Anda di halaman 1dari 9

1

BAB

PEMBAHASAN

1. Sistem Pendidikan Islam


islam adalah agama paripurna. Dalam pendidikan pun, Islam sungguh unggul
dan tidak ada yang dapat mengunggulinya. Siapapun yang menelaah sistem
pendidikan didalam Islam akan melihat banyak keistimewaan.

A. Keistimewaan – keistimewaan tersebut antara lain:


Dasarnya adalah akidah islamiyah (iman/al-aqidah al-islamiyyah).
1. Islam menjadikan akidah sebagai landasan didalam pendidikan. Sejak
awal, kaum Muslim saat menuntut ilmu baik yang fardlu kifayah maupun
fardlu ’ain dasarnya adalah keimanan kepada Allah.
2. Tujuan pendidikan dalam Islam adalah membentuk kepribadian Islam dan
memberikan keterampilan dalam ilmu kehidupan.
3. Tolak ukur bukan sekedar berupa nilai. Konsekuensi dari tujuan di atas,
penilaian bukan hanya didasarkan pada nilai melainkan juga ketaatan
kepada Allah SWT.
4. Pendidikan terpadu. Dalam sistem pendidikan saat ini kebanyakan hanya
memadukan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Padahal,
aspek-aspek tersebut hanya menyelesaikan persoalan individual.
Karenanya, perlu dipadukan juga aspek yang terkait materi. Dilihat dari
materi yang diberikan, keterpaduan berarti memadukan antara kepribadian
Islam, ilmu keislaman dan ilmu kehidupan.
2. Sistem Pendidikan Al-quran di Mesir
Anak-anak masuk sekolah rendah/ dasar pada umur 6 tahun sampai dengan 12
tahun, dan pendidikan dasar 6 tahun ini merupakan kewajiban belajar dan
bebas bayar. Semua sekolah swasta yang memungut bayaran, setelah
diintegrasikan ini menjadi bebas bayar bagi tingkatan sekolah dasarnya.
Untuk mengakhiri sekolah dasar ini, tidak diadakan ujian: kecuali ujian masuk
kesekolah lanjutan (bagi mereka yang akan melanjutkan), pelajaran bahasa
asing ditiadakan dan sekolah dasar ini harus di selenggarakan secara ko-
edukatif. Sekolah persiapan untuk sekolah menengah (preparatory
stage),berlangsung selama 3 tahun. Sifat pendidikannya adalah umum, tidak
ada pembagian jurusan. Sedangkan sekolah menengah (General secondary
stage), juga berlangsung selama tiga tahun, pada umumnya juga merupakan
sekolah umum, sebagai persiapan untuk masuk ke perguruan tinggi. Namun di
2

daerah-daerah pedesaan, diadakan sekolah-sekolah kejuruan dan teknik.


