dasarnya menjadi
dasar pemikiran dalam penelitian ini. Gambar kerangka pemikiran dalam penelitian
PROGRAM
BKPNK
ini dapat dilihat pada gambar 2.1
berikut :
PEMKAB
SIMALUNGUN

Feed Back

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran

Pemerintah
Kec. Dolok Batu Nanggar

Pembinaan
Pemantapan
Ekonomi
Masyarakat

Pemerintah
Kelurahan/
Nagori

Dampak :
Ekonomi,
Teknis,
Mental
Dan
Struktur
Sosial

Kesejahteraan
Masyarakat

11
PENGEMBANGAN WILAYAH

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Metode penelitian dirancang agar ada suatu tuntutan kerja penelitian agar
penelitian tersebut memenuhi tujuan penelitian yang telah ditentukan pada bab
sebelumnya. Dalam penelitian kita memerlukan data, yaitu suatu kerja yang menjadi
pedoman penelitian. Menurut Masri Singarimbun dan Sofiyan Effendi (1999 : 44)
penelitian digolongkan menjadi 3 (tiga) yaitu : Penelitian Penjajakan (eksploratif),
Penelitian Penjelasan (eksplanatori), dan Penelitian Deskriptif.
1. Tipe Penelitian Eksploratif
Adalah penelitian yang bertujuan menemukan sebab terjadinya sesuatu,
bersifat terbuka masih mencari-cari dan belum mempunyai hipotesis.
2. Tipe Penelitian Penjelasan (Eksplanatori) atau uji hipotesis
Tipe penelitian ini menyoroti hubungan antara variabel penelitian dan
menguji hipotesis atau testing research.
3. Tipe Penelitian Diskriptif
Untuk mengetahui perkembangan saran tertentu atau frekuensi terjadinya
suatu aspek fenomena sosial tertentu dan untuk mendiskripsikan secara
terinci fenomena sosial tertentu.

12

Dalam penelitian ini jenis penelitiannya digolongkan dalam tipe eksploratif,


yang bertujuan menemukan sebab terjadinya sesuatu, bersifat terbuka masih
mencari-cari dan belum mempunyai hipotesis.
Menurut Nawawi (1994 : 73) bentuk penelitian deskriptif mempunyai ciriciri sebagai berikut :
1. Memusatkan perhatian pada masalah jenis penelitian ini yaitu penelitian
masalah yang terjadi pada saat penelitian dilakukan (saat sekarang) atau
masalah-masalah yang bersifat aktual.
2. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang sedang diselidiki
sebagaimana adanya dengan interpretasi yang rasional.
Sehingga pendekatan penelitian yang digunakan disini adalah pendekatan
Kualitatif. Pendekatan ini digunakan dengan pertimbangan akan menyajikan secara
langsung hakikat hubungan antara penulis dengan informan (Moloeng : 2000),
sehingga dapat dijajaki secara lebih mendalam objek yang akan diteliti dengan terjun
secara langsung melihat kondisi di lapangan dan mengadakan interaksi langsung
kepada objek penelitian sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan secara objektif,
sehingga hasil penelitian dapat diargumentasikan secara akademik dan secara praktis.
3.2. Sumber Data, Subyek dan Objek Penelitian
a. Sumber Data
Berdasarkan jenisnya, data dan informasi yang hanya dikumpulkan atas dua
bagian yaitu data Primer dan data Sekunder. Data Primer diperoleh langsung melalui
wawancara langsung pada responden dengan instrument kuesioner yang berisi akan
pertanyaan-pertanyaan terstruktur (daftar isian) tentang persepsi dampak teknis,
ekonomi dan sosial budaya sebelum dan setelah dilaksanakan kegiatan dari Bantuan

