Anda di halaman 1dari 26

BAB 1

DEFINISI

1.1 Pengertian

Dalam panduan ini yang dimaksud dengan :


a. Air Susu Ibu yang selanjutnya disingkat ASI adalah cairan hasil
sekresi kelenjar payudara ibu
b. Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif adalah
ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam)
bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau
minuman lain
c. Bayi adalah anak dari baru lahir sampai berusia 12 (dua belas) bulan
d. Keluarga adalah suami, anak atau keluarga sedarah dalam garis lurus
ke atas dan ke bawah sampai dengan derajat ketiga
e. Susu Formula Bayi adalah susu yang secara khusus diformulasikan
sebagai pengganti ASI untuk bayi sampai berusia 6 (enam) bulan
f. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitative yang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintag daerha dan atau masyarakat
g. Fasilitas khusus menyusui dan atau memerah ASI yang selanjutnya
disebut dengan ruang ASI adalah ruangan yang dilengkapi dengan
prasarana menyusui dan memerah ASI yang digunakan untuk
menyusui bayi, memerah ASI, menyimpan ASI perah dan/atau
konseling menyusui
h. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau ketrampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan

1
i. Tenaga terlatih pemeberian ASI adalah tenaga yang memiliki
pengetahuan dan atau ketrampilan mengenai pemberian ASI melalui
pelatihan antara lain konselor menyusui yang telah mendapatkan
sertifikat
j. Tempat Kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering
dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana
terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.
k. Pekerja atau buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima
upah atau imbalan dalam bentuk lain.
l. Pengurus tempat kerja adalah orang yang mempunyai tugas
memimpin langsung suatu tempat kerja atau bagiannya yang berdiri
sendiri.
m. Tempat sarana umum adalah sarana yang diselenggarakan oleh
pemerintah/swasta atau perorangan yang digunakan bagi kegiatan
masyarakat.
n. Penyelenggara tempat sarana umum adalah penanggung jawab tempat
sarana umum.
o. Manajemen yang selanjutnya disebut Direktur adalah yang memegang
kewenangan dalam penerbitan Surat Keputusan (SK) dalam program
pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif di
Rumah Sakit Umum Daerah Genteng.

1.2 Latar Belakang

Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan antara lain adalah


penurunan angka kematian bayi dan peningkatan status gizi masyarakat.
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari pembangunan nasional
diarahkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusai dan dilaksanakan
guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat

2
bagi setiap penduduk agar dapat menigkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya.

Pemberian makan terbaik untuk bayi sejak lahir sampai anak berumur
2 (dua) tahun meliputi : memberikan ASI segera dalam waktu 1 (satu) jam
setelah lahir, memberikan hanya ASI saja sejak lahir sampai umur 6 (enam)
bulan. Hampir semua ibu dapat mengan sukses menyusui diukur dari
permulaan pemberian ASI dalam jam pertama kehidupan bayi. Menyusui
menurunkan resiko infeksi akut seperti diare, pneumonia, infeksi telinga,
meningitis, haemophilus influenza, dan infeksi saluran kemih..

Menyusui menunda kembalinya kesuburan seorang wanita dan


mengurangi resiko perdarahan pasca melahirkan, kanker payudara, pra
menopause dan kenker ovarium.

Namun demikian, penerapan pola pemberian makan terbaik untuk


bayi sejak lahir sampai anak berumur 2 (dua) tahun tersebut belum
dilaksanakan dengan baik khususnya dalam hal pemberian ASI Eksklusif.
Beberapa kendala dalam hal pemberian ASI Eksklusif karena ibu tidak
percaya diri bahwa dirinya mampu dalam hal pemberian ASI Eksklusif. Hal
ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu, kurangnya dukungan
keluarga serta rendahnya kesadaran masyarakat tentang manfaat pemberian
ASI Eksklusif. Selain kurangnya dukungan tenaga kesehatan, fasilitas
pelayanan kesehatan dan produsen makanan bayi untuk keberhasilan ibu
dalam menyusui bayinya.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum


Menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu dan bayi serta
meningkatkan status gizi masyarakat.

3
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI
Eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 (enam)
bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan
perkembangannya
b. Memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI
Eksklusif kepada bayinya
c. Meningkatkan peran dan dukungan keluarga terhadap
pemberian ASI Eksklusif

4
BAB 2

RUANG LINGKUP

Seluruh jajaran dan staf Rumah Sakit Umum Daerah Genteng berperan
serta aktif dalam pelaksanaan kegiatan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI
Eksklusif khususnya di pelayanan kesehatan ibu dan anak, yang dimaksud dalam
hal ini adalah unit Ruang Bersalin, Ruang Perinatologi dan Kamar Operasi di
RSUD Genteng.
Sedangkan rawat jalan yaitu poli laktasi, poli hamil dan poli anak berperan
aktif dalam pemberian pendidikan ASI Eksklusif.