Dalam tahap ini, sekolah-sekolah diselengggarakan secara terpisah antara
anak-anak laki-laki dan anak-anak perempuan.
A. Menghafal Alquran di usia dini
i1. Anak adalah anugerah sekaligus amanah dari Allah bagi kedua
orang tuanya. Dalam al-Qur’an, banyak term yang digunakan, yakni
ibn/bint dan sabiy,. Penggunaan term tersebut mempunyai maksud
tertentu, sesuai dengan kandungan ayat. Adapun untuk anak usia dini,
kata sabiy lebih sesuai. Kata tersebut terdapat dalam al-Qur’an
sebanyak dua kali. Pertama, pada Q.S. Maryam (19):12. Kata tersebut
berarti anak yang belum baligh atau masih mengalami masa kanak-
kanak. Dalam ayat tersebut, Allah memerintahkan Yahya untuk
mempelajari Taurat dan memberinya hikmah (pemahaman atas kitab
Taurat dan pendalaman agama).
Adapun kata ibn, masih satu akar dengan kata bana, yang dapat
diartikan “membangun” atau “ berbuat baik”. Secara semantis, dapat
dikatakan bahwa anak ibarat bangunan yang harus diberi pondasi yang
kuat, sehingga tidak mudah roboh oleh ulah tangan manusia ataupun
bencana alam. Sedangkan pondasi yang kuat adalah pondasi iman,
tauhid dan akhlak yang baik, sehingga anak akan tumbuh dan
berkembang menjadi anak yang memiliki kepribadian dan prinsip
yang tangguh Dengan demikian, ketika dewasa anak siap menghadapi
hidup yang penuh tantangan dan ujian.
Berdasarkan pada realitas di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
mengajarkan al-Qur’an pada anak usia dini tidak menyalahi fitrah
anak, bahkan justru sangat ditekankan. Akan tetapi, orang tua harus
menyadari bahwa anak usia dini memerlukan perhatian khusus bagi
psikis maupun fisiknya. Maka dari itu, orang tua harus pintar
mengambil hati dan membangkitkan semangat anak dalam
menghafalkan al-Qur’an, misalnya dengan memberikan hadiah ketika
anak berhasil mencapai target tertentu dan tidak memberikan hukuman
jika anak melakukan kesalahan dalam proses menghafal.
B. Metode tahfidz al-Qur’an untuk anak usia dini2. Beberapa metode
yang diterapkan dalam mengajari anak usia dini menghafal al-Qur’an
adalah sebagai berikut.
a. Metode talqina. Mengajarkan anak menghafal al-Qur’an
dengan metode ini adalah dengan cara membacakan terlebih
3

dahulu ayat yang dihafal secara berulang-ulang hingga anak


menguasainya. Setelah anak menguasai, maka berpindah ke
ayat selanjutnya.
b. Metode talqin dan mendengarkan rekaman.
Metode ini hampir sama dengan metode pertama.
Perbedaannya adalah talqin dalam metode ini hanya
dilakukan sekali. Langkah selanjutnya adalah
memperdengarkan ayat-ayat yang dihafal melalui rekaman
bacaan ayat tersebut dari qari’ ternama di dunia, seperti
Muhammad Ayub, al-Hushari, al-Ghamidy, dan sebagainya.
Rekaman ini diputar berulang kali sehingga anak hafal di luar
kepala.
c. Metode gerakan dan isyarat Cara menghafal al-Qur’an
dengan metode ini dipelopori oleh ayah Husein ath-
Thaba’thaba’i yang berhasil menjadikan anaknya ahlul
qur’an sejak usia 6 tahun. Metode ini cocok untuk anak yang
mempunyai daya konsentrasi pendek dan tidak bisa diam.
Metode ini menarik bagi anak yang kurang tertarik dengan
lafadz-lafadz ayat yang sedang dihafal.
3. Sistem pendidikan di Afrika
Republik Demokratik Somalia terletak di timur laut Afrika. Ini adalah
wilayah yang dikenal sebagai tanduk Afrika. Negara ini berbatasan langsung
dengan Djibouti di barat laut, Ethiopia di barat, dan Kenya di barat daya.
Teluk Aden memisahkan Somalia dari semenanjung Arab, dan Samudra
Hindia berbatasan dengan wilayah timur dan selatannya.
Ada sekitar 8 juta warga Somalia. Orang-orang Somalia dipersatukan oleh
bahasa, budaya, dan Islam. Mereka terbagi menjadi sejumlah suku.
Permusuhan antarsuku selalu menjadi sumber konflik negara. Hal itu
mengakibatkan perang saudara selama tujuh tahun (1991-1998) yang
sepenuhnya melumpuhkan negara.

Berbagai upaya dilakukan untuk memulihkan kondisi mereka pada tahun


2001.Negara melibatkan organisasi internasional untuk membangkitkan
semangat masyarakat membangun negeri. Pendidikan menjadi sarana
pemulihan yang efektif. Anak- anak diarahkan untuk belajar. Suasana
akademik membuat mereka berpikir kritis dan menatap masa depan dengan
cerah.
4

Somalia memiliki sejarah pendidikan yang panjang dan rumit. Awalnya


negeri ini memiliki model pendidikan informal yang khas. Orang tua
menularkan nilai-nilai sosial dan budaya kepada kaum muda melalui teladan
dan dongeng.

