Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Morbili dikenal juga dengan istilah campak atau measles atau rubeola.
Morbili merupakan penyakit menular yang banyak ditemukan didunia dan
dianggap sebagai persoalan kesehatan masyarakat yang harus diselesaikan.
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus campak atau measles. Bagi penderita
campak, virus campak ada di dalam percikan cairan yang dikeluarkan saat mereka
bersin dan batuk. Virus campak akan menulari siapa pun yang menghirup
percikan cairan tersebut. Campak lebih sering menimpa anak-anak berusia di
bawah lima tahun. Virus Campak dapat menekan imunitas atau daya tahan tubuh
pada anak-anak.1,7
Umumnya Penyakit Campak akan muncul dengan gejala demam, batuk,
lelah, hidung berair, mata merah, dan muncul ruam beberapa hari kemudian.
Ruam akan muncul mulai dari wajah dan selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh
dan berlanjut selama 4-7 hari. Kondisi ini akan menjadi lebih parah jika disertai
dengan komplikasi, diantaranya adalah diare, bronchopneumonia, malnutrisi,
enchepalitis, dan otitis media. Jika komplikasi ini tidak ditangani dengan cepat,
maka dapat berujung kepada kematian.1
Tetapi pada dasarnya semua orang bisa terinfeksi virus ini, terutama yang
belum pernah terkena campak atau yang belum mendapat vaksinasi campak.
Maka dari itu, memungkinkan virus campak juga menyerang orang dewasa.
Prof.dr.M Juffrie, Ph.D.,Sp.A(K), dosen bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran UGM, menyebutkan bahwa vaksinasi campak merupakan cara paling
efektif untuk mencegah penularan virus measles penyebab campak. Imunisasi
diberikan dengan cara memberikan vaksin (bahan antigenik yang digunakan
untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat
mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme) kedalam tubuh
seseorang untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit.6

1
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : Alika Zahra

Jenis Kelamin : Perempuan

No CM : 122284

Umur / Tgl Lahir : 6 Tahun / 26-12-2013

Agama : Islam

Alamat : Lhong Raya, Kecamatan Banda Raya, Banda Aceh

Masuk Perawatan : 24 Mei 2019

2.2 ANAMNESIS

A. Keluhan Utama

Pasien mengeluhkan demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Pada tanggal 24 mei 2019 pasien dibawa oleh orang tuanya dengan

keluhan demam sejak ± 3 hari yang lalu, demam dirasakan naik turun. Pasien

juga mengeluhkan batuk berdahak sejak ± 2 hari yang lalu, pilek (+), mual (+),

lemas (+), nyeri menelan (+), dan nafsu makan menurun. Dua hari sebelum masuk

RS timbul ruam kemerahan yang awalnya hanya timbul pada bagian belakang

telinga, wajah, di dalam mulut, badan, lalu ruam menyebar ke seluruh bagian

tangan dan kaki. Ruam tidak terasa gatal dan tidak panas. Mata terlihat kemerahan

dan berair, muntah –muntah disangkal, BAK dan BAB dalam batas normal.

2
C. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa seperti sekarang, dan

pasien menyangkal adanya riwayat penyakit lain.

D. Riwayat Penyakit Keluarga

Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan atau penyakit yang

sama seperti pasien dan tidak ada penyakit lainnya.

E. Riwayat Kelahiran

Pasien lahir di RSUZA secara spontan, pasien lahir sehat dengan BB

normal nya.

F. Riwayat Imunisasi

Riwayat imunisasi HB0 hanya 1 kali.

G. Riwayat Tumbuh Kembang

Merangkak umur ± 6 bulan, duduk umur ± 9 bulan, berdiri umur ± 11


bulan, berjalan umur ± 11 bulan, berbicara lancar umur ± 1 tahun 5 bulan.
H. Riwayat Nutrisi
Pasien mendapatkan ASI eksklusif sampai 6 bulan, kemudian dilanjutkan
dengan susu formula. Sesuai dengan peraturan pemerintah Republik Indonesia
nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian air susu ibu dalam pasal 1 ayat 2, bahwa
ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6
bulan, kemudian ibu pasien melanjutkan dengan susu formula. Tidak ada alergi
dan tidak ada diare saat peralihan ASI ke susu formula.