5
BAB 3

TATA LAKSANA

3.1 Inisiasi Menyusu Dini Dan Asi Eksklusif

3.1.1 Tanggung jawab Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah Genteng


dalam program pemberian ASI Eksklusif
a. Melaksanakan kebijakan nasional dalam rangka program
pemberian ASI Eksklusif yang dituangkan dalam bentuk
standar, prosedur dan kriteria yang ditetapkan oleh Direktur
dengan mengacu kepada kebijakan pemerintah sesuai dengan
kemampuan dan potensi sumber daya manusia, kemampuan
dan potensi sumber pendanaan. Strategi program pemberian
ASI Eksklusif dilakukan secara terpadu, berjenjang dan
berkesinambungan
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi program pemberian
ASI Eksklusif di Rumah Sakit Umum Daerah Genteng
c. Mengikuti pelatihan teknis konseling menyusui bagi tenaga
kesehatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Propinsi
d. Menyediakan tenaga konselor menyusui di rumah sakit
e. Memonitoring, mengevaluasi dan mengawasi pelaksanaan dan
tercapainya program pemberian ASI Eksklusif
f. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan program
pemberian ASI Eksklusif yang mendukung perumusan
kebijakan
g. Mengembangkan kerjasama dengan pihak lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
h. Menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi dan
edukasi atas penyelenggaraan pemberian ASI Eksklusif

6
3.1.2 ASI Eksklusif
Setiap ibu yang melahirkan wajib memberikan ASI Eksklusif
kepada bayi yang dilahirkannya kecuali pada kasus :

a. Indikasi medis yaitu kondisi medis bayi dan atau kondisi medis
ibu yang tidak memungkinkan dilakukannya pemberian ASI
Eksklusif. Kondisi medis bayi yang tidak memungkiknkan
pemberian ASI Eksklusif antara lain :
1) Bayi yang hanya dapat menerima susu dengan formula
khusus, yaitu bayi dengan kriteria :
a) Bayi dengan galaktosemia klasik, diperlukan
formula khusus bebas galaktosa
b) Bayi dengan penyakit kemih beraroma sirup maple
(maple syrup urine disease), diperlukan formula
khusus bayi bebas leusin, isoleusin dan valin
c) Bayi dengan feniketonuria, dibutuhkan formula
khusus bebas fenilalanin dan dimungkinkan
beberapa kali menyusui, dibawah pengawasan

2) Bayi yang membutuhkan makanan lain selain ASI selama


jangka waktu terbatas, yaitu :
a) Bayi lahir dengan berat badan kurang dari 1500
(seribu lima ratus) gram (berat lahir sangat rendah)
b) Bayi lahir kurang dari 32 (tiga puluh dua) minggu
dari usia kehamilan yang sangat prematur
c) Bayi baru lahir yang beresiko hipoglikemi
berdasarkan gangguan adaptasi metabolisme atau
peningkatan kebutuhan glukosa seperti bayi
prematur, kecil untuk umur kehamilan atau yang
mengalami stress iskemik/intrapartum hipoksia yang

7
signifikan, bayi yang sakit dan bayi yang memiliki
ibu pengidap diabetes, jika gula darahnya gagal
merespon pemberian ASI baik secara langsung
maupun tidak langsung.

3) Kondisi medis ibu yang tidak dapat memberikan ASI


Eksklusif karena harus mendapat pengobatan sesuai
dengan standar. Kondisi ibu tersebut antara lain :
a) Ibu yang dapat dibenarkan alasan tidak menyusui
secara permanen karena terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus. Dalam kondisi tersebut,
pengganti pemberian ASI harus memenuhi kriteria
yaitu dapat diterima, layak, terjangkau,
berkelanjutan dan aman (acceptable, feasible,
affordable, sustainable and safe). Kondisi tersebut
bisa berubah jika secara teknologi ASI Eksklusif
dari ibu terinfeksi Human Immunodeficiency Virus
dinyatakan aman bagi bayi dan demi untuk
kepentingan terbaik bayi. Kondisi tersebut juga
dapat diberlakukan bagi penyakit menular lainnya.

b) Ibu yang dapat dibenarkan alasan menghentikan


menyusui sementara waktu karena :
1. Penyakit parah yang menghalangi seorang ibu
merawat bayi, misalnya sepsis (infeksi demam
tinggi hingga tidak sadarkan diri)
2. Infeksi Virus Herpes Simplex Tipe 1 (HSV-1)
di payudara, kontak langsung antara luka pada
payudara ibu dan mulut bayi sebaiknya
dihindari sampai semua lesi aktif telah diterapi
hingga tuntas