13

Keuangan Pembangunan Nagori/Kelurahan, juga didukung dengan melakukan


observasi bertujuan untuk melihat kesesuaian antara data dan konsep yang tertuang
dalam literatur atau peraturan terkait rencana kegiatan menggunakan dana bantuan
keuangan pembangunan nagori/kelurahan sebagai upaya pembinaan dan pemantapan
ekonomi masyarakat di perdesaan dengan implementasi atau realitas di lapangan.
Data sekunder diperoleh melalui studi dokumenter dari berbagai sumber
data yang berkompeten, diantaranya Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun,
Perpustakaan, Instansi teknis maupun terkait seperti Badan Pemberdayaan
Masyarakat Nagori (BPMN) Kabupaten Simalungun. Pengumpulan data sekunder
dilakukan ditingkat kabupaten. Jenis data sekunder lainnya adalah Peraturan
Perundangan yang terkait dengan Program Pembinaan dan Pemantapan ekonomi
masyarakat perdesaan, dan Renstra dan Laporan-laporan dari Badan Pemberdayaan
Masyarakat Nagori. Sumber data yang akan dikumpulkan disesuaikan dengan jenis
data yang dibutuhkan dalam pengolahan dan analisis data.
b. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah Badan Pemberdayaan Masyarakat Nagori (BPMN)
Kabupaten Simalungun sebagai penyelenggara teknis pekerjaan dalam Program
Pembinaan dan Pemantapan ekonomi masyarakat perdesaan di lingkup wilayah
kerjanya.
c. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah Program Pembinaan dan Pemantapan Ekonomi
Masyarakat Perdesaan di Kecamatan Dolok Batu Nanggar Kabupaten Simalungun
yang dilaksanakan selama 3 (tiga) tahun terakhir.
3.3. Populasi, Sampel dan Unit Analisis
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh masyarakat yang
mengikuti musyawarah rencana pembangunan desa (Musrembagdes) di setiap
nagori/kelurahan seKecamatan Dolok Batu Nanggar (15 nagori/kelurahan).

14

Berdasarkan dokumen dari Kecamatan Dolok Batu Nanggar Kabupaten Simalungun,


jumlah masyarakat yang berpartisipasi langsung dalam pelaksanaan musrembang
untuk perencanaan kegiatan Bantuan Keuangan Pembangunan Nagori/Kelurahan
(BKPNK) sebanyak 15 orang per nagori/kelurahan, sehingga jumlah keseluruhan
sebanyak 225 orang.

Tabel 3.1.
Distribusi Sampel Penelitian Menurut Nagori/Kelurahan di Kecamatan Dolok Batu
Nanggar Kabupaten Simalungun
Sampel
No

Nagori/Kelurahan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Silenduk
Bah Tobu
Bandar Selamat
Dolok Merangir Satu
Dolok Merangir Dua
Serbelawan
Dolok Ilir Satu
Dolok Mainu
Bahung Kahean
Dolok Ilir Dua
Kahean
Dolok Hataran
Dolok Tenera
Padang Mainu
Bahung Huluan
Jumlah

LMD
5
5
5
4
5
5
2
5
6
5
3
2
7
5
5
69

Tokoh
Masyarakat
4
5
5
5
5
5
5
6
5
5
5
5
5
4
5
74

Masyarakat

Total

4
5
7
5
7
5
5
5
5
7
4
5
8
5
5
82

13
15
17
14
15
15
15
16
16
15
14
15
17
14
15
225

Sumber : Kecamatan Dolok Batu Nanggar Kabupaten Simalungun, 2012


Pengertian sampel yang dimaksud adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti (Sutrisno Hadi, 1993 : 75). Menurut Arikunto (1998 : 109), sampel adalah
sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Pengambilan sampel ini harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat
berfungsi sebagai sampel (contoh).

15

Karena

populasinya

bersifat

homogen

yaitu

peserta

Musrembang

Kecamatan sebanyak 225 orang, maka penarikan sampel dalam penelitian ini
dilakukan dengan teknik yang diberikan Krejcie dan Morgan dalam Wirartha (2005)
dengan rumus :
S

x 2 NP(1 P)
d 2 (N 1) X 2 p(1 p)

Dimana :
S = ukuran sampel
N = ukuran populasi
P = proporsi populasi (0,5)
D = derajad ketelitian
X2 = nilai tabel X2 (3,841)
Berdasarkan rumus diatas, didapat jumlah sampel penelitian ini sebesar 36
pelanggan sebagai unit yang dihitung sebagai berikut :
3,841 . 225 (1 0,5)
S
0,05 (225 1) 3,841 . 0,5 (1 0,5)
3,841 . 112,5
S
11,20 3,841 . 0,25
432,1125
S
12,16205
S = 35,53 (dibulatkan ke atas menjadi 36)

Sesuai dengan penarikan sampel dengan metode Krejcie dan Morgan


tersebut, sampel yang diambil sebanyak 36 peserta musembang sesuai dengan jumlah
populasinya yang ditarik secara acak dengan proporsi sebagai berikut :
No
1
2
3