Orang Somalia menjaga sejarah mereka secara lisan. Setiap generasi


menceritakan sejarahnya kepada anak- anak. Ada sejarah dan informasi yang
disampaikan kepada para penerus. Anak-anak muda belajar bagaimana
bertahan hidup di dunia mereka sebagai pengembara dan pejuang kesukuan.

Berbagai bangsa datang dan pergi ke negeri tersebut, mulai Arab, kemudian
dilanjutkan dengan kolonialisasi Italia, Prancis, dan Inggris. Masing-masing
mereka meninggalkan pengaruh terhadap kehidupan masyarakat setempat.

Pengaruh Arab diketahui sudah ada sejak tahun 700 M. Ketika itu, seke
lompok orang Arab Muslim membawa Islam ke wilayah tersebut dan
menyebarkannya kepada masyarakat lokal.

Pada tahun 1300-an hampir semua orang Somalia memeluk Islam. Beberapa
kota, termasuk Zeila dan Berbera menjadi pusat budaya dan pembelajaran
Islam.Masjid dan sekolah Islam dibangun untuk mengajarkan muslim tentang
Alquran dan bahasa Arab.

Ketika bangsa Eropa masuk, pengaruh Islam memudar pada abad ke-18. Di
saat pengaruh Eropa menyebar, masyarakat berusaha mempertahankan tradisi
Islam. In stitusi pendidikan Islam sangat berpengaruh karena banyak sekolah
Alquran dibuka. Lembaga tersebut juga mendapatkan bantuan bangsa kolonial
dan diakui sebagai satu-satunya bentuk pendidikan formal.

Ulama bersinergi dengan para pengembara mengajari anak-anak cara


membaca, menulis, dan menghafal Alquran. Murid menggunakan papan kayu
untuk menyalin dan mempelajari ayat-ayat Alquran.Mereka belajar menguasai
bahasa Arab.Guru-guru Islam dibayar dengan domba, sapi, unta, dan bahan
makanan lainnya.
5

Perjanjian-perjanjian yang dicapai oleh komunitas internasional pada 1888


secara resmi membagi penguasaan Somalia, Inggris, Italia, dan Prancis.
Prancis men duduki wilayah barat laut, yang merupakan wilayah Djibouti.
Inggris menguasai wila yah utara dan tenggara. Italia mengambil daerah di
selatan ke timur laut.

Pada kemerdekaannya dari pasukan ini pada tahun 1960, Somalia Inggris dan
Italia bergabung untuk membentuk Somalia saat ini. Sedangkan, Somalia
Prancis memilih untuk tetap otonom dan membentuk negara terpisah dengan
nama Djibouti.

Selama rezim kolonial, masing-masing kekuatan membentuk sistem


pendidikan tersen diri agar sesuai dengan tujuan pem bangunan wilayahnya.
Orang Italia tertarik melatih orang Somalia untuk menjadi peta ni atau pekerja
terampil untuk digunakan di per kebunan pisang. Ini untuk memini malisasi
migrasi orang Italia ke wilayah tersebut.

Inggris membutuhkan penduduk asli yang dapat membantu mengelola


kebijakan kolonial dan menjaga hukum dan ketertiban. Pendidikan khusus
tingkat dasar dan rendah ditawarkan oleh Inggris dan Italia untuk memenuhi
kebutuhan ini.