8
3. Pengobatan ibu :

(a) Obat-obat psikoterapi jenis penenang,


obat anti-epilepsi dan opioid dan
kombinasinya dapat menyebabkan efek
samping seperti mengantuk dan depresi
pernafasan dan lebih baik dihindari jika
alternatif yang lebih aman tersedia

(b) Radioaktif iodine-131 lebih baik


dihindari mengingat bahwa alternatif
yang lebih aman tersedia, seorang ibu
dapat melanjutkan menyusui sekitar 2
(dua) bulan setelah menerima zat ini

(c) Penggunaan yodium atau yodofor topikal


misalnya povidone iodine secara
berlebihan terutama pada luka terbuka
atau membran mukosa, dapat
meyebabkan penekanan hormon tiroid
atau kelainan elektrolit pada bayi yang
mendapat ASI dan harus dihindari

(d) Sitotoksik kemoterapi yang


mensyaratkan seorang ibu harus berhenti
menyusui selama terapi

Indikasi medis ditegakkan oleh dokter dengan ketentuan sesuai


dengan standar profesi, standar pelayanan dan standar prosedur
operasional.

b. Ibu tidak ada


c. Ibu terpisah dari bayi
Kondisi yang tidak memungkinkan bayi mendapatkan ASI
Eksklusif karena ibu tidak ada atau terpisah dari bayi dapat
dikarenakan ibu meninggal dunia, ibu tidak diketahui
keberadaannya, ibu terpisah dari bayi karena adanya bencana
atau kondisi lainnya dimana ibu terpisah dengan bayinya

9
sehingga ibu tidak dapat memenuhi kewajibannya atau anak
tidak memperolah haknya.

3.1.3 Inisiasi Menyusu Dini


Tenaga kesehatan wajib melakukan inisiasi menyusu dini
terhadap bayi yang lahir kepada ibunya paling singkat selama 1
(satu) jam. Inisiasi menyusu dini dilakukan dengan cara
meletakkan bayi secara tengkurap di dada atau perut ibu sehingga
kulit bayi melekat pada kulit ibu. Inisiasi menyusu dini dilakukan
dalam keadaan ibu dan bayi stabil dan tidak membutuhkan
tindakan medis selama paling sedikit 1 (satu) jam. Lama waktu
inisiasi menyusu dini paling sedikit selama 1 (satu) jam
dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada bayi agar
dapat mencari puting susu ibu dan menyusu sendiri. Dalam hal
selama paling singkat 1 (satu) jam setelah melahirkan, bayi masih
belum mau menyusu maka kegiatan inisiasi menyusu dini harus
tetap diupayakan oleh ibu, tenaga kesehatan dan penyelenggara
fasilitas pelayanan kesehatan.
Ibu dan bayi wajib diletakkan dalam 1 (satu) ruangan atau
rawat gabung kecuali atas indikasi medis yang ditetapkan oleh
dokter. 1 (satu) ruangan atau rawat gabung adalah ruang rawat inap
dalam 1 (satu) ruangan dimana ibu dan bayi berada dalam
jangakauan ibu selama 24 (dua puluh empat) jam. Penempatan 1
(satu) ruangan atau rawat gabung dimaksudkan untuk memudahkan
ibu setiap saat memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Indikasi
medis didasarkan pada kondisi medis bayi dan atau kondisi ibu
yang tidak memungkinkan dilakukan rawat gabung.

3.1.4 Pendonor Air Susu Ibu


Pemberian ASI Eksklusif dapat dilakukan oleh pendonor ASI
apabila ibu kandung tidak dapat memberikan ASI Eksklusif bagi

10
bayinya. Yang dimaksud dengan pendonor ASI adalah ibu yang
menyumbangkan ASI kepada bayi yang bukan anaknya. Pemberian
ASI Eksklusif oleh pendonor ASI dilakukan dengan persyaratan ;
a. Permintaa ibu kandung atau keluarga bayi yang bersangkutan
b. Identitas, agama dan alamat pendonor ASI diketahui dengan
jelas oleh ibu atau keluarga dari bayi penerima ASI
c. Persetujuan pendonor ASI setelah mengetahui identitas bayi
yang diberi ASI
d. Pendonor ASI dalam kondisi kesehatan baik dan tidak
mempunyai indikasi medis

Pemberian ASI oleh pendonor dilaksanakan berdasarkan


norma agama dan mempertimbangkan aspek social budaya, mutu
dan keamanan ASI. Yang dimaksud dengan mutu dan keamanan
ASI adalah kebersihan, cara penyimpanan, cara pemberian atau
cara memerah ASI.