Klasifikasi
Masyarakat
Tokoh Masyarakat
LMD
JUMLAH

Jumlah

Alokasi Sampel

82
74
69
225

13
12
11
36

Sumber : Hasil Olahan, 2011


3.4. Metode Pengumpulan Data

16

Mengumpulkan data dengan menggunakan penelitian secara langsung


terhadap obyek yang diteliti dan diambil dari hasil pengamatan gejala yang ada dan
dapat menunjang penelitian ini. Instrumen pengumpulan data berupa daftar
pertanyaan yang disusun secara tertulis yang langsung sudah disediakan pilihan
jawabannya dalam bentuk pertanyaan yang tertutup dan terbuka, sudah disiapkan
dulu kemudian dibagikan pada responden.
Daftar pertanyaan tertutup juga ditanyakan langsung kepada informan kunci
yang dipandang layak untuk melengkapi data penelitian, sekaligus untuk melakukan
koreksi silang atas jawaban atas daftar pertanyaan tertutup.
a. Wawancara
Wawancara adalah merupakan percakapan langsung dengan maksud untuk
memperkuat data sekunder yang digunakan dalam penelitian.
b. Studi Dokumen
Studi dokumen adalah penelitian yang dilakukan dengan berkas-berkas yang
berhubungan dengan pembahasan penelitian yang diambil dari beberapa sumber
seperti BPS Kabupaten Simalungun, BPMN, Kantor Camat Dolok Batu Nanggar.
c. Observasi
Observasi atau pengamatan yaitu mengamati obyek yang menjadi sumber data
guna memperoleh gambaran yang nyata.
d. Angket
Angket adalah daftar pertanyaan tertutup yang tersusun sedemikian rupa dengan
pilihan jawabannya sehingga responden hanya memilih jawaban yang sesuai
menurut keadaan yang diketahui.
3.5. Teknik Analisa Data
Teknik Analisa Data yang digunakan untuk menganalisis hasil pengumpulan
data dan penarikan kesimpulan dalam penelitian ini adalah :
a. Analisa Kualitatif
Adalah analisa dengan menggunakan kata-kata dan kalimat untuk menjelaskan
sesuatu hal, bukan dengan perhitungan angka matematis yang bersifat bilangan.
b. Analisa Kuantitatif

17

Adalah analisa yang digunakan terhadap data yang diperoleh dari wawancara
dan daftar pertanyaan yang pembahasannya digunakan teknik statistik deskriptif
dengan metode tabulasi data, karena datanya sudah dikuantifikasi berwujud
angka-angka.
Tahap analisis pada penelitian ini dilakukan setelah kompilasi data setelah
lengkap, angkat yang dirancang dibagi kepada responden, lalu dilakukan tabulasi
data lapangan (primer) dan tahapan selanjutnya menentukan. Untuk mengetahui dan
menganalisis pelaksanaan pemantapan ekonomi masyarakat pedesaan di Kecamatan
Dolok Batu Nanggar Kabupaten Simalungun kaitannya dengan Pengembangan
Wilayah.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Kabupaten Simalungun


Kabupaten Simalungun memiliki luas total sebesar 4.386.60 Km2 atau
sekitar 6,12% dari Luas Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan jumlah penduduk
Kabupaten Simalungun sebanyak 817.720 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk
26 orang per km2. Sebagian besar wilayah Kabupaten Simalungun merupakan
dataran tinggi (67%) dengan ketinggian 2004-1400m, sedangkan lainnya adalah
merupakan dataran rendah (33%), terletak pada posisi 020 360-030 180 Lintang Utara
dan 980 320-990 350 Bujur Timur. Keadaan iklim Kabupaten Simalungun pada
umumnya bertemperatur sedang dengan suhu rata-rata 25,40C, suhu udara tertinggi
pertahun adalah 29,70C dan terendah 20,40C. curah hujan dalam satu tahun rata-rata
terdapat 16 hari perbulan. Kelembaban udara rata-rata perbulan 86,0% dengan
kelembaban tertinggi yaitu 89% dengan penguapan rata-rata 3,03 mm/had.
Kabupaten Simalungun berbatasan dengan 7 Kabupaten tetangga, yaitu :

