Anda di halaman 1dari 13

Laporan Pendahuluan Halusinasi

I. KASUS (MASALAH UTAMA)

A. Definisi

Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang mengalami gangguan pada


persepsi sensorinya sehingga merasakan stimulus, yang sebenarnya tidak ada stimulus
dari manapun (Vamcarolis, 2006 dalam Yosep, 2011). Gangguan persepsi merupakan
ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara rangsangan yang timbul dari
sumber internal (pikiran, perasaan) dan stimulus eksternal (Rusdi, 2013)

B. Tanda dan Gejala


Menurut stuart (2013) tanda dan gejala yang muncul pada penderita halusinasi :
1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
2. Sulit berkonsentrasi pada tugas
3. Stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, penglihatan dapat
berupa sesuatu yang menyenangkan atau menakutkan
4. Gerakan meta cepat
5. Respon verbal lambat atau diam
6. Terlihat bicara sendiri
7. Mendengar suara atau bunyi, biasanya suara orang
8. Duduk terpaku, memandang sesuatu, tiba – tiba berlari keruangan lain
9. Disorientasi (waktu, tempat, orang)

C. Tingkatan Halusinasi
1. Fase comforting
Fase dimana memberikan rasa nyaman atau menyenangkan, tingkat ansietas
sedang secara umum halusinasi merupakan suatu kesenangan. Karakteristik :
mengalami ansietaskesepian, rasa bersalah dan ketakutan, focus pada pikiran
yang dapat mengatasi ansietas, pikiran dan pengalaman sensori masalah ada
dalam control kesadaran non psikotik. Perilaku yang muncul tertawa atau
senyum yang tidak sesuai, gerakan bibir tanpa suara, respon verbal lambat.
2. Fase condemning
Klien merasa halusinasi menjadi menjijikan, tingkat kecemasan berat secara
umum halusinasi menyebabkan rasa antipasti. Karakteristik mulai merasa
kehilangan control menarik diri dari orang lain. Perilaku ansietas terjadi
peningkatan tanda – tanda vital, kehilangan kemampuan membedakan
halusinasi dengan realita.
3. Fase controlling
Tingkat kecemasan klien menjadi berat, halusinasi tidak dapat ditolak lagi.
Karakteristik klien menyerah dan menerima pengalaman sendiri, kesepian bila
pengalaman sensori berakhir psycotik. Perilaku seperti perintah halusinasi
ditaati sulit berhubungan dengan orang lain.
4. Fase conquering
Klien mengalami kepanikan, ketakutan, klien sudah di kuasai oleh halusinasi.
Karakteristik pengalaman sensori menakutkan berlangsung lama dan
intensitas lebih sering muncul. Perilaku pasien panic, mencederai diri, orang
lain dan lingkungan, amuk, tidak mampu berespon terhadap petunjuk
komplek. Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.
(Depkes, 2000 dalam Rusdi, 2013)

D. Klasifikasi
1. Halusinasi non patalogis
Halusinasi yang terjadi pada seseorang yang bukan penderita gangguan jiwa,
hanya pada seseorang yang mengalami stress yang berlebih atau kelelahan.
2. Halusinasi patalogis
Halusinasi ini ada 5 macam, yaitu :
a. Halusinasi Pendengaran
Klien mendengar suara dan bunyi tidak berhubungan dengan stimulasi
nyata dan orang lain tidak mendengarnya.
b. Halusinasi Penglihatan
Klien melihat gambaran yang jelas atau samar tanpa stimulus yang
nyata dan orang lain tidak melihatnya.
c. Halusinasi Penciuman
Klien mencium bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa stimulus
yang nyata dan orang lain tidak menciumnya.
d. Halusinasi Pengecapan
Klien merasakan makan sesuatu yang tidak nyata. Biasa merasakan
makanan yang tidak enak.
e. Halusinasi Perabaan
Klien merasakan sesuatu pada kulit tanpa stimulus yang nyata.
(Rusdi, 2013)
E. Rentang Respon
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptive individu yang berada dalam
rentang respon neurobiologist.