3.1.5 Informasi dan Edukasi

Untuk mencapai pemanfaatan pemberian ASI Eksklusif


secara optimal, tenaga kesehatan wajib memberikan informasi dan
edukasi ASI Eksklusif kepada ibu dan atau anggota keluarga dari
bayi yang bersangkutan sejak pemeriksaan kehamilan sampai
dengan periode pemberian ASI Eksklusif selesai.
Informasi dan edukasi mengenai ASI Eksklusif yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan dari sejak ibu hamil sampi
melahirkan, paling sedikit mengenai:
a. Keuntungan dan kerugian pemberian ASI
b. Gizi ibu, persiapan dan mempertahankan menyusui
c. Akibat negative dari pemberian makanan botol secara parsial
terhadap pemberian ASI. Yang dimaksud dengan pemberian

11
makanan botol secara parsial adalah makanan/minuman
selain ASI yang diberikan kepada bayi dengan menggunakan
botol.
d. Kesulitan untuk mengubah keputusan tidak memberikan ASI.
Yang dimaksud adalah kondisi dimana ibu sudah
memutuskan untuk tidak memberikan ASI maka sulit untuk
kembali lagi memberikan ASI.

Pemberian informasi dan edukasi ASI Eksklusif pada ibu


hamil dan menyusui dapat dilakukan melalui penyuluhan,
konseling dan pendampingan oleh tenaga terlatih/konselor ASI.
Pendampingan dilakukan melalui pemberian dukungan moril,
bimbingan, bantuan dan pengawasan ibu dan bayi selama kegiatan
inisiasi menyusu dini dan atau selama awal menyusui. Tenaga
terlatih adalah tenaga yang memiliki pengetahuan dan atau
ketrampilan mengenai pemberian ASI melalui pelatihan antara lain
konselor menyusui.
Apabila RS dan tenaga kesehatan tidak melaksanakan
ketentuan tentang donor ASI bagi bayi yang tidak mendapatkan
ASI sesuai dengan peraturan, melakukan pemberian susu formula
kepada bayi dan tidak memberikan informasi maupun edukasi
kepada ibu hamil dan menyusui tentang ASI Eksklusif maka akan
dikenakan sanksi administrative yaitu :
a. Teguran lisan dan atau
b. Teguran tertulis
c. Pencabutan ijin praktek

3.2 Penggunaan Susu Formula Bayi Dan Produk Bayi Lainnya

Setiap ibu melahirkan bayi harus menolak pemberian susu formula


dan atau produk bayi lainnya (segala bentuk susu dan pangan bayi lainnya,

12
botol susu, dot dan empeng). Dalam hal ibu yang melahirkan bayi
meninggal dunia atau sebab lain sehingga tidak dapat melakukan penolakan
pemberian susu formula dan atau produk bayi lainnya, penolakan dapat
dilakukan oleh keluarga.

Apabila pemberian ASI Eksklusif tidak dimungkinkan berdasarkan


pertimbangan tertentu, bayi dapat diberikan susu formula bayi. Dalam
memberikan susu formula bayi, tenaga kesehatan harus memberikan
peragaan dan penjelasan atas penggunaan dan penyajian susu formula bayi
kepada ibu dan atau keluarga yang memerlukan susu formula bayi.
Pemberian peragaan dan penjelasan atas penggunaan dan penyajian susu
formula bayi atau produk susu lainnya hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan. Dengan demikian, tenaga non kesehatan tidak dapat melakukan
pemberian peragaan dan penjelasan atas penggunaan dan penyajian susu
formula bayi atau produk susu lainnya.
Dalam hal ibu dari bayi yang memerlukan susu formula bayi atau
produk susu bayi lainnya tersebut telah meninggal dunia, sakit berat, sedang
menderita gangguan jiwa berat, dan atau tidak diketahui keberadaannya,
penjelasan dan peragaan atas penggunaan dan penyajian susu formula bayi
atau produk susu bayi lainnya hanya dapat dilakukan terbatas pada keluarga
yang akan mengurus dan merawat bayi tersebut.
Setiap tenaga kesehatan dilarang memberikan susu formula bayi dan
atau produk bayi lainnya yang dapat menghambat program pemberian ASI
Eksklusif kecuali dalam hal diperuntukkan dengan pertimbangan tertentu.
Setiap tenaga kesehatan dilarang menerima dan atau mempromosikan susu
formula bayi dan atau produk bayi lainnya yang dapat menghambat program
pemberian ASI Eksklusif. Yang dimaksud dengan dilarang mempromosikan
adalah memajang, memberikan potongan harga, memberikan sampel susu
formula bayi, memberikan hadiah, memberikan informasi melalui saluran
telepon, media cetak dan elektronik, memasang logo atau nama perusahaan