18

Sebelah Utara berbasan dengan Kabupaten Serdang Bedage dan Deli Serdang
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karo
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Batubara dan Asahan
Ditengah Kota Pematangsiantar
4.2. Gambaran Umum Kecamatan Dolok Batu Nanggar
Wilayah Kecamatan Dolok Batu Nanggar mempunyai luas 135,30 km 2

terletak pada ketinggian 250 meter diatas permukaan laut. Batas-batas wilayah
Kecamatan Dolok Batu Nanggar adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara

: Kecamatan Bandar

Sebelah Selatan

: Kecamatan Siantar

Sebelah Barat

: Kecamatan Tapian Dolok

Sebelah Timur

: Kecamatan Pematang Bandar

Tabel 4.1
Luas Nagori dan Jumlah Penduduk Menurut Nagori
Di Kecamatan Dolok Batu Nanggar
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Nagori

Luas
Silenduk
9,26
Bah Tobu
13,34
Bandar Selamat
8,30
Dolok Merangir Satu
14,60
Dolok Merangir Dua
11,75
Serbelawan
5,10
Dolok Ilir Satu
7,00
Dolok Mainu
4,22
Bahung Kahean
5,15
Dolok Ilir Dua
9,18
Kahean
6,44
Dolok Hataran
7,93
Dolok Tenera
5,25
Padang Mainu
8,78
Bahung Huluan
19,00
Jumlah
122,16
Sumber : Kantor Camat Dolok Batu Nanggar, 2012

Penduduk
2.276
2.843
2.432
4.001
624
10.113
3.653
2.278
1.217
850
2.037
2.624
1.756
1.766
1.242
39.712

19

Bantuan keuangan untuk pembangunan nagori dan kelurahan (BKPN/K)


dilatarbelakangi oleh keinginan pemerintah daerah untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam menghadapi perubahan sosial serta untuk meningkatkan pelayanan
terhadap masyarakat. Adapun tujuan dari program BKPN/K ini adalah :
1. Meningkatkan sarana dan pelayanan masyrakat pada tingkat nagori/
kelurahan dalam rangka pengembangan kegiatan sosial ekonomi.
2. Mendorong dan meningkatkan swadaya gotong royong demi menumbuhkan
kreatifitas dan aktifitas masyarakat dalam pembangunan nagori/kelurahan
dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada secara optimal dan lestari.
3. Meningkatkan fungsi dan peranan kelembagaan masyarakat di desa yang
mencakup LPMN/K, Maujana Nagori dan lembaga masyarakat lainnya
untuk mencapai pemberdayaan masyarakat.
4. Meningkatkan kemampuan lembaga pengelolaan keuangan dan lembaga
usaha milik masyarakat dalam rangka meningkatkan produksi pertanian
meliputi perikanan, peternakan, perkebunan dan home industry untuk
meningkatkan

pendapatan

masyarakat

sebagai

subyek

dan

obyek

pembangunan.
Besarnya dana Bantuan Keuangan untuk pembangunan nagori/Kelurahan
yang dialokasikan kepada setiap nagori/kelurahan setiap tahun berbeda-beda. Secara
umum dana bantuan tersebut digunakan untuk kegiatan :
A. Bantuan biaya pembangunan nagori/kelurahan sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan hasil musyawarah seperti :
a. Prasarana/Sarana Perhubungan
b. Prasarana/Sarana Sosial
c. Prasarana/Sarana Penunjang Ekonomi Masyarakat dan Produksi
d. Prasarana/Sarana Pemasaran
B. Bantuan biaya pembangunan nagori/kelurahan untuk kegiatan PKK, pembinaan
anak dan remaja.
C. Bantuan biaya pembangunan nagori/kelurahan untuk biaya operasional pembinaan
bantuan keuangan yang dikelola oleh Pangulu/Lurah dan untuk pengadaan sarana
20

penunjang kegiatan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Nagori/Kelurahan


(LPMN/K).