Adaptif Maladaptif
Pikiran logis Kadang pikiran terganggu ilusi Gangguan proses pkir
Persepsi akurat halusinasi
Emosi konsisten Emosi berlebih atau kurang Tidak mampu mengalami
Dengan pengalaman emosi
prilako sesuai Perilaku yang tidak bias perilaku tidak terorganisir
Hubungan positif menrik diri isolasi sosial

F. Faktor Predisposisi
a. Faktor perkembangan
Perkembangan klien terganggu, misalnya kurang mengontrol emosi dan
keharmonisan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi dan hilang percaya diri.
b. Faktor sosiokultural
Stress lingkungan dapat menyebabkan terjadinya respon maladaptive, misalnya
bermusuhan, kehilangan harga diri, kerusakan dalam berhubungan interpersonal,
tekakan dalam pekerjaan dan kemiskinan.
c. Faktor biokimia
Adanya stress yang berlebihan menyebabkan ketidakseimbnangan acetylcolin dan
dopamine yang dapat menyebabkan cemas berlebih.
d. Faktor psikologis
Tipe kepribadian yang lemah dan tidak bertanggung jawab akan mudah
terjerumus pada penyalahan gunaan zat adiktif. Klien lebih memilih kesenangan
sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam khayal.
e. Faktor genetik dan pola asuh
Faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit
ini, anak sehat yang diasuh orang tua pendeita skizofrenia maka anak itu akan
menderita skizofrenia.

G. Faktor Presipitasi
a. Biologis
Abnormalitas otak menyebabkan respon neurologi ataupun stimulus menjadi
maladaptive sehingga tidak mampu di interpretasikan
b. Stres lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang ditentukan secara biologis berinteraksi
terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stress

H. Mekanisme Koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi pasien dari pengalaman yang
menakutkan berhubungan dengan respon neurologist.
Pada halusinasi ada 3 mekanisme koping :
a. With drawal : menarik diri dank lien sudah asik dengan pengalaman internalnya
b. Proyeksi : menggambarkan dan menjelaskan persepsi yang membingungkan
c. Regresi : Berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
mengatasi ansietas, yang menyisakan sedikit energy untuk aktivitas sehari – hari
menurut Stuart (2013)

II. PROSES TERJADINYA MASALA

Resiko perilaku kekerasan (akibat)

Gangguan sensori persepsi : Halusinasi (masalah utama)

Isolasi social (penyebab)

Harga diri rendah

III. KEMUNGKINAN DATA FOKUS PENGKAJIAN


No Masalah keperawatan Data mayor Data minor
1. Resiko perilaku Ds : Ds :
kekerasan Klien mengatakan marah - Mengatakan ada
dan jengkel kepadaorang yang mengejek
lain, ingin membunuh, - Mendengar suara
ingin membakar, atau yang
mengacak acak menjengkelkan
lingkungan, mengancam, - Merasa orang lain
mengunpat dan berbicara mengancam dirinya
keras dan kasar Do :
Do : - Menjauh dari orang
- Agitasi lain
- Meninju - Katatonia
- Melempar - Mendengar suara –
- Ada tanda / jejas suara
- Perilaku kekerasan - Merasa orang lain
pada anggota tubuh mengancam
2. Halusinasi Ds : Ds :
Klien mengatakan Klien mengatakan kesal
mendingar suara bisikan / dan juga klien mengatakan
melihat bayangan senang mendengar suara –
Do : suara
- Bicara sendiri Do :
- Tertawa sendiri - Menyendiri
- Marah tanpa sebab - Melamun
3. Isolasi social Ds : Ds :
Klien mengatakan malas Curiga dengan orang lain,
berinteraksi dengan orang mendengar suara/ melihat
lain, juga mengatakan bayangan, merasa tidak
orang lain tidak mau berguna
menerima dirinya, merasa Do :
orang lain tidak selevel - Mematung
Do : - Mondar – mandir
- Menyendiri tanpa arah
- Mengurung diri - Tidak berinisiatif
- Tidak mau berhubungan
bercakap – cakap dengan orang lain
dengan orang lain