13
pada perlengkapan persalinan dan perawatan bayi, membuat dan
menyebarkan brosur, leaflet, poster atau yang sejenis lainnya.
Penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan dilarang memberikan susu
formula dan atau produk bayi lainnya yang dapat menghambat program
pemberian ASI Eksklusif kepada ibu bayi dan atau keluarganya, kecuali
dalam hal diperuntukkan dengan pertimbangan tertentu. Penyelenggara
fasilitas pelayanan kesehatan dilarang menerima dan atau mempromosikan
susu formula bayi dan atau produk bayi lainnya yang dapat menghambat
program pemberian ASI Eksklusif.
Dalam hal terjadi bencana atau darurat, penyelenggara fasilitas
pelayanan kesehatan dapat menerima bantuan susu formula dan atau produk
bayi lainnya untuk tujuan kemanusiaan setelah mendapat persetujuan dari
kepala dinas kesehatan kabupaten/kota. Penyelenggara fasilitas pelayanan
kesehatan dilarang menyediakan pelayanan di bidang kesehatan atas biaya
yang disediakan oleh produsen atau distributor susu formula bayi dan atau
produk bayi lainnya.
Produsen atau distributor susu formula bayi dan atau produk bayi
lainnya dilarang melakukan kegiatan yang dapat menghambat program
pemberian ASI Eksklusif berupa :
a. Pemberian contoh produk susu formula bayi dan atau produk bayi
lainnya secara cuma-cuma atau bentuk apapun kepada penyelenggara
fasilitas pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan, ibu hamil atau ibu
yang baru melahirkan
b. Penawaran atau penjualan langsung susu formula bayi ke rumah-
rumah
c. Pemberian potongan harga atau tambahan atau sesuatu bentuk apapun
atas pembelian susu formula bayi sebagai daya tarik dari penjual
d. Penggunaan tenaga kesehatan untuk memberikan informasi tentang
susu formula bayi kepada masyarakat
e. Pengiklanan susu formula bayi yang dimuat dalam media massa, baik
cetak maupun elektronik dan media luar ruang kecuali pada media

14
cetak khusus tentang kesehatan yang dilakukan dengan memenuhi
persyaratan:
1) Mendapat persetujuan menteri
2) Memuat keterangan bahwa susu formula bayi bukan pengganti
ASI

Setiap tenaga kesehatan, penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan


dilarang menerima hadiah dan atau bantuan dari produsen atau distributor
susu formula bayi dan atau produk bayi lainnya yang dapat menghambat
keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif. Bantuan dari produsen atau
distributor susu formula dapat diterima hanya untuk tujuan membiayai
kegiatan pelatihan, penelitian dan pengembangan, pertemuan ilmiah dan
atau kegiatan lainnya yang sejenis.
Pemberian bantuan untuk biaya pelatihan, penelitian dan
pengembangan, pertemuan ilmiah dan atau kegiatan lainnya yang sejenis
dapat dilakukan dengan ketentuan :
a. Secara terbuka adalah tidak ada konflik kepentingan antara pemberi
bantuan dan penerima bantuan dan diumumkan secara terbuka
b. Tidak bersifat mengikat adalah tidak ada kewajiban tertentu yang
harus dilakukan oleh institusi penerima bantuan berdasarkan
keinginan pemberi bantuan
c. Hanya melalui fasilitas pelayanan kesehatan dan atau organisasi
profesi kesehatan
d. Tidak menampilkan logo dan nama produk susu formula bayi dan atau
produk bayi lainnya pada saat dan selama kegiatan berlangsung yang
dapat menghambat program pemberian ASI Eksklusif

Tenaga kesehatan yang menerima bantuan wajib memberikan


pernyataan tertulis kepada atasannya bahwa bantuan tersebut tidak mengikat
dan tidak menghambat keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif.
Penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima bantuan wajib

15
memberikan pernyataan tertulis kepada menteri melalui pejabat yang
ditunjuk bahwa bantuan tersebut tidak mengikat dan tidak menghambat
keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif

Setiap produsen atau distributor susu formula bayi dan atau produk
bayi lainnya dilarang memberikan hadiah dan atau bantuan kepada tenaga
kesehatan dan penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan termasuk
keluarganya yang dapat menghambat program pemberian ASI Ekslusif
kecuali diberikan untuk tujuan membiayai kegiatan pelatihan, penelitian dan
pengembangan, pertemuan ilmiah dan atau kegiatan lainnya yang sejenis.
Setiap produsen atau distributor susu formula bayi dan atau produk
bayi lainnya yang melakukan pemberian bantuan, wajib memberikan
laporan kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk. Laporan kepada Menteri
tentang pemberian bantuan paling sedikit memuat :
a. Nama penerima dan pemberi bantuan
b. Tujuan diberikan bantuan
c. Jumlah dan jenis bantuan
d. Jangka waktu pemberian bantuan

Penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima bantuan


susu formula bayi dan atau produk bayi lainnya, wajib memberikan laporan
kepada Menteri, sedikit memuat :
a. Nama pemberi dan penerima bantuan
b. Tujuan diberikan bantuan
c. Jumlah dan jenis bantuan
d. Jangka waktu pemberian bantuan

Laporan disampaikan kepada pejabat yang ditunjuk paling sedikit 3


(tiga) bulan terhitung sejak tanggal penerimaan bantuan. Setiap tenaga
kesehatan dan penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak

16
melaksanakan ketentuan pemberian susu formula kepada bayi dikenakan
sanksi administratif oleh pejabat yang berwenang berupa :
a. Teguran lisan
b. Teguran tertulis
c. Pencabutan ijin

3.3 Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui Dan/Atau Memerah Air
Susu Ibu

Pengurus tempat kerja dan penyelenggara tempat sarana umum harus


mendukung program ASI Eksklusif. Yang dimaksud dengan pengurus
tempat kerja adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung suatu
tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri. Ketentuan mengenai
dukungan program ASI Eksklusif di tempat kerja dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perusahaan antara pengusaha dan pekerja/buruh atau
melalui perjanjian kerja bersama antara serikat pekerja/serikat buruh dengan
pengusaha. Pengaturan tata cara penyediaan ruang ASI bertujuan untuk :
a. Memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI
Eksklusif dan memenuhi hak anak untuk mendapatkan ASI Eksklusif
b. Meningkatkan peran dan dukungan keluarga dan masyarakat terhadap
pemberian ASI eksklusif

Pengurus tempat kerja dan penyelenggara tempat sarana umum harus


menyediakan fasilitas khusus (ruang menyusui dan memerah ASI yang
dinamai dengan ruang ASI) untuk menyusui dan atau memerah ASI sesuai
dengan kondisi kemampuan perusahaan. Adapun yang dimaksud dengan
tempat kerja dan sarana umum adalah :
a. Tempat kerja :
1) Perusahaan
2) Perkantoran milik pemerintah, pemerintah daerah dan swasta
b. Tempat sarana umum :

17
1) Fasilitas pelayanan kesehatan
2) Hotel dan penginapan
3) Tempat rekreasi
4) Terminal angkutan darat
5) Stasiun kereta api
6) Bandar udara
7) Pelabuhan laut
8) Pusat-pusat perbelanjaan
9) Gedung olahraga
10) Lokasi penampungan pengungsi
11) Tempat sarana umum lainnya

Penyelenggara tempat sarana umum berupa fasilitas pelayanan


kesehatan harus mendukung keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif
dengan berpedoman pada 10 (sepuluh) langkah menuju keberhasilan
menyusui sebagai berikut :
a. Membuat kebijakan tertulis tentang menyusui dan dikomunikasikan
kepada semua staf pelayanan kesehatan
b. Melatih semua staf pelayanan dalam ketrampilan menerapkan
kebijakan menyusui tersebut
c. Menginformasikan kepada semua ibu hamil tentang manfaat dan
manajemen menyusui
d. Membantu ibu menyusui dini dalam waktu 60 (enam puluh) menit
pertama persalinan
e. Membantu ibu cara menyusui dan mempertahankan menyusui
meskipun ibu dipisah dari bayinya
f. Memberikan ASI saja kepada bayi baru lahir kecuali ada indikasi
medis
g. Menerapkan rawat gabung ibu dengan bayinya sepanjang waktu 24
(dua puluh empat) jam
h. Menganjurkan menyusui sesuai permintaan bayi

18
i. Tidak memberi dot kepada bayi
j. Mendorong pembentukan kelompok pendukung menyusui dan
merujuk ibu kepada kelompok tersebut setelah keluar dari fasilitas
pelayanan kesehatan

Pengurus tempat kerja dan penyelenggara tempat sarana umum harus


mendukung program ASI Eksklusif. Dukungan tersebut dilakukan melalui :
a. Penyediaan fasilitas khusus untuk menyusui dan atau memerah ASI
b. Pemberian kesempatan kepada ibu yang bekerja untuk memberikan
ASI Eksklusif kepada bayi atau memerah ASI selama waktu kerja di
tempat kerja
c. Pengurus tempat kerja dan penyelenggara tempat sarana umum wajib
membuat peraturan internal yang mendukung keberhasilann program
pemberian ASI Eksklusif.
d. Penyediaan tenaga terlatih pemberian ASI

