PENDAHULUAN
1
BAB II
LAPORAN KASUS
No CM : 122284
Agama : Islam
2.2 ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Pada tanggal 24 mei 2019 pasien dibawa oleh orang tuanya dengan
keluhan demam sejak ± 3 hari yang lalu, demam dirasakan naik turun. Pasien
juga mengeluhkan batuk berdahak sejak ± 2 hari yang lalu, pilek (+), mual (+),
lemas (+), nyeri menelan (+), dan nafsu makan menurun. Dua hari sebelum masuk
RS timbul ruam kemerahan yang awalnya hanya timbul pada bagian belakang
telinga, wajah, di dalam mulut, badan, lalu ruam menyebar ke seluruh bagian
tangan dan kaki. Ruam tidak terasa gatal dan tidak panas. Mata terlihat kemerahan
dan berair, muntah –muntah disangkal, BAK dan BAB dalam batas normal.
2
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan atau penyakit yang
E. Riwayat Kelahiran
normal nya.
F. Riwayat Imunisasi
3
B. Tanda Vital
1) Tekanan Darah : 100/70 mmHg
2) Frekuensi Nadi : 102kali/menit, reguler, pulsasi bagus, isi cukup
3) Pernafasan : 22 kali/menit
4) Suhu : 38,1oC (diukur pada aksila)
C. Status Gizi
Antropometri
Kesan : Gizi kurang
1) Tinggi badan : 112 cm
2) Berat badan : 16 kg
3) BB/TB : 84,21% (gizi kurang)
4) BB/U : 69,56% (gizi kurang)
5) TB/U : 91,80% (stunting ringan)
D. Status Generalisata
a. Kepala : Ruam makulopapular batas tidak tegas (+),
Distribusi rambut merata berwarna hitam
Wajah : Simetris (+), ruam makulopapular (+),
Mata : Konjungtivitis +/+, sklera ikterik -/-
Hidung : Sekret (+), pernafasan cuping hidung (-)
Mulut : Faring hiperemis (+),
Telinga : Normotia, nyeri tekan tragus (-)
b. Leher : Ruam makulopapular batas tidak tegas
Trakea : Deviasi (-)
KGB : Tidak ada pembesaran KGB
c. Thoraks
Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris, bentuk dada
normal, retraksi intercostal (-)
Palpasi : Fremitus takstil kiri sama dengan kanan
Perkusi : Sonor pada seluruh lapangan paru
Auskultasi : Jantung : BJ I>II, Gallop (-), Murmur (-)
4
Paru : Vesikuler+/+, Ronkhi -/-, wheezing-/-
d. Abdomen
Inspeksi : Distensi (-)
Auskultasi : Peristaltik (+)
Palpasi : Soepel (+), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak
teraba
Perkusi : Timpani (+)
e. Ekstremitas
Superior : Akral hangat +/+, edema -/-,
Clubbing Finger -/-, ruam makulopapular batas
tidak tegas
Inferior : Akral hangat +/+, edema -/-,
Clubbing Finger -/-, ruam makulopapular batas
tidak tegas (+)
2.4 Diagnosis Banding
1) Morbili
2) Rubella
3) Roseola infantum (eksantema subitum)
4) Erupsi obat
5
HITUNG JENIS
Eosinofil 0,0 % H
Basofil 0,2 %
Neutrofil 64,1 % L
Limfosit 31,4 % H
Monosit 4,3 % H
Trombosit 260 103/uL
2.6 Diagnosis
Morbili
2.7 Penatalaksanaan
Terapi suportif
Bed rest
Medikamentosa
IVFD RL 2:1 100 cc, maintenance 15 gtt/i (makro)
Paracetamol syr 3 x cth 1
Cetirizine 1x1/2 cth
Ambroxol 1/3 tab
Vit A 200.000 IU
Salbutamol 3 mg 3x1 pulvis
Ceftriaxone 400 mg
2.8 Prognosis
Dubia ad bonam
6
2.9 FOLLOW UP
A/Morbili
7
RR : 24 x/menit pulvis
T : 35,6oC 7.cefriaxone 400 mg
A/ Morbili
Obat Pulang :
ACC PBJ Cetirizine 1x cth 1/2
8
BAB III
ANALISA KASUS
3.1 DEFINISI
Morbili atau campak atau measles atau rubeola adalah salah satu infeksi
akut akibat infeksi virus campak. Penyakit ini sangat infeksius dengan transmisi
utama melalui droplet. Virus campak merupakan virus tipe paramyxovirus. Port
d’entree virus ini adalah saluran pernafasan atas, kemudian kelenjar getah bening
regional, hingga penyebaran hematogen. Secara patologi, monosit yang terinfeksi
virus akan menyebarkan virus ke saluran respirasi, kulit dan organ lainnya.1
Gejala klinis terjadi setelah masa inkubasi 10-12 hari dan penularan dimulai sejak
awal masa prodromal sampai lebih kurang 4 hari setelah muncul ruam.2
3.2 ETIOLOGI
Morbili disebabkan oleh virus RNA dari Famili Paramixoviridae, genus
Morbilivirus. Selama masa prodromal dan selama waktu singkat sesudah ruam
tampak, virus ditemukan dalam sekresi nasofaring, darah dan urin dan darah.3
3.3 EPIDEMIOLOGI
Kasus campak menyebar di daerah yang memiliki penduduk yang padat.
