0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
67 tayangan73 halaman
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Dokumen tersebut merupakan edisi Jurnal Pekommas Volume 15 Nomor 3 Desember 2012 yang memuat 7 makalah penelitian tentang implementasi kebijakan, sistem penerimaan siswa baru, e-government, netralitas media, penggunaan telekomunikasi di daerah tertinggal, pengelompokan potensi daerah, dan sistem komunikasi berbasis web. Jurnal ini diterbitkan oleh Balai Besar Pengkaj
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Dokumen tersebut merupakan edisi Jurnal Pekommas Volume 15 Nomor 3 Desember 2012 yang memuat 7 makalah penelitian tentang implementasi kebijakan, sistem penerimaan siswa baru, e-government, netralitas media, penggunaan telekomunikasi di daerah tertinggal, pengelompokan potensi daerah, dan sistem komunikasi berbasis web. Jurnal ini diterbitkan oleh Balai Besar Pengkaj
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Dokumen tersebut merupakan edisi Jurnal Pekommas Volume 15 Nomor 3 Desember 2012 yang memuat 7 makalah penelitian tentang implementasi kebijakan, sistem penerimaan siswa baru, e-government, netralitas media, penggunaan telekomunikasi di daerah tertinggal, pengelompokan potensi daerah, dan sistem komunikasi berbasis web. Jurnal ini diterbitkan oleh Balai Besar Pengkaj
Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika - Makassar Kementerian Komunikasi dan Informatika RI Volume 15 Nomor 3 - Desember 2012 Jurnal PEKOMMAS Vol.15 No.3 Hal. 123-186 Makassar, Desember 2012 ISSN:1411-0385 JURNAL PEKOMMAS Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Makassar Jl. Prof. Abdurahman Basalama II No 25 Makassar Telp. 0411-4660370 Fax. 0411-466048 jurnal.pekommas@mail.kominfo.go.id PENGARAH Aizirman Djusan, M.Sc. Econ Kepala Badan Litbang SDM Kementerian Komunikasi dan Informatika RI Ir. H. Ruslan Harun, MM Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Makassar PEMIMPIN REDAKSI Drs. H. Syarifuddin, M.Si PENYUNTING Drs. Baso Saleh, M.I.Kom Emilsyah Nur, S.Sos, M.I.Kom Dra. Rachmawaty Djafar, M.Si Drs. Baharuddin Dollah, M.I.Kom MITRA BESTARI Prof. Dr. Hafed Cangara, M.Sc Dr. Iqbal Sultan, M.Si Dr. Muh. Akbar, M.Si Dr. Muh. Nadjib Dr. Ir. Zulfajri Basri Hasanuddin, M.Eng Irfan Syamsuddin, ST, M.Com, PhD DESAIN GRAFIS Solehuddin Hasdin Firdaus Masyhur, S.Kom REDAKTUR PELAKSANA Drs. Rukman Pala, MAP Dra. Rohana M i DAFTAR ISI JURNAL PEKOMMAS Volume. 15 No. 3, Desember 2012 Daftar Isi i Editorial ii Kumpulan Abstrak iii Implementasi Kebijakan Desa Berdering di Nusa Tenggara Timur Baso Saleh 123-130 Kebijakan Sistem Penerimaan Siswa Baru Melalui Media Online Baharuddin Dollah 131-138 Implementasi e-Government Dalam Peningkatan Layanan Masyarakat di Provinsi Sulawesi Tenggara Rachmawaty Djaffar 139-148 Netralitas Media Cetak Dalam Pemberitaan Kandidat Gubernur Sulawesi Selatan Tahun 2013 Rukman Pala 149-158 Penggunaan Telepon Selular, Komputer dan Internet oleh Masyarakat di Daerah Tertinggal Christiany Juditha 159-168 Pengelompokan Potensi Daerah di Bidang Komunikasi dan Informatika Menggunakan Principal Component Analysis dan Self Organizing Map Mukhlis Amin 169-176 Sistem Komunikasi Berbasis Aplikasi Web Pada Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) Kabupaten Gowa Firdaus Masyhur & Syabudin 177-186 ii EDITORIAL Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa PEKOMMAS Volume 15 No. 3, Desember 2012 Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan karunia-Nya penerbitan Jurnal Pekommas Volume 15 No. 3 - Desember tahun 2012 dapat dilaksanakan dengan baik. Tema yang diangkat pada volume sebelumnya adalah komunikasi dan media massa, dan pada Jurnal Pekommas mulai volume 15 ini temanya adalah komunikasi, informatika dan media massa. Jurnal Pekommas edisi ini membahas tentang Implementasi Kebijakan Desa Berdering di Nusa Tenggara Timur, Kebijakan Sistem Penerimaan Siswa Baru Melalui Media Online di Provinsi Jawa Timur, Implementasi e-Government Dalam Peningkatan Layanan Masyarakat di Provinsi Sulawesi Tenggara, Netralitas Media Cetak Dalam Pemberitaan Kandidat Gubernur Sulawesi Selatan Tahun 2013, Penggunaan Telepon Selular, Komputer dan Internet oleh Masyarakat di Daerah Tertinggal, Pengelompokan Potensi Daerah di Bidang Komunikasi dan Informatika Menggunakan Principal Component Analysis dan Self Organizing Map, dan Sistem Komunikasi Berbasis Aplikasi Web Pada Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) Kabupaten Gowa. Jurnal Pekommas ini bertujuan untuk memasyarakatkan hasil penelitian/kajian/telaahan yang dilaksanakan tenaga fungsional peneliti, akademisi, serta pemerhati informatika dan komunikasi. Dengan hadirnya jurnal ini, diharapkan publikasi karya ilmiah akan semakin baik seiring dengan meningkatnya kualitas jurnal ini. Dari segi teknis penerbitan, jurnal ini telah mengikuti standar baku yang direkomendasikan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) maupun standar internasional seperti IEEE untuk masing-masing tulisan. Kehadiran Jurnal Pekommas ini diharapkan tulisan yang dimuat akan mempunyai nilai lebih dalam penilaian jabatan fungsional peneliti. Jurnal ini juga diharapkan dapat menarik perhatian dan minat pembaca baik dari kalangan peneliti, akademisi, maupun pemerhati komunikasi, informatika dan media massa untuk berpartisipasi dan mengirimkan tulisannya kepada redaksi jurnal. Redaksi juga terbuka menerima kritik, saran dan masukan dalam rangka menjaga dan meningkatkan kualitas jurnal ini. Redaksi Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa - PEKOMMAS Volume 15 No. 2 Agustus 2012 iii KUMPULAN ABSTRAK JURNAL PEKOMMAS Volume. 15 No. 3, Desember 2012 Implementasi Kebijakan Desa Berdering di Nusa Tenggara Timur Policy Implementation Of Desa Berdering in East Nusa Tenggara Baso Saleh Abstrak Implementasi jauh lebih penting dari ke- bijakan itu sendiri. Karena itulah sehingga studi imple- mentasi kebijakan semakin banyak dilakukan untuk mengetahui seberapa efektif suatu kebijakan diimple- mentasikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mendeskripsikan implementasi kebijakan Kementeri- an Kominfo yaitu Program Desa Berdering di Kabu- paten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini dilaksanakan dengan pendeka- tan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fasilitas telepon pedesaan (Program Desa Berdering) pada dasarnya penting dan dibutuhkan masyarakat di wilayah pedesaan. Hanya saja masih banyak kendala sehingga program ini belum terimplementasi dengan baik, diantaranya kurangnya pelibatan pemerintah dae- rah setempat. Akibatnya Pemerintah daerah cenderung lepas tangan terhadap program tersebut. Data obser- vasi lapangan menunjukkan bahwa dari 19 lokasi pro- gram desa berdering 63,16% lokasi yang fasiltas tele- ponnya dapat berfungsi dengan baik. Hanya 36,84% lokasi yang tidak bisa berfungsi karena ada salah satu perangkatnya yang rusak. Terkait dengan hasil pene- litian ini, maka yang paling penting dilakukan guna mengoptimalkan implementasi Program Desa Berder- ing adalah berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah setempat. Termasuk dalam hal ini, memberi kewenan- gan yang luas bagi pemerintah daerah untuk menfasili- tasi dan mengkoordinasikan pelaksanaan Program Desa Berdering di wilayahnya. Kata kunci : desa berdering, implementasi, kebijakan Abstract Implementation is more important than the policy. Thats why the study of policy implementation needs to be done to determine how effective a policy has been implemented. This study aims to determine the policy of the Ministry of Communications and In- formatics that is the implementation of the Rings Vil- lage Program in Timor Tengah regency of East Nusa Tenggara province. This study was conducted with a qualitative approach. The results showed that rural telephone facilities (Desa Berdering Program) is basi- cally important and needed by the people in the rural areas. Its just that there are still many obstacles that the program has not been implemented properly, including the lack of involvement of the local government. As a result, local governments tend to be hands off to the program. Field observation data indicates that from 19 sites of Desa Berdering, 63.16% location of telephony facilities to function properly. Only 36.84% location become not working because there is one device that is damaged. Related to these results, it is most important to do in order to optimize the implementation of the Desa Berdering Program is coordinating with the local government. Included, gives broad authority for local governments to facilitate and coordinate the implemen- tation of the Desa Berdering in the region. Key words : desa berdering, implementation, policy Kebijakan Sistem Penerimaan Siswa Baru Melalui Media Online New Student Admission System Policy Through Online Media Baharuddin Dollah Abstrak Riset ini bertujuan untuk mengetahui (1) implementasi (pelaksanaan) kebijakan pemerintah ter- hadap sistem Penerimaan Siswa Baru (PSB) melalui media online di Provinsi Jawa Timur dan (2) dampak kebijakan pemerintah terhadap sistem Penerimaan Siswa Baru (PSB) melalui media online (3) keterse- diaan infrastruktur dan Sumber Daya Manusia yang ada dalam menunjang pelaksanaan sistem PSB melalui media online, Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Pemerintahan Provinsi Jawa Timur. Metode yang di- gunakan adalah survei lapangan dengan menggunakan koesioner sebagai bahan wawancara mendalam kepa- da 220 orang terdiri dari berbagai kalangan sebagai in- forman kunci. Lokasi riset ini ditetapkan 10 kabupaten/ kota dalam wilayah Provinsi Jawa Timur, secara sam- pel. Terknik analisa data yang digunakan terdiri dari Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Makassar Kumpulan Abstrak ... iv Implementasi e-Government Dalam Peningkatan Layanan Masyarakat di Provinsi Sulawesi Tenggara e-Government Implementation on Public Service Improvement in Southeast Sulawesi Rachmawaty Djaffar Abstrak Penelitian ini bertujuan mengetahui imple- mentasi e-Government dalam peningkatan layanan ma- syarakat meliputi Aspek kelembagaan, Sumber Daya Manusia, Infrastruktur, danTingkat e-literasi pejabat struktural. Penelitian ini menggunakan dua pendeka- tan (mixed methods) yaitu pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Populasi penelitian pejabat ekse- kutif dan legislatif. Penentuan responden secara pur- posif yaitu penelitian eksplorasi (Explorative Study), yang terdiri dari pengelola e-government dan anggota legislatif sebagai informan dan pejabat struktural se- bagai responden. Hasil penelitian menunjukkan dari dua pemerintahan provinsi dan kota dari aspek orga- nisasi pemerintahan masih menggunakan nomenklatur lama yakni Pengelola Data Elektronik (PDE), Visi dan misi pengelola PDE kurang sesuai dan kurang mencer- minkan pengembangan e-government, infrastruktur dan jaringan telah ada dengan sistem koneksi Tel- komnet Instant Speedy dengan menggunakan wireless LAN/SAT, dan Pemprov menyediakan community ac- ces point untuk akses publik , Untuk infrastruktur da- tabase Pemprov Sultra telah memiliki website, sedang- kan literasi pejabat struktural 30,7% tdk menggunakan komputer dan 23,8 % tidak menggunakan internet, adanya dukungan anggaran, penyediaan infrastruktur dan peningkatan SDM dari lembaga eksekutif. Kata kunci : e-Government,TIK, dan Implementasi. Abstract The research was amed to determine the implementation e-Government of to public service de- velopment on institutional aspect , human resources, and infrastructure aspects, as well as the literacy levels of the offcers. It used mixed methods, quantitative and qualitative. The populations were the executive and legislative offcers. The determination of those types of respondents was conducted purposively in accordance with the nature of explorative study. The informants will be the managersof e-government andthe legisla- tives, while the executiveswould be respondents. The result of this research shows that Province of South East Sulawesi and Kendari as the capital city were us- ing the old nomenclatures, Pengelola Data Elektronik (PDE)/ Electronic Data Manager whereas the vision and mission of PDE did not support e-Government development. Nevertheless, found that Infrastructures and internet connection networks has been available, such as internet connection of Telkomnet instan speed and Community access points for public those provided by the government. Province of South East Sulawesi has also built their offcial website. Also found that the e-literacy level of the offcers as follows: 30.7% did not use computer, and 23.8% did not use computer. The executives has support the e-government implementa- tion by providing budget, infrastructures, and human resources development. Key words : e-Government, ICT, implementation Netralitas Media Cetak Dalam Pemberitaan Kandidat Gubernur Sulawesi Selatan Tahun 2013 Neutrality of Media Print News about Candidate of South Sulawesis Governor 2013 Rukman Pala tiga komponen, yakni: 1. reduksi data, 2. Penyajian data 3, penarikan dan pengujian kesimpulan. Hasil riset menunjukkan bahwa (1) implementasi (pelaksanaan) kebijakan pemerintah terhadap sistem PSB melalui media online telah berjalan sesuai perencaan yang ada, (2) dampak dari kebijakan tersebut berdampak positif, lebih efesien, efektif, dan transparan (3) ketersediaan infrastrukur dan SDM yang ada belum sepenuhnya menunjang pelaksanaan kebijakan pemerintah tersebut. Kata kunci : kebijakan, media online, penerimaan siswa baru Abstract This research aims to determine (1) imple- mentation government policy towards New Student Ad- mission (NSA) systems via online media in East Java province, and (2) the impact of government policies on New Student Admission systems via online media (3) the availability of infrastructure and human resources available to support implementation of the NSA system through online media, research was conducted in the East Java Provincial Government. The method used is a feld survey using in-depth interviews koestioner as material to 220 people consisting of various circles as key informants. What research is set 10 districts / cities in East Java Province, in the sample. Analysis tech- nique of the data used consists of three components, namely: 1. data reduction, 2. Presentation of data 3, drawing and testing conclusions. Research results in- dicate that (1) implementation (execution) of govern- ment policy towards New Student Admission system via online media has aligned the existing planning, (2) the impact of the policy had a positive impact, more ef- fcient, effective, and transparent (3) the availability of infrastructure and human resources does not fully sup- port the implementation of government policy. Key words : new students, online media, policy Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa - PEKOMMAS Volume 15 No. 2 Agustus 2012 v Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapat masyarakat tentang netralitas media cetak khususnya surat kabar harian Fajar, Tribun Timur, dan Seputar Indonesia terkait dengan pemberitaan seputar kandidat gubernur Sulawesi selatan. Pendekatan yang digunakan penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif untuk mendeskripsikan prosentase kenetralan pemberitaan baik pada kategori berita utama maupun kategori berita biasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga media cetak cenderung netral pada pemberitaannya terkait kandidat gubernur Sulawesi Selatan karena lebih dari 60% responden menjawab netral. Temuan penelitian mendeskripsikan bahwa dari ketiga surat kabar harian, harian Fajar prosentasenya 83,3% , sedang surat kabar harian Tribun Timur dan Seputar Indenesai hanya 75% dan 68,3%. Kata kunci : kandidat Gubernur, media cetak, netralitas Abstract This study aims to determine public opin- ion about the neutrality of the print media particularly dayly newspaper such as Harian Fajar, Tribun Timur and Seputar Indonesia with news about South Sulawesi gubernatorial candidate. The approach of this research is a quantitative approach to describe the percentage of neutrality news headlines in both categories as well as regular news category. The results showed that all three print media tend to be neutral in its news related South Sulawesi gubernatorial candidate because more than 60% of respondents answered neutral. The studys fndings describe that of the three daily newspapers, Harian Fajar percentage is 83.3%, while Tribun Timur and Seputar Indonesia only 75% and 68.3%. Key words : Governor candidate, neutrality, print me- dia Penggunaan Telepon Selular, Komputer dan Internet oleh Masyarakat di Daerah Tertinggal Use of Mobile Phones, Computers, and Internet by Disadvantaged Communities Christiany Juditha Abstrak Penggunaan teknologi informasi dan ko- munikasi bukan lain hal yang asing di kota-kota besar, namun tidak demikian dengan wilayah-wilayah terpen- cil dan tertinggal. Daerah tertinggal seperti Nusa Teng- gara Timur merupakan wilayah yang kurang berkem- bang dan penduduknya relatif tertinggal dibandingkan daerah lain dalam skala nasional. Akses untuk meman- faatkan teknologi informasi dan komunikasi pun rela- tif minim, karena terbatasnya sarana serta infratruktur yang memadai sehingga terjadi kesenjangan digital. Upaya melakukan pemetaan penggunaan TIK (telepon selular, komputer dan internet) di propinsi NTT, diang- gap penting sebagai bahan evaluasi untuk pengemban- gan daerah sejenis dimasa mendatang. Hasil penelitian menggambarkan bahwa telepon selular yang paling banyak dimiliki responden dan hanya digunakan seb- agai media komunikasi (menelepon/menerima telepon serta mengirim/menerima SMS). Responden juga be- rada pada tahap early adopter atau perintis menerima atau menggunakan teknologi telepon selular. Sedang- kan penggunaan komputer dan internet masih sangat minim dan terbatas oleh kalangan pekerja dan pelajar/ mahasiswa saja. Ini karena tuntutan pekerjaan dan pen- didikan responden yang menuntut mereka menggunak- an komputer dan internet tersebut untuk mengetik, ser- ta mencari informasi. Masyarakat umum yang dalam penelitian kebanyakan bekerja sebagai petani/nelayan hampir seluruhnya belum memanfaatkan komputer dan internet. Untuk kedua teknologi ini responden berada pada tahap late majority atau pengikut akhir, ini ditan- dai dengan sangat minimnya responden yang menggu- nakan kedua teknologi tersebut. Kata kunci : daerah tertinggal, internet, komputer, telepon seluler, TIK Abstract The use of information and communication technology is not a stranger in the other big cities, but not so with the outlying areas and lagging. Developed areas such as the East Nusa Tenggara is less developed regions and the population relatively low compared to other areas on a national scale. Access to harness in- formation and communication technologies were rela- tively low, due to lack of adequate facilities and infra- structure resulting digital divide. Efforts to map the use of ICTs (mobile phones, computers and the internet) in the province of NTT, considered essential to evaluate candidates for the future development of similar areas. The results illustrate that mobile phones are the most widely owned by respondents and only used as a me- dium of communication (call / receive calls and send / receive SMS). Respondents also were at the stage of early adopter or pioneer receiving or using mobile phone technology. While the use of computers and the internet is still very low and limited by the workers and students or students only. This is because of the de- mands of work and education of respondents claim they use of computers and the internet to type, and search for information. The general public in the study mostly work as farmers / fshermen almost entirely do not use computers and the internet. For both technologies the respondents are in the late stages of majority or follow- er end, is characterized by the very lack of respondents who use both technologies. Key words : disadvantaged areas, internet, computers, cell phones, ICT Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Makassar Kumpulan Abstrak ... vi Pengelompokan Potensi Daerah di Bidang Komunikasi dan Informatika Menggunakan Principal Component Analysis dan Self Organizing Map Clustering Regional Potential in Communication and Informatics Field Using Principal Component Analysis and Self Organizing Map Mukhlis Amin Abstrak Membangun sistem komunikasi dan infor- matika yang efektif dan efsien bukan hal yang mudah dan murah, akan tetapi jika sistem komunikasi dan informatika telah terbangun dengan baik, maka akan menjadi sebuah modal yang sangat berharga dan men- jadi penopang yang penting dan strategis bagi upaya meningkatkan investasi daerah. Pendataan potensi daerah seyogyanya dapat menjadi acuan pemerintah dalam mengembangkan potensi daerahnya. Demikian halnya dengan potensi di bidang Komunikasi dan In- formatika. Untuk melihat peta potensi daerah dan me- lihat perbandingannya dengan potensi daerah lainnya dapat dilakukan dengan melakukan pengelompokan (clustering). Salah satu metode untuk melakukan pen- gelompokan adalah dengan algoritma Self Organizing Map (SOM). Penelitian ini melakukan pengelompokan potensi daerah Sulawesi Selatan di bidang komunikasi dan informatika dengan menggunakan algoritma SOM yang dipadukan dengan algoritma Principal Com- ponent Analysis (PCA). Sistem pengelompokan ini dibangun dengan Matlab. Pengelompokan dipetakan dalam 4 dan 9 cluster. Hasil percobaan menunjukkan bahwa Kota Makassar selalu berada pada kelompok tunggal yang berarti potensi Kota Makassar di bidang komunikasi dan informatika jauh lebih unggul diband- ing daerah-daerah lainnya di Sulawesi Selatan. Kata kunci : komunikasi dan informatika, principal component analysis, self organizing map, Sulawesi Selatan Abstract Build an effective and effcient communi- cation and informatics system is not easy and cheap, but if the information and communication system has been developed well, it will be a very valuable asset and became the importance and strategic backbone as efforts to increase local investment. Documenting the potential of the area should be a reference for the gov- ernment in developing the potential of the region, like- wise the potential in the feld of Communication and Information. To view the potential of the district and to see the comparison with other district potential can be done by clustering. One method to perform cluster- ing is the Self Organizing Map (SOM) algorithm. This research clustering the district potential of South Su- lawesi in the feld of communication and informatics using SOM algorithms and combined with Principal Component Analysis (PCA) algorithms. This system is built with Matlab. Grouping mapped in 4 and 9 clus- ters. The experimental results show that the city of Makassar always be in a single group, which means the potential of Makassar in the feld of communication and information technology vastly superior to other re- gions in South Sulawesi. Key words : information and communication, princi- pal component analysis, self organizing map, Shout Sulawesi Sistem Komunikasi Berbasis Aplikasi Web Pada Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) Kabupaten Gowa Communication Systems-Based Web Applications in Group Information Society (KIM) Gowa Firdaus Masyhur & Syahbudin Abstrak Pertukaran informasi atau cara berkomu- nikasi melalui internet adalah cara baru sebagai lom- patan teknologi yang menempatkan manusia berada pada tempat berbeda dalam waktu yang bersamaan. Semua ini dapat dilakukan oleh kemampuan internet dengan aplikasi berbasis web. Fenomena ini paradoks dengan layanan yang ditawarkan dalam media tersebut, yang berfungsi untuk mengirim, menyampaikan atau menerima data bagi penggunanya (user) baik itu data teks, gambar (image) maupun data video. Oleh karena itu, dukungan pengolahan dan penyimpanan informasi dan data yang bersumber dari aktivitas masyarakat se- tempat sangat dibutuhkan. Penelitian ini adalah peneli- tian studi kasus (study case research) untuk merancang sistem komunikasi berbasis web pada Kelompok Infor- masi Masyarakat (KIM) di Kabupaten Gowa yang di- arancang dengan menggunakan bahasa PHP dan AJAX. Hasil penelitian ini adalah aplikasi berbasis web yang dapat diakses oleh anggota KIM pada wilayah Kabu- paten Gowa. Pada pengolahan dan penyajian data atau informasi inilah maka akan tercipta suatu sistem komu- nikasi. Sistem komunikasi tersebut hendaknya bersifat realtime dan mudah diakses oleh anggota KIM. Kata kunci : Aplikasi web, Kelompok Informasi Masyarakat (KIM), Sistem Komunikasi Abstract The exchange of information or how to communicate through the Internet is a new way as a technological leap that puts people are at different places at the same time. All this can be done by in- ternet capabilities with web-based applications. This phenomenon is paradoxical to the services offered in the media, which serves to transmit, submit or receive data to the user either text, pictures (image) as well as Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa - PEKOMMAS Volume 15 No. 2 Agustus 2012 vii video data. Therefore, support for the processing and storage of information and data sourced from the local community activity is needed. This research is a case study to design a web-based communication system at the Public Information Group (KIM) in Gowa who di- arancang using PHP and AJAX. The results of this re- search is a web-based application that can be accessed by members of KIM in Gowa regency. In the processing and presentation of data or information is it will create a system of communication. The communication system should be realtime and is easily accessible by members of KIM. Key words : Web Applications, Information Society Group, Communication system Volume 15 No. 3 - Desember 2012 Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa - PEKOMMAS 123 Implementasi Kebijakan Desa Berdering di Nusa Tenggara Timur Policy Implementation of Desa Berdering in East Nusa Tenggara BASO SALEH Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Makassar Jl. Prof. Abdurahman Basalama II No. 25 Makassar Telp. 0411 4660370 Fax. 0411-4660084 baso.saleh@kominfo.go.id Naskah diterima: 5 November 2012 || Naskah disetujui: 22 November 2012 Abstrak Implementasi jauh lebih penting dari kebijakan itu sendiri. Karena itulah sehingga studi implementasi kebijakan semakin banyak dilakukan untuk mengetahui seberapa efektif suatu kebi- jakan diimplementasikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mendeskripsikan implementasi kebijakan Kementerian Kominfo yaitu Program Desa Berdering di Kabupaten Timor Tengah Sela- tan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fasilitas telepon pedesaan (Program Desa Berdering) pada dasarnya penting dan dibutuhkan masyarakat di wilayah pedesaan. Hanya saja masih banyak kendala sehing- ga program ini belum terimplementasi dengan baik, diantaranya kurangnya pelibatan pemerintah daerah setempat. Akibatnya Pemerintah daerah cenderung lepas tangan terhadap program terse- but. Data observasi lapangan menunjukkan bahwa dari 19 lokasi program desa berdering 63,16% lokasi yang fasiltas teleponnya dapat berfungsi dengan baik. Hanya 36,84% lokasi yang tidak bisa berfungsi karena ada salah satu perangkatnya yang rusak. Terkait dengan hasil penelitian ini, maka yang paling penting dilakukan guna mengoptimalkan implementasi Program Desa Berdering adalah berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah setempat. Termasuk dalam hal ini, memberi kewenangan yang luas bagi pemerintah daerah untuk menfasilitasi dan mengkoordinasikan pelaksanaan Program Desa Berdering di wilayahnya. Kata kunci : desa berdering, implementasi, kebijakan Abstract Implementation is more important than the policy. Thats why the study of policy imple- mentation needs to be done to determine how effective a policy has been implemented. This study aims to determine the policy of the Ministry of Communications and Informatics that is the imple- mentation of the Rings Village Program in Timor Tengah regency of East Nusa Tenggara province. This study was conducted with a qualitative approach. The results showed that rural telephone facil- ities (Desa Berdering Program) is basically important and needed by the people in the rural areas. Its just that there are still many obstacles that the program has not been implemented properly, including the lack of involvement of the local government. As a result, local governments tend to be hands off to the program. Field observation data indicates that from 19 sites of Desa Berdering, 63.16% location of telephony facilities to function properly. Only 36.84% location become not work- ing because there is one device that is damaged. Related to these results, it is most important to do in order to optimize the implementation of the Desa Berdering Program is coordinating with the local government. Included, gives broad authority for local governments to facilitate and coordinate the implementation of the Desa Berdering in the region. Key words : desa berdering, implementation, policy Peneliti Madya Komunikasi PENDAHULUAN Di era informasi sekarang ini, layanan informasi menjadi salah kebutuhan dasar bagi masyarakat guna meningkatkan taraf hidupnya. Oleh karena itu, diperlukan upaya pemerataan fasilitas komunikasi dan informatika hingga kepelosok pedesaan. Dengan kata lain kesenjangan digital (digital divide) disuatu negara menjadi tantangan tersendiri untuk diselesaikan. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika - Makassar 124 Implementasi Kebijakan ... ISSN : 1411-0385 Pentingnya memenuhi hak warga negara untuk berkomunikasi dan memperoleh infomasi tertuang dalam UUD 1945 pasal 28F, bahwa: Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Sehubungan dengan itu, maka menjadi tanggungjawab negara untuk menyediakan infrastruktur komunikasi dan informasi bagi setiap warga negara guna menjamin terpenuhinya hak dasar setiap warga negara untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi. Salah satu upaya pemerintah dalam hal ini melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk mengurangi kesenjangan digital (digital devide) atau pemerataan teknologi komunikasi dan informasi di tanah air, yaitu melalui program penyediaan fasilitas telepon pedesaan yang dikenal dengan program Desa Berdering. Program desa berdering merupakan salah satu bentuk dari implementasi kebijakan Universal Service Oblogation (USO) sebagai bagian dari Kerangka Teknologi Informasi Nasional (National IT Framework) yang dikembangkan oleh BAPPENAS. tersebut ditujukan untuk memberikan pelayanan dibidang telekomunikasi bagi masyarakat desa, sehingga semua desa di Indonesia dapat tersambung faslitas telekomunikasi. Realisasi program Desa Berdering saat ini sudah mencakup seluruh provinsi di Indonesia. Walaupun kenyataannya tidak semua fasilitas tersebut berfungsi dengan baik atau termanfaatkan secara optimal. Program Desa Berdering pada prinsipnya diprioritaskan bagi wilayah yang non komersial, khususnya di wilayah perbatasan seperti Povinsi Nusa Tengara Timur (NTT), seperti yang tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian Kominfo Tahun 2010- 2014, yaitu tersedianya sarana, prasaranan, dan layanan komunikasi dan informatika di seluruh desa, daerah perbatasan negara, pulau terluar, daerah terpencil, dan wilayah non komersial lain untuk mengurangi daerah blank spot dengan indikator dampak dan target pencapaian pada tahun 2014: (a) jangkauan layanan pos universal mencapai 100 persen di wilayah PSO; (b) jangkauan akses telekomunikasi universal dan internet mencapai 100 persen di wilayah pelayanan umum telekomunikasi (USO); serta (c) jangkauan siaran TVRI dan RRI terhadap populasi masing-masing mencapai 100 persen. Kebijakan Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk mewujudkan pemerataan teknologi komunikasi dan informasi hingga ke wilayah pedesaan sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menkominfo No. 32/PER/M.KOMINFO/10/2008, tentang Kewajiban Pelayanan Universal Telekomunikasi, patut mendapat apresiasi dengan memastikan kebijakan tersebut terimplementasi dengan baik. Atas dasar pemikiran tersebut, Penulis melakukan studi implementasi kebijakan program Desa Berdering di salah satu wilayah perbatasan, yaitu Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) Provinsi Nusa Tenggara Timur. Terkait dengan implementasi kebijakan, tidak sedikit kebijaan yang mengalami kegagalan (implementation gap), yaitu suatu keadaan dimana dalam suatu proses kebiajakan terdapat perbedaan antara apa yang diharapkan oleh pembuat kebijakan dan apa yang senyatanya dicapai (Abdul Wahab, 2002). Menurut Hogwood dan Gunn (1984), ada dua kategori kegagalan implemnetasi kebijakan, yaitu: Pertama non implementation (tidak dapat diimplementasikan) dan unsuccessful implementation (implementasi yang kurang berhasil). Kebijakan Kementerian Kominfo tentang program Desa Berdering, yang menjadi fokus analisis dalam penelitian ini yaitu; implementasi/ pelaksanaan serta faktor-faktor yang menjadi pendorong dan penghambat implementasi program Desa Berdering di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pimpinan, terkait dengan gambaran riil implementasi kebijakan program Desa Berdering di Timor Tengah Selatan (TTS) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Gambar 1. Model Direc and Indirect on Implementation George C. Edward III (dalam Agustino: 2003) Berdasarkan tujuan penelitian serta mempertimbangkan beberapa model pendekatan analisis kebijakan publik, maka kerangka konsep penelitian ini mengacu pada model analisis kebijakan publik yang dikembangkan oleh Edward III yang menjelaskan bahwa implementasi kebijakan publik sangat dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu (1) komunikasi; (2) sumber daya (3) disposisi; dan (4) strukur birokrasi. Keempat elemen tersebut terangkai seperti pada Gambar 1. Guna kepentingan penelitian ini, maka kerangka Volume 15 No. 3 - Desember 2012 Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa - PEKOMMAS 125 konsep penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Studi implementasi kebijakan yang dimaksud dalam peneliian ini, adalah pencarian, pengumpulan, pengolahan, dan pengiterpretasian data dan informasi tentang program Desa Berdering sebagai salah satu wujud implementasi kebijakan Menteri Komunikasi dan Informatika. 2. Komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini, adalah proses pengkomunikasian program Desa Berdering, antara pihak Kemkominfo, pemerintah daerah, pihak pengembang (rekanan), dan masyarakat pengguna (khalayak sasaran). 3. Sumber daya yang dimaksud dalam penelitian ini, adalah sumberdaya manusia, sarana dan prasanana, serta dana yang terkait dengan pengelolaan Desa Berdering. 4. Disposisi yang dimaksud dalam penelitian ini, adalah sikap para pihak (pemerintah, masyarakat pengguna) tentang implementasi program Desa Berdering. 5. Struktur birokrasi yang dimaksud dalam penelitian ini, adalah kewenangan yang dimiliki oleh pihak- pihak yang terlibat dalam pengelolaan program Desa Berdering. METODOLOGI PENELITIAN Penilitian ini menggunakan pendekan penelitian kualitatif, yaitu suatu pendekatan penelitian yang diharapkan dapat menghasilkan temuan- temuan penelitian yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur statistik atau cara kuantifkasi lainnya. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan uraian mendalam tentang kondisi riil program Desa Berdering. Sejalan dengan pendekatan penelitian yang digunakan, maka jenis penelitian ini bersifat deskriptif yaitu dengan memusatkan perhatian terhadap permasalahan-permasalahan atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang aktual, kemudian menggambarkan fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi. Penelitian ini tidak menguji hipotesa melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya tentang objek yang diteliti. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Objek penelitian yaitu Program Desa Berdering. Berdasarkan data yang dihimpun dari Dinas Perhubungan dan Infokom Kabupaten TTS, terdapat 186 Desa Berdering yang tersebar di 32 kecamatan. Mengingat pentingnya mengetahui kondisi riil program Desa Berdering, maka dalam penelitian ini diupayakan untuk menjangkau sebanyak mungkin lokasi program desa berdering di TTS. Namun karena berbagai keterbatasan, maka wilayah TTS dibagi lima wilayah sebagai sampel lokasi, yaitu wilayah tengah, wilayah utara, wilayah timur, wilayah selatan, dan wilayah barat. Masing- masing wilayah dipilih satu kecamatan yang memiliki program Desa Berdering. Dengan demikian terpilih lima kecamatan yaitu (1) Kecamatan Amanabuan Barat, (2) Kecamatan Amanuban Tengah, (3) Kecamatan Soe, (4) Kecamatan Batu Putih, dan (5) Kecamatan Kuatnana dengan jumlah Desa Berdering sebanyak 32 lokasi program Desa Berdering. Dari 32 lokasi tersebut, selanjutnya dipilih secara puposif 19 lokasi Desa Berdering. Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya sehingga pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel. Menurut Begong Suyanto (2005: 172) informan penelitian kualitatif meliputi beberapa macam, yaitu 1) Informan Kunci (Key Informan) merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian; 2) Informan Utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti; 3) Informan Tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti. Informan kunci dan informan utama dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Informan kunci yaitu Kepala Dinas Perhubungan dan Infokom atau pejabat yang menjadi penanggung jawab program Desa Berdering di kabupaten TTS. 2. Informan Utama terdiri dari pengurus atau pengelola sarana dan prasarana Desa Berdering. Adapun jumlah informan tidak dibatasi, ketika rumusan masalah telah terjawab dan jawaban dari informan-informan relatif sama maka dapat dianggap sudah jenuh hingga dapat dianggap cukup. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan langsung ke lokasi penelitian (feld research) untuk mencari data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Hai ini dilakukan dengan cara: 1. Wawancara, adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab secara langsung kepada pihak-pihak yang terkait yang dianggap mengerti mengenai permasalahan yang diteliti. 2. Pengamatan atau observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan pengamatan langsung terhadap sejumlah acuan yang berkenaan dengan topic penelitian. Teknik Analisa Data yang dipergunakan adalah teknik analisa data kualitatif, yaitu dengan mengkaji data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika - Makassar 126 Implementasi Kebijakan ... ISSN : 1411-0385 tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah, menyusunnya dalam suatu satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya sesuai dengan kemampuan daya peneliti untuk membeuat kesimpulan penelitian (Muleong, 2006:247). Data dari hasil wawancara akan diuraikan dengan merangkum informasi yang dihimpun dari informan. Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menghubungkan fakta-fakta, data dan informasi sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti kemudian diambil kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Berdasarkan tujuan dan metode penelitian, data yang dihimpun mencakup data hasil wawancara mendalam (depth interview) dan data hasil observasi lapangan. Data tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Data hasil wawancara Informan penelitian ini yaitu: (1) Kepala Dinas Perhubungan dan Infokom Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), dan (2) Pengelola Telepon Pedesaan. Informasi yang dihimpun dari hasil wawancara mendalam tersebut, dideskripsikan sebagai berikut: a. Kepala Dinas Perhubungan dan Infokom Kabupaten TTS Menurut Kepala Dinas Perhubungan dan Infokom Kabupaten TTS bahwa Pemerintah Pusat (Kemkominfo) tidak melibatkan Pemerintah Daerah, dalam hai ini Dinas Perhubungan Infokom Kabupaten TTS dalam pelaksanaan pembangunan fasilitas telepon pedesaan (program Desa Berdering), termasuk dalam hal: penentuan lokasi penenempatan fasilitas/pesawat telepon pedesaan; sasaran dan tujuan program tersebut; serta stakeholder di daerah yang terlibat dalam program tersebut. Akibatnya, Dinas Perhubungan Infokom sama sekali tidak tahu mengenai keberadaan fasilitas tersebut, baik dari aspek lokasi maupun sistem pengelolaannya. Akibatnya, Menurut Kadis Hubinfokom TTS, Pemerintah Daerah, dalam hal ini Dinas Hubinfokom tidak bisa melakukan pemantauan terhadap pemanfaatan fasilitas telepon pedesaan. Dinas Hubinfokom tidak terlibat mengkoordinasikan pemanfaatan fasilitas Desa Berdering, karena tidak tahu bagaimana mekanisme pemanfaatannya, termasuk pemeliharaannya. Oleh karena itu, menurut Kadis Hubinfokom TTS, pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Kominfo, perlu menciptakan mekanisme yang tepat terkait dengan implementasi kebijakannnya di daerah, diantaranya mengkomunikasikan dengan pemerintah daerah, agar fasilitas yang bangun dapat termanfaatkan dengan baik, khususnya dari aspek pemeliharaannya. Walaupun demikian, menurut Kepala Dinas Hubinfokom TTS, pemerintah daerah tentu berterima kasih kepada pemerintah pusat, karena sudah memberikan bantuan fasilitas telepon pedesaan di Kabupaten TTS. b. Pengelola Telepon Pedesaan Data ini dihimpun dari hasil wawancara dengan 19 orang pengelola fasilitas telepon program Desa Berdering, yaitu: 1) Evianus Leo (Kelurahan Nonohonis, Kec. Soe) 2) Oktavianus (Kel. Kota Baru, Kec. Soe) 3) Nahortasekek (Desa Binaus, Kec. Mollo Tengah) 4) Yeskialto Toeneno (Desa Nekemunifeto, Kec. Mollo Tengah) 5) Dance E Kase (Desa Kualeu, Kec. Mollo Tengah) 6) Yusuf Ibrahim Selan (Desa Oebobo, Kec. Batu Putih) 7) Singgus Sabuna (Desa Oehela, Kec. Batu Putih) 8) Darius Bell (Desa Tuakole, Kec. Batu Putih) 9) Melkis Sedek (Desa Benlutu, Kec. Batu Putih) 10) Yusuf Ketani (Desa Hane, Kec. Batu Putih ) 11) Mikson Esanam (Desa Bisene, Kec.Mollo Selatan) 12) Mortenci Luasan (Desa Noinbela, Kec.Mollo Selatan) 13) Muasa I Mella (Desa Oinlasi, Kec.Mollo Selatan) 14) Franky Abamaed (Desa Naukae, Kec. Kuatnana) 15) Yohanis Selang (Desa Lakat, Kec. Kuatnana) 16) Bastian Beliau (Desa Tabuhue, Kec. Amanuban Barat) 17) Melki Lyndas (Desa Menelete, Kec. Amanuban Barat) 18) Markus Nubaktomis (Desa Niki Nikiun, Kec. Oenini) 19) Kimas Angket (Desa Loli, Kec. Polen) Dari 19 orang pengelola fasilitas program Desa Berdering, mayoritas adalah Kepala Desa dan Sekretaris Desa setempat. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan pihak pengelola fasilitas program Desa Berdering, dapat dideskripsikan beberapa informasi sebagai berikut: 1) Semua pengelola Desa Berdering mengaku pernah memperoleh informasi atau mengikuti sosialisasi tentang program Desa Berdering (telepon pedesaan), Namun sosialisasi tersebut hanya bersifat umum. Volume 15 No. 3 - Desember 2012 Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa - PEKOMMAS 127 2) Pengelola program Desa Berdering mendapatkan petunjuk teknis tentang cara pengoperasian dan upaya-upaya yang harus dilakukan apabila ada kendala pengoperasian. 3) Berdasarkan pengakuan pengelola telepon pedesaan, belum pernah mendapat kunjungan dari pihak pemilik program, dalam hal ini dari Kementerian Komunikasi dan Informatika. Demikian juga dari Pemerintah Daerah, dalam hal ini dari Dinas Perhubungan dan Infokom TTS. 4) Tidak ada tenaga (SDM) yang secara khusus disiapkan untuk mengoperasikan atau mengelola fasilitas telepon pedesaan. Menurut pengelola fasilitas telepon pedesaan, sistem pengelolaannya tidak rumit. Hanya saja kalau ada yang bermasalah, maka tidak bisa lagi ditindak lanjuti. Upaya yang dilakukan yaitu melaporkan ke pihak penyedia melalui telepon. 5) Tidak ada biaya operasional yang disiapkan untuk pengelolaan telepon pedesaan. Namun, ada beberapa pengelola telepon pedesaan yang menunggu biaya operasional. 6) Menurut Pengelola, bahwa Program Desa Berdering pada prinsipnya cukup membantu bagi masyarakat yang tidak punya ponsel, walaupun kadang signalnya yang kurang bagus. Kondisinya saat ini, ternyata sebagian besar masyarakat disekitar lokasi penempatan fasilitas telepon pedesaan sudah punya ponsel (telepon selluler). 7) Pengelola telepon pedesaan menyarakan bahwa untuk efektivitas pemanfaatan telepon pedesaan, pihak pengelola menyarankan agar program ini dikoorinasikan dengan Pemda setempat, sehingga lebih mudah dan jelas tempat melaporkan jika ada kendala. Data Hasil Observasi Bersarkan hasil observasi lapangan terhadap fasilitas program Desa Berdering di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), diperoleh data sebagai berikut: a. Penempatan fasilitas telepon pedesaan Grafk 1. Penempatan fasiltas telepon pedesaan (program Desa Berdering) Penempatan telepon pedesaan (program Desa Berdering) di Timor Tengah Selatan (TTS) semuanya ditempatkan di kediaman/rumah pemerintah desa atau tokoh masyarakat setempat, seperti di rumah kepala desa, rumah sekretaris desa, rumah kepala dusun. Tentu saja penempatan tersebut didasarkan atas pertimbangan agar fasilitas telepon pedesaan tersebut dapat digunakan oleh masyarakat desa setempat. Hasil observasi lapangan terhadap 19 lokasi fasilitas telepon pedesaan (Program Desa Berdering) di Kabupaten TTS menunjukkan bahwa mayoritas (73,68%) penempatannya sudah permanen, yaitu ditempatkan di lokasi yang mudah dijangkau oleh pengguna setiap saat tanpa mengganggu pemilik rumah, seperti gardu atau ruang tamu pemilik rumah. Selebihnya (26,32%) fasilitas telepon pedesaan, baik sebagian (hanya pesawatnya) ataupun seluruhnya (pesawat dan perangkat lainnya) penempatannya tidak permanen, karena di posisikan di dalam kamar tidur pemilik rumah sehingga barang tersebut semacam milik pribadi atau ditempat lain yang sifatnya hanya sementara karena sudah dipindahkan dari settingan awal. Data hasil observasi tersebut terangkum pada Grafk 1. b. Kelengkapan fasilitas telepon pedesaan Kelengkapan fasilitas telepon pedesaan yang terdiri dari Antena Refektor, Box/bilik, pedestal, bassframe, modem, bateray/accu, papan nama dan papan petunjuk arah, merupakan satu kesatuan. Berdasarkan hasil penelitian (observasi) diketahui bahwa mayoritas (89,47%) lokasi telepon pedesaan (program Desa Berdering) di Kabupaten TTS masih lengkap. Hanya 10,53% lokasi Desa Berdering yang tidak lengkap. Data hasil observasi tergambar pada Grafk 2. Grafk 2. Kelengkapan fasiltas telepon pedesaan (program Desa Berdering) c. Kondisi pemanfaatan fasilitas telepon pedesaan Data hasil penelitian tentang kondisi pemanfaatan fasilitas telepon pedesaan di 19 lokasi di Kabupaten Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika - Makassar 128 Implementasi Kebijakan ... ISSN : 1411-0385 TTS, menunjukkan bahwa mayoritas (63,16%) lokasi fasiltas telepon pedesaan dapat berfungsi dengan baik. Selebihnya yaitu 36,84% tidak bisa berfungsi karena ada salah satu perangkatnya yang rusak. Rincian data hasil penelitian tersebut tergambar pada Grafk 3. Grafk 3. Kondisi Pemanfaatan fasiltas telepon pedesaan (program Desa Berdering) Pembahasan Program Desa Berdering merupakan salah satu bentuk implementasi kebijakan Kementerian Komunikasi dan Informatika guna mengurangi digital devide di Indonesia, khususnya dalam hal pelayanan komunikasi. Diharapkan melalui program ini, tidak ada wilayah di Indonesia yang benar-benar terisolasi atau tidak bisa berkomunikasi dengan dunia luar. Bagaimanakah program tersebut diimplementasikan serta faktor-fator apakah yang menghambat dan mendorong pelaksanaan program tersebut, khususnya di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS)? Jawabannya, diuraikan sebagai berikut: 1. Implementasi program Desa Berdering Bantuan fasilitas telepon pedesaan sebagai salah satu program pemerintah dalam hal ini Kementerian Kominfo, pada prinsipnya di tujukan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang komunikasi dan informasi. Artinya, melalui program Desa Berdering, diharapkan tidak ada lagi masyarakat indonesia yang tidak terjangkau fasilitas telekomunikasi. Persoalannya, apakah program Desa Berdering (bantuan telepon pedesaan) sudah tepat sasaran? Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi atau pelaksanaan program Desa Berdering kurang atau bahkan tidak dikoordinasikan dengan pemerintah setempat. Akibatnya, Pemda TTS dalam hal ini Dinas Perhubungan dan Infokom TTS sangat kurang mendapat informasi tentang keberadaan fasilitas telepon pedesaan (program Desa Berdering). Bahkan bisa dikatakan Pemda merasa tidak diikutsertakan dalam mendukung keberhasilan implementasi program Desa Berdering tersebut. Mengenai pemanfaatan fasilitas Desa Berdering, ternyata belum cukup efektif karena lokasinya tidak berada di tempat umum, seperti kantor/balai desa atau di lokasi fasilitas umum lainnya. Akibatnya, fasilitas ini sangat terbatas orang yang memanfaatkannya. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa penyedia bantuan ini hanya sekedar menempatkan tanpa memberikan pencerahan/sosialisasi kepada masyarakat desa, sehingga tidak sedikit warga desa yang tidak tahu keberadaan fasilitas telepon pedesaan tersebut. Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa implementasi program Desa Berdering di Kabupaten TTS dinilai belum optimal, baik dari aspek komunikasi (sosialisasi), birokrasi, sumber daya, dan disposisi. Implementasi program Desa Berdering kurang dikomunikasikan, khususnya antara pihak Kemkominfo, pemerintah daerah, pihak pengembang (rekanan), dan masyarakat pengguna (khalayak sasaran). Akibatnya sikap para pihak (pemerintah, masyarakat pengguna) tentang implementasi program Desa Berdering relatif kurang mendukung. Termasuk dalam hal ini yaitu kewenangan yang dimiliki oleh pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan program desa brdering masih kurang jelas, khususnya dari sisi pengelolaan dan pemeliharaanya. Demikian halnya sumber daya manusia, sarana dan prasarana, serta dana yang terkait dengan pengelolaan Desa Berdering kurang tersedia. Akibatnya, semua permasalahan tergantung pada pihak penyedia. Demikian juga beban pemakaian listrik ditanggung oleh pemilik tempat/rumah. Beberapa kasus yang terkait dengan kerusakan perangkat fasilitas telepon pedesaan, pihak pengelola sudah melaporkannya ke pihak penyedia, namun sudah berbulan-bulan tidak ada tindak lanjut. Akibatnya fasilitas tersebut tidak bisa digunakan. Apabila implementasi kebijakan/program Desa Berdering di TTS, digambarkan dalam bentuk model, maka yang terbangun adalah seperti pada Gambar 2. Gambar 2: Implementasi Program Desa Berdering Volume 15 No. 3 - Desember 2012 Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa - PEKOMMAS 129 Gambar 2 menggambarkan tingkat koordinasi atau komunikasi antara pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan program Desa Berdering. Pemerintah daerah terputus komunikasinya dengan semua pihak, termasuk pengelola Desa Berdering di daerahnya. Demikian juga Kominfo, hanya berkomunikasi dengan baik dengan pihak penyedia, akan tetapi kurang berkomunikasi dengan pihak pengelola dan masyarakat pengguna. Sementara, pihak penyedia hanya berkomunikasi dengan pihak Kominfo dan Pengelola, tetapi tidak sampai berkomunikasi dengan baik dengan pihak pemerintah daerah dan masyarakat pengguna (warga desa). Oleh karena itu, guna mengefektifkan implementasi program Desa Berdering, Salah satu diantaranya adalah semua alur komunikasi pada gambar 2, tidak ada yang terputus-putus. Dengan kata lain, semua pihak yang terlibat, hendaknya berkoordinasi dengan baik, termasuk sosialisasi program Desa Berdering kepada warga desa sebagai pengguna. 2. Faktor penghambat dan pendorong implementasi program Desa Berdering Beberapa hal yang menjadi penghambat dan sekaligus pendorong optimalisasi implementasi kebijakan program Desa Berdering antara lain: a. Faktor komunikasi bisa menjadi pendorong dan juga dapat menjadi penghambat implementasi suatu kebijakan atau program. Demikian halnya dengan implementasi program Desa Berdering di TTS. Akibat program tersebut kurang dikomunikasikan, baik dengan pihak Pemerintah daerah maupun dengan masyarakat pengguna, mengakibatkan program ini relatif tidak efektif. b. Faktor struktur birokrasi, yaitu kewenangan yang dimiliki oleh pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan program desa bordering, kususnya di level jajaran pemerintah daerah (kabupaten). Pada hal program ini adalah program pemerintah pusat yang seharusnya dikoordinasikan dengan pemerintah setempat. Demikian juga di level kecamatan, tidak banyak mengetahui keberadaan bantuan fasilitas telepon pedesaan tersebut. Terkait dengan hal tersebut, maka persoalan kewenangan menjadi faktor penghambat efektivitas program Desa Berdering didaerah. c. Faktor sumber daya juga menjadi salah satu penghambat efektivitas implementasi program desa berdeing, khususnya yang terkait dengan sumber daya manusia. Pihak pengelola relatif hanya bisa memakai, tapi jika ada sedikit masalah samasekali tdk bisa ditangani. d. Faktor disposisi, dalam hal ini yaitu sikap dari pihak- pihak yang terkait dengan program Desa Berdering cenderung apatis atau kurang mendukung dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan fasilitas telepon pedesaan.Kondisi ini pada dasarnya terkait dengan faktor komunikasi atau sosialisasi program. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa pada dasarnya program Desa Berdering relatif penting dan dibutuhkan masyarakat pedesaan. Namun demikian implementasi program ini penting untuk diefektifkan, khususnya dengan mendorong dukungan pemerintah setempat guna menfasilitasi efektivitas pemanfaatan fasilitas tersebut. KESIMPULAN Berdasarkan data hasil penelitian, dapat dirumuskan simpulan sebagai berikut: 1. Bahwa program Desa Berdering yaitu bantuan pemerintah dalam bentuk fasilitas telepon pedesaan pada dasarnya penting dan dibutuhkan masyarakat di wilayah pedesaan. Hanya saja masih banyak kendala sehingga program ini belum terimplementasi dengan baik, diantaranya pelibatan pemerintah daerah setempat. Akibatnya Pemerintah daerah cenderung lepas tangan terhadap program tersebut. 2. Bahwa pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Perhubungan Kominfo TTS pada dasarnya menyambut baik program/bantuan fasilitas telepon pedesaan tersebut. Oleh karena itu, masih ada kesempatan untuk memperbaiki beberapa kelemahan terkait dengan pengelolaan telepon pedesaan, khususnya dari aspek koordinasi dan fasilitas pemanfaatan dan pemeliharaannya. Misalnya, diupayakan agar telepon pedesaan disiapkan tempat yang cukup aman untuk setiap saat dapat digunakan masyarakat. 3. Bahwa ada beberapa faktor yang menjadi kendala efektivitas implementasi program Desa Berdering di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), antara lain yaitu faktor sosialisasi (komunikasi), dukungan pemerintah daerah (Pemkab TTS), ketersediaan SDM terampil yang setiap saat dapat membantu pengelola untuk menangani kendala teknis pengoperasian fasilitas telepon pedesaan. Terkait dengan simpulan penelitian ini, maka dirumuskan rekomendasi sebagai berikut: 1. Agar fasilitas telepon pedesaan di TTS dapat dimanfaatkan secara optimal, perlu dibangun komunikasi dengan Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Perhubungan dan Infokom TTS untuk membantu mengkoordinasikan dan menfasilitasi pemanfaatan dan pemeliharaan (maintenance) fasilitas telepon pedesaan. 2. Agar telepon pedesaan dapat dimanfaatkan secara Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika - Makassar 130 Implementasi Kebijakan ... ISSN : 1411-0385 optimal serta terjaga keamanannya, maka perlu ada upaya sosialisasi kepada seluruh warga desa, sehingga tumbuh rasa memiliki dan menjaga keberadaan fasilitas tersebut. 3. Agar fasilitas telepon pedesaan dapat termanfaatkan secara optimal, maka perlu ada beberapa tenaga teknis yang disipakan oleh pihak penyedia yang setiap saat bisa menangani keluhan-keluhan teknis masyarakat (pengelola) fasilitas telepon pedesaan. 4. Agar implementasi Program Desa Berdering Kementerian Komunfo lebih optimal, maka yang paling penting dilakukan adalah berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah setempat. Termasuk dalam hal ini, memberi kewenangan yang luas bagi Pemda untuk menfasilitasi dan mengkoordinasikan pelaksanaan Program Desa Berdering. DAFTAR PUSTAKA Agustino, Leo. 2006. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. CV. Bandung: Alfabeta. Bruch dan Strater, 1974, Information System: Theory and Practice, California: Hamilton Publishing Company. Hogwood, Brian W dan Lewis A. Gunn, 1984, Policy Analysis for the Real World, New York: Oxford University Press. Edward III, George C (edited), 1984, Public Policy Implementing, London-England: Jai Press Inc. Karsiman, 2007, Sistem Informasi dan Komunikasi di Era Globalisasi, Rineka Cipta, Jakarta. Kemkominfo.2010. Buku Putih Komunikasi dan Informatika Indonesia.Jakarta Kurniawan, 2009, Peran KIM sebagai Agen Pembaharu, akses Internet, (www.kotakediri.co.id), Moleong, Lexy J, 2006, Metode Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung Peraturan Menteri Kominfo No. 32/PER/M.KOMINFO/10/2008, tentang Kewajiban Pelayanan Universal Telekomunikasi. Wahab, S. Abdul, 2002, Analisis Kebijakan, dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara, Sinar Grafka, Jakarta. Rahardjo, Budi, 2006, Teknologi di Era Informasi dan Komunikasi, Gramedia Pustaka Ilmu, Jakarta. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Volume 15 No. 3 - Desember 2012 Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa - PEKOMMAS 131 Kebijakan Sistem Penerimaan Siswa Baru Melalui Media Online New Student Admission System Policy Through Online Media BAHARUDDIN DOLLAH Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Makassar Jl. Prof. Abdurahman Basalama II No. 25 Makassar Telp. 0411 4660370 Fax. 0411-4660084 baharuddindollah@yahoo.com Naskah diterima: 7 November 2012 || Naskah disetujui: 22 November 2012 Abstrak Riset ini bertujuan untuk mengetahui (1) implementasi (pelaksanaan) kebijakan peme- rintah terhadap sistem Penerimaan Siswa Baru (PSB) melalui media online di Provinsi Jawa Timur dan (2) dampak kebijakan pemerintah terhadap sistem Penerimaan Siswa Baru (PSB) melalui media online (3) ketersediaan infrastruktur dan Sumber Daya Manusia yang ada dalam menunjang pelaksa- naan sistem PSB melalui media online, Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Pemerintahan Provin- si Jawa Timur. Metode yang digunakan adalah survei lapangan dengan menggunakan koesioner sebagai bahan wawancara mendalam kepada 220 orang terdiri dari berbagai kalangan sebagai informan kunci. Lokasi riset ini ditetapkan 10 kabupaten/kota dalam wilayah Provinsi Jawa Timur, secara sampel. Terknik analisa data yang digunakan terdiri dari tiga komponen, yakni: 1. reduksi data, 2. Penyajian data 3, penarikan dan pengujian kesimpulan. Hasil riset menunjukkan bahwa (1) implementasi (pelaksanaan) kebijakan pemerintah terhadap sistem PSB melalui media online telah berjalan sesuai perencaan yang ada, (2) dampak dari kebijakan tersebut berdampak positif, lebih efesien, efektif, dan transparan (3) ketersediaan infrastrukur dan SDM yang ada belum sepenuhnya menunjang pelaksanaan kebijakan pemerintah tersebut. Kata kunci : kebijakan, media online, penerimaan siswa baru Abstract This research aims to determine (1) implementation government policy towards New Student Admission (NSA) systems via online media in East Java province, and (2) the impact of government policies on New Student Admission systems via online media (3) the availability of infrastructure and human resources available to support implementation of the NSA system through online media, research was conducted in the East Java Provincial Government. The method used is a feld survey using in-depth interviews koestioner as material to 220 people consisting of various circles as key informants. What research is set 10 districts / cities in East Java Province, in the sam- ple. Analysis technique of the data used consists of three components, namely: 1. data reduction, 2. Presentation of data 3, drawing and testing conclusions. Research results indicate that (1) imple- mentation (execution) of government policy towards New Student Admission system via online media has aligned the existing planning, (2) the impact of the policy had a positive impact, more effcient, effective, and transparent (3) the availability of infrastructure and human resources does not fully support the implementation of government policy. Key words : new students, online media, policy Peneliti Madya Komunikasi PENDAHULUAN Seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi komunikasi dan informasi (information and communication technology (ICT), hampir tidak ada lagi bidang kehidupan manusia yang lepas dari pengaruh ICT. Masyarakat sekarang ini sangat menyadari akan pentingnya informasi, dan bahkan sudah menjadikan informasi sebagai salah satu kebutuhan pokok dalam rangka mengelola kehidupannya menjadi lebih baik. Karena itulah penggunaan komputer sebagai bagian dari kemajuan ICT telah diterima dengan cepat oleh masyarakat. Komputer sebagai salah satu bentuk teknologi informasi dan komunikasi, semata-mata hanyalah Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika - Makassar 132 Kebijakan Sistem ... ISSN : 1411-0385 sebuah alat yang pemanfaatannya sangat tergantung pada tujuan penggunanya. Ada dua dampak yang muncul sebagai akibat dari kemudahan aksesisibilitas media internet, yaitu: Pertama, dampak positif, yakni melalui internet orang dapat mencari informasi tentang apapun termasuk informasi yang terkait dengan kebijakan publik yang diambil oleh pemerintah. Kedua, dampak negatif, yakni tidak seluruh informasi yang disajikan media global sesuai dengan kepribadian dan budaya yang dianut khalayak di suatu tempat/daerah. Era globalisasi yang ditandai dengan pesatnya kemajuan TIK dewasa ini, serta perubahan suasana politik di Indonesia khususnya dengan diberlakukannya sistem desentralisasi (otonomi daerah) merupakan peluang dan tantangan tersendiri bagi pemerintah, termasuk pemerintah provinsi/kabupaten/kota dalam rangka menyelenggarakan programnya secara efektif dan efesien. Karena itu dibutuhkan keterlibatan ataupun dukungan seluruh komponen masyarakat guna menyiasati peluang dan tantangan tersebut. Sehubungan dengan itu perkembangan TIK telah menjamur keseluruh bidang bukan saja di bidang: bisnis, ekonomi, pemerintahan, kerumahtanggaan bahkan bidang-bidang lainnya, yang jangkauannya pula tidak hanya meliputi daerah-daerah perkotaan saja, melainkan sudah merambah ke pelosok-pelosok desa. Pengaruh TIK tersebut sangat dirasakan oleh warga masyarakat sebagai media yang sangat cepat dan tepat dalam menunjang kehidupan sehari-hari baginya. Sehingga setiap kejadian/ aktivitas yang terjadi seantero dunia dapat dengan sekejap terkaper sampai di tengah- tengah masyarakat desa. Yuk, 2006 dalam Murtiyasa (2008:5), Peran Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Meningkatkan Fungsi Dakwah dan Pendidikan di Pesantren mengemukakan bahwa Kekuatan TIK (power of ICT) telah mendorong para insan pendidik untuk memanfaatkannya dalam bidang pendidikan. Kekuatan TIK telah mendorong terjadinya perubahan tujuan dan berisi aktivitas belajar, latihan dan penilaian, hasil akhir belajar, serta nilai tambah yang positif (ICT, Demokrasi, dan Transformasi Sosial 2008). Dengan demikian muncullah istilah, e-learning dimaksudkan adalah pembelajaran yang menggunakan TIK untuk menstranformasikan proses pembelajaran antara pendidik dengan peserta didik. Tujuan utama penggunaan teknologi ini adalah meningkatkan efesiensi dan efektiftas, transparansi, dan akuntabilitas pembelajaran. TIK yang digunakan adalah computer, LAN (local area network), WAN (wideea network), internet, intraner, satelit, TV, CD Room dan sebagainya. Seperti dimaklumi bersama bahwa pelaksanaan PSB pada setiap tahunnya mengalami suatu persoalan yang rumit dan bermasalah. Sehingga mengharuskan adanya suatu kebijakan baru dalam mengantisifasi keadaan yang demikian untuk mengatasinya/mencegah permasalahan yang selalu muncul pada setiap saat PSB. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam rangka memberdayakan sekolah sesuai dengan prinsip manajemen pendidikan berbasis sekolah, sehingga perlu lebih banyak memberikan kewenangan kepala sekolah dalam penyelenggaraan penerimaan peserta didik baru. Salah satu upaya yang perlu dilakukan berkaitan dengan penerimaan siswa baru yang lebih efesien, efektif dan lebih baik serta lebih transparan untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan dan sumber daya manusia sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan secara maksimal. Disamping itu dengan sistem ini dapat mengurangi akan adanya praktek- praktek kolusi dan nepotisme yang dapat merugikan citra pendidikan dimana saja. Dengan demikian diperlukan suatu upaya untuk mencapai maksud tersebut, maka perlu adanya keterlibatan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam bidang pendidikan. Keterlibatan TIK tersebut khususnya dalam hal penerimaan siswa baru melalui media online, pada sekolah-sekolah dalam wilayah Provinsi Jawa Timur. Dengan melihat betapa besar peran dari TIK tersebut, maka pemerintah Provinsi Jawa Timur menempuh suatu kebijakan dan mencoba mengantisifasi pemanfaatan TIK khususnya dalam sistem penerimaan siswa baru melalui media online yakni internet. Secara nyata, tertuang dalam SK Kepala Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Jawa Timur Nomor: 420/2753/103.2/2010, tanggal 3 Mei 2010, tentang Pedoman Pelaksanaan Peserta Didik pada Taman Kanak-Kanak, dan Sekolah di Provinsi Jawa Timur Tahun Pelajaran 2010/2011, sebagai dasar pelaksanaan sistem PSB melalui media online. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat dikemukakan beberapa permasalahan yang perlu diangkat dalam riset ini yakni: (1) Bagaimana implementasi (pelaksanaan) kebijakan pemerintah terhadap sistem Penerimaan Siswa Baru (PSB) dengan melalui media online di Wilayah Provinsi Jawa Timur. (2) Bagaimana dampak pelaksanaan kebijakan tersebut terhadap sistem PSB melalui media online tersebut, dan (3) Bagaimana ketersediaan infrastrukur dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada dalam menunjang kebijakan pemerintah terhadap sistem PSB melalui media online tersebut tahun 2011 di Provinsi Jawa Timur. Tujuan dari riset ini adalah untuk: (1) mendeskripsikan sampai sejauh mana implementasi (pelaksanaan) kebijakan pemerintah terhadap sistem Volume 15 No. 3 - Desember 2012 Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa - PEKOMMAS 133 PSB dengan melalui media online tahun 2011 di Wilayah Provinsi Jawa Timur. (2) mendeskripsikan sampai sejauhmana dampak pelaksanaan kebijakan tersebut terhadap sistem PSB, dan (3) untuk mendeskripsikan sejauh mana ketersediaan infrastruktur dan SDM yang ada dalam menunjang kebijakan sistem PSB dengan melalui media online di Provinsi Jawa Timur. Sedangkan manfaatnya adalah: Secara praktis, hasil riset ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan pemerintah terhadap sistem PSB dengan melalui media online di wilayah Provinsi Jawa Timur, dan secara teoritis, hasil riset ini diharapkan dapat menjelaskan konsep-konsep baru yang terkait dengan teori-teori dalam pelaksanaan kebijakan tersebut, serta dapat dijadikan bahan rujukan bagi para pemerhati dalam kajian analisis kebijakan publik khususnya berkaitan dengan PSB dengan melalui media online di Wilayah Provinsi Jawa Timur tahun 2011. METOLOGI PENELITIAN Riset ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian survei deskriptif atau survei langsung di lapangan. Riset ini akan memberikan gambaran mengenai pelaksanaan PSB di Provinsi Jawa Timur dengan cara wawancara mendalam (dept interview) dengan menggunakan kuestioner sebagai bahan wawancara kepada informan terpilih (informan leader). Riset ini dilaksanakan selama empat (4) bulan yakni bulan November 2011 s/d Pebruari 2012. Dan lokasi riset ini dilaksanakan khusus dalam wilayah Provinsi Jawa Timur secara sampel, yakni: Kota Surabaya, Kota Malang, Kabupaten Pasuruan, Mojokerto, Kediri, Situbondo, Tuban, Gresik, dan Bojonegoro serta Madiun. Adapun yang dijadikan sampel sebagai sumber data atau informan leader dalam riset ini sebanyak 21 orang per lokasi yakni masing-masing satu (1) orang terdiri dari: 1. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, wakil Kepala Dinas/sekretaris, sebagai informan kunci; 2. Humas Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota; 3. Kepala Sub Bag Program dan Pelaporan; 4. Ka Seksi Kesiswaan SMP, SMA, SMK Diknas Kab/Ko; 5. Pengawas sekolah; 6. Pengelola internet (TIK) Diknas Kab/Ko; 7. Kepala Sekolah SMP,SMA,dan SMK atau wakil; 8. Panitia/Bagian Pendaftaran Siswa SMP, SMA dan SMK; 9. Pengelola Warnet, 2 orang; 10. Siswa kelas I SMP, SMA, dan SMK, masing-masing 2 orang Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dan data perimer. Data sekunder diperoleh dari berbagai dokumen-dokumen, peraturan, dan lain-lain. Sedangkan data perimer diperoleh dari hasil wawancara mendalam dengan responden (dept interview) yang terpilih. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam riset ini yakni dengan melakukan survei langsung ke lokasi dengan cara observasi (pengamatan) dan dept interview (wawancara mendalam) kepada responden terpilih. Sedangkan Teknik analisa data yang digunakan dalam riset ini terdiri dari tiga (3) komponen, yakni: 1. reduksi data (data reduction), 2. Penyajian data (data display) yakni menjalin (kelompok) data yang satu dengan kelompok data yang lain, sehingga seluruh data yang dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu kesatuan, dan komponen ke 3, yakni penarikan dan pengujian kesimpulan (drawing and verifying conciusions) yakni mengimplemnetasikan prinsif induktif dengan mempertimbangkan pola-pola data yang ada atau cenderung dari display data yang telah dibuat. Dalam riset ini mengacu pada teori kebijakan publik, seperti yang dikemukakan oleh: Riant Nugroho D. (2003:73) dalam Mungin (2009:254) menjelaskan model kebijakan publik dapat dilihat pada Gambar 1. Menurut Nugroho menyatakan bahwa dalam setiap kebijakan publik dimulai dari isu-isu publik yang dirasakan oleh masyarakat luas di mana perlu dilakukan tindakan kebijakan oleh pemerintah. Tindakan kebijakan dimulai dari merumuskan kebijakan kemudian dilaksanakan dalam implementasi kebijakan. Implementasi kebijakan ini dievaluasi pelaksanaan kemudian menjadi masukan bagi pelaksanaan kebijakan berikutnya. Thomas R. Dye dalam Nugroho (2003:108) mengemukakan; ada Sembilan model perumusan kebijakan diantaranya adalah model teori rasionalisme dan model demokratis. Model teori rasionalisme mengatakan bahwa kebijakan publik sebagai maximum social gain yang berarti pemerintah sebagai pembuat kebijakan harus memilih kebijakan yang memberi manfaat optimum bagi masyarakat. Sedangkan teori demokratis mengatakan bahwa pengambilan keputusan kebijakan sebanyak mungkin mengolaborasi suara dari stakeholders. Sedangkan Teori pendukung yang digunakan yakni, Teori Uses And Gratifcation. Paradigma teori ini adalah: Person chosen message usage effect. Teori Uses and Graifcation (Penggunaan dan Kepuasan) Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika - Makassar 134 Kebijakan Sistem ... ISSN : 1411-0385 ini menyatakan (mengasumsikan) bahwa orang menggunakan media massa karena ada kepuasan yang ingin dicapai, orang mempunyai orientasi, kebutuhan dengan menggunakan (maksudnya: membaca, menonton atau mendengar) media massa (Elihu Katz, Michel Gurevitch dan Hadassa, 1973, dalam Hamidi, 2007 : 62). Gambar 1. Teori Kebijakan Publik HASIL DAN PEMBAHASAN A. Implementasi (pelaksanaan) kebijakan pe- merintah terhadap sistem PSB melalui media online di Wilayah Provinsi Jawa Timur. Melihat perkembangan TIK (media online) dewasa ini, dan perkembangan PSB pada setiap tahunnya yang semakin rumit dan bermasalah, maka Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam hal ini Kepala Dinas Pendidikan Nasional mencoba merumuskan suatu kebijakan baru khususnya sistem Penerimaan Siswa Baru yang berkaitan dengan perkembangan TIK (media online/internet). Dan hampir setiap saat dapat mengakses informasi melalui media online. Pelaksanaan kebijakan sistem PSB melalui media online ini, dalam wilayah Provinsi Jawa Timur sebagai suatu kebijakan publik yang melibatkan bukan saja pihak pemerintah melainkan masyarakat sebagai stakeholders dalam arti memahami kebutuhan yang mereka butuhkan dalam kebijakan tersebut. Oleh karenanya perlu diketahui persiapan masyarakat dalam kebijakan tersebut. Melihat pelaksanaan dan perkembangan dari kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Dinas Pendidikan Nasional mengambil suatu kebijakan dibidang pendidikan khususnya dalam hal sistem Penerimaan/Pendaftaran Siswa Baru (PSB) melalui media online. Kebijakan ini tertuang dalam Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Jawa Timur Nomor: 420/2753/103.2/2010, tanggal 3 Mei 2010, tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik pada TK dan Sekolah di Provinsi Jawa Timur Tahun Ajaran 2010/2011. Dimana pada akhirnya mendapat dukungan dari berbagai pihak dan telah berjalan sesuai perencanaan yang telah ditetapkan. Hal ini, nampak secara jelas seperti tertuang dalam pedoman teknis pelaksanaannya. Dukungan ini bukan saja dari institusi pemerintah, maupun swasta melainkan publik/masyarakat secara umum. Dalam menindaklanjuti Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Jawa Timur tersebut, dimana masing-masing Kepala Dinas Pendidikan Nasional kabupaten/kota di Wilayah Provinsi Jawa Timur mengeluarkan Surat Keputusan dan Pedoman Teknis pelaksanaan sistem Penerimaan Siswa Baru (PSB) melalui media online di wilayahnya sebagai dasar pelaksanaannya. Dari Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Nasional Provinsi ditindak lanjuti oleh masing- masing Kepala Dinas Diknas kab/kota dengan mengeluarkan SK masing-masing beserta pedoman teknis pelaksanaannya. Seperti diantaranya; Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Tuban, Nomor: 420/414.050/2010, Tentang Pedoman Teknis Penerimaan Anak Didik Pada TK, dan Siswa pada Sekolah SD, SMP, SMA, dan SMK di Kabupaten Tuban. Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang, Nomor: 422/3665/35.73.307/2010, tentang Petunjuk Teknis Penerimaan Peserta Didik Baru Dengan Sistem Online pada SMP, SMA, dan SMK Tahun Pelajaran 2010/2011 Kota Malang. Keputusan Volume 15 No. 3 - Desember 2012 Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa - PEKOMMAS 135 Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Nomor: 420/6718/ 436.6.4/2010, tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Pada PPT/KB/TK/SDLB/ SMP/SMPLB/ SMALB/SMK di Kota Surabaya Tahun Pelajaran 2010/2011. Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Situbondo, Nomor: 240/3669/ 431.214.3.2/2011, tentang Pedoman Teknis Penerimaan Peserta Didik Baru SMP/ SMA/ SMK Sistem Real Time Online Di Kabupaten Situbondo Tahun Pelajaran 2011/2012. Berdasarkan Surat Keputusan tersebut, maka aparat dalam lingkungan Dinas Pendidikan Nasional yang ada didaerahnya secara jelas bertanggung jawab atas kesukseskan pelaksanaan sistem PSB melalui media online tersebut. Selanjutnya ditempuhlah berbagai kegiatan diantaranya pembentukan panitia PSB tingkat kab/kota, penandatanganan kerja sama dengan pihak Telkom sebagai pengelola jaringan, mengundang para kepala-kepala sekolah, para pengelola internet/ pengusaha internet dalam lingkungannya masing- masing. Dalam pertemuan tersebut melahirkan beberapa kesepakatan-kesepakatan. Salah satu kesepakatan diantaranya yang sangat penting dilakukan adalah kerjasama kepada semua pihak yang terlibat khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan sistem PSB tersebut. Seperti halnya, dimana Telkom menyiapkan sistemnya/software, operator ditingkat ibu kota kab/ ko dan pembiayaan dan anggarannya ditanggung oleh Dinas Pendidikan setempat. Selanjutnya dilakukan pelatihan para petugas dari seluruh sekolah-sekolah yang mengikuti sistem PSB melalui media online. Kemudian dilakukan sosialisasi melalui berbagai media, seperti radio, surat kabar, televisi, serta berbagai selebaran dan brosur dan pengumuman-pengumuman di sekolah-sekolah secara berkala, yang mana sangat diharapkan agar supaya proses pelaksanaan sistem PSB tersebut dapat lebih dimengerti dan dapat berhasil dalam pelaksanaannya kelak dan mendapat dukungan dari masyarakt dan dari berbagai pihak. Keberhasilan pelaksanaan sistem PSB melalui media online ini, ditentukan dan didukung dengan adanya kesiapan dari pelaksana walaupun pada prinsifnya dibatasi waktu yang relatif singkat, ketersediaan jaringan dari Telkom, walaupun kecepatan aksesnya masih sangat lambat, berbagai regulasi dan ketentuan-ketentuan yang telah dipersiapkan dalam pengaturannya. Terbatasnya waktu dalam mensosialisasikan berbagai peraturan, surat keputusan dan petunjuk teknis pelaksanaan sistem PSB melalui online di berbagai wilayah, sehingga masyarakat khususnya orang tua siswa banyak yang kurang mengerti terhadap pelaksanaan sistem tersebut. Dan terbatasnya infrastruktur dan SDM pengelola/operator dalam mengoperasikan jaringan internet yang tersedia. B. Dampak pelaksanaan Sistem PSB melalui me- dia online Sistem PSB dengan memanfaatkan media online ini, dapat memberikan dampak positif dan pengeloaannya serta kesiapannya dilakukan secara lebih terencana. Mulai dari menginventarisir perkembangan sistem PSB melalui media online pada setiap tahunnya, kemudian perumusan kebijakannya, penyusunan implementasi kebijakan publik/regulasinya, akhirnya sampai pada outcome dan output yang dapat dihasilkan bila kebijakan tersebut dilaksanakan baik hasilnya positif maupun negatif. Terdapat beberapa dampak dari sistem PSB melalui media online, diantaranya: Dapat mengefesienkan biaya yang dikeluarkan oleh orang tua/wali siswa karena tidak lagi mendatangi tempat pendaftaran disekolah-sekolah yang akan dituju. Cukup hanya mendaftar disekolah asalnya atau secara online melalui internet untuk memilih sekolah-sekolah yang diinginkan terutama diluar rayon atau daerah dimana mereka dia berada, sekaligus sekolah-sekolah yang menjadi cadangannya. Dan sekolah yang bersangkutan melakukan pendaftaran secara online melalui internet. Dan PSB tersebut dapat juga dilakukan secara manual, dimana siswa tersebut dapat secara langsung melakukan pendaftaran pada sekolah yang diinginkan khususnya yang berada dala satu rayon ataupun dalam suatu wilayah (daerah). Demikian pula mengurangi praktek-praktek perlakuan yang dapat merugikan orang lain, seperti kolusi dan nepotisme. Dampak keharusan setiap sekolah memiliki jaringan dan perangkat internet. Dengan adanya kebijakan semacam ini dimana pada setiap sekolah- sekolah berusaha untuk mempasilitasi sekolahnya dengan jaringan internet, dan ini merupakan suatu keharusan untuk mempersiapkan diri dan mengantisifasi pelaksanaan sistem PSB pada masa yang akan datang. Selain dari itu terdapat pula dampak terhadap peningkatan akses dari para pengelola internet, sehingga keterlibatan para pengelola warnet lebih berperan dalam menyukseskan pelaksanaan sistem PSB tersebut. Demikian pula, kebijakan sistem PSB melalui media online ini dapat berdampak pada peningkatan kualitas para pengelola(operator) internet disekolah-sekolah dengan melalui pelatihan-pelatihan baik dilakukan di lingkungan sendiri maupun dilakukan diluar lingkungannya. Kemudian Berdasarkan pada SK/Peraturan Dinas Pendidikan masing-masing kabupaten/kota tersebut tentang Pedoman Pelaksanaan sistem PSB melalui media online dapat dilihat dari segi regulasinya secara nyata telah tertuang dalam aturan tersebut, sehingga para pelaksana/panitia sampai calon peserta didik/orang Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika - Makassar 136 Kebijakan Sistem ... ISSN : 1411-0385 tua siswa dapat mengerti bagaimana menyikapi aturan tersebut. Walaupun dalam salah satu butir mensyaratkan dengan mengutamakan penduduk domisili dalam kota/kabupaten masing-masing karena ini bertujuan untuk mengukur kemampuan SDM yang ada pada kota/ kabupaten itu. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada warga Negara usia sekolah agar memperoleh layanan pendidikan sebaik- baiknya. Demikian pula menghindari atau mengurangi adanya perlakuan nepotisme serta kolusi diantara orang tua siswa atau peserta didik. Pelaksanaan sistem PSB tersebut sebenarnya cukup bagus untuk diterapkan ditahun-tahun yang akan datang. C. Ketersediaan infrastruktur dan SDM dalam menunjang pelaksanaan kebijakan sistem PSB melalui media online. Ketersediaan infrastruktur dalam pelaksanaan sistem PSB di Jawa Timur masih merupakan salah satu kendala yang cukup besar perannya. Walaupun sebenarnya keterbatasan itu masih dalam batas-batas kewajaran. Hal ini nampak secara nyata dengan terdapatnya sejumlah sekolah-sekolah yang tidak/ belum mempunyai jaringan internet (LAN) sebagai faktor penentu kesuksesan dari kebijakan sistem PSB melalui media online (jaringan internet) tersebut. Oleh karenanya keterlibatan berbagai elemen/institusi sangat besar artinya dalam PSB ini. Seperti halnya keterlibatan institusi Telkom sebagai penyedia jaringan internet kesekolah-sekolah cukup besar artinya. Demikian pula keterlibatan aparat Telkom sebagai tenaga operator yang siap membantu dan menyukseskan pelaksanaan kebijakan PSB ini. Kesiapan operator dibeberapa lini, terutama disekolah-sekolah sangat tergantung pada operator dan jaringan. Selain itu, masih terdapat beberapa sekolah-sekolah yang belum tersambung dengan jaringan internet/media online. Dan terdapat pula beberapa sekolah yang sudah terhubung dengan jaringan internet tetapi dalam pengoperasiannya masih sangat lambat. Tenaga operator dari sekolah-sekolah pelaksana PSB yang belum mampu mengakses jaringan internet secara penuh. Sehingga keterlibatan para pengelola warnet (warung internet) sangat dibutuhkan dan besar artinya dalam menyukseskan PSB ini. Keterlibatan warnet merupakan salah satu alternatif yang digunakan oleh siswa, maupun masyarakat dalam melakukan pendaftaran terutama yang mereka berada di luar daerah (desa) dimana sekolah-sekolah yang diinginkan jauh dari tempat mereka berdomisili. Ketersediaan infrastruktur, SDM, sarana dan prasarana termasuk computer PC dan laptop, jaringan, software yang dimiliki oleh setiap daerah/sekolah- sekolah masih bervariasi. Sehingga sangat diperlukan diklat, stimulasi, dan sosialisasi, pemenuhan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan PSB tersebut. Infrastruktur untuk pelaksanaan PSB selama ini didukung sepenuhnya dari bagian organisasi kab/ko karena menggabung dengan jaringan internet yang sudah dibangun untuk kepentingan administrasi SIM Keuangan, dimana programmer untuk aplikasinya dengan dibangun oleh guru SMKN kemudian melatih operator sekolah untuk menjalankan aplikasi PSB secara online. Dengan terbitnya Surat Keputusan dari Kadis Pendidikan Nasional kab/ko yang disertai petunjuk teknis pelaksanaannya, sehingga diperlukan akan adanya sosialisasi kepada masyarakat (publik). Demikian pula kesiapan perangkat lunaknya (soltware) melalui internet belum secara langsung dipersiapkan dan terorganisir secara mantap. Kesiapan infrastruktur khususnya jaringan yang dimiliki oleh Dinas Pendidikan kab/ko masih bervariasi, terutama di tingkat sekolah-sekolah yang kurang lancar /terdapat kelambatan dalam pengaksesan informasi. Ketersediaan infrastruktur dan SDM yang ada dalam menunjang pelaksanaan kebijakan sistem PSB melalui media online tersebut belum tersedia sepenuhnya sesuai ketentuan yang dipersyaratkan dalam penanganan suatu jaringan yang baik dan lancar. Aplikasinya dibangun oleh guru yang berkompoten dalam bidangnya masing-masing, dan melatih operator sekolah dalam menjalankan aplikasi PSB secara online yang tetap berdasar pada azas; objektivitas, transparansi, akuntabilitas serta tidak dikriminatif. Dan bila terdapat sekolah-sekolah belum siap melaksanakan PSB melalui internet dengan sistem online, maka tetap memberlakukan PSB secara manual yakni langsung kesekolah-sekolah yang diinginkan oleh calon siswa untuk mendaftarkan diri sebagai PSB. Untuk mempermudah masyarakat dalam mengakses internet via web Diknas kab/ko, maka dipesiapkan kode/web khusus yang berisi ringkasan dari aturan dan prosudur secara resmi dari Diknas. Aturan dan prosudur dalam hal ini dibuat dengan tujuan agar lebih mempermudah dan lebih cepat masyarakat memahaminya. Jika ringkasan ini dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda, maka masyarakat diharapkan untuk mengacu pada aturan dan prosudur versi yang resmi Diknas setempat. Semua regulasi yang tertuang dalam aturan tersebut telah dijelaskan dan disusun petunjuk teknis pelaksanaannya. Hal ini diharapkan untuk mengukur kemampuan SDM yang ada pada setiap kab/ko, sekaligus sebagai bahan sosialisasi dan kesamaan persepsi/pandangan dalam pelaksanaan kebijakan tersebut. Sehingga kebijakan ini mendapat dukungan dan tanggapan yang positif dari berbagai pihak. Salah satu hal yang sangat penting dilakukan dalam PSB ini terutama yang mendaftar dan berada di luar wilayah kab/ko dapat menggunakan sistem ini, dan Volume 15 No. 3 - Desember 2012 Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa - PEKOMMAS 137 bilamana mereka berada dalam satu wilayah (rayon) dapat melakukan pendaftaran langsung kepada sekolah yang akan dipilihnya sebagai sekolah paporitnya, dan sekaligus mendaftar sekolah lainnya sebagai cadangan. Dalam pelaksanaan PSB ini dilihat dari segi inprastruktur yang dimiliki/tersedia di berbagai sekolah sebagian telah memilikinya dan sebagian pula masih minim seperti SDM pengelola, bandwidth dari Telkom kecil sehingga dalam mengakases informasi melalui internet sangat lambat. Hal ini memberi suatu kesan yang kurang menguntungkan dalam pelaksanaan PSB bahwa seakan-akan belum siap. Tetapi kebijakan PSB dengan sistem ini memberi tanggapan dari berbagai kalangan secara positif. Apalagi sistem ini pelaksanaannya baru mulai diterapkan 2 tahun terakhir ini, sehingga wajar dalam pelaksanaannya terjadi berbagai permasalahan- permasalahan dan kepincangan yang terjadi diberbagai elemen. Persiapan dan pelaksanaan belum berjalan sesuai ketentuan yang telah ditetapkan dalam pedoman teknis sehingga masih terdapat adanya perubahan yang terjadi pada setiap saat yang dapat memberikan kebingungan pada panitia khususnya panitia ditingkat sekolah-sekolah pada umumnya. KESIMPULAN Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapatlah ditarik beberapa kesimpulan, diantaranya bahwa implementasi (pelaksanaan) kebijakan pemerintah terhadap sistem PSB melalui media online rnet tahun 2011 di Wilayah Provinsi Jawa Timur ditandai dengan keluarnya SK Kadis Pendidikan Nasional Provinsi Jawa Timur Nomor: 420/2753/103.02/2010, tanggal 3 Mei 2011 tentang; Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik pada Taman Kanak-Kanak dan Sekolah di Provinsi Jawa Timur Tahun Pelajaran 2010/2011. Pelaksanaan dan pengimplementasiaannya ditandai dengan ditindaklanjuti dengan diterbitkannya SK Kadis Pendidikan Nasional Kab/Ko se Jawa Timur. Pelaksanaan sistem PSB melalui media online mempunyai dampak yang cukup positif, efesien, efektif, dan transparan serta dapat memberikan keuntungan baik pada sekolah-sekolah dan orang tua siswa (siswa), serta pengelola internet (Warnet) yang ikut berperan dalam menyukseskan kebijakan PSB melalui sistem ini. Demikian pula aplikasi PSB secara online, tetap berdasar pada azas; objektivitas, transparansi, akuntabilitas serta tidak dikriminatif. Dan pelaksanaan sistem PSB melalui media online ini, lebih difokuskan kepada sekolah-sekolah yang siap untuk melaksanakannya, dan bagi sekolah-sekolah yang belum siap, maka tetap diberlakukan sistem PSB secara manual yakni langsung kesekolah-sekolah yang diinginkan oleh calon siswa untuk mendaftarkan diri sebagai calon peserta didik untuk tahun ajaran 2011. Ketersediaan infrastruktur yang ada pada sertiap kab/ ko dan SDM, pengelola dan jaringan yang ada dalam menunjang pelaksanaan sistem PSB melalui media online tersebut masih sangat terbatas, dan waktu pelaksanaannya masih terbatas dibanding target yang ingin dicapai. Demikian pula waktu sosialisasi SK dan petunjuk teknis pelaksanaannya sangat singkat, sehingga pemahaman masyarakat terhadap kebijakan ini belum sepenuhnya dimengerti. Dengan demikian untuk pelaksanaan sistem PSB untuk masa-masa datang, penulis mengajukan beberapa saran/masukan masing-masing diantaranya, bahwa kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Timur tentang pelaksanaan pelaksanaan sistem PSB melalui media online, merupakan salah satu kebijakan baru didalam sistem PSB yang perlu mendapat dukungan dan partisifasi dari berbagai pihak. Dukungan tersebut dapat berupa masukan, saran, dan kritik yang sifatnya membangun kebijakan tersebut baik dilakukan secara langsung maupun melakui media. Ketersediaan infrastruktur dan SDM dalam pelaksanaan sistem PSB melalui media online untuk tahun-tahun yang akan datang, perlu dipersiapkan jauh-jauh sebelumnya. Kesiapan tersebut berupa ketersediaan jaringan beserta perangkat-perangkatnya, pelatihan para pengelola operator internet, waktu sosialisasi terhadap petunjuk teknis pelaksanannya perlu diperhitungkan. Kebijakan dalam pelaksanaan sistem PSB melalui media online ini merupakan salah satu kebijakan yang masih tergolong asing bagi pengelolanya, maka disadari disana sini ditemui beberapa faktor hambatan dan kendala. Oleh karenanya, untuk pelaksanaan sistem PSB melalui media online tahun-tahun yang akan datang diperlukan akan adanya suatu perencanaan yang lebih matang, keterlibatan semua elemen didalam masyarakat perlu diperhitungkan dan diperankan, serta informasi jadwal pelaksanaannya lebih dioptimalkan, dan melakukan berbagai kegiatan sosialisasi baik melalui media, maupun secara face to face atau tatap muka antara aparat dengan masyarakat/publik. DAFTAR PUSTAKA Bungin H.M. Burhan, 2009, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta Kencana Prenada Media Group. Cangara, Hafed, 2007, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta, PT. Rajagrafndo Persada. Dun, William N, 2003, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta Gadja Mada University Press. Hamidi, 2007, Metode Penelitian dan Teori Komunikasi, UPT, Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang. Kemkominfo, 2008, ICT, Demokrasi, dan Transformasi Sosial, Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika - Makassar 138 Kebijakan Sistem ... ISSN : 1411-0385 Departemen Komunikasi dan Informatika RI. Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Tuban, Nomor: 420/414.050/2010, Tentang Pedoman Teknis Penerimaan Anak Didik Pada TK, dan Siswa pada Sekolah SD, SMP, SMA, dan SMK di Kabupaten Tuban. Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang, Nomor: 422/3665/35.73.307/2010, tentang Petunjuk Teknis Penerimaan Peserta Didik Baru Dengan Sistem Online pada SMP, SMA, dan SMK Tahun Pelajaran 2010/2011 Kota Malang. Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Nomor: 420/6718/436.6.4/2010, tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Pada PPT/KB/TK/SDLB/SMP/ SMPLB/SMALB/SMK di Kota Surabaya Tahun Pelajaran 2010/2011. Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Situbondo, Nomor: 240/3669/431.214.3.2/2011, tentang Pedoman Teknis Penerimaan Peserta Didik Baru SMP/ SMA/ SMK Sistem Real Time Online Di Kabupaten Situbondo Tahun Pelajaran 2011/2012. Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Jawa Timur, Nomor: 420/2753/103.2/2010, tanggal 3 Mei 2010. Volume 15 No. 3 - Desember 2012 Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa - PEKOMMAS 139 Implementasi e-Government Dalam Peningkatan Layanan Masyarakat di Provinsi Sulawesi Tenggara e-Government Implementation on Public Service Improvement in Southeast Sulawesi RACHMAWATY DJAFFAR Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Makassar Jl. Prof. Abdurahman Basalama II No. 25 Makassar Telp. 0411 4660370 Fax. 0411-4660084 rachmawaty.djaffar@kominfo.go.id Naskah diterima: 7 November 2012 || Naskah disetujui: 22 November 2012 Abstrak Penelitian ini bertujuan mengetahui implementasi e-Government dalam peningkatan layanan masyarakat meliputi Aspek kelembagaan, Sumber Daya Manusia, Infrastruktur, danTing- kat e-literasi pejabat struktural. Penelitian ini menggunakan dua pendekatan (mixed methods) yaitu pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Populasi penelitian pejabat eksekutif dan legislatif. Penentuan responden secara purposif yaitu penelitian eksplorasi (Explorative Study), yang terdiri dari pengelola e-government dan anggota legislatif sebagai informan dan pejabat struktural sebagai responden. Hasil penelitian menunjukkan dari dua pemerintahan provinsi dan kota dari aspek orga- nisasi pemerintahan masih menggunakan nomenklatur lama yakni Pengelola Data Elektronik (PDE), Visi dan misi pengelola PDE kurang sesuai dan kurang mencerminkan pengembangan e-govern- ment, infrastruktur dan jaringan telah ada dengan sistem koneksi Telkomnet Instant Speedy dengan menggunakan wireless LAN/SAT, dan Pemprov menyediakan community acces point untuk akses publik , Untuk infrastruktur database Pemprov Sultra telah memiliki website, sedangkan literasi pe- jabat struktural 30,7% tdk menggunakan komputer dan 23,8 % tidak menggunakan internet, adanya dukungan anggaran, penyediaan infrastruktur dan peningkatan SDM dari lembaga eksekutif. Kata kunci : e-Government,TIK, dan Implementasi. Abstract The research was amed to determine the implementation e-Government of to public service development on institutional aspect , human resources, and infrastructure aspects, as well as the literacy levels of the offcers. It used mixed methods, quantitative and qualitative. The popula- tions were the executive and legislative offcers. The determination of those types of respondents was conducted purposively in accordance with the nature of explorative study. The informants will be the managersof e-government andthe legislatives, while the executiveswould be respondents. The result of this research shows that Province of South East Sulawesi and Kendari as the capital city were using the old nomenclatures, Pengelola Data Elektronik (PDE)/ Electronic Data Manager whereas the vision and mission of PDE did not support e-Government development. Nevertheless, found that Infrastructures and internet connection networks has been available, such as internet connection of Telkomnet instan speed and Community access points for public those provided by the government. Province of South East Sulawesi has also built their offcial website. Also found that the e-literacy level of the offcers as follows: 30.7% did not use computer, and 23.8% did not use computer. The executives has support the e-government implementation by providing budget, infrastructures, and human resources development. Key words : e-Government, ICT, implementation Peneliti Muda Komunikasi Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika - Makassar 140 Implementasi e-Government ... ISSN : 1411-0385 PENDAHULUAN Kehadiran ICT mampu memberikan sesuatu yang selama ini dirasakan sangat sulit dipenuhi oleh administrasi publik tradisional, yaitu kecepatan, keakuratan dan keobjektifannya. ICT diyakini telah menjadi enable factor dalam mewujudkan suatu administrasi yang bebas dari pengaruh hubungan personal. Dengan memanfaatkan teknologi informasi akan dapat dieliminasi sekat-sekat organisasi birokrasi, membentuk jaringan sistem manajemen dan proses kerja yang memungkinkan instansi-instansi pemerintah bekerja secara terpadu untuk menyederhanakan akses informasi dan layanan publik yang harus disediakan. Melalui pengembangan e-Government dapat dilakukan penataan sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dengan mengoptimasikan pemanfaatan teknologi informasi, mencakup aktiftas pengolahan data, pengolahan informasi, sistem manajemen dan proses kerja secara elektronik dan pemanfaatan kemajuan teknologi informasi agar layanan publik dapat diakses secara mudah dan murah oleh masyarakat. Menyadari akan pentingnya hal tersebut, instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003, menginstruksikan kepada seluruh jajahan eksekutif (termasuk Gubernur, Bupati/Wali kota) untuk mengembangkan e-Government di wilayah masing-masing, dalam memenuhi tuntutan masyarakat akan layanan publik sesuai kepentingan masyarakat, dapat diandalkan dan terpercaya, serta mudah dijangkau secara efektif, untuk mencapai transparansi dan akuntabilitas pengelolaan