4.3. Hasil Penelitian


Berikut ini diberikan gambaran tentang data yang diperoleh dari hasil
kuisioner yang disebar yang berhubungan dengan kuesioner penelitian yang
merupakan data yang akan dikuantitatifkan, yang dikumpulkan melalui pengisian
formulir angket oleh 36 orang responden.
a. Identitas Responden
Untuk mengidentifikasi karakteristik responden, ada 3 (tiga) pertanyaan
dalam kuesioner yang disampaikan kepada responden untuk dijawab. Sambil
responden mengisi kuesioner, peneliti juga melakukan wawancara untuk
mendapatkan informasi tambahan yang diperlukan dalam penelitian ini.
Setelah jawaban responden dikumpulkan, maka diperoleh data tentang
klasifikasi responden menurut jenis kelamin, tingkat pendidikan dan umur yang
disajikan dalam tabel sebagaimana terlihat di bawah ini :
Tabel 4.2.
Klasifikasi Responden Menurut Jenis Kelamin
No

Jenis Kelamin

Jumlah

Persentase

Laki-laki

25

69,44

Perempuan

11

30,56

36

100

Jumlah
Sumber : Hasil Kuesioner, 2012

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa berdasarkan jenis kelamin,


responden laki-laki sebanyak 25 orang (69,44%), sedangkan responden
perempuan ada sebanyak 11 orang (30,56%).

21

Tabel 4.3.
Klasifikasi Responden Menurut Tingkat Pendidikan
No

Jenis Kelamin

Jumlah

Persentase

SD

11,11

SLTP

13

36,11

SLTA

10

27,78

Diploma/ Sarjana

22,22

S2 / S3

2,78

Jumlah
36
100
Sumber : Hasil Kuesioner, 2012
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang berpendidikan SD
4 orang (11,11%) yang turut menjadi sampel penelitian, SLTP 13 orang (36,11%)
yang

berpendidikan

SLTA 10

orang

(27,78%)

sedangkan

responden

berpendidikan diploma/sarjana ada sebanyak 8 orang (22,22%), sedangkan yang


berpendidikan S2 dan S3 sebanyak 1 orang (2,78%).
b. Jawaban Responden
Sebelum tiba dijelaskan hasil penelitian berupa jawaban responden
tentang

pembinaan

Pengembangan

Ekonomi

Masyarakat

Pedesaan

di

Kecamatan Dolok Batu Nanggar Kabupaten Simalungun. Berikut ini, diberikan


gambaran tentang data yang diperoleh dari hasil kuisioner yang disebar yang
berhubungan dengan masalah penelitian yang merupakan data yang akan
dianalisis secara statistic deskriftif, yang dikumpulkan melalui pengisian
formulir kuesioner oleh 36 responden di lapangan.

Tabel 4.7.
Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Perumus atau Penyusun Perencanaan
Pembangunan, Pembinaan Ekonomi Masyarakat Pedesaan hanya terbatas pada
Instansi-instansi Pemerintah saja
Pilihan

Jawaban Responden

Jumlah

Persentase

22

Tidak pernah

11

30,56

Kadang-kadang

16

44,44

Pernah

16,67

Sering

8,33

Sering sekali

Jumlah
36
100
Sumber : Hasil Kuesioner, 2012
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jawaban responden yang tidak
pernah bahwa Perumus atau penyusun perencanaan pembangunan, pembinaan
ekonomi masyarakat pedesaan hanya terbatas pada instansi-instansi pemerintah
saja sebanyak 7 orang (17,94%), kadang-kadang sebanyak 15 orang (38,46%),
pernah sebanyak 11 orang (28,21%), sering sebanyak 5 orang (12,82%)
sedangkan responden yang mengatakan sering sekali tidak ada.
Tabel 4.7.
Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Pendekatan Perencanaan Partisipasif
Pembinaan Ekonomi Masyarakat Pedesaan di Tingkat Desa/Nagori
tidak berkelanjutan dan tidak bersambung ke tingkat
perencanaan pembangunan diatasnya
Pilihan

Jawaban Responden

Jumlah

Persentase

Tidak pernah

11

30,56

Kadang-kadang

16

44,44

Pernah

16,67

Sering

8,33

Sering sekali

Jumlah
36
100
Sumber : Hasil Kuesioner, 2012
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jawaban responden yang tidak
pernah bahwa Mengenai Pendekatan Perencanaan Partisipasif Pembinaan
Ekonomi Masyarakat Pedesaan di Tingkat Desa/Nagori tidak berkelanjutan dan
tidak bersambung ke tingkat perencanaan pembangunan diatasnya sebanyak 1
orang (2,78%), kadang-kadang sebanyak 4 orang (11,11%), pernah sebanyak 10
23

orang (27,78%), sering sebanyak 9 orang (25,00%) sedangkan responden yang


mengatakan sering sekali sebanyak 12 orang (33,33%).
Tabel 4.9.
Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Selalu Adanya Dialog Yang Efektif
Antara Para Pelaku Pembangunan Dalam Pembinaan
Ekonomi Masyarakat Pedesaan
Pilihan