Penyebaran kasus campak paling banyak terjadi di negara berkembang, salah
satunya di Indonesia. Kejadian campak di Indonesia cenderung meningkat pada
tahun 2016, yaitu sebanyak 12.681 kasus, dengan Incidence Rate (IR) sebesar 5
per 100.000 penduduk dan terdapat 1 kasus meninggal yang berasal dari Provinsi
Jawa Barat. Jumlah tersebut lebih tinggi dari tahun sebelumnya, tahun 2015 yaitu
sebesar 10.655 kasus, dengan IR sebesar 3,20 per 100.000 penduduk. Jumlah
kasus campak pada tahun 2015 lebih tinggi daripada tahun 2014, yaitu sebesar
12.944 kasus, dengan IR sebesar 5,13 per 100.000 penduduk.4
9
3.4 PATOFISIOLOGI
Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet lewat udara, menempel dan
berbiak pada epitel nasofaring. Tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi
berlanjut pada kelenjar limfe regional dan terjadi viremia pertama. Virus
menyebar pada semua sistem retikuloebdotelial dan menyusul viremia kedua
setelah 5-7 hari dari infeksi awal. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit
menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3C : cough, coryza, conjunctivitis) dan
demam makin lama makin tinggi.
Gejala panas, batuk dan pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10
sejak awal infeksi mulai timbul ruam makulopapular warna kemerahan. Virus
juga dapat berbiak di SSP dan menimbulkan gejala klinik ensefalitis. Setelah masa
konvalesen pada panas turun, hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam
menjadi makin gelap, berubah menjadi desquamasi dan hiperpigmentasi.
10
Pada kasus ini pasien datang dengan keluhan demam sejak 5 hari
sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluhkan batuk, pilek, dan nyeri
menelan. Dua hari sebelum masuk RS timbul ruam kemerahan yang awalnya
hanya timbul pada bagian belakang telinga, wajah, di dalam mulut, badan, lalu
ruam menyebar ke seluruh bagian tangan dan kaki. Ruam tidak terasa gatal
dan tidak panas. Mata terlihat kemerahan dan berair. Keluhan yang dikatakan
pasien sesuai dengan teori dari manifestasi untuk pasien morbili.
3.7 DIAGNOSIS
1. Morbili
Ditegakkan berdasarkan anamnesis, tanda klinis, tanda patognomonik
dan pemeriksaan penunjang.
11
3.8 DIAGNOSA BANDING
1. Morbili
2. Rubella
3. Roseola infantum (eksantema subitum).3,5
3.9 PENATALAKSANAAN
Morbili merupakan self limitting disease, sehingga penatalaksanaannya
bersifat suportif dan simptomatik.
1. Terapi suportif
- Bed rest
- Pemberian cukup cairan
- Antibiotik berikan bila terjadi infeksi bakteri atau infeksi sekunder
- Anti konvulsi bila kejang
- Pemberian vitamin A yang diberikan sehari sekali selama 2 hari
dengan dosis berikut :
1. 200.000 IU untuk anak usia ≥ 12 bulan
2. 100.000 IU untuk bayi 6-11 bulan
3. 50.000 IU untuk bayi < 6 bulan
4. Untuk pasien gizi buruk berikan 3 kali
2. Terapi tanpa komplikasi
- Hindari penularan
- Bed rest
- Pemberian vit A
3. Terapi dengan komplikasi
- Bronkopneumonia :
a. Antibiotik yang sesuai dengan PDT pneumonia
- Ensefalopati/ensefalitis :
a. Antibiotik dan kortikosteroid bila perlu. Antivirus sesuai
dengan PDT ensefalitis
b. Kebutuhan jumlah cairan disesuaikan dengan kebutuhan serta
koreksi terhadap gangguan elektrolit.
12
4. Langkah preventif
- Imunisasi
- Hindari penularan.2
3.10 KOMPLIKASI
1. Bronkopneumonia
2. Otitis media
3. Ensefalitis
4. Subacute sclerosing panencephalitis (SSPE).
3.11 PROGNOSIS
Dubia ad bonam
13
DOKUMENTASI
14
DAFTAR PUSTAKA
15