IV. MASALAH KEPERAWATAN


1. Resiko tinggi mencederai (diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan)
2. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
3. Isolasi social : menarik diri
4. Gangguan konsep diri harga diri rendah
5. Gangguan pemeliharaan kesehatan
6. Deficit perawatan diri : mandi dan berhias
Keliat (2005)

V. ANALISA DATA
No Data subyektif Data obyektif
1. - Klien mengatakan melihat atau - Tampak bicara dan ketawa sendiri
mendengar sesuatu - Mulut seperti bicara tapi tidak keluar
- Klien tidak mampu mengenal suara
tempat, waktu, orang - Berhenti bicara seolah mendengar atau
melihat sesuatu
- Gerakan mata cepat
2. - Klien merasa kesepian - Tidak tahan dengan kontak yang lama
- Klien mengatakan tidak dapat - Ekspresi wajah murung, sedih
berhubungan social - Tampak larut dalam pikiran dan
- Klien mengatakan tidak berguna ingatannya sendiri
- Kurang aktivitas
- Tidak komunikatif
3. - Klien mengungkapkan takut - Wajah klien tampak tegang
- Klien mengungkapkan apa yang - Mata merah dan melotot
dilihat dan didengar mengancam dan - Rahang mangatup
membuatnya takut - Tangan mengepal
- Mondar mandir

VI. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan b.d halusinasi
pendengaran
Data Subyektif :
 Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
 Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
 Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
 Mata merah, wajah agak merah.
 Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
 Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
 Merusak dan melempar barang-barang.

2. Gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran b.d menarik diri


Data Subjektif :
 Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata
 Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
 Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
 Klien merasa makan sesuatu
 Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
 Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
 Klien ingin memukul/melempar barang-barang
Data Objektif :
 Klien berbicara dan tertawa sendiri
 Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
 Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
 Disorientasi

3. Isolasi social : menarik diri b.d harga diri rendah kronis


Data Subyektif :
 Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri sendiri.
Data Obyektif :

 Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi
sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada
saat tidur, Menolak berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan.