Pada tahun 1947, baik di Somalia Ing gris maupun Italia, ada total 32 sekolah
da sar, aka demi polisi, dan sekolah kesehatan. Persen tase warga Somalia
yang mendapat kan pen didikan sangat minum. Di Somalia Italia, jum lah
mereka hanya 1.265 siswa atau sepersepuluh dari 1 persen populasi.
Dalam Dokumen UNICEF, Somalia adalah salah satu negara pertama penye-
baran Islam di Afrika.
Hampir semua orang Somalia adalah Muslim. Sistem dasar pengajaran agama
adalah institusi Alquran.
Selain agama, sekolah Alquran menyedi- akan pendidikan Islam prasekolah
untuk anak- anak, mengisi peran agama dan sosial yang sangat jelas di negara
ini. Orang tua menilai, sekolah Alquran sebagai bagian dari pendidikan moral.
Oleh karena itu, mereka mendukung guru-guru Alquran mendidik anak-anak.
Sekolah Alquran adalah pendidikan lokal nonformal. Anak-didiknya adalah
mereka yang berusia lima hingga 14 tahun. Kekuatan lem- baga pengajaran
Alquran terletak pada dukun- gan masyarakat.
6

Penggunaan bahan ajar dibuat secara lokal dan tersedia luas.


Selain itu, ini adalah satu-satunya sistem yang dapat diakses oleh anak-anak
Somalia yang jumlahnya sekitar 50 persen dari populasi total. Mereka juga
menulis dengan tongkat dan tinta yang terbuat dari susu dan jelaga.
Sebuah survei tahun 1993 menunjukkan, beberapa lembaga tradisional ini
memiliki fasilitas yang buruk. Mereka kekurangan sani- tasi dan sumber air.
Negeri Somalia dikenal kering dan jauh dari sumber air.
Kualitas perawatan yang diberikan juga tidak sesuai dengan perkembangan
sosiologis, psikologis, dan kognitif anak-anak, dan ini memiliki dampak
langsung pada kesehatan dan status gizi anak.
Para guru tidak pernah dilatih secara for- mal untuk mengajar. Mereka hanya
belajar agama dan sejumlah ilmu pengetahuan dari para pendahulu. Mereka
minim pengetahuan tentang pendidikan modern.
4. Sistem pendidikan Alquran yang ada di wilayah islam
A. Metode Tradisional (Qawaidul Baghdadiyah).
Metode ini paling lama digunakan dikalangan ummat Islam Indonesia
dan metode pengajaran memerlukan waktu yang cukup lama. Adapun
pengajaran metode ini adalah anak didik terlebih dahulu harus
mengenal dan menghafal huruf hijaiyah yang berjumlah 28 (selain
Hamzah dan Alif). Sistem yang diterapkan dalam metode ini adalah:
a. Hafalan yang dimaksud adalah santri diberi materi terlebih
dahulu harus menghafal huruf hijaiyah yang berjumlah 28.
Demikian juga materi-materi yang lain.
b. Eja maksudnya adalah eja ini harus dilakukan oleh siswa
sebelum membaca perkalimat. Hal ini dilakukan ketika
belajar pada semua materi. Contohِِ ABA tidak langsung di
baca AbA tetapi dieja terlebih dahulu; Alif fatha A, Ba' fatha
Ba jadi ABA
c. Modul adalah siswa terlebih dahulu menguasai materi,
kemudian ia dapat melanjutkan materi berikutnya tanpa
menunggu siswa yang lain.
d. Tidak Variatif (tidak berjilid tetapi menggunakan satu buku).
e. Pemberian contoh yang Absolut
B. Metode Tradisional (Qawaidul Baghdadiyah).
a. Metode ini paling lama digunakan dikalangan ummat Islam
Indonesia dan metode pengajaran memerlukan waktu yang
cukup lama. Adapun pengajaran metode ini adalah anak
7

didik terlebih dahulu harus mengenal dan menghafal huruf


hijaiyah yang berjumlah 28 (selain Hamzah dan Alif). Sistem
yang diterapkan dalam metode ini adalah:
b. Hafalan yang dimaksud adalah santri diberi materi terlebih
dahulu harus menghafal huruf hijaiyah yang berjumlah 28.
Demikian juga materi-materi yang lain.
c. Eja maksudnya adalah eja ini harus dilakukan oleh siswa
sebelum membaca perkalimat. Hal ini dilakukan ketika
belajar pada semua materi. Contohِِ ABA tidak langsung di
baca AbA tetapi dieja terlebih dahulu; Alif fatha A, Ba' fatha
Ba jadi ABA
d. Modul adalah siswa terlebih dahulu menguasai materi,
kemudian ia dapat melanjutkan materi berikutnya tanpa
menunggu siswa yang lain.
e. Tidak Variatif (tidak berjilid tetapi menggunakan satu buku).
f. Pemberian contoh yang Absolut