Pengurus tempat kerja dan atau penyelenggara tempat sarana umum


yang tidak melaksanakan ketentuan tersebut dikenakan sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam menyediakan ruang ASI,
pengurus tempat kerja dan penyelenggara tempat sarana umum harus
memperhatikan unsur-unsur :
a. Perencanaan
Perencanaan dalam menyediakan ruang ASI dilakukan untuk
mengetahui kebutuhan jumlah ruang ASI yang harus disediakan,
meliputi :
1) Jumlah pekerja/buruh perempuan hamil dan menyusui
2) Luas area kerja
3) Waktu/pengaturan jam kerja
4) Potensi bahaya di tempat kerja
5) Sarana dan Prasarana

19
b. Sarana dan prasarana
1) Ruang ASI diselenggarakan pada bangunan yang permanen,
dapat merupakan ruang tersendiri atau merupakan bagian dari
tempat pelayanan kesehatan yang ada di tempat kerja dan tempat
sarana umum

2) Ruang ASI harus memenuhi persyaratan kesehatan kerja, antara


lain :
a) Tersedianya ruangan khusus dengan ukuran minimal 3 x 4
m² dan atau disesuaikan dengan jumlah pekerja
perempuan yang sedang menyusui
b) Ada pintu yang dapat dikunci, yang mudah dibuka/ditutup
c) Lantai keramik/semen/karpet
d) Memiliki ventilasi dan sirkulasi udara yang cukup
e) Bebas potensi bahaya di tempat kerja termasuk bebas
polusi
f) Lingkungan cukup tenang jauh dari kebisingan
g) Penerangan dalam ruangan cukup dan tidak menyilaukan
h) Kelembaban berkisar antara 30-50%, maksimum 60%
i) Tersedia wastafel dengan air mengalir untuk cuci tangan
dan mencuci peralatan

3) Setiap tempat kerja dan tempat sarana tempat umum harus


menyediakan sarana dan prasarana ruang ASI sesuai dengan
standar minimal dan sesuai kebutuhan. Peralatan ruang ASI di
tempat kerja sekurang-kurangnya terdiri dari peralatan
menyimpan ASI dan peralatan pendukung lainnya. Peralatan
menyimpan ASI antara lain meliputi :
a) Lemari pendingin (refrigerator) untuk menyimpan ASI
b) Gel pendingin (ice pack)
c) Tas untuk membawa ASI perahan (cooler bag)

20
d) Sterilizer botol ASI

Peralatan pendukung lainnya antara lain meliputi ;


a) Meja tulis
b) Kursi dengan sandaran untuk ibu memerah ASI
c) Konseling menyusui kit yang terdiri dari model payudara,
boneka, cangkir minum ASI, spuit 5 cc, spuit 10 cc dan
spuit 20 cc
d) Media KIE tentang ASI dan inisiasi menyusu dini yang
terdiri dari poster, foto, leaflet, booklet dan buku konseling
menyusui
e) Lemari penyimpan alat
f) Dispenser dingin dan panas
g) Alat cuci botol
h) Tempat sampah dan penutup
i) Penyejuk ruangan (AC/kipas angin)
j) Nursing apron/kain pembatas/pakai krey untuk memerah
ASI
k) Waslap untuk kompres payudara
l) Tisu/lap tangan
m) Bantal untuk menopang saat menyusui

Penyediaan ruang ASI di tempat sarana umum harus sesuai


standar untk ruang ASI. Standar untuk ruang ASI meliputi :
a) Kursi dan meja
b) Wastafel
c) Sabun cuci tangan

c. Ketenagaan
Pengurus tempat kerja dan penyelenggara tempat sarana umum
menyediakan tenaga terlatih pemberian ASI untuk memberikan

21
konseling menyusui kepada pekerja/buruh di ruang ASI. Tenaga
terlatih pemberian ASI harus telah mengikuti pelatihan konseling
menyusui yang diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah daerah
dan masyarakat. Pelatihan konseling menyusui harus tersertifikasi
mengenai modul maupun tenaga penyelenggara. Dalam memberikan
konseling menyusui, tenaga terlatih pemberian ASI juga
menyampaikan manfaat pemberian ASI Eksklusif antara lain berupa :
a. Peningkatan kesehatan ibu dan anak
b. Peningkatan produktivitas kerja
c. Peningkatan rasa percaya diri ibu
d. Keuntungan ekonomis dan hygienis
e. Penundaan kehamilan