2.3 PEMERIKSAAN FISIK


A. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis

3
B. Tanda Vital
1) Tekanan Darah : 100/70 mmHg
2) Frekuensi Nadi : 102kali/menit, reguler, pulsasi bagus, isi cukup
3) Pernafasan : 22 kali/menit
4) Suhu : 38,1oC (diukur pada aksila)

C. Status Gizi
Antropometri
Kesan : Gizi kurang
1) Tinggi badan : 112 cm
2) Berat badan : 16 kg
3) BB/TB : 84,21% (gizi kurang)
4) BB/U : 69,56% (gizi kurang)
5) TB/U : 91,80% (stunting ringan)

D. Status Generalisata
a. Kepala : Ruam makulopapular batas tidak tegas (+),
Distribusi rambut merata berwarna hitam
Wajah : Simetris (+), ruam makulopapular (+),
Mata : Konjungtivitis +/+, sklera ikterik -/-
Hidung : Sekret (+), pernafasan cuping hidung (-)
Mulut : Faring hiperemis (+),
Telinga : Normotia, nyeri tekan tragus (-)
b. Leher : Ruam makulopapular batas tidak tegas
Trakea : Deviasi (-)
KGB : Tidak ada pembesaran KGB
c. Thoraks
Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris, bentuk dada
normal, retraksi intercostal (-)
Palpasi : Fremitus takstil kiri sama dengan kanan
Perkusi : Sonor pada seluruh lapangan paru
Auskultasi : Jantung : BJ I>II, Gallop (-), Murmur (-)

4
Paru : Vesikuler+/+, Ronkhi -/-, wheezing-/-
d. Abdomen
Inspeksi : Distensi (-)
Auskultasi : Peristaltik (+)
Palpasi : Soepel (+), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak
teraba
Perkusi : Timpani (+)
e. Ekstremitas
Superior : Akral hangat +/+, edema -/-,
Clubbing Finger -/-, ruam makulopapular batas
tidak tegas
Inferior : Akral hangat +/+, edema -/-,
Clubbing Finger -/-, ruam makulopapular batas
tidak tegas (+)
2.4 Diagnosis Banding
1) Morbili
2) Rubella
3) Roseola infantum (eksantema subitum)
4) Erupsi obat

2.5 Pemeriksaan Penunjang


1) Pemeriksaan Laboratorium
Darah Rutin 28/07/2018
Hb 14,7 g/dl
Eritrosit 5,37 106ul
Ht 42,8 %
MCV 79,7 fl
MCH 27,4 pg
MCHC 34,3 g/dL
RDW-SD 38,3 fl
RDW-CV 13,4 %
Leukosit 4,8 103ul

5
HITUNG JENIS
Eosinofil 0,0 % H
Basofil 0,2 %
Neutrofil 64,1 % L
Limfosit 31,4 % H
Monosit 4,3 % H
Trombosit 260 103/uL

2.6 Diagnosis
Morbili

2.7 Penatalaksanaan
 Terapi suportif
 Bed rest
 Medikamentosa
 IVFD RL 2:1 100 cc, maintenance 15 gtt/i (makro)
 Paracetamol syr 3 x cth 1
 Cetirizine 1x1/2 cth
 Ambroxol 1/3 tab
 Vit A 200.000 IU
 Salbutamol 3 mg 3x1 pulvis
 Ceftriaxone 400 mg

2.8 Prognosis
Dubia ad bonam

6
2.9 FOLLOW UP

Tanggal/Hari Analisa Penatalaksanaan


Rawatan
24 mei 2019 S/Demam (+), batuk berdahak Th/
Hari ke 1 (+), nyeri menelan (+), 1. IVFD 2:1 guyur 100 cc
pernurunan nafsu makan (+), maintenance 15 tpm
muncul ruam 3-4 hari setelah (makro)
demam, BAB normal, BAK 2. Paracetamol 3 x cth 1
normal. 3. Ranitidin 12,5 mg
4. Ceftriaxone 400 mg
O/KU : Sedang, konjungtivitis 5. Vit A 1x200.000 IU
(+), ruam seluruh tubuh (+) 6. Ambroxol 1/3 tab
termasuk di dalam mulut, 3xpulvis
faring hiperemis (+), bibir 7. Salbutamol 3mg 3x pulvis
kering (+)
HR : 84 x/menit
RR : 25 x/menit
T : 38,5oC

A/Morbili

25 mei 2019 S/Demam (-), batuk berdahak Th/


(+), nyeri menelan(-) 1. IVFD 2:1 1000 cc
Hari ke 2 Mual (+), muntah (+), BAB maintenance 15 tpm
normal, BAK normal. (makro)
2. Paracetamol 3 x cth 1
O/KU : sedang, 3. Cetirzine 1x1/2 cth
hiperpigmentasi (+), bibir 4. Ambroxol 1/3 tab
kering (+) 5. Vit A 1x200.000 IU
HR : 102 x/menit 6. Salbutamol 3mg 3x1

7
RR : 24 x/menit pulvis
T : 35,6oC 7.cefriaxone 400 mg

A/ Morbili

26 mai 2019 S/Demam (-), batuk berdahak Th/


(+), mual (+), muntah (+),ruam 1. IVFD 2:1 1000 cc
Hari ke 3 merah (-) peningkatan nafsu maintenance 15 tpm
makan (+) (makro)
2. Paracetamol 3 x cth 1
O/KU : baik 3. Cetirizine 1x cth 1/2
HR : 102x/menit 4. Ambroxol 1/3 tab
RR : 24 x/menit 5. Salbutamol 3 mg 3x1
T : 35,9oC pulvis
6. Cefriaxone 400 mg
A/Morbili