Tujuan dari pengajaran Iqra' adalah untuk menyiapkan anak didik


menjadi generasi yang qur'ani yaitu generasi yang mencintai Al-
Qur'an, komitmen dengan Al-Qur'an dan menjadikannya sebagai
bacaan dan pandangan hidup sehari-hari. Sedangkan target
operasionalnya adalah sebagai berikut:
a. Dapat membaca dengan benar, sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu
tajwid.
b. Dapat melakukan sholat dengan baik dan terbiasa hidup dalam
suasana yang islami.
c. hafal beberapa surat-surat pendek, ayat-ayat pilihan dan doa
sehari-hari.
d. dapat menulis huruf Al-Qur’an (Human As’ad Dkk, 1993:14).
C. c. Metode Qiroati.
Metode ini disusun oleh H. Ahmad Dahlan Salim Zarkasyi, semarang.
Terbitan pertama pada tanggal 1 Juli 1986 sebanyak 8 jilid. Setelah
dilakukan revisi dan ditambah materi yang cocok. Dalam praktek
pengajaran, materi qiroati ini dibeda-bedakan, khusus untuk anak-anak
pra sekolah TK (usia 4-6 tahun) dan untuk remaja dan orang dewasa.
Metode qiraati adalah suatu metode membaca Al-Qur'an yang
langsung memasukkan dan mempraktekkan bacaan tartil sesuai
8

dengan kaidah ilmu tajwid. Dalam pengajarannya metode qiroati, guru


tidak perlu memberi tuntunan membaca, namun langsung saja dengan
bacaan pendek. Adapun tujuan pembelajaran qira’ati ini adalah
sebagai berikut:
a. Menjaga kesucian dan kemurnian Al-Qur’an dari segi bacaan
yang sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.
b. Menyebarluaskan ilmu membaca Al-Qur’an.
c. Memberi penringatan kembali kepada guru ngaji agar lebih
berhati-hati dalam mengajarkan Al-Qur’an.
d. Meningkatkan kualitas pendidikan Al-Qur’an.
9

BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah
suatu proses belajar-mengajar yang direncanakan sebelumnya dan
diarahkan untuk mencapai tujuan melalui bimbingan, latihan dan
mendidik.Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan Allah
kepada Nabi Muhammad SAW sebagai salah satu rahmat yang
tiada taranya bagi alam semesta dan petunjuk atau hidayah bagi
setiap manusia muttaqin.
Maka kesimpulan bahwa pembelajaran Al-Qur'an Adalah proses
perubahan tingkah laku anak didik melalui proses belajar yang
berdasarkan pada nilai-nilai Al-Qur'an dimana dalam Al-Qur’an
tersebut terdapat berbagai peraturan yang mencakup seluruh
kehidupan manusia yaitu meliputi Ibadah dan Muamalah.
Metode pengajaran adalah suatu cara yang dipilih dan dilakukan
guru ketika berinteraksi dengan anak didiknya dalam upaya
menyampaikan bahan pengajaran tertentu, agar bahan pengajaran
tersebut mudah dicerna sesuai dengan pembelajaran yang
ditargetkan.
Metode pembelajaran Al-Qur'an secara umum yang bekembang
dimasyarakat adalah sebagai berikut metode tradisional (Qawaidul
Baghdadiyah), metode Iqra', metode qiroati.
2. Saran
Sekian makalah yang telah kami paparkan. Kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman sekalian. Terima
kasih

Anda mungkin juga menyukai