sumber daya publik yang akan mendukung usaha mewujudkan Good Govermance. Permasalahan yang diteliti adalah : Sejauhmana pengimplementasian e-Government di Provinsi Sulawesi Tenggara, Penelitian ini memetakan tingkat aplikasi e-Government meliputi :Aspek kelembagaan, Aspek Sumber Daya Manusia,Aspek Infrastruktur, danTingkat e-literasi pejabat struktural. Tujuan yang ingin dicapai dalam peningkatan layanan masyarakat mengetahui implementasi e-Government di Provinsi Sulawesi Tenggara meliputi: aspek kelembagaan, sumber daya manusia, infrastruktur, dan tingkat e-literasi pejabat struktural dilokasi lingkungan pemerintah (provinsi dan Kota). Kegunaan penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan oleh Departemen Kominfo dan Pemerintah daerah setempat dalam pengembangan e-Government. Secara sederhana heeks (1999) mendefnisikan e-Government sebagai kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dengan menggunakan teknologi informasi untuk memberikan layanan kepada masyarakat. Batasan ini memperlihatkan tujuan e-Government, yaitu meningkatkan efsiensi dan kualitas layanan, hampir semua lembaga pemerintahan di dunia mengalami ketidakefsienan, terutama di Negara yang sedang berkembang. Tingkat perkembangan e-Government, agarwal, misalnya membagi perkembangan e-Government atas 5 (lima) tingkatan yaitu : Tingkat awal menunjukkan wajah pemerintah yang baik dan menyembunyikan kompleksitas yang ada di dalamnya, munculnya situs web pada semua institusi pemerintah, bersifat menginformasikan apa dan siapa yang ada di masyarakat, terbatas dan bersifat satu arah. Tingkat kedua, adanya transaksi dan interaksi secara online antara satu institusi pemerintah dengan masyarakat. Masyarakat tidak perlu antri membayar tagihan listrik, memperpanjang kartu tanda penduduk (KTP), memperoleh surat izin mengemudi (SIM), kartu keluarga (KK. Usaha ke arah ini sudah mulai dilakukan oleh beberapa institusi pusat maupun daerah. Tingkat ketiga kerja sama (kolaborasi) online antar beberapa institusi dan masyarakat. Apabila sudah biasa mengurus perpanjangan KTPnya secara online. Selanjutnya mereka tidak perlu lagi malampirkan KTPnya untuk mengurus paspor atau membuat SIM, perlu kerja sama kantor kelurahan yang mengeluarkan KTP dengan kantor imigrasi yang mengeluarkan paspor atau kantor kepolisian yang mengurus SIM. Tingkat keempat sudah menyangkut arsitektur teknis, seseorang bisa mengganti informasi yang menyangkut dirinya dengan satu klik dan pergantian tersebut secara otomatis berlaku untuk setiap instansi pemerintah yang terkait. Tingkat kelima, pemerintah sudah memberikan informasi yang terpaket (packaged) sesuai kebutuhan masyarakat. Pemerintah sudah bisa memberikan information-push yang benar terorientasi kepada masyarakat. Masyarakat dilayani oleh pemerintah, apa saja yang dibutuhkan masyarakat, e-Government bisa menyediakannya. Untuk menggambarkan kondisi SDM e-Literacy dapat diketahui dari tingkat kesadaran, pemahaman, dan pendayagunaan teknologi informasi. e-Literacy juga dapat dilihat dari kemampuan masyarakat mengakses informasi dan penggunaan teknologi informasi. Menggunakan teori personal-capability Maturity model (P-CMM), tingkat e-Literacy seseorang digambarkan sebagai berikut : Level 0 Individu sama sekali tidak tahu dan tidak peduli akan pentingnya informasi dan teknologi untuk Volume 15 No. 3 - Desember 2012 Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa - PEKOMMAS 141 kehidupan sehari-hari. Level 1 Individu pernah memiliki pengalaman satu dua kali, dimana informasi merupakan komponen penting pencapaian keinginan dan pemecahan masalah, melibatkan teknologi informasi untuk mencarinya. Level 2 Individu berkali-kali menggunakan teknologi untuk membantu aktiftas sehar-hari dan pola keberulangan dalam penggunaanya. Level 3 Individu telah memiliki standar penguasaan dan pemahaman terhadap informasi maupun teknologi yang diperlukannya, dan secara konsisten mempergunakan standar tersebut sebagai acuan penyelenggaraan aktiftas sehari-hari. Level 4 Individu telah sanggup meningkatkan secara signifkan (dapat dinyatakan kuantitatif) kinerja aktiftas kehidupan sehari-harinya melalui pemanfaatan infromasi dan teknologi. Level 5 Individu telah menganggap informasi dan teknologi sebagai bagian tidak terpisahkan dari aktiftas sehari-hari, dan secara langsung maupun tidak langsung telah mewarnai perilaku dan budaya hidupnya. METODOLOGI PENELITIAN Obyek penelitian adalah lembaga pemerintahan Provinsi dan Kabupaten/Kota dengan sampel lokasi ditentukan secara purposive, yaitu Pemerintahan Provinsi dan Pemerintahan Kota Sulawesi Tenggara. Tabel 1. Sampel dan lokasi penelitian Sesuai permasalahan penelitian terdapat dua kelompok populasi, yaitu pengelola e-Government di daerah serta pejabat struktural, baik sebagai pengguna maupun sebagai pengambil kebijakan (decision maker). Terhadap kedua jenis populasi dilakukan dua pendekatan, yaitu pendekatan kualitatif bagi pengelola e-Government dan pendekatan kuantitatif bagi pejabat struktural. Penelitian dilakukan melalui dua pendekatan (mixed methods), penentuan responden dilakukan secara purposive yaitu penelitian eksplorasi (explorative study), yang terdiri dari pengelola e-Government dan anggota legislatif sebagai informan dan pejabat struktural sebagai responden. Dari informasi pengelola e-Government diperoleh gambaran tentang implementasi dan pengelolaan e-Government; sedangkan responden pejabat struktural diketahui e-literacy pejabat pemerintah terhadap ICT. Sementara itu, angggota legislatif (DPRD I dan DPRD II) merupakan faktor kunci dalam hal pendanaan dan penentuan organisasi, diketahui sejauh mana persepsi dan apresiasi mereka terhadap ICT dan e-Government. Data primer dikumpulkan melalui teknik wawancara berpedoman disamping pengisian beberapa foam berkauitan dengan infrastruktur. Sedangkan tingkat e-literasi pejabat mrnggunakan pedoman wawancara terstruktur dengan pedoman paradigm positivistic. Pendekatan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan uses and gratifcation. Teori uses and Gratifcations berangkat dari pandangan bahwa komunikasi (khususnya media) tidak mempunyai kekuatan mempengaruhi khalayak. Inti teori uses and gratifcations adalah khalayak pada dasarnya menggunakan media massa berdasarkan motif motif tertentu .media dianggap berusaha memenuhi kebutuhan motif khalayak. Jika motif ini terpenuhi maka kebutuhan khalayak akan terpenuhi. Pada akhirnya, media yang mampu memenuhi kebutuhan khalayak disebut media yang efektif. Konsep dasar teori ini menurut para pendirinya, Elihu Katz, Jay G, Blummer dan Micheal Gurevith, adalah meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain), dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat akibat lain, barangkali termasuk juga yang tidak kita inginkan (Rakhmat 1994: 205). Elemen pola terpaan media yang berlainan pada teori uses and gratifcations berkaitan dengan media exposure atau terpaan media, karena mengacu pada kegiatan menggunakan media. Katz, Gurevitch, dan Haas (1973) memandang media massa sebagai sarana yang digunakan oleh seseorang untuk berkoneksi/ memutus koneksi satu sama lain dapat menjelaskan tentang penggunaan media. HASIL PENELITIAN Tingkat Aplikasi e-Government di Provinsi Sulawesi Tenggara yang meliputi Aspek Kelembagaan, Aspek Sumber Daya Manusia, Aspek Infrastruktur (Jaringan, Data base dan Aplikasi), dan Tingkat e- Literasi Pejabat dapat dipaparkan sebagai berikut : A. Aspek Kelembagaan Aspek Kelembagaan dilihat dari Organisasi,Visi Misi dan Tugas Pokok/fungsi Organisasi Perencanaan Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika - Makassar 142 Implementasi e-Government ... ISSN : 1411-0385 Tabel 3. Visi dan Misi Organisasi dan Audit. Adapun nomenklatur Organisasi pengelola e-Government sebagai berikut : Tabel 2. Objek Penelitian Visi atau cita-cita ideal dari suatu organisasi adalah suatu rumusan tujuan akhir yang akan diwujudkan mengarahkan atau menjadi koridor dari misi organisasi yang dirumuskan. Misi Organisasi sebagai penjabaran Visi yang dirumuskan, beberapa diantaranya menggunakan nomenklatur pengelaan Data Elektronik dan komunikasi dan informasi, rumusan visinya berkaitan erat dengan kegiatan e-Government. Visi dan Misi institusi diatas dapat dilihat pada Tabel 3. Tugas pokok dan Fungsi a. Bagian Pengelolaan Data Elektronik (PDE) Pemprov Sulawesi Tenggara. Tugas Pokok: Membantu Gubernur dalam penyelenggaraan Pemerintahan Provinsi di bidang PDE Fungsi: Perumusan kebijakan teknis di bidang PDE, dan Pelayanan penunjang penyelenggaraan Pemerintah Provinsi b. Kantor Bappeda dan Penanaman Modal Pemkot Kendari Tugas Pokok: Membantu Walikota dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan bidang perencanaan pembangunan daerah dan penanaman modal. Perencanaan dan Audit Pemerintah - Provinsi Sulawesi Tenggara Untuk perencanan audit belum terdapat master Plan e-Government yang terpadu, seluruh sektor (dinas), terdapat standar pengembangan e-Government secara terpadu dan masih parsial belum adanya standar pemantauan pengembangan e-Government. - Pemerintahan Kota Kendari Pemerintahan Kota Kendari belum memiliki master Plan e-Government yang terpadu untuk seluruh sektor (dinas) ,sehingga belum terdapat standar pengembangan dan pemantauan e-Government secara terpadu maupun parsial. Pengembangan e-Government untuk Tahun 2009 akan disiapkan staf khusus yang akan mengelola website kota Kendari,akan di tata kembali dan disampaikan kepada seluruh SKPD tentang penggunaan website. Pada kantor Bappeda rata-rata staf Bappeda telah mampu menggunakan dan memanfaatkan internet. Kompetensi di bidang TIK sesuai Kepmen Kominfo 47A/2003 telah diletakkan dengan jabatan struktural, yg mendudki jabatan struktural sebagian kecil mampu menggunakan TIK, ini akan dilakukan secara bertahap. Sedangkan pada tingkat jajaran staf, rata-rata telah memahami dan melaksanakan TIK. Pendidikan/ pelatihan telah diikuti sesuai kebutuhan SKPD. Pada tingkatan staf diperkirakan 75% dari jumlah staf yang ada dapat menggunakan aplikasi perkantoran, namun tingkat aplikasinya terbatas hal ini disebabkan terbatasnya sarana komputer yang dimiliki SKPD. B. Sumber Daya Manusia 1. Pemerintahan provinsi Sulawesi Tenggara Belum ada rencana pengembangan SDM yang sistematis pada Pemrov. Sultra khususnya PDE untuk kompetensi dibidang TIK sesuai Kepmen Kominfo 47/2003 telah diletakkan dengan jabatan struktural demikian pula kompetensi staf belum dilakukan, tetapi PDE bersifat membentuk unit pengelola teknik untuk membantu pengambilan kebijakan dalam bidang TIK. Telah diadakan bimbingan teknis dasar-dasar TIK sekitar 90% pegawai PDE dapat menggunakan salah satu aplikasi perkantoran, masih sebagian kecil yang dapat menggunakan aplikasi internet (web, browsing Volume 15 No. 3 - Desember 2012 Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa - PEKOMMAS 143 dan e-mail), tetapi untuk pegawai lingkup Pemprov belum dilakukan survei tentang hal tersebut. Untuk pejabat struktural yang dapat menggunakan aplikasi internet masih sebagian kecil. Jumlah anggaran untuk pengembangan SDM TIK setiap tahunnya di lingkup Pemprov Sultra belum dianggarkan secara khusus, belum pernah dilakukan audit terhadap pengembangan e-Government. 2. Pemerintahan Kota Kendari Pada kantor Bappeda belum ada rencana pengembangan SDM yang sistematis dalam pengembangan e-Government namun rata-rata staf Bappeda telah mampu untuk menggunakan dan memanfaatkan internet. Kompetensi di bidang TIK sesuai Kepmen Kominfo 47A/2003 telah diletakkan dengan jabatan struktural hal ini sesuai. Melalui sistem perekrutan yang disesuaikan dengan latar belakang pendidikan TI. Pendidikan dan pelatihan di bidang TIK yang telah dilaksakan/diikiuti selama ini dalam lingkup internal antara lain: pelatihan dasar pengoperasian perangkat komputer, pelatihan penggunaan fasilitas internet dan infranet, pelatihan open source software (OSS) dan IGOS, yang dilaksanakan melalui kerjasama dengan kementerian riset dan teknologi, dimana pelatihan ini diikuti oleh para pegawai dalam lingkup Pemkot Ambon. Sejauh ini terdapat 10 staf yang dapat menggunakan aplikasi perkantoran, 13 orang yang dapat mengoperasikan internet dan 5 pejabat struktural yang dapat mengoperasikan internet. C. Infrastruktur jaringan 1. Pemerintahan Provinsi Sulawesi Tenggara Sultra telah memiliki jaringan LAN, hanya satu instansi yang memiliki jaringan internet terintegrasi, sedangkan untuk kecamatan dan kelurahan belum diketahui dan belum ada yang terintegrasi dengan Pemprov. Pemprov telah memiliki akses jaringan internet yang dilakukan secara terpisah-pisah dan masih sebagian kecil,instansi/SKPD lingkup Pemprov Sultra sudah menggunakan koneksi internet. Sistem koneksi yang digunakan adalah Telkomnet instant dan speedy dengan menggunakan wireless LAN/VSAT, belum memiliki Network Operation Center NOC dan infrastruktur security/keamanan informasi. Untuk implementasi Web server dengan menggunakan web hosting (new) Pemprov Sultra telah menyediakan Community Acces Point untuk akses publik. 2. Pemerintahan Kota Kendari Pemerintah Kota Kendari telah memiliki jaringan LAN jumlah dinas/kantor/badan yang memiliki jaringan internet terintegrasi hanya satu. Untuk kecamatan yang ada di kota Kendari belum memiliki jaringan internet, sedangkan kelurahan tidak terintegrasi dengan pemerintahan kota. Koneksi jaringan internet menggunakan kabel. Untuk internet pemerintah kota Kendari telah memiliki akses jaringan internet yang dilakukan secara terpadu di beberapa instansi yaitu Bappeda. Badan perizinan, Dinas pendapatan, Diknas, Bagian hukum, dan Ortala. Koneksi yang digunakan adalah Telkom Speedy dengan menggunakan kabel. Di lingkup Pemkot Kendari belum memiliki Wireless LAN/VSAT. Pemerintahan Kota Kendari belum memiliki Network Operation Content. Untuk Web server dan implementasi mail server daerah sudah dimiliki oleh pemerintah kota. D. Infrastruktur Database dan Aplikasi 1. Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara Pemprov Sultra telah memiliki Website www. sultra.go.id untuk updating informasi dilakukan dengan bantuan pihak ketiga dengan menggunakan updating bersifat statis, aplikasi untuk mendukung e-Government masih sebatas bagian PDE aplikasi yang telah dimilki yakni aplikasi kepegawaian dan aplikasi kelembagaan. Sedangkan aplikasinya masih dalam perencanaan dan belum memiliki data center/database yang terpadu, sedangkan untuk sistem operasi yang mengelola user_ id untuk fle management secara terpadu belum ada, demikian pula dengan system database dan aplikasi yang dapat menghubungkan berbagai urusan disetiap instansi. 2. Pemerintahan Kota Kendari Pemkot Kendari telah memiliki Website www. kendarikota.co.id untuk updating berita dilakukan sendiri oleh staf dan pihak ketiga. Updating berita dilakukan menggunakan Content Management System. Pemkot Kendari belum memiliki aplikasi untuk mendukung e-Government namun kedepannya dikembangkan aplikasi perizinan oleh badan perizinan. Untuk data center/database yang terpadu di kelola oleh BAPPEDA dan penanaman modal, sedangkan untuk sistem operasi yang mengelola user_id untuk fle management belum ada, sementara dalam tahap persiapan. Untuk sistem yang mengelola elektronik dokumen management secara terpadu belum ada. begitu pula dengan sistem database dan aplikasi yang dapat menghubungkan berbagai urusan instansi. E. Interaksi Eksternal 1. Pemerintahan Provinsi Sulawesi Tenggara Website Pemprov Sultra telah bersifat interaktif, namun untuk pelayanan publik yang dibangun belum Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika - Makassar 144 Implementasi e-Government ... ISSN : 1411-0385 Tabel 4. Rincian Sampel Responden Prov. Sultra Tabel. 5 Penggunaan Komputer memungkinkan untuk melakukan transaksi perizinan yang bersifat online. Kerjasama dengan dunia usaha untuk meningkatkan pelayanan e-Government masih sebatas sosialisai, dan belum ada jalur atau kanal- kanal berbasis TIK yang dapat dimanfaatkan untuk berinteraksi dengan publik. 2. Pemerintahan Kota Kendari Website Pemkot Kendari telah bersifat interaktif dengan stakeholders Pemkot namun untuk pelayanan publik yang dibangun belum memungkinkan untuk melakukan transaksi perizinan yang bersifat online. website Pemkot juga belum memungkinkan kerja sama dengan dunia usaha untuk meningkatkan layanan e-Government. F. LITERASI ICT PEJABAT STRUKTURAL Untuk mengetahui tingkat e-literasi pejabat struktural pada tahap awal dilakukan dengan menelusuri penggunaan internet dikalangan pejabat struktural eselon III dan IV. Rincian sampel lokasi dan sampel responden pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 4. Dalam uraian berikut dideskripsikan tingkat e-literacy pejabat struktual menurut provinsi, yaitu menganalisis pejabat struktural tingkat provinsi dan Kota sekaligus.Hal ini ditempuh mengingat tidak ditemukan perbedaan yang signifkan dalam hal penggunaan internet oleh pejabat struktural pada kedua tingkat pemerintah. 1. Karakteristik Responden Responden penelitian pejabat eselon III dan IV pada pemerintahan Provinsi dan Kota, berjumlah 26 orang. Sedangkan tingkat eselonisasi, sebanyak 5orang (38,0%) eselon III, dan 8 orang (62,0%) pejabat eselon IV.Dari seluruh responden pejabat sebagaimana, umumnya (64,9%) berpendidikan sarjana (S1), 27,9% lainnya berpendidikan Master (S2), dan sedikit sekali diantara mereka yang berpendidikan Diploma maupun SLTA, masing-masing 3,4% dan 3,8%. Sementara dari sisi usia umumnya (54,3%) berusia lebih dari 45 tahun, 36,5% lainnya berusia antara 36-45 tahun, dan hanya 9,1% yang berusia 25-35 tahun. 2. Terpaan Media Penggunaan internet dari 26 pejabat eselon III dan selon IV sebanyak 8 (30,77%) diantaranya tidak menggunakan komputer dalam sebulan terakhir (Tabel 3). Hal ini berarti yang memliki kemungkinan untuk menggunakan internet 18 responden (69,23%). Namun demikian, responden yang tidak mmenggunakan internet 6 responden (23,05%) yang belum menggunakan internet sejak satu bulan terakhir. Tabel di bawah ini juga menunjukkan frekuensi dari mereka menggunakan internet, 8 responden (30,77%) menggunakan internet kurang dari satu jam per hari, 3 responden (11,54%) menggunakan internet sekitar 1 sampai 2 jam perhari, 5 responden (19,23%) menggunakan internet sekitar 3 sampai 4 jam per hari, 4 responden (15,38) dengan menggunakan lebih dari 4 jam per hari. Mereka menggunakan internet di kantor atau dalam pelayanan publik seperti internet hotspot dan sewa. Tabel. 6 penggunaan Internet Kegiatan dalam menggunakan Internet Kegiatan akses internet memberi manfaat dengan empat kategori pilihan, tidak pernah menggunakan, sekali-sekali, kadang-kadang dan sering.Kegiatan yang sering dilakukan adalah mengakses informasi/berita (33,2%), e-mail (21,2%), dan e-Government (20,7%), sedangkan yang sama sekali tidak pernah dilakukan responden, yang menonjol Search-engines 83(83%),research(63%),e- commerce(43%),newsgroup/millinglist (41,3&), games (34,6%) messanger/chating (33,7%). Untuk kategori lainnya ditunjukkan pada Tabel 7. Untuk mengetahui motif penggunaan internet di kalangan pejabat pemerintahan yang berkaitan motif memperoleh informasi dan menambah pengetahuan dengan mengakses situs-situs popular. Untuk pernyataan saya menggunakan internet untuk mengetahui berita terkini dari situs-situs populer.,lebih dari separuh responden menunjukkan sikap setuju, yaitu 52,4%; bahkan 8,7% responden lainnya bersikap sangat setuju (Tabel 8). Volume 15 No. 3 - Desember 2012 Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa - PEKOMMAS 145 Tabel 7 Kegiatan Dalam Internet Table 8 Menggunakan internet untuk mengetahui berita terkini dari situ-situs populer Pernyataan berikut yang dimintakan tanggapan dari responden adalah saya menggunakan internet untuk mempermudah informasi. Terhadap pernyataan ini tanggapan yang diberikan responden hampir seluruh responden menunjukkan sikap positif, yaitu 49% sangat setuju dan 23,6% lainnya bersikap setuju. (Table 9) menunujukkan bahwa internet merupakan salah satu sumber informasi bagi masyarakat. Table 9. Menggunakan internet untuk mempermudah mem- peroleh informasi Table 10. Menggunakan Internet untuk memperoleh Informasi Pernyataan: saya menggunakan internet untuk memperoleh informasi, merupakan penekanan terhadap pernyataan sebelumnya, berkaitan dengan kemudahan yang diperoleh melalui internet akan informasi dan pengetahuan. Terhadap pernyataan diatas, sebagian besar atau 46,15% responden sangat setuju, dan 11,54% bersikap setuju (Tabel 10) . PERSEPSI ANGGOTA LEGISLATIF TERHADAP PENGEMBANGAN E-GOVERNMENT A. Persepsi terhadap Perkembangan e-Government 1. DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara Menurut DR.H.M.Syahrul,Msc, anggota DPRD Sultra 2004-2009 dari fraksi PBB, sistim implementasi e-Government secara online perlu di dukung melalui APBD khususnya di Provinsi Sultra. Besarnya budget yang harus dikeluarkan oleh pemerintah, secara ekonomi baik, menguntungkan dari segi tenaga, akan efektif dan efsien dari segi waktu. Secara kelembagaan atau organisasi pemda setempat belum siap harus disesuaikan dengan system e-Government. Ini berarti ada kendala, kalau orang tidak mengenal e-Government berarti tidak bias melaksanakan system elektronik, SDM disini belum siap perlu kelembagaan (organisasi) yang disesuaikan dengan tata laksanakan TIK. Organisasi dan SDM sebagai sisi mata uang yang harus siap disesuaikan dengan kebutuhan daerah. Dana diporsikan dari APBD dan APBN harus ada keterpaduan, kalau APBDnya sedikit harus di perhitungkan tinggal pemda (eksekutif) dan DPRD harus menghitungkan hal ini budget anggaran harus proporsional. Dengan memperhitungkan dana yang lain, sehingga perlu keterpaduan anggaran, aturan harus dibuat, Legislasi harus ada. Sedangkan menurut Ya Addus Ajo, SPI (fraksi PKS) Sultra 2004-2009, sistem pemerintahan kita berbasis elektronika hal Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika - Makassar 146 Implementasi e-Government ... ISSN : 1411-0385 ini sangat bagus, perlu di dukung dan ditindaklanjuti secara konkrit. Ke depan saatnya system pemerintahan kita menggunakan elektronik. Budget yang harus dikeluarkan oleh pemerintah disesuaikan dengan kemampuan, jika pemerintah mau, efektif dan efsien dalam pengelolaan dana akhirnya nanti akan dirasakan manfaatnya. Lanjut Ya uddus, beberapa kali ada program berbasis e-Government, tetapi aplikasinya masih ada kendala, dari segi SDM yang menjalankan belum siap, ini menjadi problem tersendiri. Sejauh ini DPRD sangat mendukung pengembangan e-Government, jika pemda berupaya dari semua level untuk pengembangan e-Government. 2. DPRD Kota Kendari Menurut ketua fraksi Golkar Kendari Periode 2004-2009, kecenderungan pemerintah pusat dan daerah mengembangkan e-Government hal baik suatu kepastian mengikuti perkembangan teknologi informasi di setiap sektor kehidupan. Besarnya budget yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengembangkan e-Government harus seimbang dengan manfaat yang dibutuhkan, Kesiapan pemerintah Kota Kendari mengembangkan e-Government dinilai sudah cukup proaktif, salah satunya dengan penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK). kesiapan kelembagaan maupun SDM sudah tersedia, tinggal segi dana masih kurang. Pihak DPRD Kota Kendari selalu memberikan dorongan perkembangan e-Government dan kepastiannya sebagai anggota DPRD, namun tidak lepas dari tupoksi DPRD, yaitu : legislasi, budgeting dan pengawasan. Salah satu contoh sewaktu kantor catatan sipil mengajukan anggaran untuk mendukung SIAK DPRD kota Kendari langsung menyetujuinya. Penilaian lain dikemukakan oleh Hadijjah Thamrin sekretaris fraksi PPP komisi A bidang pemerintah, keamanan, ketertiban catatan sipil, kesbang, satpol PP, menurutnya kecenderungan pemerintah pusat dan daerah sedang berlomba mengembangkan e-Government hal itu sangat baik dalam rangka menerbitkan administrasi tetapi perlu dipahami bahwa hal ini tersebut harus diikuti dengan skill dan pemahaman lebih terhadap penggunaan system tersebut. Besarnya anggaran yang harus dialokasikan pemerintah tidak menjadi masalah sepanjang menyangkut kemasyarakatan, dalam hal ini untuk kepentingan masyarakat sudah terpenuhi. Kesiapan kota Kendari sampai saat ini sudah dianggarkan program SIAK dan hasilnya sudah dirasakan masyarakat. Idealnya SIAK sudah berjalan secara online, namun terjadi penggantian-penggantian pimpinan di level eselon II dan kemudian komunikasi tidak berjalan dengan baik. Langkah-langkah yang telah dilakukan oleh DPRD Kota Kendari untuk mendorong pengembangan e-Government, menurut Hadijjah antara lain melakukan kunjungan kerja bersama eksekutif pada daerah yang sudah menggunakan hal tersebut, mampu memudahkan dan membuat sistem pemerintahan di tempat tersebut transparan dan akuntabel, serta melakukan komunikasi- komunikasi yang intens dan memberikan pemahaman yang kompherenshif. B. Persepsi terhadap Wibsite Pemerintah DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara Menurut Dr.H.M. Syahrul, Msc, ia belum pernah membuka website pemerintah dan Pemda setempat, karena tidak tahu mengoperasikan Komputer, harus ada pendamping atau staf ahli. Syahrul menilai tidak adanya system, pada hal sistem harus dipenuhi sebagai interaksi komponen pada organisasi. Menurut Ya Uddus Ajo, SPI, ia pernah membuka website pemerintah dan Pemda setempat. Dari segi perwajahan, akses informasi tidak berjalan secara baik dan lancar isinya monoton, dimana seharusnya terdapat informasi mengenai kebijakan Pemerintah dan Perkembangan Program Gubernur dimuat di Web. Pemda harus menyampaikan informasi melalui websitenya berupa promosi daerah, jadwal dan kegiatan Gubernur Provinsi Sultra, kebijakan-kebijakan terbaru yang harus dilakukan, program apa saja yang sudah berjalan dan perlu disampaikan. C. Harapan terhadap Pengembangan e-Government Daerah DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara Menurut Dr.H.M. Syahrul, Msc agar pengembangan e-Government di Provinsi Sulawesi Tenggara harus berjalan berkesinambungan, agar tidak tertinggal dengan daerah lain. Hal ini perlu pula didukung dengan infrastruktur. Sedangkan Ya Uddus Ajo, SPI berharap agar pengembangan e-Government kedepan perlu mencapai dukungan, sehingga masyarakat tidak lagi gagal teknologi lagi. Justru adanya e-Government pekerjaan akan lebih mudah terselesaikan dengan makin mengglobalnya informasi, sehingga informasi yang kita butuhkan dapat diakses melalui media elektronik KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan di simpulkan bahwa Implementasi e-Government dilihat pada aspek kelembagaan pada tingkat : 1. Organisasi Kedua pemerintahan provinsi dan kabupaten/kota, satu organisasi pemerintahan masih menggunakan nomenklatur organisasi lama, yaitu Pengelolaan Data Elektronik. Sesuai semangat otonomi daerah serta belum diimplementasikannya PP nomor 22 tahun 2008 pada sebagian besar pemerintahan mengakibatkan tidak adanya keseragaman nomenklatur institusi pengelola Volume 15 No. 3 - Desember 2012 Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa - PEKOMMAS 147 e-Government. 2. Sumber Daya Manusia Kurang tersedianya Sumber Daya Manusia yang menguasai Teknologi Komunikasi dan Informasi. 3. Infrastruktur dan jaringan Provinsi Sultra memiliki akses jaringan internet dengan sistem koneksi Telkomnet instant dan speedy dengan menggunakan wireless LAN/SAT, menyediakan community acces point untuk akses publik. Pemkot Kendari juga telah memiliki jaringan LAN dilakukan secara terpadu di beberapa instansi. koneksi digunakan Telkom speedy, tetapi untuk kelurahan tidak terintegrasi dengan pemkot koneksi jaringan internet menggunakan kabel. 4. Infrastruktur Database dan Aplikasi Pemprov Sultra telah memiliki website untuk up dating informasi dilakukan pihak ketiga dengan apdating bersifat statis. Sedangkan Pemkot Kendari juga telah memiliki website, tetapi belum memiliki aplikasi yang mendukung e-Government. 5. Tingkat e-Literasi Pejabat Struktural Tingkat e-literasi Pejabat Eselon III dan Eselon IV masing-masing (50.0%) , tingkat pendidikan sarjana S1 (27.9%),. Dari seluruh jabatan ini, 30,7% lebih tidak menggunakan komputer, 23,8% tidak menggunakan internet. Tidak seluruh pejabat eselon III dan eselon IV menggunakan komputer juga mengakses internet. Pejabat yang mengakses internet, antara 1-2 jam sehari di tempat kerja/kantor. Kegiatan berinternet sering dilakukan untuk mencari berita/informasi, dan berkirim surat (e-mail). Pejabat struktural yang tidak pernah mengakses internet, ternyata mereka memiliki pengetahuan umum yang cukup tentang internet. Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberikan beberapa saran untuk pengembangan e-government antara lain: 1. Dalam implementasi e-Government pada suatu pemerintahan diperlukan adanya lembaga pengelola dengan tersedianya sumber daya manusia, infrastruktur, dan penguasaan pejabat pemerintah terhadap ICT. 2. Tingkat e-literasi pejabat struktural masih rendah, namun pengetahuan pejabat structural dinilai cukup memadai. Rendahnya e-Literasi pejabat structural perlu diantisipasi oleh Departemen Komunikasi dan Informatika melalui melalui Lembaga Pendidikan dan Pelatihan. DAFTAR PUSTAKA Agrawal, P.K., Portalis : the path to everything. Governement Technology, March, 2005 Bungin et al; Penelitian Tingkat Kesempatan dan Penerimaan Birokrasi Terhadap Teknologi Informasi Dalam Rangka Penyusunan Model Kebijakan E-Government dan Pemanfaatan Data Elektronik yang Layanan Publik Di Provinsi Jawa Timur, 2004 Bungin, Burhan, H.M, Prof.Dr.S.Sos,M.Si. Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, Edisi II, Media, Jakarta, 2006. Rivers, William L- et.al: Media Mass & masyarakat Modren, Edisi (Terjemahan), prenada Media, Jakarta, 2006. Journal information & Communication Tecnology (ICT), Vo. 1.No.1. Mei, 2006, The Indonesian ICT Intitute. Media Indonesia, 18 September 2006 Rahardjo, Budi, Membangun E-Government, PPAU Mikroelektronika ITB, Bandung, 2006. Tan, Alexis S., Mass Communication Theories and Research, Gird, Publishing, Inc. Ohio, 1981. Telematika Indonesia, Kebijakan dan Perkembangan tim ordinasi Telematika Indonesia (TKPI), Kementerian Komunikasi dan Informasi RI, Jakarta, 2/2004. Young james SL., (Editor) E-government in Asia, iMarshal Cavendish Business, Singapore, 2005. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika - Makassar 148 Implementasi e-Government ... ISSN : 1411-0385 Halaman ini sengaja dikosongkan Volume 15 No. 3 - Desember 2012 Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa - PEKOMMAS 149 Netralitas Media Cetak Dalam Pemberitaan Kandidat Gubernur Sulawesi Selatan Tahun 2013 Neutrality of Media Print News about Candidate of South Sulawesis Governor 2013 RUKMAN PALA Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Makassar Jl. Prof. Abdurahman Basalama II No. 25 Makassar Telp. 0411 4660370 Fax. 0411-4660084 rukmanpala@yahoo.co.id Naskah diterima: 24 Oktober 2012 || Naskah disetujui: 20 November 2012 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapat masyarakat tentang netralitas me- dia cetak khususnya surat kabar harian Fajar, Tribun Timur, dan Seputar Indonesia terkait dengan pemberitaan seputar kandidat gubernur Sulawesi selatan. Pendekatan yang digunakan penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif untuk mendeskripsikan prosentase kenetralan pemberitaan baik pada kategori berita utama maupun kategori berita biasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga me- dia cetak cenderung netral pada pemberitaannya terkait kandidat gubernur Sulawesi Selatan karena lebih dari 60% responden menjawab netral. Temuan penelitian mendeskripsikan bahwa dari ketiga surat kabar harian, harian Fajar prosentasenya 83,3% , sedang surat kabar harian Tribun Timur dan Seputar Indenesai hanya 75% dan 68,3%. Kata kunci : kandidat Gubernur, media cetak, netralitas Abstract This study aims to determine public opinion about the neutrality of the print media particularly dayly newspaper such as Harian Fajar, Tribun Timur and Seputar Indonesia with news about South Sulawesi gubernatorial candidate. The approach of this research is a quantitative ap- proach to describe the percentage of neutrality news headlines in both categories as well as regular news category. The results showed that all three print media tend to be neutral in its news related South Sulawesi gubernatorial candidate because more than 60% of respondents answered neutral. The studys fndings describe that of the three daily newspapers, Harian Fajar percentage is 83.3%, while Tribun Timur and Seputar Indonesia only 75% and 68.3%. Key words : Governor candidate, neutrality, print media Peneliti Madya Komunikasi PENDAHULUAN Pada dasawarsa yang lalu banyak teoritisi komunikasi masih memandang media sebagai komponen komunikasi yang netral. Pada waktu itu berlaku asumsi bahwa media apa pun yang dipilih untuk menyampaikan pesan-pesan komunikasi tidak akan mempengaruhi pemahaman dan penerimaan pesan oleh masyarakat. Lalu bagaimanakah realitas media saat ini sebagai alat komunikasi politik dalam sosialisasi kandidat yang bertarung pada Pemilu Gubernur Sulawesi Selatan? Apakah media mampu mempertahankan kenetralannya dalam Pemilukada Gubernur Sulawesi selatan? Dalam sebuah negara yang belum demokratis, media massa yang netral sangat sulit ditemukan. Hal ini dapat dipahami karena pemerintah memiliki otoritas yang kuat dalam menjaga stabilitas. Tidak heran jika media di dalam negara tersebut sangat selektif menyiarkan berita dan tentunya melewati kontrol pemerintah.Begitu juga kondisi media di negara ini sejak dahulu. Media massa yang ada pun biasanya merupakan representasi dari pemerintah atau Parpol tertentu. Jadi bagaimana media mampu berperan netral dalam menciptakan demokrasi kalau dia sendiri lahir dari tangan-tangan politik? Pada masa orde baru media adalah pendukung pemerintah. Maka setiap berita pun tentu selalu memuji pemerintah dan kalaupun ingin mengeritik pemerintah harus dengan cara yang amat halus dan tidak tajam. Begitu juga saat Pemilu, media tentunya akan pro pada partai pemerintah. Menurut Mc Quail, secara umum media massa memiliki berbagai fungsi Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika - Makassar 150 Netralitas Media ... ISSN : 1411-0385 bagi khalayaknya yaitu pertama, sebagai pemberi informasi; kedua, pemberian komentar atau interpretasi yang membantu pemahaman makna informasi; ketiga, pembentukan kesepakatan; keempat, korelasi bagian- bagian masyarakat dalam pemberian respon terhadap lingkungan; kelima, transmisi warisan budaya; dan keenam, ekspresi nilai-nilai dan simbol budaya yang diperlukan untuk melestarikan identitas dan kesinambungan masyarakat. Oleh karena itu media massa seharusnya menjadi sarana pencerahan dan transformasi nilai-nilai kebenaran agar masyarakat dapat melihat secara apa adanya. Media sebaiknya tidak memunculkan kesan menilai atau keberpihakan khususnya dalam masa sosialisasi para kandidat yang bertarung pada Pemilu Gubernur Sulawesi Selatan Januari 2013. Biarlah masyarakat sendiri yang akan menilai. Yang diperlukan media hanyalah menyampaikan informasi yang sebenarnya,jelas hitam putihnya. Sehingga masyarakat tidak terjebak pada pilihan mereka, karena persoalan Pemilu adalah persoalan masa depan bangsa. Media harus mampu bersikap objektif dalam penayangan berita. Dalam hal sosialisasi para kandidat Gubernur Sulsel, media cetak merupakan sebuah saluran sosialisasi dan kampanye terhadap konstituen, dalam mencermati berita oleh media cetak, terkadang pemberitaan menyudutkan salah satu pihak dan mengunggulkan pihak yang lain. Atau mencari kesalahan pihak lawan tanpa melihat juga kesalahan pihak yang dibela. Sosialisasi melalui media surat kabar atau media cetak memiliki andil dalam pembentukan persepsi masyarakat. Persepsi merupakan sebuah proses pemberian makna terhadap apa yang ditangkap dari indera, sehingga memperoleh pengetahuan baru dari hal tersebut. Persepsi sangat dipengaruhi oleh informasi yang ditangkap secara keseluruhan. Begitu juga dengan pencitraan pada dasarnya juga dipengaruhi oleh informasi yang diterma dan dipersepsi. Informasi atau berita dalam media massa merupakan hasil seleksi yang dilakukan oleh gatekeeper yang dijabat oleh pemimpin redaksi atau redaktur pelaksana surat kabar. Berita dalam surat kabar sendiri dapat didefenisikan sebagai sebuah laporan dari suatu kejadian penting dan dianggap menarik perhatian umum. Berita merupakan salah satu informasi yang diberikan oleh surat kabar. Dalam hal penyajian berita harus melalui seleksi. Karena isi berita sangat berpengaruh pada minat masyarakat untuk membaca. Oleh karena adanya seleksi dalam pemuatan berita, maka tidak semua berita atau informasi yang ada dapat terekspos. Berita yang dimuat biasanya hanya berita yang memiliki nilai jual. Terkadang dari sinilah kurang netralnya sebuah media. Media hanya mementingkan keuntungan saja, terkadang media kurang memperhatikan masyarakat kecil khususya. Sehingga mereka tak pernah terjamah oleh dunia elit. Patterson berkesimpulan bahwa informasi surat kabar lebih efektif bagi khalayak dibanding televisi. Sajian berita surat kabar selain bentuk kata tercetak, juga kerap dalam bentuk visual berupa foto berita, lambang partai politik, atau karikatur. Dari asumsi ini terlihat bahwa surat kabar memiliki pengaruh yang besar pula dalam sosialisasi kandidat. Fenomena sosialisasi yang disajikan oleh para kandidat gubernur dan wakil gubernur Sulawesi Selatan melalui media cetak dengan keadaan dan suhu politik menjelang beberapa bulan diadakannya perhelatan pemilukada ini. Sebelum menjawab semua itu, kiranya tidak ada salahnya jika mencantumkan nama, nomor urut. Sebagaimana yang diketahui bersama bahwa pemilukada ini diikuti oleh tiga pasang kandidat yang dimana kesemuanya datang dari berlatarbelakang pejabat publik. Penggunaan media massa oleh para kandidat tentu memiliki segmentasi tersendiri. Mengenal khalayak atau masyarakat adalah salah satu kunci sukses untuk memenangkan persaingan. Denagan menyajikan produk politik yang menarik mulai dari kemasan, isi dan tampilan yang baik, serta mempunyai intensitas lebih banyak sehingga masyarakat mampu terpengaruh dan melakukan tindakan untuk memilih kandidat. Sasaran utama dari kampanye yakni masyarakat yang memiliki hak pilih. Keikutsertaan pemilih dalam mengikuti kampanye di media massa diharapkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan pengetahuan dan sikap positif terhadap pelaksanaan pemilukada yang dilaksanakan. Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa sosialisasi para kandidat yang menjadi agenda media massa dapat memberikan sumbangan terhadap partisipasi politik, apalagi pesan yang disampaikan memperhatikan kriteria efektivitas. Semakin efektiv cara penyajian pesan, akan semakin mudah pula pesan itu diterima dan dipahami oleh khalayak.Hal ini menggambarkan pula bahwa perhatian terhadap sosialisasi kandidat melalui media massa memiliki peranan yang penting dalam mencapai efektivitas pesan komunikasi yang disampaikan, sebab sebaik apapun suatu pesan atau informasi yang dikemas dan disajikan dengan menggunakan berbagai media, namun belum dapat menarik atau mempengaruhi perahtian khalayak, maka kegiatan komunikasi tersebut tidaklah mempunyai efektivitas terhadap khalayak. Dengan demikian maka permasalahan utama dalam penelitian ini adalah bagaimana netralitas media cetak dalam pemberitaan kandidat Gubernur Sulawesi Volume 15 No. 3 - Desember 2012 Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa - PEKOMMAS 151 Selatan periode 2013 2018? Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui netralitas media cetak terhadap pemberitaan kandidat gubernur Sulawesi Selatan periode 2013 2018. Manfaat dari penelitian ini secara praktis diharapkan dapat memberikan masukan pada media cetak yang dijadikan objek penelitian, sedang manfaat secara akademis diharapkan dapat menjadi rujukan bilamana ada penelitian yang relevan. Dalam komunikasi massa menurut Ensiklopedi Pers Indonesia (1991 : 314), komunikasi massa didefenisikan sebagai bentuk komunikasi yang menggunakan sarana-sarana teknik yang mampu menyampaikan pesan kepada suatu khalayak yang besar dalam waktu relatif atau bahkan secara langsung. Komunikasi massa adalah penyebaran pesan dengan menggunakan media massa yang ditujukan kepada massa yang abstrak atau sejumlah orang yang tidak nampak oleh si penyampai pesan. Pembaca koran, pendengar radio, penonton flm dan penonton televisi tidak nampak oleh komunikator. Komunikasi massa atau komunikasi melalui medi massa sifatnya satu arah (one way traffc). Pesan yang disebarkan oleh komunikator, tidak diketahui apakah pesan itu diterima, dimengerti, atau dilalakukan oleh komunikan. Menurut Wahyudi (2006 : 42) memberi defnisi komunikasi massa yang menggunakan media massa modern yang terbit atau disiarkan secara periodik. Defnisi lain seperti yang diuraikan Effendi (1981: 59) menyatakan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa modern, yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum, dan flm yang dipertunjukkan di gedung- gedung bioskop. Sedangkan menurut Freidsow (dalam Rakhmat, 1992 : 188) komunikasi massa dibedakan dari jenis komunikasi lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi dialamatkan pada sejumlah populasi dari berbagai kelompok dan bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagian khusus populasi. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Rakhmat (1988:5) komunikasi massa adalah komunikasi umumm bukannya bersifat pribadi. Pesan-pesan bukan hanya ditujukan pada satu orang saja, isinya pun terbuka bagi setiap orang, anggota-anggota khalayaknya menyadari bahwa setiap anggota memperoleh materi atau pesan yang sama. Media massa adalah media yang digunakan dalam menyampaikan pesan dari sumber pada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, flm, radio dan televisi. Sederhananya perkembangan permulaan media massa sampai kepada modernisasi pada saat sekarang ini. Peralihan dari pemilikan atau bahkan penguasaan terhadap media massa relatif tidak berubah hanya berganti variasi yang mana media massa memperkuat kelas-kelas sosial yang ada dalam suatu masyarakat itu sendiri daripada diakibatkan oleh kehadiran media massa. Dalam buku Ilmu, Teori, Filsafat Komunikasi karya Onong Uchjana Effendy disebutkan bahwa teori Agenda setting model untuk pertama kali ditampilkan oleh M.E Mc. Combs dan D.L. Shaw dalam Public Opinion Quarterly terbitan tahun 1972, berjudul The Agenda-Setting Function of Mass Media. Kedua pakar tersebut mengatakan bahwa : Jika media memberikan tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. (Effendy, 2003:287) Adapun fungsi dari Agenda setting model seperti yang diungkapkan M.E Mc. Combs dan D.L. Shaw dan di kutip kembali oleh Tommy Suprapto dalam bukunya yang berjudul Pengantar Teori Komunikasi adalah sebagai berikut: Ide tentang fungsi Agenda Setting dari media massa berhubungan dengan konsep spesifk mengenai hubungan kuat yang positif antara perhatian komunikasi massa dan penonjolan terhadap topic- topik penting itu untuk individu khalayak. Konsep ini dinyatakan dalam istilah kausal : meningkatnya penonjolan topik atau issu dalam media massa (penyebab) yang mempengaruhi topik atau issu yang terdapat diantara para khalayak(Suprapto, 2006 : 46). Teori Agenda Setting dimulai dengan suatu asumsi bahwa media massa menyaring berita, artikel, atau tulisan yang akan disiarkannya. Secara selektif, gatekeepers seperti penyunting, redaksi, bahkan wartawan sendiri menentukan mana yang pantas diberitkan dan mana yang harus disembunyikan. Setiap kejadian atau isu diberi bobot tertentu dengan panjang penyajian (ruang dalam surat kabar, waktu pada televisi dan radio) dan cara penonjolan (ukuran judul, letak pada suratkabar, frekuensi penayangan, posisi dalam suratkabar, posisi dalam jam tayang). Teori Agenda Setting pertama dikemukakan oleh Walter Lippman (1965) pada konsep The World Outside and the Picture in our head (Fatmafarama 2011), penelitian empiris teori ini dilakukan Mc Combs dan Shaw ketika mereka meniliti pemilihan presiden tahun 1972. Mereka mengatakan antara lain walaupun para ilmuwan yang meneliti perilaku manusia belum menemukan kekuatan media seperti yang disinyalir oleh pandangan masyarakat yang konvensional, belakangan ini mereka menemukan cukup bukti bahwa para penyunting dan penyiar memainkan peranan yang penting dalam membentuk realitas social kita, ketika mereka melaksanakan tugas keseharian mereka dalam menonjolkan berita. Khalayak bukan saja belajar Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika - Makassar 152 Netralitas Media ... ISSN : 1411-0385 tentang isu-isu masyarakat dan hal-hal lain melalui media, meraka juga belajar sejauhmana pentingnya suatu isu atau topik dari penegasan yang diberikan oleh media massa. Misalnya, dalam merenungkan apa yang diucapkan kandidat selama kampanye, media massa tampaknya menentukan isu-isu yang penting. Dengan kata lain, media menetukan acara (agenda) kampanye. Dampak media massa, kemampuan untuk menimbulkan perubahan kognitif di antara individu- individu, telah dijuluki sebagai fungsi agenda setting dari komunikasi massa. Disinilah terletak efek komunikasi massa yang terpenting, kemampuan media untuk menstruktur dunia buat kita. Tapi yang jelas Agenda Setting telah membangkitkan kembali minat peneliti pada efek komunikasi massa. Ide dasar pendekatan Agenda Setting seperti yang sering dikemukakan Bernard Cohen (1963) dalam Sukarman (2005) adalah bahwa pers lebih daripada sekadar pemberi informasi dan opini. Pers mungkin saja kurang berhasil mendorong orang untuk memikirkan sesuatu, tetapi pers sangat berhasil mendorong pembacanya untuk menentukan apa yang perlu dipikirkan. Dalam studi pendahuluan tentang Agenda Setting menunjukkan hubungan di antara beberapa surat kabar tertentu dan pembacanya dalam isu-isu yang dianggap penting oleh media dan publik. Jenjang pentingnya isu publik ini disebut sebagai salience. Akan tetapi, studi ini sendiri bukanlah Agenda Setting seperti yang kita maksudkan, karena arah penyebabnya tidaklah jelas. Baik media ataupun publik bisa saja menimbulkan kesepakatan tentang jenjang isu-isu publik. Selain itu, studi pendahuluan ini masih berupa suatu perbandingan umum, bukan perbandingan individual, seperti yang ditetapkan dalam hipotesis Agenda Setting ini. McCombs dan Shaw dalam Suryanti (2006) mengakui keterbatasan ini dalam studinya dan mengungkapkan bahwa penelitian-penelitian lain harus meninggalkan konteks sosial yang umum dan memakai konteks psikologi sosial yang lebih spesifk. Sayang sekali saran ini tidak sepenuhnya diikuti dalam hampir seluruh penelitian agenda setting yang dilakukan kemudian (Becker, 1982). Di pihak lain, studi-studi berikutnya tentang Agenda Setting berhasil menetapkan urutan waktu dan arah penyebab. Dalam kondisi tertentu, peneliti menunjukkan bahwa media massa benar-benar dapat menentukan agenda bagi khalayak yang spesifk, paling tidak pada suatu tingkat agregatif membandingkan agenda pembaca-pembaca sebuah surat kabar dengan pembaca-pembaca surat kabar lain di Madison, Wisconsin. Dari pengamatan ini ia dapat menunjukkan bahwa dalam batas-batas tertentu ada perbedaan di antara keduanya. (Suherman, 2004). Teori ini menganggap bahwa media massa dengan memberikan perhatian pada isu tertentu dan mengabaikan yang lainnya, akan memiliki pengaruh terhadap pendapat umum. Orang akan cenderung mengetahui tentang hal-hal yang diberitakan media massa dan menerima susunan prioritas yang diberikan media massa terhadap isu-isu yang berbeda. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Teori Komunikasi Massa, yaitu: Agenda Setting model yang dirumuskan oleh Backer dan dikutip kembali oleh jalaludin Rakhmat dalam buku Metode Penelitian Komunikasi, mengatakan : Model Agenda Setting merupakan salah satu model teori komunikasi yang merupakan pengembangan dari teori jarum hipodermik, asumsi dasar model ini membentuk persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting. Karena model ini mengansumsikan adanya hubungan positif antara penilaian yang diberikan oleh media pada suatu persoalan. Singkatnya apa yang dianggap penting oleh media, akan dianggap penting juga bagi masyarakat(Rakhmat, 2000 : 68-69) METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan survei yang lebih menekankan pada jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian yang tidak bertujuan untuk menjelaskan hubungan/ pengaruh antara variable tetapi hanya menggambarkan tanggapan masyarakat terhadap netralitas media cetak pada pemberitaan kandidat gubernur Sulawesi Selatan periode 2013 2018. Konsep penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 1. Kerangka Konsep Media cetak yang dimaksudkan dalam objek penelitian ini adalah surat kabar harian Fajar, surat kabar harian Tribun Timur, dan surat kabar harian Seputar indinesia. Pemberitaan yang dimaksudkan pada surat kabar tersebut adalah pemeberitaan seputar kandidat Gubernur Sulawesi Selatan pada bulan September dan Oktober tahun 2012 pada hedline berita utama (halaman depan) dan pemberitaan pada halaman lainnya diluar halaman utama yang juga disebut berita Volume 15 No. 3 - Desember 2012 Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa - PEKOMMAS 153 biasa. Masyarakat yang dimaksudkan dalam penelitian ini sebagai responden adalah masyarakat yang aktif membaca surat kabar pada setiap harinya, terutama yang terkait dengan pemberitaan seputar kandidat Gubernur Sulawesi Selatan. Dalam melakukan penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu : a) Data Primer Data ini diperoleh melalui studi lapang dengan menggunakan teknik wawacara. Dalam pelaksanaannya mengumpulkan data melalui komunikasi dengan para responden. responden yang dimaksud disini adalah orang-orang yang kesehariannya membaca berita tentang kandidat gubernur sulsel. b) Data Sekunder Data ini diperoleh melalui studi kepustakaan dengan cara membaca buku, literature, dan berbagai informasi tertulis lainnya yang berkenaan dengan masalah yang di teliti. Data Sekunder ini dimaksudkan sebagai data penunjang guna melengkapi hasilm peneliti ini nantinya. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat pembaca surat kabar harian fajar, tribun timur, dan seputar Indonesia yang ada dikelurahan tamamaung kota Makassar. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan menentukan 30 responden yang kesehariannya membaca berita tentang kandidat gubernur Sulawesi Selatan. Data penelitian dianailsis secara kuantitatif dengan menggunkan tabel frekuensi dan penarasiannya dengan menyebut angka persentase guna mengetahui tingkat netralitas pemberitaan media cetak tentang kandidat gubernur dan wakil gubernur Sulawesi Selatan periode 2013 -2018. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Surat Kabar Harian 1. Surat Kabar Harian Fajar Harian Fajar. Surat kabar harian terbesar di luar pulau Jawa dan pemimpin pasar di Indonesia Timur. Surat kabar berumur 31 tahun dan berpusat di Makassar ini juga merupakan induk dari banyak telur: Ujung Pandang Ekspres, Berita Kota Makassar, Timor Ekspres, Ambon Ekspress, Kendari Ekspres, Kendari Pos, Radar Buton, Radar Bone, Radar Sulbar, Palopo Pos, Pare Pos, Radar Bulukumba,dan lainnya. Pertama beroperasi pada 1981, Fajar mengontrak kantor di jalan Ahmad Yani nomor 15 Makassar, tepatnya di gedung kantor bekas percetakan dan toko buku Druckeymilik Belanda yang kemudian dinasionalisasi menjadi percetakan Bhakti. Kantor Ahmad Yani sangat sederhana. Saking sederhananya, WC-nya pun tidak ada. Dengan menggunakan peralatan mesin ketik, Fajar beroperasi dengan hanya mengandalkan tiga wartawan: Abun Sanda , Aidir Amin Daud, dan Hamid Awaluddin. Untuk urusan administrasi dan keuangan, diserahkan kepada Syamsu Nur (sekarang Direktur Utama Fajar Group). Langkah strategis diambil pada akhir tahun 1988: Fajar bergabung dengan Jawa Pos Grup yang dipimpin Dahlan Iskan. Dalam siklus bisnis, Fajar sekarang berada dalam posisi teratas. Misinya sekarang sederhana saja: mempertahankan posisi untuk tetap menjadi yang teratas. Tantangan yang berat, mengingat surat kabar pesaing mulai bermunculan dan berkembang:Seputar Indonesia, Tribun Timur, dan Koran Tempo. 2. Surat Kabar Harian Tribun Timur Delapan tahun silam , harian Tribun Timur lahir di bumi Anging Mammiri. Proses pase demi pase lahirnya Koran yang kini kian tumbuh dan menghujamkan akar disanubari masyarakat. Delapan tahun silam, tepat tanggal 9 februari 2003, semuanya serba bergegas, Malam itu, bertempat di jalan perintis kemerdekaan, sebanayk 50 jurnalis muda berdebar-debar menanti lahirnya media yang konsepnya telah dipelajari selama 6 bulan. Saat itu ada kebutuhan mendesak untuk lahirnya sebuah media baru, publik Sulawesi Selatan dan Indonesia timur menunggu lahirnya media yang tidak hanya merekam dinamika dimasyarakat sehari- hari, yang dimasa itu tidak seberapa punya posisi tawar di politik dan pemerintahan, pendidikan bagi para jurnalis dimulai sejak bulan September. Saat itu, para jurnalis dilatih dengan teori hingga praktik jurnalistik, selama enam bulan, mereka diterjunkan kemasyarakat demi mengumpulkan berita dari berbagai sisi. (Yusran Darman /timurangin@yahoo.com) 3. Harian Seputar Indonesia Koran Seputar Indonesia terbit perdana, pada 30 Juni 2005. Dilahirkan oleh PT Media Nusantara Informasi (MNI), sub-sidiary dari PT. Media Nusantara Citra (MNC) yang menaungi RCTI, TPI, Global TV dan Trijaya Network. PT. MNC sudah sangat berpenga- laman dalam mengelola media serta terbilang mapan dan berpengaruh, baik di kalangan masyarakat maupun pengambil keputusan. Sebagai surat kabar baru, Koran Seputar Indonesia ditujukan untuk memudahkan sekaligus memenuhi kebutuhan pembaca dalam satu keluarga. Pada saat sang Bapak memilih news, sang Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika - Makassar 154 Netralitas Media ... ISSN : 1411-0385 Ibu bisa leluasa membaca lifestyle, sedangkan si Anak bebas membaca sport. Atau sang Bapak bisa membawa news ke kantor dengan meninggalkan lifestyle untuk dibaca Ibu di rumah, sementara si Anak memasukkan sport ke dalam tas untuk dibaca dalam perjalanan. Pendeknya, mereka bisa bertukar section tanpa harus mengganggu keasyikan masing-masing. Koran Seputar Indonesia hadir setiap pagi dengan sajian berita-berita yang akurat, mendalam, penuh gaya dan warna. Koran Seputar Indonesia juga akan menyapa pembaca dengan sentuhan jurnalisme khas untuk selalu memberikan lebih dari sekadar berita. Apalagi ditunjang dengan kreatiftas visual yang progresif dan tidak konservatif, Koran Seputar Indonesia yakin akan menjadi media yang unik. Sajian berita yang bersahabat, karena pemanfaatan bahasa dan image yang ramah (tidak berdarah-darah), aktual dan informatif, karena berita terkini disajikan dengan ringkas dan jelas dengan topik-topik yang hangat. Koran yang menghibur karena didukung oleh desain yang menarik dan tidak membuat kening berkerut. Mampu mengakomodasi Feature Lifestyle dan Infotainmen sekuat berita. Sajian berita yang bersifat Non Partisan atau tidak memihak dan dapat dipercaya. Karakteristik Responden Penelitian ini mengambil data dari 30 responden. Seluruh responden diambil berdasarkan usia, latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang berbeda-beda agar distribusi responden lebih beragam. Gambar 2. Usia Responden Berdasarkan Gambar 2 diatas menunjukkan bahwa responden yang berusia 30-40 tahun sebanyak 37% dengan persentase yang paling tinggi kemudian disusul dengan 20- 30 tahun atau sekitar 30%, selanjutnya 23% yang berusia 40-50 tahun dan 50 sampai 60 tahun hanya 10%.. Hal ini mendeskripsikan bahwa dominanasi responden membaca surat kabar harian dengan berita tentang kandidat gubernur Sulsel tahun 2013 didominasi pada usia 30-40 tahun. Gambar 2 menunjukkan distribusi responden menurut pendidikannya. Dapat dilihat bahwa pendidikan responden 43% berpendidikan S1, 27% berpendidikan SMA dan 17% berpendidikan S2, dan hanya 6% yang berpendidikan SMP. Hal ini mendeskripsikan bahwa antusias dan yang dominan responden membaca surat kabar cenderung Nampak pada persentase kategori pendidikan responden. Gambar 2. Pendidikan Responden Gambar 3 menunjukkan distribusi responden menurut pekerjaannya. Dari gambar dapat dilihat bahwa pekerjaan responden mayoritas pegawai negeri sipil sekitar 57%, disusul pengusaha 20%, sedang pegawai swasta hanya 10%. Hal ini mendeskripsikan bahwa ternyata pegawai negeri sipil lebih dominan membaca surat kabar harian yang menjadi objek penelitian ini. Hasil Penelitian Penelitian ini menetapkan 30 responden yang aktif membaca surat kabar harian Fajar, Tribun Timur, dan Seputar Indonesia dengan demikian maka responden memberikan penilaian tentang kenetralan dari pada pemberitaan media surat kabar tersebut untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Grafk 1. Berdasarkan data tentang headline atau berita utama pada surat kabar harian Fajar bahwa dari 30 Gambar 3. Pekerjaan Responden Volume 15 No. 3 - Desember 2012 Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa - PEKOMMAS 155 responden pembaca menunjukkan 28 responden atau 93,3% memberikan jawaban bahwa berita utama terkait dengan kandidat gubernur Sulawesi Selatan pemberitaannya netral tidak menguntungkan dan tidak merugikan salah satu kandidat tetapi memberikan forsi yang sama pada kandidat untuk diposisikan pada berita utama atau headline surat kabar harian Fajar. Grafk 1. Berita Utama SKH Fajar Responden yang menjawab kurang netral dan tidak netral masing masing 1 responden atau sekitar 3,3%. Dengan demikian bahwa surat kabar harian Fajar pada berita utamanya tentang kandidat gubernur Sulawesi Selatan hampir 100% dari total 30 responden menyatakan harian Fajar adalah media yang propesional dalam memberitakan kandidat Gubernur Sulsel dengan menjaga netralitasnya. Grafk 2. Berita Biasa SKH Fajar Berdasarkan data diatas tentang berita biasa pada surat kabar harian Fajar bahwa dari 30 responden pembaca menunjukkan 25 responden atau 83,3% memberikan jawaban bahwa berita biasa terkait dengan kandidat Gubernur Sulawesi Selatan pemberitaannya netral tidak memihak kepada salah satu kandidat tetapi memberikan porsi yang sama pada semua kandidat untuk diposisikan pada berita biasa. Responden yang menjawab kurang netral sebanyak 3 responden atau 10% dan yang menjawab tidak netral ada 2 responden atau 6,7%. Dengan demikian bahwa surat kabar harian fajar pada berita biasa tentang kandidat gubernur Sulawesi Selatan mayoritas responden menyatakan surat kabar harian Fajar adalah media yang cukup propesional dalam memberitakan kandidat gubernur Sulsel dengan menjaga netralitasnya walaupun 5 responden atau 16,7% yang menyatakan kurang netral atau tidak netral. Jika dilihat jawaban responden dari dua kategori berita, baik yang kategori berita utama maupun kategori berita biasa menggambarkan bahwa ada sekitar 3 responden atau sekitar 10% yang memberikan jawaban yang berbeda pada kedua kategori pemberitaan, karena persentase jawaban dari kedua kategori pemberitaan lebih tinggi persentasenya netralitas berita utama tentang kandidat gubernur Sulawesi Selatan dibanding dengan berita biasa. Grafk 3. Berita Utama SKH Tribun Timur Berdasarkan data diatas tentang hedlaine atau berita utama pada surat kabar Tribun Timur bahwa dari 30 responden pembaca menunjukkan 22 responden atau 73,3% memberikan jawaban bahwa berita utama terkait dengan kandidat Gubernur Sulawesi Selatan pemberitaannya netral tidak menguntungkan dan tidak merugikan salah satu kandidat tetapi memberikan porsi yang sama pada semua kandidat untuk diposisikan pada berita utama atau hetline surat kabar harian Tribun Timur. Responden yang menjawab kurang netral sebanyak 5 responden atau 16,7% dan yang menjawab tidak netral ada 3 responden atau 10%. Dengan demikian bahwa surat kabar harian Tribun Timur pada berita utama tentang kandidat Gubernur Sulawesi Selatan mayoritas responden menyatakan surat kabar harian Fajar adalah media yang cukup propesional dalam memberitakan kandidat Gubernur Sulsel dengan menjaga netralityasnya, walaupun ada sebanyak 8 responden atau 26,7% yang menyatakan kurang netral atau tidak netral tetapi masih lebih dari 70% yang menyatakan netral. Berdasarkan data di atas tentang berita biasa pada surat kabar harian Tribun Timur (Grafk 4) bahwa dari Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika - Makassar 156 Netralitas Media ... ISSN : 1411-0385 30 responden pembaca menunjukkan 23 responden atau 76,7% memberikan jawaban bahwa berita biasa terkait dengan kandidat gubernur Sulawesi Selatan pemberitaannya netral tidak memihak kepada salah satu kandidat tetapi memberikan porsi yang sama pada semua kandidat untuk diposisikan pada berita biasa. Responden yang menjawab kurang netral sebanyak 4 responden atau 13,3% dan yang menjawab tidak netral ada 3 responden atau 10%. Dengan demikian bahwa surat kabar harian tribun timur pada berita biasa tentang kandidat Gubernur Sulawesi Selatan mayoritas responden menyatakan surat kabar harian Tribun Timur adalah media yang cukup propesional dalam memberitakan kandidat Gubernur Sulsel dengan menjaga netralitasnya walaupun 7 responden atau 23,3% yang menyatakan kurang netral atau tidak netral. Jika dilihat jawaban responden dari dua kategori berita, baik yang kategori berita utama maupun kategori berita biasa menggambarkan bahwa hanya sedikit perbedaan karena hanya 1 responden atau sekitar 3,3% yang memberikan jawaban yang berbeda pada kedua kategori pemberitaan, karena persentase jawaban dari kedua kategori pemberitaan lebih tinggi persentasenya netralitas berita biasa tentang kandidat Gubernur Sulawesi Selatan dibanding dengan berita utama. Grafk 4. Berita Biasa SKH Tribun Timur Grafk 5. Berita Utama SKH Seputar Indonesia Berdasarkan data yang ditunjukkan Grafk 5 tentang headline atau berita utama pada surat kabar harian Seputar Indonesia bahwa dari 30 responden pembaca menunjukkan 20 responden atau 66,7% memberikan jawaban bahwa berita utama terkait dengan kandidat Gubernur Sulawesi Selatan pemberitaannya netral tidak menguntungkan dan tidak merugikan salah satu kandidat tetapi memberikan Porsi yang sama pada semua kandidat untuk diposisikan pada berita utama atau headline surat kabar harian Seputar Indonesia. Responden yang menjawab kurang netral sebanyak 6 responden atau 20% dan yang menjawab tidak netral ada 4 responden atau 13,3%. Dengan demikian bahwa surat kabar harian Seputar Indonesia pada berita utama tentang kandidat Gubernur Sulawesi Selatan mayoritas responden menyatakan cukup propesional dalam memberitakan kandidat gubernur sulsel dengan menjaga netralitasnya, walaupun ada sebanyak 10 responden atau 33,3% yang menyatakan kurang netral atau tidak netral tetapi masih lebih dari 60% yang menyatakan netral. Grafk 6. Berita Biasa SKH Seputar Indonesia Berdasarkan data diatas tentang berita biasa pada surat kabar harian Seputar Indonesia bahwa dari 30 responden pembaca menunjukkan 21 responden atau 70% memberikan jawaban bahwa berita biasa terkait dengan kandidat gubernur Sulawesi Selatan pemberitaannya netral tidak memihak kepada salah satu kandidat tetapi memberikan porsi yang sama pada semua kandidat untuk diposisikan pada berita biasa. Responden yang menjawab kurang netral sebanyak 5 responden atau 16,7% dan yang menjawab tidak netral ada 4 responden atau 13,3%. Dengan demikian bahwa surat kabar harian Seputar Indonesia pada berita biasa tentang kandidat Gubernur Sulawesi Selatan mayoritas responden menyatakan surat kabar harian Seputar Indonesia adalah media yang cukup propesional dalam memberitakan kandidat gubernur Sulsel dengan menjaga netralitasnya walaupun 9 responden atau 30% yang menyatakan kurang netral atau tidak netral. Volume 15 No. 3 - Desember 2012 Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa - PEKOMMAS 157 Jika dilihat jawaban responden dari dua kategori berita, baik yang kategori berita utama maupun kategori berita biasa menggambarkan bahwa hanya sedikit perbedaan karena hanya 1 responden atau sekitar 3,3% yang memberikan jawaban yang berbeda pada kedua kategori pemberitaan, karena persentase jawaban dari kedua kategori pemberitaan lebih tinggi persentasenya netralitas berita biasa tentang kandidat Gubernur Sulawesi Selatan dibanding dengan berita utama. Pembahasan Dari hasil penelitian mendeskripsikan bahwa ketiga media cetak dari penilaian responden memposisikan diri sebagai media cetak yang netral terhadap pemberitaannya terbukti dengan lebih 50% responden memberikan jawaban bahwa ketiga media cetak yang menjadi objek penelitian netral dalam pemberitaannya tentang seputar kandidat Gubernur Sulawesi Selatan baik yang dimuat diberita utama (headline) maupun yang dimuat pada berita biasa. Dengan demikian maka media cetak khususnya surat kaabar harian yang dijadikan objek penilaian responden menggambarkan idialisme dan profesionalisme sebagaimana tuntutan pers yang bertanggung jawab dengan tidak berpihak pada salah satu kandidat atau menguntungkan dan merugikan kandidat lainnya. Dari ketiga surat kabar harian ini yang dijadikan penilaian responden pada pemberitaan diberita utamanya surat kabar harian Fajar memiliki persentase lebih tinggi dibanding dengan kedua surat kabar lainnya yaitu 93,3% , sedang surat kabar harian Tribun Timur 73,3% , dan surat kabar harian Seputar Indonesia 66,7%. Kenetralan surat kabar harian Fajar pada pemberitaan diberita utama seputar kandidat gubernur Sulawesi Selatan dibanding dengan kedua surat kabar harian lainnya menunjukkan adanya perbedaan yang sangat signifkan yaitu kurang lebih 20% dibawah persentase harian Fajar. Pada pemberitaan seputar kandidat gubernur pada berita biasa surat kabar harian fajar menempati posisi tertinggi dengan 83,3%, surat kabar tribun timur berada diurutan kedua dengan 76,7%, dan surat kabar harian seputar Indonesia 70%. Dengan demikian menggambarkan bahwa pada berita biasa kandidat Gubernur Sulawesi Selatan perbedaan prosentasenya tidak seperti pada berita utma, karena pada pemberitaan di berita biasa cenderung mendeskripsikan keseimbangan pemberitaan dengan tidak terlalu jauh perbedaan prosentasenya. Selanjutnya kecenderungan menjadi temuan dalam penelitian ini adalah surat kabar harian Fajar lebih profesional memuat berita seputar kandidat gubernur Sulawesi Selatan dibanding dengan kedua surat kabar harian lainnya karena terbukti bahwa baik dimuat diberita utama maupun diberita biasa surat kabar harian Fajar mendeskripsikan lebih tinggi persentasenya yaitu sebanyak 88,3% , sedang surat kabar harian Tribun Timur 75%, dan surat kabar harian Seputar Indonesia 68,3%. Dengan demikian ketiga surat kabar cenderung netral tetapi yang lebih tinggi persentase yang adalah surat kabar harian Fajar. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ketiga surat kabar harian yang menjadi objek yang dinilai responden seputar pemberitaan kandidat Gubernur Sulawesi Selatan baik yang termuat di berita utama maupun termuat di berita biasa menjukkan netralitasnya karena ketiga surat kabar harian ini persentasenya lebih dari 65%, dengan demikian bahwa dibawah 35% responden yang menjawab kurang nettral atau tidak netral. Surat kabar harian Tribun Timur dan surat kabar harian Seputar Indonesia lebih cenderung seimbang prosentase pemberitaannya seputar kandidat Gubernur Sulawesi Selatan dengan masing masing dibawah 80% baik yang termuat diberita utama maupun yang termuat diberita biasa, khusus untuk pemberitaan diberita utama selisihnya sekitar 7% dan di berita biasa selisihnya sekitar 6%. Surat kabar harian Fajar menurut penilaian rseponden cenderung lebih netrall dengan dua surat kabar lainnya seputar pemberitaan kandidat gubernur Sulawesi Selatan dengan prosentase lebih 80% baik yang termuat di berita utama begitu juga yang dimuat di berita biasa. Ketiga media cetak yang menjadi objek penilaian responden terkait dengan pemberitaan seputar kandidat Gubernur Sulawesi Selatan cenderung netral berdasarkan hasil penelitian oleh karena itu disarankan bahwa penilaian responden terhadap ketiga surat kabar harian ini minimal dipertahankan agar tetap eksis sebagai media yang objektif dan profesional. Menjelang pilgub Sulawesi Selatan yang tinggal kurang lebih dua bulan sebaiknya media cetak khusunya ketiga surat kabar harian ini lebih agresif untuk memuat dalam pemberitaan terkait dengan pemilihan gubernur Sulawesi Selatan dengan tetap dalam koridor idialisme dan profesinalisme tanpa terpengaruh dengan kepentingan. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BBPPKI) Makassar. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf BBPPKI Makassar dan staf Pemerintah Daerah di Sulawesi Selatan yang telah terlibat dalam pengumpulan data terkait penelitian ini. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika - Makassar 158 Netralitas Media ... ISSN : 1411-0385 DAFTAR PUSTAKA Arifn, R, 1988. Komunikasi dan Media Massa, Jakarta, Rineke Cipta Effendy, 2003. Pengembangan Teori Komunikasi, Jakarta, Ghalia Indonesia Ensiklopedi Nasional Indonesia 1991. Analisis Isi Kecenderungan Isi Pers Indonesia, Gramedia Pustaka Fatmafarama. (2011, nov 14). blog fatmafarama. Retrieved 12 05, 2012, from wordpress: http://fatmafarama.wordpress.com/ 2011/11/14/ agenda-setting-media-dan-penerapannya/ Griffn, EM, 2003. A frst look At Communication Theory, The McGraw-Hill Company Inc Joseph Medill Patterson. Pendirian koran milik Tribune di New York Daily News didirikan tahun 1919 ,Chicago Tribune Rakhmat, Jalaluddin, 1988. Psikologi Komunikasi, Remadja Karya, Bandung Rakhmat, 1992. Komunikasi massa dibedakan dari jenis komunikasi lainnya, Perpustakaan Universitas Islam Bandung Suprapto, 2006. Audience Research, Pengantar Studi Penelitian Terhadap Pembaca, Pendengar, dan Pemirsa. Bandung, Remadja Karya Sukarman, 2005. Sosiologi Komunikasi Massa, Remadja Karya, Bandung Wahyudi, 2006. Peranan Komunikasi Massa Dalam Pembangunan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta Volume 15 No. 3 - Desember 2012 Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa - PEKOMMAS 159 Penggunaan Telepon Selular, Komputer dan Internet oleh Masyarakat di Daerah Tertinggal Use of Mobile Phones, Computers, and Internet by Disadvantaged Communities CHRISTIANY JUDITHA Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Makassar Jl. Prof. Abdurahman Basalama II No. 25 Makassar Telp. 0411 4660370 Fax. 0411-4660084 ithajuditha@yahoo.com Naskah diterima: 8 Oktober 2012 || Naskah disetujui: 20 November 2012 Abstrak Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi bukan lain hal yang asing di kota-ko- ta besar, namun tidak demikian dengan wilayah-wilayah terpencil dan tertinggal. Daerah tertinggal seperti Nusa Tenggara Timur merupakan wilayah yang kurang berkembang dan penduduknya rela- tif tertinggal dibandingkan daerah lain dalam skala nasional. Akses untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi pun relatif minim, karena terbatasnya sarana serta infratruktur yang me- madai sehingga terjadi kesenjangan digital. Upaya melakukan pemetaan penggunaan TIK (telepon selular, komputer dan internet) di propinsi NTT, dianggap penting sebagai bahan evaluasi untuk pengembangan daerah sejenis dimasa mendatang. Hasil penelitian menggambarkan bahwa telepon selular yang paling banyak dimiliki responden dan hanya digunakan sebagai media komunikasi (menelepon/menerima telepon serta mengirim/menerima SMS). Responden juga berada pada tahap early adopter atau perintis menerima atau menggunakan teknologi telepon selular. Sedangkan peng- gunaan komputer dan internet masih sangat minim dan terbatas oleh kalangan pekerja dan pelajar/ mahasiswa saja. Ini karena tuntutan pekerjaan dan pendidikan responden yang menuntut mereka menggunakan komputer dan internet tersebut untuk mengetik, serta mencari informasi. Masyarakat umum yang dalam penelitian kebanyakan bekerja sebagai petani/nelayan hampir seluruhnya belum memanfaatkan komputer dan internet. Untuk kedua teknologi ini responden berada pada tahap late majority atau pengikut akhir, ini ditandai dengan sangat minimnya responden yang menggunakan kedua teknologi tersebut. Kata kunci : daerah tertinggal, internet, komputer, telepon seluler, TIK Abstract The use of information and communication technology is not a stranger in the other big cities, but not so with the outlying areas and lagging. Developed areas such as the East Nusa Tenggara is less developed regions and the population relatively low compared to other areas on a national scale. Access to harness information and communication technologies were relatively low, due to lack of adequate facilities and infrastructure resulting digital divide. Efforts to map the use of ICTs (mobile phones, computers and the internet) in the province of NTT, considered essential to evaluate candidates for the future development of similar areas. The results illustrate that mobile phones are the most widely owned by respondents and only used as a medium of communication (call / receive calls and send / receive SMS). Respondents also were at the stage of early adopter or pio- neer receiving or using mobile phone technology. While the use of computers and the internet is still very low and limited by the workers and students or students only. This is because of the demands of work and education of respondents claim they use of computers and the internet to type, and search for information. The general public in the study mostly work as farmers / fshermen almost entirely do not use computers and the internet. For both technologies the respondents are in the late stages of majority or follower end, is characterized by the very lack of respondents who use both technologies. Key words : disadvantaged areas, internet, computers, cell phones, ICT Peneliti Muda Komunikasi Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika - Makassar 160 Penggunaan Telepon ... ISSN : 1411-0385 PENDAHULUAN Kehadiran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dirasakan semakin penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Dari tahun ke tahun penggunaan TIK semakin meningkat tidak hanya di tempat kerja namun juga di institusi pendidikan dan rumah tangga. Sekarang ini berbagai peralatan TIK yang digunakan masyarakat sudah banyak dilengkapi dengan ftur-ftur yang memudahkan mereka menyelesaikan masalah mulai dari komputerisasi katalog pada perpustakaan, e-banking, penarikan uang melalui mesin otomatis (ATM), e-comemerce, SMS, internet melalui telepon selular dan sebagainya. Pemanfaatan TIK telah mengubah cara-cara hidup. Apalagi dewasa ini produk-produk TIK yang semakin ramai diproduksi oleh industri dengan harga relatif terjangkau oleh masyarakat sehingga masyarakat dengan mudah memiliki peraralatan TIK dan sekaligus juga memanfaatkannya. Namun tidak dipungkiri bahwa masih banyak juga masyarakat yang belum bisa memanfaatkan TIK dengan berbagai alasan antara lain tidak tersedianya infrastruktur TIK di daerah tempat mereka tinggal dan mereka tidak memiliki peralatan TIK tersebut. Melihat fenomena ini maka gagasan tentang pemanfaatan TIK harus diperluas mencakup teknologi berbasis keterampilan dan kemampuan yang akan memungkinkan masyarakat mengetahui lebih mendalam tentang TIK yang semakin mendunia. Mengacu kepada Action Plan WSIS, bahwa pada tahun 2015 sebesar 50% dari penduduk dunia harus memiliki akses terhadap TIK. Kalau diperkirakan penduduk Indonesia pada tahun 2015 mencapai 240 juta, maka 120 juta harus memiliki akses terhadap TIK. Artinya, selama lima tahun Indonesia harus meningkatkan pemanfaatan TIK masyarakat terhadap 95 juta penduduk, dan hal demikian memerlukan adanya usaha percepatan. Dalam perkembangannya selama ini, kehadiran TIK khususnya internet telah membawa perubahan bagi masyarakat Indonesia. Hanya saja kesenjangan digital (digital divide) di negara ini juga masih menjadi masalah yang harus dipecahkan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kesenjangan digital termasuk literasi TIK adalah faktor sosial ekonomi dan geografs, infrastruktur serta kesiapan Sumber Daya Masyarakat. Hal inidapat terlihat dari kesenjangan antara mereka yang dapat mengakses dunia digital dan teknologi informasi dengan yang mereka yang tidak memiliki akses sama sekali. Serta kesenjangan antara mereka yang mendapatkan keuntungan dari teknologi dan mereka yang tidak mendapatkannya. Sebagai gambaran kesenjangan digital tersebut terlihat dari beberapa indikator antara lain dari total 72.000 desa yang ada di Indonesia, masih ada 31.824 desan yang belum terlayani akses telepon. Bahkan penetrasi komputer di Indonesia masih 4,4% tertinggal jauh dengan Thailand (Renstra Kominfo 2010-2014:14). Di lain pihak, bahwa 58,7% dari penduduk Indonesia saat ini berdiam di wilayah pedesaan (Biro Pusat Statistik, 2006:11). Persoalan yang dihadapi oleh penduduk yang tinggal pedesaan, pada umumnya adalah rendahnya tingkat pendidikan, rendahnya akses informasi dan lemahnya tingkat ekonomi masyarakat. Kondisi demikian dapat merupakan sebab-akibat; diantara ketiganya, artinya tingkat pendidikan yang rendah dapat berakibat atas rendahnya akses informasi, tingkat ekonomi yang rendah berakibat terhadap rendahnya tingkat pendidikan, dan rendahnya tingkat akses informasi dapat pula mengakibatkan rendahnya tingkat ekonomi. Nusa Tenggara Timur, merupakan propinsi yang berada bagian timur Indonesia. Propinsi ini termasuk propinsi tertinggal kedua setelah Papua. Karena terdapat 20 kabupaten yang dinilai masih sangat tertinggal. Propinsi ini juga masuk kategori 10 propinsi dengan persoalan kemiskinan tertinggi di Indonesia (http://bisnis.news.viva.co.id, diakses 20 Juli 2012). Daerah tertinggal merupakan daerah Kabupaten yang relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional, dan berpenduduk yang relatif tertinggal. Berdasarkan hal tersebut di atas, diperlukan program pembangunan daerah tertinggal yang lebih difokuskan pada percepatan pembangunan di daerah yang kondisi sosial, budaya, ekonomi, keuangan daerah, aksesibilitas, serta ketersediaan infrastruktur masih tertinggal dibanding dengan daerah lainnya. Kondisi tersebut pada umumnya terdapat pada daerah yang secara geografs terisolir dan terpencil seperti daerah perbatasan antarnegara, daerah pulau-pulau kecil, daerah pedalaman, serta daerah rawan bencana. Di samping itu, perlu perhatian khusus pada daerah yang secara ekonomi mempunyai potensi untuk maju namun mengalami ketertinggalan sebagai akibat terjadinya konfik sosial maupun politik (http://kawasan.bappenas. go.id, diakses 20 Juli 2012). Daerah tertinggal merupakan daerah yang relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional, dan berpenduduk yang relatif tertinggal. Pembangunan daerah tertinggal merupakan upaya terencana untuk mengubah suatu daerah yang dihuni oleh komunitas dengan berbagai permasalahan sosial ekonomi dan keterbatasan fsik, menjadi daerah yang maju dengan komunitas yang kualitas hidupnya sama atau tidak jauh tertinggal dibandingkan dengan masyarakat Indonesia lainnya. Pembangunan daerah tertinggal ini berbeda dengan penanggulangan kemiskinan dalam hal cakupan pembangunannya. Volume 15 No. 3 - Desember 2012 Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa - PEKOMMAS 161 Pembangunan daerah tertinggal tidak hanya meliputi aspek ekonomi, tetapi juga aspek sosial, budaya, dan keamanan (bahkan menyangkut hubungan antara daerah tertinggal dengan daerah maju). Di samping itu kesejahteraan kelompok masyarakat yang hidup di daerah tertinggal memerlukan perhatian dan keberpihakan yang besar dari pemerintah. Berdasarkan hal tersebut di atas, diperlukan program pembangunan daerah tertinggal yang lebih difokuskan pada percepatan pembangunan di daerah yang kondisi sosial, budaya, ekonomi, keuangan daerah, aksesibilitas, serta ketersediaan infrastruktur masih tertinggal dibanding dengan daerah lainnya. Kondisi tersebut pada umumnya terdapat pada daerah yang secara geografs terisolir dan terpencil seperti daerah perbatasan antarnegara, daerah pulau-pulau kecil, daerah pedalaman, serta daerah rawan bencana. Di samping itu, perlu perhatian khusus pada daerah yang secara ekonomi mempunyai potensi untuk maju namun mengalami ketertinggalan sebagai akibat terjadinya konfik sosial maupun politik (http://kawasan.bappenas. go.id, 2012: 2, diakses 20 Juli 2012). Salah satu penyebab suatu daerah dikategorikan sebagai daerah tertinggal, yaitu Keterbatasan prasarana dan sarana komunikasi, sehingga masyarakat tertinggal tersebut mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi dan sosial. Sehingga sangat dibutuhkan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi untuk menjadikan daerah tertinggal dapat lebih maju. Kenyataan ini mengharuskan pemerintah baik pusat maupun daerah mengupayakan agar pembangunan diprioritaskan pada daerah-daerah miskin seperti NTT, termasuk didalamnya pembangunan infrastruktur TIK dan pemanfaatannya. Apalagi Nusa Tenggara Timur dikenal dengan tempat wisatanya yaitu pulau Komodo yang telah masuk dalam 7 keajaiban dunia, sementara kenyataan daerah tersebut tidak didukung oleh infrasrtuktur TIK yang memadai. Paling tidak masyarakatnya telah mulai memanfaatkan TIK untuk kebutuhan mereka sehari-hari. Dengan mengacu pada hal tersebut diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang pemetaan penggunaan teknologi informasi komunikasi di propinsi Nusa Tenggara Timur. Hal ini dianggap penting untuk mendapatkan gambaran secara komprehensif tentang pemanfaatan teknologi tersebut yang dapat dijadikan bahan evaluasi untuk pengembangan TIK dikemudian hari. Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi pada masyarakat di kota Kupang dan Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi pada masyarakat di kota Kupang dan Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah secara teoritik hasil penelitian diharapkan dapat menghasilkan penjelasan baru tentang konsep pengunaan media dalam studi komunikasi. Dan secara praktis, sebagai suatu penelitian kebijakan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Kementerian Kominfo dalam pembuatan kebijakan-kebijakan tentang akses informasi dan komunikasi khususnya, dan kebijakan-kebijakan tentang pengembangan masyarakat informasi umumnya. Serta Kementerian Percepatan Daerah Tertinggal untuk dapat dapat membuat kebijakan yang berguna bagi pembangunan daerah tertinggal. Dan pemerintah propinsi, kota/ kabupaten untuk mendapatkan gambaran ril tentang wilayah untuk pembangunan ke depannya. Sejumlah studi dilakukan oleh asosiasi dan kelompok industri tentang peran TIK dalam dunia kerja. Hasilnya antara lain mengungkapkan bahwa keterampilan yang dimiliki seseorang sangat mempengaruhi kesiapan mereka sebagai tenaga kerja (Bollier, 2004: 98). Sehingga hal ini menghasilkan model dan kompetensi bahwa seseorang perlu mengecap pendidikan TIK baik secara formal maupun non formal sebagai persyaratan tenaga kerja. Teknologi Informasi Asosiasi America (ITAA) tahun 2000 mengeluarkan dua studi komprehensif yang menjelaskan bagaimana teknologi informasi telah mengubah tenaga kerja dan mengidentifkasi pekerjaan. Hasil studi juga menggambarkan bahwa keterampilan menggunaan atau literasi TIK sangat diperlukan. Pendidikan Pusat Pengembangan bekerja sama dengan ITAA, juga menerbitkan laporan lain yang menyajikan suatu jalur untuk mengintegrasikan keterampilan teknologi pada kurikulum pengajaran. Sedangkan American Society for Training and Development and the National Governors Association tahun 2001 merilis laporan mengenai e-learning dan tenaga kerja. Upaya ini memberikan landasan yang kokoh untuk menguji keterampilan dan tingkat pengetahuan tenaga kerja pendidikan serta pembelajaran seumur hidup pada abad 21. Secara umum untuk menggambarkan pemanfaatan TIK masyarakat dapat diketahui dari tingkat kesadaran, pemahaman dan pendayagunaan teknologi informasi. Selain itu juga dapat dilihat dari gambaran kemampuan akses masyarakat terhadap informasi dengan menggunakan teknologi informasi. Dalam penelitian ini yang akan diukur adalah pemanfaatan TIK dalam hal ini telepon selular, komputer dan internet setiap harinya. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika - Makassar 162 Penggunaan Telepon ... ISSN : 1411-0385 Menurut Elly dalam Wiryanto (2005: 22), teknologi informasi mencakup sistem-sistem komunikasi seperti satelit siaran langsung, kabel interaktif dua arah, penyiaran (broadcasting), komputer (PC), telepon genggam dan radio, televisi termasuk video disk dan video tape cassete. Sedangkan Rogers (1986:12-14) berpendapat bahwa teknologi komunikasi adalah peralatan perangkat keras, struktur-struktur organisasi dan nilai-nilai sosial dimana individu mengumpulkan, mengolah dan saling bertukar informasi dengan individu lain. Menurut Zulkarmein Nasution (1989:11), perkembangan kemajuan teknologi informasi dewasa ini sangat pesat, sehingga para ahli menyebut gejala ini sebagai revolusi. Sekali pun kemajuan tersebut masih dalam perjalanannya namun sudah dapat diperkirakan bahwa akan terjadinya berbagai perubahan di bidang komunikasi maupun bidang-bidang kehidupan lain yang berhubungan, sebagai implikasi dari perkembangan tadi. Perubahan-perubahan yang kelak terjadi, terutama disebabkan berbagai kemampuan dan potensi teknologi informasi yang memungkinan manusia untuk saling berhubungan dan memenuhi kebutuan informasi secara hampir tanpa batas. Beberapa keterbatasan yang dulu dialami manusia dalam berhubungan satu sama lainnya seperti faktor jarak, waktu, jumlah, kapasitas, kecepatan dan lain-lain kini dapat diatasi dengan dikembangkannya berbagai teknologi informasi. Begitu pula dengan kemampuan menerima, mengumpulkan, menyimpan dan menelusuri kembali informasi yang dimiliki oleh perangkat teknologi komunikasi seperti komputer maka hampir tidak ada lagi hambatan yang dialami untuk memenuhi segala kebutuhan. Dampak positif teknologi informasi dan komunikasi telah membawa perubahan yang mendasar terutama menyangkut kualitas materi informasi dan data yang lebih ampuh, kualitas informasi semakin besar, jangkauan sasaran semakin luas, dan arus penyebaran semakin cepat. Davis.F.D mendefnisikan kemanfaatan (usefulness) sebagai suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa penggunaan suatu subyek tertentu akan dapat meningkatkan prestasi kerja orang tersebut. Berdasarkan defnisi tersebut dapat diartikan bahwa kemanfaatan dari penggunaan komputer dapat meningkatkan kinerja, prestasi kerja orang yang menggunakannya. Menurut Thompson Ronal kemanfaatan TI merupakan manfaat yang diharapkan oleh pengguna TI dalam melaksanakan tugasnya. Pengukuran kemanfaatan tersebut berdasarkan frekuensi penggunaan dan diversitas/ keragaman aplikasi yang dijalankan. Thompson juga menyebutkan bahwa individu akan menggunakan TI jika mengetahui manfaat positif atas penggunaannya. Sedangkan Chin dan Todd memberikan beberapa dimensi tentang kemanfaatan TI (1) Menjadikan pekerjaan lebih mudah (makes job easier) (2) Bermanfaat (usefull) (3) Menambah produktiftas (Increase productivity) (4) Mempertinggi efektiftas (enchance efectiveness) (5) Mengembangkan kinerja pekerjaan (improve job performance). Berdasarkan beberapa defnisi diatas dapat disimpulkan bahwa kemanfaatan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dapat diketahui dari kepercayaan pengguna dalam memutuskan penerimaan, dengan satu kepercayaan bahwa penggunaan teknologi tersebut memberikan kontribusi positif bagi penggunanya. Seseorang mempercayai dan merasakan dengan menggunakan komputer sangat membantu dan mempertinggi prestasi kerja yang akan dicapainya, atau dengan kata lain orang tersebut mempercayai penggunaan teknologi informasi telah memberikan manfaat terhadap pekerjaan dan pencapaian prestasi kerjanya. Namun untuk sampai pada pemanfaatan TIK seperti yang disebutkan diatas, maka masyarakat yang berada di wilayah tertinggal seperti di NTT, akan diperhadapkan dengan teori difusi inovasi yaitu bagaimana sebuah inovasi (teknologi) baru dapat diterima dan diadopsi ke dalam masyarakat (Rodger, 1986). Menurut Rodger para penggguna TIK terbagi ke dalam beberapa kategori yaitu: innovators, early adopters, early majority, late majority dan laggards. Kaum early adopter akan menggunana teknologi yang dimaksud terlebih dahulu, diikuti oleh kaum majority sampai teknologi atau inovasi itu menjadi umum penggunaannya dimana kemudian masyarakat yang menentukan apakah teknologi itu akan mekakukan reinvention atau bahkan mati. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan metode survei dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan mengumpulkan dan menggali sejumlah besar data yang kemudian mendeskripsikan atau menjelaskan suatu fenomena yang hasilnya dapat untuk dianalisis dan selanjutnya digeneralisasikan (Kriyantono, 2006: 88). Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai penelitian ini yaitu untuk menggambarkan pemanfaatan TIK di propinsi NTT, maka prinsip pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada dua pertimbangan yaitu : Pertama, representasi lokasi dan populasi; Kedua, efektivitas pelaksanaan penelitian. Terkait dengan pertimbangan tersebut, maka sistematika pemilihan lokasi penelitian ini disusun sebagai berikut: 1. Nusa Tenggara Timur merupakan propinsi yang masuk kategori tertinggal di Indonesia. 2. Kemudian dipilih dua kabupaten/kota dengan Volume 15 No. 3 - Desember 2012 Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa - PEKOMMAS 163 pertimbangan kota merupakan tempat yang sudah maju yaitu kota Kupang sebagai ibukota propinsi dan satu kabupaten yang letaknya cukup jauh dari ibukota propinsi yaitu Manggarai Barat. Kemudian dipilih masing-masing 2 kecamatan dari tiap kota/ kabupaten dengan pertimbangan satu kecamatan yang yang berada di dalam/dekat dengan pusat kota dan satu kecamatan yang letaknya jauh dari pusat kota. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berdomisili di kota Kupang dan Kabupaten Manggarai Barat Propinsi Nusa Tenggara sebanyak: 525.428 jiwa. Sedangkan sampling yang dilakukan adalah Non Probability yaitu tidak semua populasi mendapat peluang menjadi responden. Adapun penentuan jumlah sampel dengan menggunakan rumus Yamane sebagai berikut : Berdasarkan rumus penentuan besar sampel, maka diperoleh jumlah sampel sebagai berikut : Adapun distribusi responden penelitian untuk masing-masing kecamatan dilakukan secara proporsional yaitu sesuai dengan persentasi jumlah penduduk kota/kabupaten dibagi total jumlah kecamatan (4 kecamatan) dikali 100. Sedangkan distribusi responden pada tingkat kecamatan, dilakukan secara proporsional atas kecamatan terpilih, yaitu yang merepresentasikan kecamatan paling maju dan yang kurang maju dilihat dari infrastruktur TIK. Untuk tingkat kelurahan, dilakukan pola yang sama, yaitu dua kelurahan pada masing-masing kecamatan terpilih, yang ditentukan secara sistematic random sampling, dengan mempertimbangkan kelurahan yang merepresentasikan paling maju dan yang kurang maju, seperti adanya warung internet. Untuk mendapatkan validitas dan reabilitas instrument yang digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba (pre-test), untuk memastikan apakah instrument tersebut merupakan alat ukur yang akurat dan dapat dipercaya. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Sedangkan reabilitas menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran terhadap aspek yang sama pada alat ukur yang sama atau disebut juga Internal Consistency Realiablity. Penelitian ini disamping mengumpulkan data primer melalui kuesioner, juga mengumpulkan data sekunder melalui catatan atau data pendukung yang dihimpun peneliti di lapangan. Pengolahan data dan analisis data dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu mengedit, mengkoding serta tabulasi (data entry) dan validasi data. Data yang sudah di-entry kemudian dianalisis menggunakan teknik statistik deskriptif (SPSS 20). HASIL DAN PEMBAHASAN Identitas responden dalam penelitian ini, laki-laki yang paling dominan yaitu sebanyak 56% kemudian perempuan 44% dan rata-rata responden telah menikah (87%) dengan usia terbanyak antara 15-33 tahun (42%) Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Kecamatan Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika - Makassar 164 Penggunaan Telepon ... ISSN : 1411-0385 dengan tingkat pendidikan paling banyak hanya tamat SLTA (36%), tamat SD (29%), tamat SLTP (14%) sedangkan sarjana diploma dan S1 hanya 8% dan 5%. Responden juga paling banyak bekerja sebagai petani/ nelayan 47%), ibu rumah tangga (20%), PNS (11%) dan wirausaha (10%) dengan tingkat rata-rata per bulan kurang dari Rp. 1 juta. Dari sini dapat dilihat bahwa masyarakat di dua kabupaten ini sangat tertinggal baik dalam pendidikan, pekerjaan maupun tingkat pengeluaran kebutuhan sehari-hari. Kondisi wilayah dimana responden tinggal dan menetap menjadikan mereka lebih banyak berprofesi sebagai petani maupun nelayan yang menggambarkan potret wilayah pedesaan, padahal Kupang merupakan ibukota propinsi dari NTT. Grafk 1. Terpaan Media Massa Terpaan Media Massa Meski tinggal di wilayah yang termasuk daerah tertinggal, namun responden masih menerima terpaan media seperti surat kabar meski hanya 15%, saja responden yang membacanya, majalah/tabloid hanya 5%, sedangkan televisi merupakan media yang paling banyak dipirsa oleh responden sebanyak 51%, dan radio didengar sebanyak 35% responden. Dari hasil ini terlihat bahwa apa yang selalu dipermasalahkan didaerah tertinggal yaitu minimnya informasi yang mereka terima memang sangat jelas tergambar. Ini bisa jadi disebabkan minimnya pendapatan responden untuk membeli suratkabar/ majalah, atau tingkat pendidikan yang kurang memadai sehingga mengganggap informasi dari media massa kurang penting bagi mereka. Sehingga media yang paling banyak digunakan adalah televisi dan radio. Penggunaan Telepon Selular Meski media massa sangat minim digunakan oleh responden sebagai media informasi, tetapi lain halnya dengan teknologi informasi dan komunikasi lainnya seperti telepon selular. Hasil penelitian memperlihatkan Grafk 2. Kegiatan Penggunaan Ponsel Responden Sedangkan frekuensi penggunaan ponsel untuk menelepon/menerima telepon dalam sehari juga terbilang rendah, hanya 26% responden yang menggunakan ponsel untuk menelepon sebanyak 1 2 kali, dan 20% menerima panggilan telepon. Aktiftas mengirim SMS sedikit lebih banyak daripada menelepon, 20% responden mengaku mengirim SMS 3-4 kali dalam sehari dan sebanyak 17% yang mengaku menerima lebih dari 8 SMS dalam sehari. Sementara untuk mengaktifkan internet pada ponsel terbilang sangat kecil hanya 3% responden yang menggunakannya 1-2 kali/hari dan 3-4 kali/hari. Untuk biaya pulsa, kebanyakan responden (26%) hanya mengeluarkan uang kurang dari Rp. 50.000,-/bulan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa meski ponsel telah menjadi teknologi yang cukup populer bagi masyarakat tertinggal, namun fungsinya masih relatif terbatas. Ini karena masyarakat juga diperhadapkan dengan harga pulsa yang dirasa masih mahal, sehingga cara komunikasi yang dianggap lebih murah adalah melalui SMS. bahwa sebanyak 77 % responden sudah memiliki ponsel dan 18% diantaranya memiliki lebih dari satu ponsel. Tetapi meski mengaku memiliki perangkat TIK ini, namun 43% responden mengaku kurang bisa menggunakannya atau hanya menggunakan sebatas menerima telepon/menelepon. Adapun kegitan yang dilakukan responden adalah untuk menelepon (54%), SMS (51%), MMS (4%), video call (1%), internet (3%), dan bermain game (11%). Seperti pengakuan kebanyakan responden menggunakan ponsel memang hanya sebagai media komunikasi belaka yaitu untuk mengirim dan menerima pesan, ini tampak dari data ini dimana ponsel digunakan untuk menelepon dan ber- SMS saja. Sedangkan ftur-ftur lainnya yang ada pada ponsel sangat sedikit dipakai atau bahkan tidak pernah sama sekali. Volume 15 No. 3 - Desember 2012 Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa - PEKOMMAS 165 Sesuai dengan pemikiran difusi inovasi yang disampaikan oleh Rodger, maka hasil penelitian ini dapat menggambarkan bahwa masyarakat khusus yang menggunakan telepon selular, mereka sudah dapat dikategorikan sebagai Early Adopter atau perintis dalam penerimaan inovasi. Ini terlihat bagaimana mereka sudah memanfaatkan teknologi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan Komputer Bisa diprediksi sebelumnya ketika kita melihat gambaran pemanfaatan ponsel oleh responden, maka akan bisa tergambar penggunaan komputer oleh masyarakat ini. Hasil penelitian menyebutkan bahwa hanya 14% responden yang bisa menggunakan komputer dan 11% diantaranya yang mengaku menggunakan komputer dalam 1 bulan terakhir ini itu pun hanya 1 minggu satu kali yang banyak digunakan di tempat kerja dan dirumah dengan durasi 2-4 jam. Ini juga dapat dihubungkan dengan mayoritas responden yang berprofesi sebagai petani dan nelayan yang sama sekali tidak tersentuh oleh teknologi ini. Dan teknologi ini hanya digunakan oleh pelajar/mahasiswa, PNS dan pekerja swasta. Kegiatan dalam menggunakan komputer juga relatif sangat sedikit. Hampir semua responden yang memanfaatkan komputer digunakan untuk mengetik (mengolah kata, angka dan data) sebanyak 10%, sebagai alat multi media (memutar lagu dan flm) sebanyak 5 % serta untuk bermain game sebanyak 4%, itu pun digunakan kurang dari 1 jam dalam seminggu. Grafk 3. Kegiatan Penggunaan Komputer Sedangkan untuk responden yang bekerja, sebanyak 6% responden memanfaatkannya 2-4 jam dalam seminggu dan hanya menggunakan sistem operasi windows (11%), open source (1%). Meski sangat sedikit responden yang memanfaatkan komputer tapi 8% responden mengaku terbantu dalam penyelesaian pekerjaan tugas pendidikan. Grafk 4. Tempat Penggunaan Internet Rata-rata tujuan responden yang menggunakan internet adalah untuk mencari data informasi, membaca berita, chatting, jejaring sosial, download data dan semuanya sebanyak 3% sedangkan untuk bermain game online hanya 2%. Adapun biaya internet dalam sebulan dihabiskan kurang dari Rp.50.000,- oleh 3% responden. Meski masih sangat minim responden memanfaatkan internet dalam kehidupan sehari-hari mereka, namun 4% responden mengatakan bahwa internet sangat membantu mereka dalam pekerjaan dan penyelesaian tugas-tugas dan informasi yang diperoleh melalui internet juga dirasakan sangat berguna. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memang hadir untuk membantu manusia dalam menjalankan aktiftasnya sehari-hari. Tidak dipungkiri bahwa kehadirannya begitu cepat dengan inovasi terbaru yang terus berkembang telah merambah semua kalangan mulai dari orang dewasa sampai anak-anak, dari kota besar hingga daerah terpencil sekalipun. Namun memang harus diakui bahwa daerah-daerah tertinggal di Indonesia masih cukup banyak. Sehingga perkembangan TIK juga belum sepenuhnya dirasakan oleh mereka yang bermukim didaerah tertinggal. Hasil penelitian di dua kabupaten kota di Nusa Tenggara Timur menunjukkan hal tersebut. Penetrasi TIK seperti Penggunaan Internet Meski beberapa perusahaan telekomunikasi sudah beroperasi di kota Kupang dan Manggarai Barat namun hasil penelitian menunjukkan masih sangat minim teknologi internet dimanfaatkan oleh responden. Hanya 4% responden yang menggunakan internet setiap hari dalam 1 bulan terakhir yang banyak digunakan ditempat kerja, di rumah dan warnet masing-masing sebanyak 2% selama 2-4 jam/hari. Responden yang memiliki akun email juga sangat sedikit hanya 3% dan akun jejaring sosial juga sebanyak 3%. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika - Makassar 166 Penggunaan Telepon ... ISSN : 1411-0385 telepon selular, komputer dan internet sangat minim dibanding daerah lain yang lebih maju. Meski di propinsi ini telah dibangun tower-tower untuk mendukung service provider telepon selular dan internet, namun masyarakat belum sepenuhnya bisa menggunakannya. Dari data yang di peroleh di lapangan, terlihat bahwa hanya telepon selular yang paling banyak digunakan masyarakat setempat, ini teknologi ponsel telah lama berkembang, harga beli yang relatif murah dibanding teknologi komputer dan internet. Bagi masyarakat, yang penting dengan telepon selular dapat menghubungi keluarga yang jauh begitupun sebaliknya. Atau paling tidak dapat memperlancar pekerjaan bagi yang bekerja sebagai pegawai negeri maupun pegawai swasta. Latar belakang pekerjaan responden yang kebanyakan adalah petani/nelayan dengan tingkat pendidikan yang cenderung rendah serta penghasilan relatif minim juga memicu mereka untuk tidak menggunakan TIK ini. Sehingga terlihatlah bahwa komputer dan jaringan internet hanya digunakan oleh sebagian kecil responden itupun yang bekerja atau yang sedang bersekolah/kuliah. Sehingga fungsi teknologi ponsel ini dengan berbagai penawaran dan ftur-fturnya masih sangat mustahil untuk digunakan di wilayah ini. Begitu pula dengan komputer, rata- rata responden hanya menggunakannya sebatas untuk mengetik saja itupun untuk keperluan pekerjaan dan pendidikan, selebihnya dipakai untuk hiburan dengan bermain game. Apalagi untuk internet masih sangat jauh dari kemajuan. Kalaupun ada yang menggunakannya hanya sebatas mencari informasi serta membaca berita. Email dan situs jejaring sosial yang sangat dasyat dewasa ini pun masih sangat minim digunakan oleh mereka. Tidak dipungkiri bahwa masih banyak juga masyarakat yang belum bisa memanfaatkan TIK dengan berbagai alasan antara lain tidak tersedianya infrastruktur TIK di daerah tempat mereka tinggal dan mereka tidak memiliki peralatan TIK tersebut. Untuk di wilayah NTT, hanya kota Kupang yang bisa menggunakan service provider selain Telkomsel. Tetapi untuk di wilayah-wilayah yang jauh dari ibu kota propinsi, boleh dikata hanya Telkomsel yang baru bisa menjangkaunya. Sehingga bisa dikatakan bahwa kesenjangan digital (digital divide) di negara ini juga masih menjadi masalah yang harus dipecahkan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kesenjangan digital termasuk literasi TIK adalah faktor sosial ekonomi dan geografs, infrastruktur serta kesiapan Sumber Daya Masyarakat. Persoalan yang dihadapi oleh penduduk yang tinggal pedesaan, pada umumnya adalah rendahnya tingkat pendidikan, rendahnya akses informasi dan lemahnya tingkat ekonomi masyarakat. Kondisi demikian dapat merupakan sebab-akibat; diantara ketiganya, artinya tingkat pendidikan yang rendah dapat berakibat atas rendahnya akses informasi, tingkat ekonomi yang rendah berakibat terhadap rendahnya tingkat pendidikan, dan rendahnya tingkat akses informasi dapat pula mengakibatkan rendahnya tingkat ekonomi. Ini terlihat dari lokasi penelitian seperti di kecamatan Boleng, kabupaten Manggarai Barat, propinsi Nusa Tenggara Timur, yang merupakan propinsi tertinggal kedua setelah Papua. Indikasinya kian terlihat jelas bahwa pelaku bisnis telekomunikasi juga masih lebih mengutamakan daerah perkotaan daripada daerah pedesaan. Sehingga orang kota sangat jauh meninggalkan orang desa yang pada gilirannya sangat mungkin kesenjangan teknologi informasi dan digital semakin tajam. Penyebab lainnya juga karena tidak dapat dipungkiri bahwa biaya pembangunan infrastruktur menghabiskan biaya yang besar, serta kesulitan penetrasi akibat keterbatasan jaringan yang dapat menjangkau daerah terpencil menjadi penyebab lain yang memperbesar kesenjangan fasilitas TIK tersebut. Implementasi teknologi komunikasi seperti telepon selular komputer dan internet ditentukan oleh sejauh mana teknologi tersebut mampu membuka akses pada berbagai pelayanan dan jaringan informasi. Semakin banyak pelayanan dan jaringan informasi yang bisa diakses oleh sebuah teknologi komunikasi maka semakin banyak pula orang yang menggunakannya. Kenyataan bahwa wilayah yang jauh dari ketersediaan akses ini seperti di NTT memberi gambaran bahwa orang yang mengunakan teknologi tersebut juga relatif sedikit. Hasil penelitian juga menggambarkan bahwa tingkat kesadaran, pemahaman dan pendayagunaan pemanfaatan TIK masyarakat di daerah tertinggal masih sangat minim. Selain itu juga dapat dilihat dari gambaran kemampuan akses masyarakat terhadap informasi dengan menggunakan teknologi informasi yang juga minim. Meski responden tahu bahwa dengan teknologi komunikasi ini (ponsel, komputer dan internet) mereka dapat mengumpulkan, mengolah dan saling bertukar informasi dengan individu lain. Meski masih sangat minim menggunakan perangkat TIK ini, namun responden mengaku memperoleh kemanfaatan (usefulness) saat menggunakannya dalam pekerjaan maupun penyelesaian tugas meski hanya sebatas memanfaatkan kegunaan dasar dari TIK tersebut, misalnya ponsel hanya untuk menelepon/ SMS, komputer hanya sebatas mengetik dan internet hanya sebatas mencari informasi. Menurut Thompson Ronal kemanfaatan TIK merupakan manfaat yang diharapkan oleh pengguna TIK dalam melaksanakan tugasnya. Pengukuran Volume 15 No. 3 - Desember 2012 Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa - PEKOMMAS 167 kemanfaatan tersebut berdasarkan frekuensi penggunaan dan diversitas/keragaman aplikasi yang dijalankan. Namun apa yang dikatakan bahwa individu akan menggunakan TIK jika mengetahui manfaat positif atas penggunaannya dan Chin dan Todd menyebut kemanfaatan TIK jika menjadikan pekerjaan lebih mudah dan bermanfaat. Sedangkan untunsur menambah produktiftas, mempertinggi efektiftas serta mengembangkan kinerja pekerjaan yang dikemukakan oleh Chin dan Todd jika dihubungkan dengan hasil penelitian, maka ketiga unsur ini masih jauh dari harapan. Tetapi yang jelas bahwa kemanfaatan penggunaan TIK telah dirasakan oleh responden di daerah tertinggal ini dengan percaya dan memutuskan menerima serta menggunakannya sehingga memberikan kontribusi positif bagi penggunanya. Untuk teknologi komputer dan internet masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini baru sampai pada tahap late majority atau pengikut akhir, ini ditandai dengan sangat minimnya responden yang menggunakan kedua teknologi tersebut. Ini pun disertai alasan seperti skeptis, atau karena pertimbangan ekonomi dan ketidakadaan akses di wilayah mereka. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka ditarik kesimpulan bahwa dari tiga jenis teknologi informasi dan komunikasi yang digunakan oleh masyarakat di daerah tertinggal yaitu telepon selular, komputer dan internet, telepon selular merupakan perangkat TIK yang paling banyak dimiliki oleh responden. Teknologi ini banyak digunakan sebagai media komunikasi yaitu dengan kegunaan standar menelepon atau menerima telepon serta mengirim atau menerima SMS. Responden juga berada pada tahap early adopter atau perintis menerima atau menggunakan teknologi telepon selular. Sedangkan untuk komputer dan internet juga sudah mulai digunakan, namun masih sangat minim dan terbatas oleh para pekerja dan pelajar/mahasiswa ini karena tuntutan latar belakang pekerjaan dan pendidikan responden sehingga mereka menggunakannya juga hanya sebatas kegunaan standar dari teknologi tersebut yaitu komputer untuk mengetik, sedang internet hanya intuk mencari informasi yang dibutuhkan. Sedangkan masyarakat umum yang dalam penelitian kebanyakan bekerja sebagai petani/nelayan hampir seluruhnya belum memanfaatkan komputer dan internet. Untuk kedua teknologi ini responden berada pada tahap late majority atau pengikut akhir, ini ditandai dengan sangat minimnya responden yang menggunakan kedua teknologi tersebut. Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka penulis memberikan beberapa rekomendasi atara lain: 1. Untuk sampai pada program pemerintah yaitu Indonesia Connected, dimana setiap warga masyarakat mulai dari Sabang sampe Merauke terhubung serta menjadi masyarakat informasi, maka pembangunan infratruktur TIK menjadi prioritas utama bagi daerah-daerah tertinggal seperti di NTT baik itu yang dilakukan oleh instansi pemerintah terkait, pemerintah daerah maupun pihak swasta. Mengingat masih minimnya akses untuk dapat pemanfaatan TIK secara lebih luas di wilayah tersebut. 2. Literasi (melek) atau pemahaman tentang pentingnya pemanfaatan serta kegunaan TIK perlu terus digalakan baik oleh instansi pemerintah terkait dari pusat maupun daerah yang ditujukan bagi masyarakat di wilayah pedesaan, agar mereka dapat memanfaatkan teknologi ini untuk kemajuan hidup dan peningkatan taraf hidup masyarakat daerah tertinggal. DAFTAR PUSTAKA Biro Pusat Statistik. (2006). Beberapa Indikator Penting Sosial Ekonomi Indonesia. Hal.11. Bollier, D. (2004), Ecologies of innovation: The role of information and communications technologies: A report of the eighth annual Aspen Institute Roundtable on Information Technology. Washington, DC: The Aspen Institute. P.98. Chin W.Wynne, Todd Peter. (2003). On The Use Usefullness, Ease of Use Of Structural Equation Modeling in MIS Research : A note of Caution" Management Information system Quarterly. P.76 Commission on Technology and Adult Learning. (2001). A vision of e-learning for Americas workforce.Alexandria, VA, and Washington, DC: American Society for Training and Development and the National Governors Association. Davis, F.D. (2005). Perceived Usefullness, Perceived ease of Use of Information Technology. Management Information System Quarterly. P.129 Educational Development Center. (2000). IT pathway pipeline model: Rethinking information technology learning in schools. Newton, MA: Author. Information Technology Association of America. (2000). Bridging the gap: Information technology skills for anew millennium. Arlington, VA: Author. Rachmat Kriyantono. (2006). Riset Komunikasi, Jakarta : Kencana. Hal. 88 Rodger. (2006). Communication Technologi the New Media in Society. New York : The Free Press. P.12-14. Thompson Ronal, (2001), Personal Computing : Toward a Conceptual. P.233. Wiryanto (2005). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Gramedia Widiasarana Industri. Hal.22. Zulkarmein Nasution. (1989). Teknologi Komunikasi, Dalam Perspektif, Latar Belakang dan Perkembangannya. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Hal.11 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika - Makassar 168 Penggunaan Telepon ... ISSN : 1411-0385 Rencana Strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2010-2014.(2010). Hal.14 http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/190067-ini-wilayah- indonesia-paling-tertinggal- http://kawasan.bappenas.go.id/index.php?option=com_content&vi ew=article&id=67&Itemid=65&li mitstar Volume 15 No. 3 - Desember 2012 Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa - PEKOMMAS 169 Pengelompokan Potensi Daerah di Bidang Komunikasi dan Informatika Menggunakan Principal Component Analysis dan Self Organizing Map Clustering Regional Potential in Communication and Informatics Field Using Principal Component Analysis and Self Organizing Map MUKHLIS AMIN Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Makassar Jl. Prof. Abdurahman Basalama II No. 25 Makassar Telp. 0411 4660370 Fax. 0411-4660084 mukhlis.amin@kominfo.go.id Naskah diterima: 18 Oktober 2012 || Naskah disetujui: 22 November 2012 Abstrak Membangun sistem komunikasi dan informatika yang efektif dan efsien bukan hal yang mudah dan murah, akan tetapi jika sistem komunikasi dan informatika telah terbangun den- gan baik, maka akan menjadi sebuah modal yang sangat berharga dan menjadi penopang yang penting dan strategis bagi upaya meningkatkan investasi daerah. Pendataan potensi daerah seyog- yanya dapat menjadi acuan pemerintah dalam mengembangkan potensi daerahnya. Demikian halnya dengan potensi di bidang Komunikasi dan Informatika. Untuk melihat peta potensi daerah dan meli- hat perbandingannya dengan potensi daerah lainnya dapat dilakukan dengan melakukan pengelom- pokan (clustering). Salah satu metode untuk melakukan pengelompokan adalah dengan algoritma Self Organizing Map (SOM). Penelitian ini melakukan pengelompokan potensi daerah Sulawesi Se- latan di bidang komunikasi dan informatika dengan menggunakan algoritma SOM yang dipadukan dengan algoritma Principal Component Analysis (PCA). Sistem pengelompokan ini dibangun den- gan Matlab. Pengelompokan dipetakan dalam 4 dan 9 cluster. Hasil percobaan menunjukkan bahwa Kota Makassar selalu berada pada kelompok tunggal yang berarti potensi Kota Makassar di bidang komunikasi dan informatika jauh lebih unggul dibanding daerah-daerah lainnya di Sulawesi Selatan. Kata kunci : komunikasi dan informatika, principal component analysis, self organizing map, Sulawesi Selatan Abstract Build an effective and effcient communication and informatics system is not easy and cheap, but if the information and communication system has been developed well, it will be a very valuable asset and became the importance and strategic backbone as efforts to increase local invest- ment. Documenting the potential of the area should be a reference for the government in developing the potential of the region, likewise the potential in the feld of Communication and Information. To view the potential of the district and to see the comparison with other district potential can be done by clustering. One method to perform clustering is the Self Organizing Map (SOM) algorithm. This research clustering the district potential of South Sulawesi in the feld of communication and infor- matics using SOM algorithms and combined with Principal Component Analysis (PCA) algorithms. This system is built with Matlab. Grouping mapped in 4 and 9 clusters. The experimental results show that the city of Makassar always be in a single group, which means the potential of Makassar in the feld of communication and information technology vastly superior to other regions in South Sulawesi. Key words : information and communication, principal component analysis, self organizing map, Shout Sulawesi Calon Peneliti Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika - Makassar 170 Pengelompokan Potensi ... ISSN : 1411-0385 PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat informasi berkembang menjadi komoditas yang penting dan strategis. Komunikasi dan informasi yang sedemikian penting telah menjadikan hampir setiap bidang kehidupan manusia tidak terlepas dari aspek teknologi komunikasi dan informasi. Bergulirnya reformasi sebagai upaya pembaharuan di berbagai bidang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sejak tahun 1998 membawa dampak terhadap hampir semua aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Reformasi menuntut demokratisasi di bidang komunikasi dan informasi. Urusan komunikasi dan informasi menjadi lebih banyak diserahkan kepada masyarakat, sedangkan pemerintah ditempatkan sebagai regulator dan fasilitator. Reformasi di bidang komunikasi dan informasi diawali dengan deregulasi media massa dan kebijakan penyerahan urusan penerangan kepada masyarakat melalui penataan kelembagaan yang pada akhirnya terbentuklah Kementerian Komunikasi dan Informatika. Kementerian Komunikasi dan Informatika mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang komunikasi dan informatika dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Salah satu fungsi kementerian Kominfo adalah Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang komunikasi dan informatika. Kebijakan di bidang komunikasi dan informatika diarahkan pada upaya untuk mengembangkan suatu sistem komunikasi dan informasi nasional yang menitikberatkan pengembangan peran dan potensi yang ada pada masyarakat. Membangun sistem komunikasi dan informatika yang efektif dan efsien bukan hal yang mudah dan murah, akan tetapi jika sistem komunikasi dan informatika telah terbangun dengan baik, maka akan menjadi sebuah modal yang sangat berharga dan menjadi penopang yang penting dan strategis bagi upaya meningkatkan investasi daerah. Pendataan potensi daerah seyogyanya dapat menjadi acuan pemerintah dalam mengembangkan potensi daerahnya. Demikian halnya dengan potensi di bidang Komunikasi dan Informatika. Untuk melihat peta potensi daerah dan melihat perbandingan dengan potensi daerah lainnya dapat dilakukan dengan melakukan pengelompokan (clustering). Clustering adalah mempartisi suatu himpunan objek ke dalam sub himpunan yang tidak tumpang tindih yang dinamakan cluster sedemikian hingga objek-objek di setiap cluster memiliki kemiripan satu sama lain, dan objek-objek dari cluster yang berbeda tidak memiliki kesamaan. Pengelompokan dapat dilakukan dengan menggunakan jaringan saraf tiruan. Jaringan saraf tiruan merupakan sebuah sistem pengolahan informasi yang cara kerjanya menirukan cara kerja jaringan saraf manusia. Aplikasi yang dapat diselesaikan dengan menggunakan jaringan saraf tiruan antara lain: pengenalan suara, pengenalan pola, sistem kontrol, diagnosa penyakit dalam bidang kedokteran, segmentasi dan pengolahan citra. Salah satu metode jaringan saraf tiruan yang dapat digunakan dalam pengenalan pola adalah Self-Organizing Map . Selain mengenali pola, metode Self-Oganizing Map memiliki kemampuan untuk memetakan data berdimensi tinggi kedalam bentuk peta berdimensi rendah (dua dimensi). Kemampuan ini dapat digunakan untuk mengelompokan (clustering) data berdasarkan pola dari data tersebut. Kemampuan untuk mengenali pola, mengelompokan kemudian memetakan tersebut dapat dimanfaatkan untuk melakukan klasifkasi terhadap potensi daerah. Data potensi daerah Sulawesi Selatan telah tersedia dalam buku Pemetaan Database Bidang Komunikasi dan Informatika Wilayah Propinsi Sulawesi Selatan 2012, namun belum dilakukan pengelompokan daerah berdasarkan potensinya masing-masing (BBPPKI, 2012). Penelitian ini melakukan pengelompokan potensi daerah bidang komunikasi dan informatika di propinsi Sulawesi Selatan dengan menggunakan Algoritma SOM. Algoritma ini sudah sering digunakan untuk melakukan pengelompokan ataupun pemetaan, misalnya dalam memetakan indikator TIK di Jakarta (Yuni, et al., 2010), pengelompokan kecamatan di Kabupaten Malang berdasarkan pemerataan pendidikan (Puspowati, 2009) serta pengelompokan data iklim di Yugoslavia (Reljin, Reljin, & Jovanovic, 2002). Selain menggunakan algoritma SOM, pengelompokan juga dilakukan dengan menggabungkan SOM dengan principal component analysis (PCA) sebagaimana yang pernah dilakukan untuk mengelompokkan indikator TIK di instansi pemerintahan Bhutan dengan menggunakan PCA untuk mengurangi ukuran data sebelum diproses dengan algoritma SOM dua tingkat (Tshering & Arch, 2008). Penelitian ini melihat perbandingan hasil pengelompokan dengan menggunakan dua metode tersebut serta membahas karakteristik masing- masing kelompok. Hasilnya dapat dijadikan data awal mengenai potensi kabupaten/kota di Sulawesi Selatan di bidang komunikasi dan informatika. Pada bagian kedua makalah ini membahas mengenai metode penelitian termasuk membahas secara rinci mengenai metode PCA dan SOM. Pada Bagian ketiga ditampilkan dan dibahas beberapa hasil penelitian. Diakhir bagian makalah ini, penulis menyampaikan kesimpulan dan saran-saran terkait hasil penelitian. Volume 15 No. 3 - Desember 2012 Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa - PEKOMMAS 171 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini melakukan pengelompokan potensi Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan di bidang komunikasi dan informatika berdasarkan data hasil pendataan yang dilakukan oleh BBPPKI Makassar pada tahun 2012. Laporan ini memuat data-data potensi setiap Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan berupa: (1) Data pemerintahan, wilayah, dan penduduk Kabupaten/ Kota, (2) data kelembagaan infokom pemerintah daerah, (3) Data Pengelola e-Government, (4) Data Institusi Pendidikan, (5) Data Media, (6) Data Lembaga Komunikasi Masyarakat dan Media, dan (7) Data infrastruktur TIK. Pengelompokan dilakukan dengan menggunakan Principal Component Analysis (PCA) dan Self Organizing Map (SOM). Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ditunjukkan pada Gambar 1. Rancangan ini terdiri dari dua modul yaitu modul pengurangan dimensi data dengan menggunakan algoritma Principal Component Analysis (PCA) dan modul Self Organizing Map (SOM) untuk pengelompokan. Penelitian ini melakukan pengelompokan menggunakan algoritma SOM yang dikombinasikan dengan PCA dan membandingkannya dengan sistem yang tidak menggunakan PCA. Sistem pengelompokan ini dibangun dengan menggunakan Matlab (Vesanto, Himberg, Alhoniemi, & Parhankangas, 1999). Gambar 1. Rancangan Penelitian Tabel 1 Data potensi daerah bidang komunikasi dan informatika Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan Data Potensi Daerah Data potensi daerah dibuat dalam bentuk matriks yang diperoleh dari beberapa data potensi daerah yang telah disebutkan di atas. Data yang digunakan untuk proses pengelompokan adalah data tentang: (1) Data E-government, (2) Data Institusi Pendidikan TIK, (3) Data Media, (4) Data Lembaga Kemasyarakatan, dan (5) Data Infrastruktur TIK. Kelima data ini dipilah- pilah menjadi dua puluh data besar tentang potensi bidang komunikasi dan informatika yang dimiliki oleh 24 Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1. Potensi daerah bidang komunikasi dan informatika yang digunakan adalah: (1a) Jumlah penelola e-government, (1b) Kepemilikan website, (2a) Jumlah SMK bidang TIK, (2b) Jumlah Perguruan Tinggi Informatika, (2c) Jumlah Perguruan Tinggi Komputer, (2d) Jumlah Perguruan Tinggi Teknik, (2e) Jumlah Perguruan Tinggi Komunikasi, (2f) Jumlah Lembaga Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika - Makassar 172 Pengelompokan Potensi ... ISSN : 1411-0385 Pendidikan TIK Non-formal, (3a) Jumlah Televisi Lokal, (3b) Jumlah Radio Lokal, (3c) Jumlah radio Komunitas, (3d) Jumlah Surat Kabar Harian Lokal, (3e) Jumlah majalah Lokal, (4a) Jumlah Kelompok Informasi Masyarakat (KIM), (4b) Jumlah Lembaga Pemantau Media, (5a) Jumlah Warnet, (5b) Jumlah Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK), (5c) Jumlah Base transceiver station (BTS), (5d) Jumlah Penyelenggara telekomunikasi, dan (5e) Jumlah Internet Service Provider (ISP). Arsitektur PCA Gambar 2. Arsitektur PCA Principal Component Analysis (PCA) merupakan teknik linier reduksi menggunakan teori-teori statistik sederhana seperti varian, standar deviasi, zero mean, kovarian dan persamaan karakteristik. PCA adalah teknik yang popular digunakan untuk memproyeksikan data vector yang berdimensi tinggi ke vector yang mempunyai dimensi lebih rendah dalam proses analisis data modern (Shlens, 2009). Algoritma PCA untuk mereduksi data terdiri dari enam komponen. Flowchart pada Gambar 2 menunjukkan proses PCA secara detil. PCA mereduksi ukuran barisan data dari dua puluh variabel menjadi dua zariabel. Detil setiap proses yang ditunjukkan pada fowchart dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Barisan data pada Tabel 1 merupakan data masukan. 2. Adjusted Data (data yang telah disesuaikan) adalah hasil pengurangan dari setiap data dengan rata-rata setiap data yang diperoleh dengan rumusan berikut ini: Dimana rata-rata seluruh sampel data diperoleh dengan menggunakan persamaan: 3. Matriks kovarian (C) dihitung dengan menggunakan persamaan berikut: Dimana B adalah Adjusted Data dan B adalah transpose dari matriks B dan n adalah jumlah sampel data. 4. Nilai eigen dan vektor eigen dari matriks kovarian dihitung dengan menggunakan persamaan karakteristik berikut ini: Dimana C adalah matriks kovarian, I adalah Matriks indeks, adalah nilai eigen dan adalah vektor eigen. 5. Nilai eigen yang terbesar yang berkorespondensi terhadap nilai vector eigen yang terbesar dipilih menjadi principal component. Vektor eigen yang disusun dari yang terbesar ke yang terkecil dipilih menjadi vecktor ftur (Pers. 6). 6. Vektor eigen yang ada di dalam vektor ftur ditranspos kemudian dikalikan dengan transpose data yang telah disesuaikan (Adjusted Data) untuk membangkitkan data PCA baru (Pers. 7). Proses Self Organizing Map (SOM) Setelah proses reduksi dimensi data dengan menggunakan PCA selesai dilakukan, data hasil PCA akan menjadi masukan untuk algoritma SOM. Self Organizing Map (SOM) merupakan perluasan dari jaringan kompetitif yang sering disebut sebagai jaringan Kohonen. Jaringan ini pertama kali diperkenalkan oleh Prov. Teuvo Kohonen pada tahun 1982. Pada jaringan ini suatu lapisan yang berisi neuron-neuron akan menyusun dirinya sendiri berdasarkan input tertentu dalam suatu kelompok yang dikenal dengan istilah Volume 15 No. 3 - Desember 2012 Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa - PEKOMMAS 173 cluster. Selama proses penyesuaian diri, cluster yang memiliki vektor bobot paling cocok dengan pola input (memiliki jarak paling dekat) akan terpilih sebagai pemenang. Neuron yang menjadi pemenang beserta neuron-neuron tetangganya akan memperbaiki bobot- bobotnya. Gambar 3 Algoritma SOM Metode SOM digunakan untuk pemetaan seperti clustering dimana prosesnya adalah suatu objek masuk pada cluster ke-j tergantung pada jarak yang ditetapkan. Jumlah neuron target sama dengan maksimum jumlah kelompok yang hendak kita buat. Dalam iterasinya, bobot neuron yang diubah tidak hanya bobot garis yang terhubung ke neuron pemenang saja, tetapi juga bobot neuron sekitarnya. Secara detil, langkah-langkah algoritma SOM yang ditunjukkan pada Gambar 3 adalah sebagai berikut: 1. Data masukan adalah data keluaran PCA atau data hasil penyederhanaan setelah akumulasi dua puluh potensi menjadi lima potensi. 2. Inisialisasi nilai centroid (matriks bobot) dan pilih salah satu data secara acak. 3. Misalkan adalah vektor referensi M centroid. Tentukan centroid terdekat antara setiap titik terhadap objek x menggunakan persamaan Euclidean distance berikut: Dimana d adalah ukuran data. Perbaharui centroid pemenang dan centroid tetangga dengan menggunakan persamaan: Dimana adalah nilai parameter learning rate, 0< <1, yang menurun secara monoton terhadap waktu dan mengontrol tingkat konvergensi. 5. Algoritma akan selesai setelah batas iterasi (epoch) yang ditentukan. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan dengan kombinasi epoch = 100, 200, 500, 1000 dengan jumlah cluster maksimum adalah empat cluster (4x1) dan sembilan cluster (3 x 3). Berikut adalah hasil pengelompokan dengan epoch 500: Hasil Pengelompokan dengan PCA dan SOM Gambar 4 Jumlah Anggota tiap kelompok hasil clustering dengan PCA dan SOM (maksimum 4 cluster) Tabel 2 Penentuan kelompok tiap Kabupaten/Kota berdasar- kan variabel keluaran proses PCA Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika - Makassar 174 Pengelompokan Potensi ... ISSN : 1411-0385 Gambar 4 di atas menunjukkan jumlah anggota tiap cluster hasil pengelompokan dengan menggunakan algoritma SOM yang dipadukan dengan PCA sebagai pra-pemrosesan guna mereduksi dimensi matriks yang memuat dua puluh variabel menjadi dua variabel. Hasil PCA ditunjukkan pada Tabel 2, kolom ke 2 dan 3 sedangkan hasil pengelompokan ditunjukkan pada kolom ke 4. Berdasarkan Gambar 4, jumlah anggota masing- masing kelompok adalah 1,1,12 dan 10 dengan rincian sebagai berikut: Kelompok 1 : Makassar Kelompok 2 : Luwu Kelompok 3 : Bantaeng, Pinrang, Sidrap, Soppeng, Takalar, Selayar, Luwu Timur, Luwu Utara, Bulukumba, Maros, Jeneponto, Pangkep Kelompok 4 : Pare-pare, Palopo, Barru, Enrekang, Sinjai, Wajo, Bone, Tana Toraja, Gowa, Toraja Utara Gambar 5 Jumlah Anggota tiap kelompok hasil clustering dengan PCA dan SOM (maksimum 9 cluster) Hasil pengelompokan dengan menggunakan ukuran cluster (3 x 3) ditunjukkan pada Gambar 5. Dari 9 cluster, hanya 8 cluster yang memiliki anggota sesuai dengan Tabel 2, kolom ke-5. Rincian anggota tiap kelompok adalah sebagai berikut: Kelompok 1 : Sidrap, Luwu Timur, Bulukumba, Jeneponto Kelompok 2 : Soppeng, Pangkep Kelompok 3 : Pare-pare, Palopo, Bone, Gowa, Tana Toraja, Toraja Utara Kelompok 4 : - Kelompok 5 : Barru, Sinjai Kelompok 6 : Enrekang Kelompok 7 : Makassar Kelompok 8 : Luwu Kelompok 9 : Bantaeng, Pinrang, Takalar, Wajo, Selayar, Luwu Utara, Maros Hasil Pengelompokan tanpa pra-proses PCA Pada percobaan selanjutnya dilakukan pengelompokan dengan menggunakan algoritma SOM saja tanpa didahului proses PCA namun dimensi data yang terdiri dari 20 variabel disederhanakan secara manual dengan menjumlahkan variable-variabel yang sekelompok menjadi 5 variabel. Kelima variabel itu adalah potensi daerah bidang kominfo yaitu: (x 1 ) Data E-government, (x 2 ) Data Institusi Pendidikan TIK, (x 3 ) Data Media, (x 4 ) Data Lembaga Kemasyarakatan, dan (x 5 ) Data Infrastruktur TIK. Data potensi ini ditunjukkan pada Tabel 3, kolom ke-2 sampai 6. Gambar 5 Jumlah Anggota tiap kelompok hasil clustering dengan SOM (maksimum 4 cluster) Gambar 5 di atas menunjukkan jumlah anggota tiap cluster hasil pengelompokan dengan menggunakan algoritma SOM saja dengan jumlah maksimum 4 cluster. Hasil penentuan kelompok ditunjukkan pada Tabel 3 kolom ke-7. Tabel 3 Penentuan kelompok tiap Kabupaten/Kota berdasar- kan lima variabel (x1-x5) Volume 15 No. 3 - Desember 2012 Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa - PEKOMMAS 175 Jumlah anggota masing-masing kelompok adalah 1, 4, 8 dan 11 dengan rincian sebagai berikut: Kelompok I : Makassar Kelompok II : Soppeng, Jeneponto, Luwu, Pangkep Kelompok III : Pare-pare, Barru, Sidrap, Sinjai, Luwu Timur, Bone, Bulukumba, Gowa Kelompok IV : Palopo, Bantaeng, Enrekang, Pinrang, Takalar, Wajo, Selayar, Luwu Utara, Tana Toraja, Maros, Toraja Utara Gambar 6 Jumlah Anggota tiap kelompok hasil clustering dengan SOM (maksimum 9 cluster) Hasil pengelompokan dengan SOM tanpa didahului proses PCA dengan menggunakan ukuran cluster (3 x 3) ditunjukkan pada Gambar 6. Dari 9 cluster, hanya 7 cluster yang memiliki anggota sesuai dengan Tabel 3, kolom ke-8. Rincian anggota tiap kelompok adalah sebagai berikut: Kelompok 1 : Sinjai Kelompok 2 : Sidrap Kelompok 3 : Soppeng, Jeneponto, Pangkep Kelompok 4 : Pare-pare, Barru, Luwu Timur, Bone, Bulukumba, Gowa Kelompok 5 : - Kelompok 6 : - Kelompok 7 : Palopo, Bantaeng, Enrekang, Pinrang, Takalar, Wajo, Selayar, Luwu Utara, Tana Toraja, Maros, Toraja Utara Kelompok 8 : Luwu Kelompok 9 : Makassar Pembahasan Berdasarkan hasil percobaan dapat dilihat bahwa ada perbedaan hasil antara pengelompokan dengan menggunakan batas 4 cluster dengan 9 cluster, dengan batas 4 cluster terbentuk 4 kelompok sedangkan dengan batas 9 cluster terbentuk 8 kelompok, hal ini memperlihatkan bahwa karakteristik setiap daerah tidak cukup mirip satu sama lainnya. Perbandingan hasil kedua percobaan ini ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4 Perbandingan hasil pengelompokan dengan PCA dan SOM berdasarkan jumlah cluster maksimum Beberapa daerah yang tetap berada dalam satu kelompok meskipun jumlah batas cluster pengelompokan diperbesar yaitu: Kota Makassar tetap sendiri, demikian halnya dengan Kabupaten Luwu. Kelompok C pada pengelompokan dengan 4 cluster terbagi dalam 3 kelompok (c,d,e) dalam pengelompokan dengan 8 cluster, sementara kelompok D terbagi menjadi 3 kelompok juga (f,g,h). Dari tabel terlihat bahwa kabupaten Wajo yang semula tergabung dalam kelompok D tidak masuk ke dalam kelompok f, g, maupun h, namun bergabung dengan kelompok e yang pada pengelompokan dengan 4 cluster anggota- anggota lainnya tergabung dengan kelompok C. Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik Kabupaten Wajo juga memiliki kemiripan dengan Kabupaten di Kelompok C. Perbandingan antara hasil pengelompokan menggunakan SOM yang didahului dengan reduksi data menggunakan PCA dengan tanpa reduksi data diperlihatkan pada Tabel 5. Perbedaan yang cukup signifkan adalah jumlah anggota kelompok pada pengelompokan tanpa reduksi data terlebih dahulu lebih terdistribusi. Hal ini karena jumlah variabel SOM lebih banyak jika tidak dilakukan reduksi data dengan PCA. Mengingat dimensi data masukan dalam percobaan Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika - Makassar 176 Pengelompokan Potensi ... ISSN : 1411-0385 ini tidak terlalu besar, maka penggunaan PCA tidak terlalu bermanfaat dalam proses pengelompokannya. Akan berbeda jika dimensi data masukan sangat besar. Namun, dari kesuluruhan hasil percobaan diperlihatkan adanya konsistensi pengelompokan Kabupaten/ Kota berdasarkan potensi di bidang komunikasi dan informatika baik dengan menggunakan PCA maupun tidak, baik dengan pembatasan jumlah cluster sebanyak 4 maupun 9 cluster. Hasil yang perlu digaris bawahi pada percobaan ini adalah dari seluruh percobaan, kota Makassar selalu berada dalam kelompok tersendiri, hal ini dikarenakan potensi komunikasi dan informatika Kota Makassar sebagai ibukota propinsi jauh lebih unggul dibandingkan Kabupaten/kota lainnya di Sulawesi Selatan. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada kesenjangan antara ibukota dengan daerah lainnya. Perlu juga dijadikan catatan bahwa dari data yang dimiliki, terdapat kekurangan kelengkapan data. Tabel 5 Perbandingan hasil pengelompokan dengan PCA dan tanpa PCA KESIMPULAN Penelitian ini memanfaatkan data potensi daerah Sulawesi Selatan di bidang komunikasi dan informatika, Algoritma PCA, dan algoritma SOM. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan dan menganalisa hasil pengelompokan daerah berdasarkan potensinya masing-masing. Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan PCA untuk pengelompokan data dengan dimensi data yang kurang besar tidak terlalu bermanfaat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan kedua metode baik dengan atau tanpa PCA, Kota Makassar selalu berada pada kelompok tunggal. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat kesenjangan antara Ibukota dengan Kabupaten/kota Lainnya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memacu pemerintah daerah/pemerintah pusat yang berwenang dalam mengembangkan potensi komunikasi dan informatika di seluruh wilayah Indonesia. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa penggunaan metode jaringan saraf tiruan (JST) dapat diaplikasikan untuk berbagai bidang sehingga diharapkan penelitian-penelitian sejenis dapat lebih dikembangkan. Untuk penelitian selanjutnya, pengelompokan dapat dilakukan dengan cara klasifkasi Kabupaten/Kota dalam daerah maju, berkembang dan tertinggal dengan menggunakan metode klasifkasi yang sama ataupun metode lainnya. Dapat juga dilakukan penelitian-penelitian sejenis seperti klasifkasi daerah berdasarkan indikator TIK maupun berdasarkan literasi masyarakat bidang TIK. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BBPPKI) Makassar yang telah menerbitkan Buku Potensi daerah Sulawesi Selatan bidang komunikasi dan informatika sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf BBPPKI Makassar dan staf Pemerintah Daerah di Sulawesi Selatan yang telah terlibat dalam pengumpulan data terkait penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA BBPPKI. (2012). Pemetaan Database Bidang Komunikasi dan Informatika Wilayah Propinsi Sulawesi Selatan 2012. Makassar: BBPPKI Makassar. Puspowati, T. (2009). Algoritma Self Organizing Maps (Som) Untuk Pengelompokan Kecamatan Di Kabupaten Malang Berdasarkan Indikator Pemerataan Pendidikan. Surabaya: ITS. Reljin, I. S., Reljin, B. D., & Jovanovic, G. (2002). Clustering of Climate Data in Yugoslavia by Using the SOM Neural Network. 6th Seminar on Neural network Application in Electrical Engineering (pp. 203 - 206). Yugoslavia: University of Belgrade. Shlens, J. (2009, April 22). Jon Shlens. Retrieved November 20, 2012, from SALK INSTITUTE : http://www.snl.salk. edu/~shlens/pca.pdf Tshering, & Arch, S. (2008). Clustering ICT Indicators of Bhutan using Two Level HSOM Algorithm. Ninth ACIS International Conference on Software Engineering, Artifcial Intelligence, Networking, and Paralel/Distributed Computing (pp. 121 -127). IEEE Computer society. Vesanto, J., Himberg, J., Alhoniemi, E., & Parhankangas, J. (1999). Self-organizing map in Matlab: the SOM Toolbox. Proceedings of the Matlab Conference 1999, (pp. 35 - 40). Finland. Yuni, A., Faiza, N. n., Wardhani, S. S., Nugroho, A. S., Handoko, D., Saifullah, Z., et al. (2010). Mapping of Information and Communication Technology (ICT) Progress Using Self Organizing Map (SOM). 2nd International Conference on Advances in Computer, Control & Telecommunication Technologies, (pp. 185 - 187). Volume 15 No. 3 - Desember 2012 Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa - PEKOMMAS 177 Sistem Komunikasi Berbasis Aplikasi Web Pada Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) Kabupaten Gowa Communication Systems-Based Web Applications in Group Information Society (KIM) Gowa FIRDAUS MASYHUR Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Makassar Jl. Prof. Abdurahman Basalama II No. 25 Makassar Telp. 0411 4660370 Fax. 0411-4660084 frdaus.masyhur@kominfo.go.id Naskah diterima: 3 Juni 2012 || Naskah disetujui: 28 Juli 2012 Abstrak Pertukaran informasi atau cara berkomunikasi melalui internet adalah cara baru se- bagai lompatan teknologi yang menempatkan manusia berada pada tempat berbeda dalam waktu yang bersamaan. Semua ini dapat dilakukan oleh kemampuan internet dengan aplikasi berbasis web. Fenomena ini paradoks dengan layanan yang ditawarkan dalam media tersebut, yang berfungsi untuk mengirim, menyampaikan atau menerima data bagi penggunanya (user) baik itu data teks, gambar (image) maupun data video. Oleh karena itu, dukungan pengolahan dan penyimpanan informasi dan data yang bersumber dari aktivitas masyarakat setempat sangat dibutuhkan. Penelitian ini adalah penelitian studi kasus (study case research) untuk merancang sistem komunikasi berbasis web pada Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) di Kabupaten Gowa yang diarancang dengan menggunakan bahasa PHP dan AJAX. Hasil penelitian ini adalah aplikasi berbasis web yang dapat diakses oleh anggota KIM pada wilayah Kabupaten Gowa. Pada pengolahan dan penyajian data atau informasi inilah maka akan tercipta suatu sistem komunikasi. Sistem komunikasi tersebut hendaknya bersifat realtime dan mudah diakses oleh anggota KIM. Kata kunci : Aplikasi web, Kelompok Informasi Masyarakat (KIM), Sistem Komunikasi Abstract The exchange of information or how to communicate through the Internet is a new way as a technological leap that puts people are at different places at the same time. All this can be done by internet capabilities with web-based applications. This phenomenon is paradoxical to the services offered in the media, which serves to transmit, submit or receive data to the user either text, pictures (image) as well as video data. Therefore, support for the processing and storage of information and data sourced from the local community activity is needed. This research is a case study to design a web-based communication system at the Public Information Group (KIM) in Gowa who diarancang using PHP and AJAX. The results of this research is a web-based application that can be accessed by members of KIM in Gowa regency. In the processing and presentation of data or information is it will create a system of communication. The communication system should be realtime and is easily accessible by members of KIM. Key words : Web Applications, Information Society Group, Communication system Calon Peneliti PENDAHULUAN Komunikasi merupakan proses awal terjadinya kerjasama yang mampu menciptakan silaturahmi. Silturahmi berasal dari bahasa Arab yang artinya hubungan keluarga yang bertalian darah. Dari arti itu lalu beralih ke arti lain, yaitu menghubungkan sesuatu yang memungkinkan terjadinya kebaikan serta menolak suatu yang akan menimbulkan keburukan dalam batas kemampuan. Komunikasi tidak hanya bersifat informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga bersifat persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan, dan lain-lain. Mengenai fungsi komunikasi, dalam buku Aneka SYAHBUDIN Fakultas Sains dan Teknlologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Kampus II Samata Gowa Sulawesi Selatan Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika - Makassar 178 Sistem Komunikasi ... ISSN : 1411-0385 Suara, Satu Dunia (Many Voice One World) dengan MacBridge sebagai editornya, diuraikan bahwa apabila komunikasi dipandang dari arti yang lebih luas, tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan, tetapi sebagai kegiatan individual dan kelompok mengenai tukar-menukar data, fakta dan ide, maka sistemnya dalam tiap sistem sosial adalah meliputi: informasi, sosialisasi (pemasyarakatan), motivasi, perdebatan dan diskusi, pendidikan, memajukan kebudayaan, hiburan dan integrasi. Pertukaran informasi ataupun cara berkomunikasi melalui internet adalah cara baru sebagai lompatan teknologi yang menempatkan manusia berada pada tempat berbeda dalam waktu yang bersamaan. Semua ini dapat dilakukan oleh kemampuan internet dengan aplikasi berbasis web. Saat ini internet telah digunakan sebagai sarana media komunikasi melalui fasilitas- fasilitas di dalamnya, akan tetapi internet ataupun web masih terkesan diasumsikan sebagai kemajuan perkembangan teknologi komputer dan bukannya media komunikasi. Fenomena ini paradoks dengan layanan yang ditawarkan dalam media tersebut, yang berfungsi untuk mengirim, menyampaikan atau menerima data bagi penggunanya (user) baik itu data text, gambar (image) maupun data video. Dalam proses pembangunan masyarakat yang makmur dan sejahtera pada era informasi dan komunikasi dewasa ini, sangat dibutuhkan informasi yang berguna maupun keputusan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, dukungan pengolahan dan penyimpanan informasi dan data yang bersumber dari aktivitas masyarakat setempat sangat dibutuhkan. Seiring dengan permasalahan tersebut Kementerian Komunikasi dan Informatika telah mengembangkan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) dengan maksud dan tujuan antara lain mewujudkan jaringan informasi serta media komunikasi dua arah antar pemerintah dengan masyarakat maupun dengan pihak lainnya serta menghubungkan satu kelompok masyarakat dengan kelompok yang lainnya untuk mewujudkan rasa kebersamaan, solidaritas, kesatuan dan persatuan bangsa . Dalam rangka pencapaian tujuan tersebut maka perlu dibangun sistem pengolahan dan penyajian data, baik berupa data teks, gambar, audio maupun video. Pada pengolahan dan penyajian data atau informasi inilah maka akan tercipta suatu sistem komunikasi. Sistem komunikasi tersebut hendaknya bersifat realtime dan mudah diakses oleh anggota KIM. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan selama 8 Minggu atau 2 bulan, yang dimulai dari Februari 2011 hingga Maret 2011. Penelitian dilakukan pada Kelompok Informasi Masyarakat dibawah naungan Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Gowa yang beralamat di jalan Poros Limbung Km. 2 Palangga. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Penelitian Lapangan (feld Research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengamati langsung pada lokasi penelitian, mencatat permasalahan dan meminta data yang dibutuhkan. Penelitian Perpustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan berpedoman pada buku- buku atau literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Penelitian Labor (Labor Research), yaitu penelitian dengan melakukan praktek uji coba rancangan situs web pada komputer local, jaringan LAN dan internet. Perancangan Aplikasi dilakukan dengan menggunakan Data Flow Diagram (DFD) untuk rancangan logik dan menggunakan Entity Relationship Diagram (ERD) untuk merancang database. Aplikasi kemudian dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP, sedangkan untuk database menggunakan Mysql yang terpadu dalam satu modul yaitu WAMP terdiri dari modul aplikasi Windows, Apache (web server), Mysql, dan PHP. Teknik pengujian yang digunakan adalah teknik pengujian langsung yaitu dengan menggunakan teknik pengujian black box. Pengujian black-box berfokus pada persyaratan fungsional perangkat lunak. Dengan demikian, pengujian black-box memungkinkan perekayasa perangkat lunak mendapatkan serangkaian kondisi input yang sepenuhnya menggunakan semua persyaratan fungsional untuk suatu program. Pengujian black-box berusaha menemukan kesalahan dalam kategori sebagai berikut: (1) fungsi-fungsi yang tidak benar atau hilang, (2) kesalahan interface, (3) kesalahan dalam strukur data atau basis data eksternal, (4) kesalahan kinerja, dan (5) inisialisasi dan kesalahan terminasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Aplikasi ini dirancang dengan menggunakan beberapa teknik dan bahasa pemrograman yakni Ajax, digunakan pada website yang berinteraksi dengan server melalui javascript secara asinkron (background), sehingga pengguna tidak perlu me-load keseluruhan isi page (halaman). Sebagai gambaran adalah pada saat proses pendaftaran anggota baru pada suatu situs web. Setelah selesai meginput user ID saat registrasi, sistem bisa memberitahukan bahwa nama yang dipakai sudah digunakan oleh orang lain atau belum. Kemudian yang digunakan selanjutnya adalah XML (eXtensible Markup Language), yaitu bahasa mark up yang ditujukan untuk menjabarkan informasi dengan struktur yang dapat dibuat sendiri oleh Volume 15 No. 3 - Desember 2012 Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa - PEKOMMAS 179 siapapun. Hal ini berbeda dengan HTML, yang tidak memungkinkan untuk membuat tag-tag tersendiri. Pada dokumen HTML, yang bisa dilakukan adalah menggunakan tag-tag yang telah ditentukan. Selain itu juga digunakan DOM (Document Object Module) yang merupakan standar yang digunakan untuk mengakses dokumen HTML. Dengan menggunakan DOM melalui javascript, isi dokumen bisa dimanipulasi. Dokumen HTML sendiri sebenarnya memunyai suatu hirarki dengan elemen-elemen yang terkandung di dalamnya seperti pohon terbalik. Gambar 1. Sistem berjalan Untuk mendisain tampilan web agar lebih tertata dengan baik, maka digunakan Cascading Style Sheet (CSS) yang merupakan sebuah dokumen berfungsi untuk melakukan pengaturan pada komponen halaman web, inti dari document ini adalah memformat halaman web standar menjadi bentuk web yang memiliki kualitas yang lebih indah dan menarik. CSS bisanya digunakan untuk melakukan pengaturan global yang berkaitan dengan objek tetap, misalnya memberikan warna pada halaman web, pengaturan lebar dan kecil bagian web serta menentukan bentuk font jenis huruf yang digunakan secara menyeluruh dalam halaman web. Selain itu digunakan pula JavaScript adalah bahasa scripting berorientasi objek yang digunakan untuk menulis fungsi-fungsi kecil yang diletakkan pada halaman HTML dan berinteraksi dengan browser untuk melakukan tugas tertentu yang tidak mungkin dilakukan oleh halaman HTML statis. Pada penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah Kelompok Informasi Masyarakat (KIM), yaitu organisasi sosial yang bersifat wirausaha, bergerak dalam bidang pengelolaan informasi dan komunikasi yang tumbuh dan berkembang dari, oleh dan untuk kepentingan masyarakat. KIM kabupaten Gowa, merupakan kelompok informasi masyarakat yang dikelompokkan berdasarkan kecamatan. Pada tiap kecamatan diketuai oleh warga setempat, dengan jenjang pendidikan minimal sarjana (S1). Proses penyebaran informasi dan komunikasi antar KIM, belum memungkinkan untuk menghadirkan sebuah informasi yang sama dalam waktu bersamaan untuk seluruh KIM, sehingga diharapkan dengan penerapan media komunikasi berbasis web ini dapat menangani permasalahan tersebut. Media komunikasi atau penyebaran informasi untuk kelompok informasi masyarakat kabupaten Gowa saat ini menggunakan media radio, bulletin dan penggumuman dengan menggunakan mobil keliling. Hal ini, mengindikasikan adanya keterbatasan akses informasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Keterbatasan tersebut berdampak pada tidak optimalnya data ataupun informasi yang akan diserap oleh masyarakat. Informasi yang dihasilkan pada proses di atas masih bersifat delayed fedback sehingga dapat menimbulkan multi tafsir terhadap informasi yang disebarkan. Perancangan sistem dilakukan dengan melakukan beberapa analisis yaitu analisis sistem, analisis kebutuhan fungsional, dan analisis otoritas pengguna. Dari hasil analisis tersebut, dilakukan perancangan yang dimulai dari rancangan teknologi, rancangan antarmuka yang pada akhirnya akan menghasilkan rancangan sistem secara keseluruhan. Rancangan sistem dengan menganalisis sistem yang sedang berjalan yaitu bagaimana KIM berkomunikasi dan memberikan informasi kepada masyarakat. Pada gambar 1. dijelaskan bahwa komunikasi dilakukan dengan mengandalkan intrumen komunikasi konvensional yaitu radio, telepon, hingga mobil keliling. Pesan yang disampaikan bisa berupa teks maupun audio yang bertujuan menyampaikan informasi kepada masyarakat sebagai pembaca dan pendengar. Kelemahan dari sistem tersebut adalah feedback yang diharapkan dari informasi yang diberikan sangat lambat bahkan suut suntuk diterima. Berdasarkan kelemahan tersebut dirancang model komunikasi dengan memanfaatkan teknologi internet berbasis multimedia sehingga media informasi dapat dijangkau dengan mudah sekaligus dapat memberikan feedback dengan cepat. Pada Gambar 2 di gambarkan bagaimana komunikasi hasil rancangan akan memanfaatkan internet, selain komunikasi akan menjadi lebih cepat, feedback yang diharapkan dari penerima informasi juga akan cepat didapatkan. Konten dari komunikasi juga bisa dalam bentuk yang beragam seperti audio, video, teks, maupun gambar. Rancangan ini diharapkan dapat berfungsi efektif sehingga dapat menutupi berbagai kekurangan yang selama ini dirasakan dalam komunikasi antar-kelompok maupun dalam internal Kelompok Informasi Masyarakat yang berada di Kabupaten Gowa. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika - Makassar 180 Sistem Komunikasi ... ISSN : 1411-0385 Gambar 2. Sistem Komunikasi yang diusulkan Selanjutnya rancangan struktur website pada Gambar 3. menunjukkan berbagai ftur yang dibuat pada website ini. Fitur yang menarik diantaranya Aktivitas Anggota, yaitu untuk mengetahui berbagai aktivitas yang dilakukan oleh anggota KIM di wilayah Kab. Gowa. Selanjutnya ada ftur Agenda, yaitu ftur yang digunakan untuk mengumumkan berbgai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh KIM sehingga partisipasi anggota KIM dapat lebih besar dengan adanya informasi yang diumumkan. Gambar 3. Struktur Halaman Website Volume 15 No. 3 - Desember 2012 Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa - PEKOMMAS 181 Pada Gambar 4 selanjutnya dijelaskan bagaimana hubungan antara sistem informasi dengan pihak eksternal sistem. Hal ini juga menggambarkan alur informasi yang mengalir antar-pihak tersebut. Pada gambar tersebut terlihat ada 3 (tiga) pihak eksternal yang terkait dengan sistem yaitu Administrator, Anggota KIM, dan Pengguna Umum. Gambar 4. Context diagram (DFD Level 0) Sistem akan berkomunikasi dengan administrator dengan meminta autorisasi terlebih dahulu yaitu dengan menampilkan form Login. setelah administrator memasukkan login yang tepat barulah sistem akan menampilkan menu utama administrator untuk digunakan selanjutnya mengatur konfgurasi sistem. Sistem juga akan berkomunikasi dengan anggota KIM melalui form Login, setelah anggota KIM memasukkan data login dengan tepat, selanjutnya sistem akan menampikan berbagai ftur yang tersedia bagi user anggota KIM. Pada Gambar 5. digambarkan secara detail bagaimana proses-proses yang terjadi pada interaksi antara sistem dan administrator serta item aktivitas yang pada interaksi tersebut. Gambar 5 DFD Level 1 Entitas Administrator Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika - Makassar 182 Sistem Komunikasi ... ISSN : 1411-0385 Selanjutnya pada Gambar 6. digambarkan rancangan relasi antar-data pada sistem ini. Beberapa tabel yang akan dibangun dalam database sistem dihubungkan untuk membangun sistem informasi yang efektif. Gambar 5. Website data konseptual Gambar 7. Website data logis Pada Gambar 7. selanjutnya digambarkan bagaimana rancangan logis database yang telah dirancang pada data konseptua. Gunanya untuk memberikan detail dari masing-masing item dalam database. Volume 15 No. 3 - Desember 2012 Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa - PEKOMMAS 183 Hasil-hasil rancangan tersebut kemudian akan menjadi acuan utama dalam merancang sistem ini secara keseluruhan. Sehingga hasil rancangan ini juga bisa dimanfaatkan oleh kelompok lain yang akan membangun sistem serupa, bahkan dapat memperbaiki berbagai ftur yang telah ada pada sistem ini. Perancangan Basis Data Fisik Perancangan fsik merupakan turunan dari perancangan logis. Perancangan fsik dipresentasikan dalam rancangan tabel-tabel. a) Tabel template Deskripsi tabel template ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Deskripsi Tabel Template
b) Tabel account Deskripsi tabel template ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 4.4 Deskripsi Tabel Account c) Tabel menu Deskripsi tabel menu ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3 Deskripsi Tabel Menu d) Tabel stories Deskripsi tabel stories ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4. Deskripsi Tabel Stories e) Tabel story_foto Deskripsi tabel story_foto ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5. Deskripsi Tabel Story_foto f) Tabel modul Deskripsi tabel modul ditunjukkan pada Tabel 6. Tabel 6 Deskripsi Tabel Modul g) Tabel teman Deskripsi tabel teman ditunjukkan pada Tabel 7. Tabel 7 Deskripsi Tabel Teman h) Tabel stream Deskripsi tabel stream ditunjukkan pada Tabel 8. Tabel 8. Deskripsi Tabel Stream Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika - Makassar 184 Sistem Komunikasi ... ISSN : 1411-0385 i) Tabel message Deskripsi tabel message ditunjukkan pada Tabel 9. Tabel 9 Deskripsi Tabel Message j) Tabel invite Deskripsi tabel invite ditunjukkan pada Tabel 10. Tabel 10. Deskripsi Tabel Invite k) Tabel subscr Deskripsi tabel subscr ditunjukkan pada Tabel 11. Tabel 11. Deskripsi Tabel Subscr l) Tabel bahasa Deskripsi tabel bahasa ditunjukkan pada Tabel 12. Tabel 12. Deskripsi Tabel Bahasa m) Tabel block Deskripsi tabel block ditunjukkan pada Tabel 13. Tabel 13. Deskripsi Tabel Block n) Tabel tema Deskripsi tabel tema ditunjukkan pada Tabel 14. Tabel 14. Deskripsi Tabel Tema Pengujian Sistem Pengujian adalah proses eksekusi suatu program dengan maksud menemukan kesalahan. Pengujian yang dilakukan pada website KIM Kabupaten Gowa menggunakan metode pengujian black-box yang berfokus pada persyaratan fungsional perangkat lunak. Pengujian sistem, berhubungan erat dengan validasi dan verifkasi pada proses input dan output website. Adapun yang diuji pada proses pengujian adalah : 1. Halaman pendaftaran anggota Pada halaman pendaftaran anggota baru diharapkan untuk mengisi semua feld yang disediakan, memasukkan kode dan alamat email dengan benar sehingga sistem memberikan konfrmasi bahwa akun dapat digunakan untuk login. 2. Halaman login Pada halaman login, field username dan password diisi sesuai dengan data yang didaftarkan pada sistem. 3. Fungsi pencarian data Field pada fungsi pencarian data disi data dengan jangkauan karakter, minimal dua karakter dan maksimal lima puluh karakter. 4. Input foto Input foto diawali dengan membuat dan mendeskripsikan album terlebih dahulu, setelah itu memilih fle yang akan diupload. 5. Input berita Untuk proses memasukkan berita diawali dengan mendefenisikan judul, isi dan kategori yang akan dijadikan kata kunci untuk proses pencarian berita serta pengaturan permission untuk berita yang diupload. 6. Input musik Input musik dengan mendeskripsikan judul, isi dan tag yang akan dijadikan kata kunci untuk proses pencarian serta pengaturan permission untuk musik yang diupload. Musik yang dapat diupload hanya yang berekstensi mp3. 7. Input agenda Untuk proses memasukkan agenda diawali dengan Volume 15 No. 3 - Desember 2012 Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa - PEKOMMAS 185 mendefenisikan judul, deskripsi, waktu, kecamatan serta pengaturan permission untuk berita yang diupload. 8. Pengujian pada fungsi obrolan - Pilih teman online - jendela obrolan diisi dengan memilih teman Hasil yang diharapkan : sistem mengkonfrmasi ada pesan baru untuk anggota yang bersangkutan dengan membuat perubahan warna pada header jendela obrolan dan perubahan pada title website dengan informasi tersebut 9. Laporan kepada admin Anggota memilih untuk melaporkan halaman tertentu selanjutnya sistem mengkonfrmasi ada laporan baru kepada Administrator web. Lingkungan pengujian pada website KIM Kabupaten Gowa dilakukan pada Sistem Operasi Windows 7 Professional. Pengujian dilakukan pada PHP version 5.2.6 dengan MySQL version 5.0.51b. Pengujian dengan menggunakan beberapa browser telah berhasil dilakukan, diantaranya: Mozzila Firefox Version 5.0, Opera Version 9.51, Chrome Version 5 dan Internet Explorer Version 8.0. Dari beberapa browser yang telah dicoba, website KIM kabupaten Gowa berjalan dengan baik. KESIMPULAN Berdasarkan uraian penulisan pada penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Untuk membangun sebuah media komunikasi berbasis web terlebih dahulu melakukan langkah- langkah analisis terhadap sistem komunikasi yang berjalan. 2. Pengembangan sistem komunikasi berbasis web disesuaikan dengan konsep-konsep pengembangan perangkat lunak sehingga memberikan kemudahan apabila ada perbaikan pada sistem tersebut dimasa yang akan datang. 3. Penggunaan teknologi web dengan menggunakan AJAX dapat menciptakan sebuah media komunikasi yang bersifat direct feedback. sehingga pemecahan terhadap permasalahan yang ada akan semakin cepat. 4. Rancangan sistem komunikasi berbasis web dapat menjadi solusi dalam meningkatkan kualitas informasi antar kelompok dalam masyarakat informasi serta manjadi salah satu faktor untuk menjaring feedback yang lebih banyak dari masyarakat pengguna informasi. 5. Mendorong penggunaan internet sebagai media baru yang paling banyak digunakan masyarakat dengan berbagai keunggulannya. Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang penulis ajukan sebagai bahan masukan bagi pengembangan media komunikasi pada KIM kabupaten Gowa adalah sebagai berikut: 1. Demi memudahkan akses informasi pada KIM kabupaten Gowa, maka Pemerintah daerah perlu mengembangkan media komunikasi berbasis web. 2. Pengembangan media komunikasi yang baru merupakan media komunikasi tambahan dari media-media yang ada sebelumnya. 3. Untuk proses pembinaan KIM yang dilakukan oleh pemerintah daerah kabupaten Gowa, maka dinas perhubungan informasi dan komunikasi kabupaten Gowa dapat difungsikan sebagai administrator pada website yang dibangun. DAFTAR PUSTAKA Abd. Hakim, Atang dan Mubarok, Jaih, Metodologi Study Islam, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004. Babin, Lee, Beginning Ajax With PHP From Novice to Professional, Apress, Barkley, 2007. Connolly TM, CE Begg, Database Systems: A Practical Approach to Design, Implementation and Management. England: Addison-Wesley longman limited, 1998. Hadisutopo, Ariesto, Pemrograman Flash Dengan PHP dan MySQL, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2007. Hakim, Lukmanul, Membongkar Trik Rahasia para Master PHP, Lokomedia, Yogyakarta. 2008. ______________, Jalan PintasMenjadi Master PHP, Lokomedia, Yogyakarta,2009. Hendratman, Hendi, The Magic of Macromedia Director, Informatika, Bandung, 2008. Hermawan, Julius, Analisa dan Desain Pemrograman Berorientasi Objek. Andi Offset, Yogyakarta, 2004.. J. Kabir, Mohammed, Secure PHP Development: Building :50 Practical Applications, Wiley Publishing, Inc., Indianapolis, Indiana, 2003. Kadir, Abdul. Mastering Ajax dan PHP. Andi Offset, Yogyakarta, 2009.. Muhlis, Ahmad, Membangun Aplikasi Mini Market dengan Access, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2007. Nugroho, Bunaft, Tips dan Trik Pemrograman PHP5, Ardana Media, Yogyakarta, 2006. Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Pt. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007. Pramono, Andi dan M. SyafI, Kolaborasi Flash, Dreamweaver dan PHP untuk Aplikasi Website, Andi, Yogyakarta, 2005. Presman, Roger S, Software Engineering: A Practitioners Approach. Diterjemahkan oleh LN Harnaningrum dengan judul Rekayasa Perangkat Lunak: Pendekatan Praktisi (Edisi 6). Andi, Yogyakarta, 2002. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika - Makassar 186 Sistem Komunikasi ... ISSN : 1411-0385 Rosadi, Rosadi, Etika Kehumasan Konsepsi dan Aplikasi, Bandung, 2002. Sommerville Ian, Software Engineering, Diterjemahkan oleh Dra. Yuhilza Hanum M.eng dengan judul Rekayasa Perangkat Lunak (Jilid I), Erlangga, Jakarta, 2003. Suarga, Faisal dan Satu Alang, Pengantar Teknologi Informasi 1, Alauddin Press, Makassar, 2006. Suhendi, Edi, Kreatif Dengan Adobe Flash Profesional, Yama Wydia, Bandung, 2009. Sosiawan, Edie arief, Kajian Internet Sebagai Media Komunikasi Interpersonal Dan Massa. FISIP UPNVY, 2008. Supriansyah, Haris dan Kartoyo, 30 Menit Menjadi Webmaster, Oase Media, Bandung, 2007. Sutanta, Edhy, Pengantar Teknologi Informasi, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2005. Utama, Tri Adji, Cara Mudah Menggunakan Internet, Bintang Indonesia Jakarta, Bandar Lampung, 2009. Winardi, J., Pemikiran Sistemik Dalam Bidang Organisasi dan Manajemen, Rajagrafndo Persada, Jakarta, 2002. Williams BK, SC Sawyer. Using Information Technologi: Pengenalan praktis dunia Komputer dan Komunikasi. Edisi 7. Nur Wijayaning Rahayu dan Th. Arie Prabawati, Penerjemeh; Yogyakarta: Andi. Terjemahan dari: Using Information Technologi: A Practical Introduction to Computers & Communications, 2007.