Jawaban Responden

Jumlah

Persentase

Sangat sering

25,00

Sering

25,00

Pernah

13

36,11

Kadang-kadang

8,33

Tidak pernah

5,56

Jumlah
36
100
Sumber : Hasil Kuesioner, 2012
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jawaban responden yang sangat
sering bahwa Adanya Dialog Yang Efektif Antara Para Pelaku Pembangunan
Dalam Pembinaan Ekonomi Masyarakat Pedesaan sebanyak 9 orang (25,00%),
sering sebanyak 9 orang (25,00%), pernah sebanyak 13 orang (36,11%), kadangkadang sebanyak 3 orang (8,33%), sedangkan responden yang mengatakan
sangat tidak pernah ada sebanyak 2 orang (5,56%).

Tabel 4.10.
Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Selalu Akurat dan Validnya Data
Yang Tersedia untuk Pembuatan Kebijakan dan Perencanaan
Pembinaan Ekonomi Masyarakat Pedesaan
Pilihan

Jawaban Responden

Jumlah

Persentase

Sangat sering

11,11

Sering

13,89

Pernah

13

36,11

Kadang-kadang

22,22

Tidak pernah

16,67

24

Jumlah
36
100
Sumber : Hasil Kuesioner, 2012
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jawaban responden yang sangat
sering bahwa Selalu Akurat dan Validnya Data Yang Tersedia untuk Pembuatan
Kebijakan dan Perencanaan Pembinaan Ekonomi Masyarakat Pedesaan
sebanyak 4 orang (11,11%), sering sebanyak 5 orang (13,89%), pernah sebanyak
13 orang (36,11%), kadang-kadang sebanyak 8 orang (16,67%), sedangkan
responden yang mengatakan sangat tidak pernah ada sebanyak 6 orang
(16,67%).

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian analisis diatas dapat disimpulkan bahwa Pelaksanaan
Pembinaan Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan secara statistik masih
berada pada klasifikasi sedang atau menengah.
Kesimpulan penelitian ini terbatas pada asumsi-asumsi sebagai berikut :
1. Tahun penelitian dilakukan adalah tahun 2012
2. Penelitian dilakukan dengan mengambil responden sebanyak 36 orang yang
terklasifikasi sebagai LMD, Tokoh Masyarakat dan Masyarakat.
3. Penelitian ini dilakukan dengan objek Pelaksanaan Pembinaan
Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan.
25

4. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Dolok Batu Nanggar Kabupaten


Simalungun.
Kualitas pelaksanaan Pelaksanaan Pembinaan Pengembangan Ekonomi
Masyarakat Pedesaan berdampak pada aspek kesejahteraan masyarakat didukung
oleh data angka rata-rata pendapatan perkapita yang terus meningkat dari tahun
2006 2010 di Kecamatan Dolok Batu Nanggar.

2. Saran
Berdasarkan hasil perhitungan statistik diketahui bahwa tingkat perbaikan
Pelaksanaan Pembinaan Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan di
Kecamatan Dolok Batu Nanggar pada kategori partisipasi cukup atau sedang
yang berarti masih perlu ditingkatkan lagi pada masa mendatang.
Hasil penelitian tersebut belum maksimal, berarti baik Pemerintahan
Nagori, Kelurahan, Pemerintahan Kecamatan Dolok Batu Nanggar dan Pemerintah
Kabupaten Simalungun melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat Nagori masih
perlu berbenah dengan membuat kebijakan yang terencana dalam pengelolaan
Pelaksanaan Pembinaan Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan di
Kecamatan Dolok Batu Nanggar.
Dari jawaban responden terhadap pertanyaan dalam angket terbuka,
ditambah hasil wawancara dengan informan dari Badan Pemberdayaan Masyarakat
Nagori Kabupaten Simalungun bahwa jawaban mereka terpola pada saran agar
Pemerintah Kabupaten Simalungun melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat
Nagori lebih tanggap pada hal-hal berikut :
1) Terus menumbuhkan Partisipasi masyarakat dalam perencanaan.
2) Kebutuhan kepentingan lokal lebih dapat teridentifikasi dan terakomodasi.
3) Pelaksanaan Pemberdayaan SDM.
4) Pelaksanaan Pemberdayaan Sosial Budaya.

26

Anda mungkin juga menyukai