4. Gangguan pemeliharaan kesehatan b.d deficit perawatan diri : mandi dan berhias
Keliat (2005)
VII. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Hlusinasi Pasien mampu : Setelah ……x Sp 1 Pasien tidak
- Mengenal pertemuan, pasien  Bantu pasien mengenal halusinasi (isi, mengetahui apa yang
halusinasi dapat waktu, frekuensi, situasi pencetus, dialaminya saat ini,
yang menyebutkan : perasaan saat terjadi halusinasi ) jadi perawat
dialaminya - Isi, waktu  Latih mengontrol halusinasi dengan membantu pasien
- Mengontrol frekuensi, cara menghardik : mengenalkan tentang
halusinasinya situasi - Jelaskan cara menghardik apa yang sedang
- Mengikuti pencetus, halusinasi dialami sehingga
program perasaan - Peragakan cara menghardik pasien mengerti
pengobatan - Mampu - Minta pasien memperagakan ulang dengan keadaannya.
memperaga - Pantau cara penerapan cara ini, Cara yang diajarkan
kan cara beri pengetahuan perilaku pasien perawat ialah dengan
dalam  Masukan dalam jadwal kegiatan menghardik suara –
mengontrol pasien suara itu cepat hilang
halusinasi
Setelah ……x Sp 2 Klien mampu
pertemuan pasien  Evaluasi kegiatan yang lalu (Sp1) memperhatikan
mampu :  Latih bicara / bercakap dengan perkembangannya
- Menyebutk orang lain saat halusinasi muncul dengan orang lain
an kegiatan  Masukan dalam jadwal kegiatan sehingga
yang sudah pasien menghilangkan
dilakukan halusinasinya dan
- Memperag untuk
akan cara pendokumentasian
bercakap –
cakap
dengan
orang lain
Setelah …….x Sp 3 Kegiatan yang lalu
pertemuan, pasien  Evaluasi kegiatan yang lalu (Sp1 dan dapt memperlihatkan
mampu : Sp2) perkembangan
- Menyebutk  Latih kegiatan agar halusinasi tidak pasien,
an kegiatan muncul memaksimalkan
yang sudah  Tahapannya : aktivitas dapat
dilakukan - Jelaskan aktivitas yang teratur meringankan gejala
- Membuat untuk mengatasi halusinasi halusinasi dan
jadwal - Diskusikan aktivitas yang biasa menbantu pasien agar
kegiatan dilakukan oleh pasien tidak terjadi
sehari – - Latih pasien menentukan aktivitas halusinasi yang
hari dan - Susun jadwal aktivitas sehari – berlanjut
mampu hari sesuai dengan aktivitas yang
memperaga telah dilatih (dari bangun sampai
kannya tidur malam)
- Pantau pelaksanaan jadwal
kegiatan, berikan penguat terhadap
perilaku pasien yang positif
Setelah …..x Sp 4 Kegiatan yang lalu
pertemuan pasien  Evaluasi kegiatan yang lalu (Sp1, dapat
mampu : Sp 2 dan Sp3) memperlihatkan
- Menyebutk  Tanyakan program pengobatan perkembangan
an kegiatan  Jelaskan pentingnya penggunaan pasien. Mengkaji
yang sudah obat pada gangguan jiwa tingkat kesadaran
dilakukan  Jelaskan akibat bila tidak pasien, mendorong
- Menyebutk digunakan sebagai program agar pasien mau
an manfaat  Jelaskan akibat putus obat minum obat yang
dari  Jelaskan cara mendapatkan obat / telah diresepkan dan
program berobat menjelaskan sesuatu
pengobatan  Latih pasien minum obat akan membuat pasien
 Masukan dalam jadwal harian lebih percaya
pasien terbuka, mendorong
pasien mampu
meminum obat dan
menjalankan sehari –
hari, pasien mampu
meminum obat
sendiri tanpa
ditemani perawat dan
untuk
pendokumentasian
Keluarga mampu : Setelah……x Sp1 Mengkaji masalah
Merawat pasien pertemuan  Identifikasi masalah keluarga dalam yang dihadapi
dirumah dan keluarga mampu merawat pasien keluarga dalam
menjadi system menjelaskan  Jelaskan tentang halusinasi : merawat pasien
pendukung yang tentang halusinasi - Pengertian halusinasi halusinasi, dapat
efektif untuk pasien - Jenis halusinasi yang dialami memberikan
pasien pemahaman pada
- Tanda dan gejala halusinasi keluarga tentang
- Cara merawat pasien halusinasi halusinasi sehingga
(cara berkomunikasi, pemberian keluarga mampu
obat dan pemberian aktivitas menghadapi pasien
kepada pasien) saat terjadi halusinasi
 Sumber – sumber pelayanan kesehatan
yang bias dijangkau
 Bermain peran cara merawat
 Rencana tindak lanjut keluarga, jadwal
keluarga untuk merawat pasien

Setelah…….x Sp 2 Mengkaji
pertemuan  Evaluasi kemampuan keluarga kemampuan keluarga
keluarga mampu (Sp1) dalam merawat
menyelesaikan  Latih keluarga merawat pasien pasien, latihan akan
kegiatan yang  RTL keluarga / jadwal keluarga membiasakan diri
sudah dilakukan untuk merawat pasien meningkatkan
memperagakan kemampuan keluarga
cara merawat dalam merawat
pasien pasien
Setelah …….x Sp 3 Meningkatkan
pertemuan  Evaluasi kemampuan keluarga kemampuan keluarga
keluarga mampu (Sp2) merawat pasien
menyebutkan  Latih keluarga merawat pasien secara mandiri
kegiatan yang  RTL keluarga / jadwal keluarga
sudah dilakukan, untuk merawat pasien
memperagakan
cara merawat
pasien serta
mampu membuat
RTL
Sp 4 Mengkaji sejauh
 Evaluasi kemampuan keluarga mana kemajuan
 Evaluasi kemampuan pasien kemampuan keluarga
 RTL : dan pasien dalam
- Follow up mengatasi halusinasi
- Rujukan

Anda mungkin juga menyukai