Setiap ruang ASI harus memiliki penanggung jawab yang dapat


merangkap sebagai konselor menyusui. Penanggung jawab ruang ASI
ditunjuk oleh pengurus tempat kerja dan penyelenggara tempat sarana
umum.
Tenaga terlatih pemberian ASI harus memahami pengelolaan
pemberian ASI dan mampu memotivasi pekerja agar tetap
memberikan ASI kepada anak walaupun bekerja. Dalam hal ruang
ASI belum memiliki konselor menyusui, pengurus tempat kerja dan
penyelenggara tempat sarana umum dapat bekerjasama dengan
fasilitas pelayanan kesehatan atau berkoordinasi dengan dinas
kesehatan provinsi/kabupaten/kota untuk memberikan pelatihan
konseling menyusui. Jenis dan jumlah tenaga kesehatan dan atau
tenaga non kesehatan sebagai tenaga terlatih pemberian ASI
disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis pelayanan yang diberikan di
ruang ASI

22
d. Pendanaan
Tempat kerja dan tempat sarana umum menyediakan dana untuk
mendukung peningkatan pemberian ASI Eksklusif. Pendanaan
bersumber dari tempat kerja, tempat sarana umum dan sumber lain
yang tidak mengikat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pendanaan untuk pengelolaan ruang ASI di tempat kerja dan tempat
sarana umum dilarang bersumber dari produsen atau distributor susu
formula bayi dan atau produk bayi lainnya

23
BAB 4

DOKUMENTASI

4.1 Monitoring Dan Evaluasi

Kegiatan monitoring dan evaluasi merupakan bagian penting dalam


melaksanakan suatu program atau kegiatan. Kegiatan ini untuk melihat
pelaksanaan suatu program mulai dari proses awal sampai akhir kegiatan.
Dengan melakukan monitoring dan evaluasi dapat diketahui apakah
program/kegiatan berhasil atau tidak yang dilakukan berdasarkan
indikator-indikator yang telah ditetapkan.
a. Indikator keberhasilan yang dilihat antara lain :
1) Semua bayi baru lahir normal mendapatkan inisiasi menyusui dini
2) Tidak ada susu formula di ruang rawat gabung
3) Menyususi secara eksklusif 100%
Untuk melaksanakan monitoring perlu adanya koordinator
sehingga pelaksanaan dapat dipertanggungjawabkan dan dapat
diketahui bila ada penyimpangan.
Hasil monitoring dilaporkan dan bila ada penyimpangan
ditindaklanjuti, sebaliknya bila ada peningkatan perlu diberikan
penghargaan. Sehingga monitoring dan evaluasi berkaitan erat dengan
system penghargaan dan sanksi.
b. Alat monitoring dan evaluasi yang perlu dipersiapkan adalah :
Daftar tilik untuk monitor tenaga, sarana dan prasarana,
pelayanan, standar prosedur operasional (SPO) bayi lahir normal dan
dengan tindakan.

24
4.2 Pencatatan Dan Pelaporan
Pencatatan merupakan bukti dari kualitas pelayanan atau asuhan yang
diberikan kepada ibu dan bayi, hal-hal yang perlu ditulis/direkam pada
pencatatan dan pelaporan rawat gabung adalah
a. Catatan pasien yang dilakukan IMD sebagai bukti asuhan yang
diberikan oleh bidan dengan menggunakan metode SOAP, tercatat
sebagai berikut :
1) Subyetif (S) adalah catatan data hasil pertanyaan kepada klien
atau keluarga
2) Obyektif (O) adalah catatan data hasil pemeriksaan fisik dan
atau data penunjang
3) Analisa (A) adalah catatan diagnose atau kesimpulan tentang
kondisi klien
4) Pelaksanaan (P) adalah catatan tindakan bidan yang mandiri,
kolaborasi maupun rujukan

b. Cakupan IMD:
1) Jumlah rawat gabung:
a) Rawat gabung penuh
b) Rawat gabung parsial
2) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Pencatatan dan pelaporan menggunakan system dan format yang
telah ada misalnya dengan mencatat asuhan yang diberikan oleh
petugas untuk ibu dan bayi, pada Rekam Medis 7 dan RL 1 hal 2 serta
pada buku KIA. Alur pelaporan mengikuiti sistem yang telah ada
misalnya di RS dari ruangan kemudian dikoordinir oleh bagian
pencatatan dan pelaporan RS. Pencatatan dan pelaporan ini penting
dilaksanakan sebab catatan ini merupakan data yang dapat dianalisis
dan dapat digunakan sebagai bahan informasi

25
DAFTAR PUSTAKA

Buku Panduan Peserta Pelatihan Konseling Menyusui, Departemen Kesehatan RI,


Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Bina Gizi Masyarakat,
2007.

Buku Pedoman Pelaksanaan Program Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 2009.

Buku Pedoman Rawat Gabung di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan, 1991.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


237/Menkes/SK/IV/1997 tentang Pemasaran Pengganti Air Susu Ibu, Jakarta,
1997.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


450/Menkes/SK/IV/2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara Eksklusif
pada Bayi di Indonesia, Jakarta, 2004.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang


Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif, Jakarta, 2012.

26

Anda mungkin juga menyukai