Obat Pulang :
ACC PBJ Cetirizine 1x cth 1/2

8
BAB III
ANALISA KASUS

3.1 DEFINISI
Morbili atau campak atau measles atau rubeola adalah salah satu infeksi
akut akibat infeksi virus campak. Penyakit ini sangat infeksius dengan transmisi
utama melalui droplet. Virus campak merupakan virus tipe paramyxovirus. Port
d’entree virus ini adalah saluran pernafasan atas, kemudian kelenjar getah bening
regional, hingga penyebaran hematogen. Secara patologi, monosit yang terinfeksi
virus akan menyebarkan virus ke saluran respirasi, kulit dan organ lainnya.1
Gejala klinis terjadi setelah masa inkubasi 10-12 hari dan penularan dimulai sejak
awal masa prodromal sampai lebih kurang 4 hari setelah muncul ruam.2

3.2 ETIOLOGI
Morbili disebabkan oleh virus RNA dari Famili Paramixoviridae, genus
Morbilivirus. Selama masa prodromal dan selama waktu singkat sesudah ruam
tampak, virus ditemukan dalam sekresi nasofaring, darah dan urin dan darah.3

3.3 EPIDEMIOLOGI
Kasus campak menyebar di daerah yang memiliki penduduk yang padat.
Penyebaran kasus campak paling banyak terjadi di negara berkembang, salah
satunya di Indonesia. Kejadian campak di Indonesia cenderung meningkat pada
tahun 2016, yaitu sebanyak 12.681 kasus, dengan Incidence Rate (IR) sebesar 5
per 100.000 penduduk dan terdapat 1 kasus meninggal yang berasal dari Provinsi
Jawa Barat. Jumlah tersebut lebih tinggi dari tahun sebelumnya, tahun 2015 yaitu
sebesar 10.655 kasus, dengan IR sebesar 3,20 per 100.000 penduduk. Jumlah
kasus campak pada tahun 2015 lebih tinggi daripada tahun 2014, yaitu sebesar
12.944 kasus, dengan IR sebesar 5,13 per 100.000 penduduk.4

9
3.4 PATOFISIOLOGI
Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet lewat udara, menempel dan
berbiak pada epitel nasofaring. Tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi
berlanjut pada kelenjar limfe regional dan terjadi viremia pertama. Virus
menyebar pada semua sistem retikuloebdotelial dan menyusul viremia kedua
setelah 5-7 hari dari infeksi awal. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit
menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3C : cough, coryza, conjunctivitis) dan
demam makin lama makin tinggi.
Gejala panas, batuk dan pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10
sejak awal infeksi mulai timbul ruam makulopapular warna kemerahan. Virus
juga dapat berbiak di SSP dan menimbulkan gejala klinik ensefalitis. Setelah masa
konvalesen pada panas turun, hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam
menjadi makin gelap, berubah menjadi desquamasi dan hiperpigmentasi.

3.5 MANIFESTASI KLINIS


Keluhan batuk, pilek, dan mata merah atau disebut dengan 3C (coryza,
cough, and conjunctivitis) merupakan manifestasi klinis yang diterima luas
sebagai titik awal diagnosis morbili.
Penyakit ini ditandai dengan tiga stadium yaitu :2
1. Stadium prodromal, berlangsung 2-4 hari, ditandai dengan demam yang
diikuti batuk, pilek, faring merah, nyeri menelan, stomatitis dan
konjungtivitis, tanda patognomonik timbul enantema mukosa pipi di depan
molar tiga yang disebut dengan bercak koplik (koplik’s spot/ koplik’s
sign), akan tetapi keluhan batuk akan bertahan 1-2 minggu.
2. Stadium erupsi, ditandai dengan timbul ruam makulopapular yang
bertahan selama 5-6 hari. Timbul ruam dimulai dari batas rambut
dibelakang telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher dan akhirnya ke
ekstremitas.
3. Stadium konvalesens, setelah 3 hari ruam berangsur-angsur menghilang
sesuai urutan timbulnya. Ruam kulit menjadi kehitaman (hiperpigmentasi)
dan mengelupas (deskuamasi) yang menghilang setelah 1-2 minggu.

10
Pada kasus ini pasien datang dengan keluhan demam sejak 5 hari
sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluhkan batuk, pilek, dan nyeri
menelan. Dua hari sebelum masuk RS timbul ruam kemerahan yang awalnya
hanya timbul pada bagian belakang telinga, wajah, di dalam mulut, badan, lalu
ruam menyebar ke seluruh bagian tangan dan kaki. Ruam tidak terasa gatal
dan tidak panas. Mata terlihat kemerahan dan berair. Keluhan yang dikatakan
pasien sesuai dengan teori dari manifestasi untuk pasien morbili.

3.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG


3.6.1 Laboratorium
1. Darah Rutin : jumlah leukosit normal atau meningkat (apabila ada
komplikasi infeksi bakteri atau infeki sekunder).
2. Pemeriksaan antibodi IgM anti campak
3. Pemeriksaan untuk komplikasi :
- Ensefalopati/ensefalitis : dilakukan pemeriksaan cairan
serebrospinal, kadar elektrolit darah dan analisa gas darah.
- Enteritis : feses lengkap
- Bronkopneumonia : dilakukan pemeriksaan foto thoraks.2

Pada kasus ini telah dilakukan pemeriksaan penunjang berupa


pemeriksaan laboratorium darah rutin dan pemeriksaan foto thoraks. Pada
pemeriksaan thoraks didapatkan pulmo tampak patchy infiltrat di suprahiler
paracard sinus phrenicocostalis kanan kiri tajam dengan kesan
bronkopneumonia . Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada kasus morbili ini
adanya komplikasi yaitu bronkopneumonia.

3.7 DIAGNOSIS
1. Morbili
Ditegakkan berdasarkan anamnesis, tanda klinis, tanda patognomonik
dan pemeriksaan penunjang.

11
3.8 DIAGNOSA BANDING
1. Morbili
2. Rubella
3. Roseola infantum (eksantema subitum).3,5

3.9 PENATALAKSANAAN
Morbili merupakan self limitting disease, sehingga penatalaksanaannya
bersifat suportif dan simptomatik.
1. Terapi suportif
- Bed rest
- Pemberian cukup cairan
- Antibiotik berikan bila terjadi infeksi bakteri atau infeksi sekunder
- Anti konvulsi bila kejang
- Pemberian vitamin A yang diberikan sehari sekali selama 2 hari
dengan dosis berikut :
1. 200.000 IU untuk anak usia ≥ 12 bulan
2. 100.000 IU untuk bayi 6-11 bulan
3. 50.000 IU untuk bayi < 6 bulan
4. Untuk pasien gizi buruk berikan 3 kali
2. Terapi tanpa komplikasi
- Hindari penularan
- Bed rest
- Pemberian vit A
3. Terapi dengan komplikasi
- Bronkopneumonia :
a. Antibiotik yang sesuai dengan PDT pneumonia
- Ensefalopati/ensefalitis :
a. Antibiotik dan kortikosteroid bila perlu. Antivirus sesuai
dengan PDT ensefalitis
b. Kebutuhan jumlah cairan disesuaikan dengan kebutuhan serta
koreksi terhadap gangguan elektrolit.

12
4. Langkah preventif
- Imunisasi
- Hindari penularan.2

Pada kasus ini, penatalaksanaan yang telah diberikan adalah terapi


simptomatik berupa obat golongan antipiretik, antihistamin dan analgesik
opioid. Untuk terapi suportif berupa bedrest, pemberian cukup cairan, dan
vitamin A.

3.10 KOMPLIKASI
1. Bronkopneumonia
2. Otitis media
3. Ensefalitis
4. Subacute sclerosing panencephalitis (SSPE).

Pada kasus ini didapatkan komplikasi dari campak berupa


bronkopneumonia. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya gambaran patchy
infiltrat di suprahiler paracard sinus phrenicocostalis kanan kiri tajam dengan
kesan bronkopneumonia pada pemeriksaan foto thoraks AP.

3.11 PROGNOSIS
Dubia ad bonam

13
DOKUMENTASI

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Tanto, C et al. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Essential of Medicine.


Edisi IV. Jakarta. Media Aesculapius.

2. Darmowandowo, Parwati Setiono. 2018. Campak. Pedoman Diagnosis


dan Terapi Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak. Edisi III. RSU Dokter
Soetomo. Surabaya.

3. Behrman Kliegman, Arvin. 2016. Nelson. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi


XV. EGC.

4. Kemenkes RI (2017b). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016.


Kementerian Kesehatan RI. Jakarta

5. Dyne PL. Measles. UCLA Medical Center. Emedicine-pediatrics,


available at: http://emedicine.medscape.com/article/802691-Overview,
accessed on 16 Juny 2015.

6. Depkes RI, 2017. Imunisasi Measles Rubella Lindungi Kita. [Online]


Available at: www.depkes.go.id [Accessed 11 Agustus 2017].

7. GM Prabandari. 2018. Beberapa Faktor Yang Berhubugan Dengan


Penerimaan Ibu terhadap Imunisasi Measles Rubella pada Anak SD di
Desa Gumpang kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. E-Journal.
Vol 6:573-579.

15

Anda mungkin juga menyukai