Anda di halaman 1dari 20

Bab Situasi Upaya Kesehatan

IV

A. Pelayanan Kesehatan Dasar


Sarana Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Wonggeduku secara umum dikatakan
sudah cukup merata, adapun penduduk di setiap desa/kelurahan yang memanfaatkan
pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Kunjungan Puskesmas
Jumlah Puskesmas yang ada di Puskesmas Wonggeduku sebanyak 1 unit, 2 Unit
Puskesmas Pembantu, 15 Unit Posyandu, 1 Unit Polindes, 4 Unit Poskesdes. Jumlah
penduduk di Kecamatan Wonggeduku sebanyak 14.088 jiwa dan Jumlah kunjungan
penduduk yang memanfaatkan Puskesmas tahun 2018 sebanyak 9.869 jiwa atau (70 %),
kondisi ini menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah kunjungan. Kunjungan Pasien di
Puskesmas 9.869 jiwa pada tahun 2018 disajikan Pada. Gambar. 7, sebagai berikut:
Gambar. 7
Kunjungan Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Wonggeduku
Tahun 2018

1 2 3 4 5
PERSEN 38.02 53.44 61.71 69.68 70.00
JUMLAH 8110 6929 8207 9778 9869
KUNJUNGAN 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber : Tata Usaha Puskesmas 2018

Profil UPTD Puskesmas Wonggeduku 16


Gambar. 7, Menununjukkan bahwa persentase jumlah kunjungan Pasien rawat
jalan pada tahun 201 sebesar (38,02%), angka ini menunjukkan peningkatan jika
dibanding pada tahun-tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2017 sebesar (69,68% ),
sedangkan pada tahun 2018 terjadi peningkatan secara signifikan sebesar (70%).
Peningkatan ini diasumsikan sebagai upaya dan trobosan yang dilaksanakan oleh
petugas kesehatan yang ada di sarana pelayanan kesehatan, melalui promosi dan
peningkatan pelayanan khususnya melalui asuransi kesehatan.
2. Cakupan Imunisasi
Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini, penyakit-penyakit
tersebut adalah Difteri, Tetanus, Batuk Rejan (Pertusis), Campak (Measles), Polio dan
Tuberkulosa. Pada dasarnya, imunisasi adalah proses merangsang sistem kekebalan
tubuh dengan cara memasukkan (baik itu melalui suntik atau minum) suatu virus atau
bakteri. Sebelum diberikan, virus atau bakteri tersebut telah dilemahkan atau dibunuh,
bagian tubuh dari bakteri atau virus itu juga sudah dimodifikasi sehingga tubuh kita tidak
kaget dan siap untuk melawan bila bakteri atau virus sungguhan menyerang.
Selengkapnya disajikan Gambar. 8 persentase cakupan pemberian imunisasi tahun 2018
sebagai berikut :

Profil UPTD Puskesmas Wonggeduku 17


Gambar. 8
Persentase Cakupan Pelayanan Immunisasi di Puskesmas Wonggeduku
Tahun 2018

CAMPAK 92.00

DPT-HB 3 93.00

DPT-HB 2 93.00

DPT-HB 1 93.00

POLIO 4 93.00

POLIO 3 93.00

POLIO 2 93.00

POLIO 1 94.00

BCG 94.00

Sumber : Programer Imunisasi Puskesmas, 2018

Gambar. 8, menunjukkan bahwa cakupan pelayanan imunisasi rata-rata mencapai


(90%), cakupan tersebut belum memenuhi target Nasional dan MDgs yaitu rata-rata diatas
(100%). Dengan demikian Programer Imunisasi sebagai penanggung jawab kegiatan di
tingkat Puskesmas terus berupaya meningkatkan cakupan pelayanan imunisasi sehingga
ditahun mendatang dapat mencapai target yang telah ditentukan.

B. Pemberantasan Penyakit Menular


1. Penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue yang
dikeluarkan oleh vektor utama Aedes Aegipty. Penanganan DBD di perlukan dukungan dan
komitmen yang berkesinambungan dari masyarakat lintas sektor dan stake holder. Untuk
mencegah penyakit ini diperlukan peran serta masyarakat untuk berpartisipasi dalam
kegiatan 3M (menguras, menimbun dan mengubur) potensi tempat breeding place
(berkembang biak) Aedes aegipty.

Profil UPTD Puskesmas Wonggeduku 18


Penyakit Demam Berdarah Dengue di Puskesmas Wonggeduku pada tahun 2018
tidak ditemukannya kasus.
2. Penyakit Tuberkulosis Paru ( P2 TB Paru)
Penyakit Tuberkulosis Paru ( TB) masih menjadi masalah kesehatan karena:
 Penemuan Penderita TB BTA (+) masih rendah
 Presentase penularan tertinggi pada kelompok produktif
 Menyerang pada semua kelompok umur
Dari gambaran pencapaian program penanggulangan TB Paru di Puskesmas Wonggeduku
tahun 2018 menunjukkan pencapaian yang belum memuaskan dan memerlukan
peningkatan. Distribusi penemuan kasus TB Paru (BTA+) tahun 2013-2018, disajikan pada
Tabel. 6, sebagai berikut:
Tabel. 6
Distribusi Penemuan Kasus TB Paru (BTA+) di Puskesmas Wonggeduku
Tahun 2018
TAHUN KASUS TB PARU ( BTA+) CDR
2013 18
2014 10
2015 8
2017 11
2018 10
Sumber : Programer TB Paru Puskesmas 2018

Pada Tabel. 6, menunjukkan bahwa Penemuan kasus TB (BTA+) di Puskesmas


Wonggeduku sudah mengalami penurunan setiap tahunnya, diantaranya tahun 2014
sebanyar 10 kasus dan mengalami penurunan di tahun 2015 sebanyak 8 kasus,
sedangkan di tahun 2018 sebanyak 10 kasus.
3. Penyakit Kusta (P2 Kusta)
Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa jumlah penderita penyakit kusta di
Puskesmas Wonggeduku pada tahun 2018 tidak ditemukan kasus.
Dalam menentukan jumlah penderita kusta selesai berobat dengan menggunakan
kohort, karena karena pengobatan kusta membutuhkan waktu yang lama sehingga
penderita baru selesai pengobatan pada tahun berikutnya. Apabila hasilnya kurang dari
100%, hal ini menunjukkan bahwa penderita tersebut belum selesai berobat karena
ditemukan tidak pada awal tahun (khususnya MB) atau hilang, pindah, dan mati.

Profil UPTD Puskesmas Wonggeduku 19


4. Penyakit Diare ( P2 Diare)
Pada Tahun 2018 ditemukan kasus Diare sebanyak 291 kasus, yang tersebar di 15
Desa/Kelurahan. Keseluruhan temuan kasus dilakukan penanganan secara rutin, dengan
persentase 100%.
Distribusi Pencapaian Penanggulangan Penyakit Diare tahun 2014-2018, disajiikan
dalam Tabel. 7 sebagai berikut:
Tabel. 7
Distribusi Pencapaian Penanggulangan Penyakit Diare di Puskesmas Wonggeduku
Tahun 2018
Tahun Jumlah Penderita Insiden Rate (IR) per 1000
2015 197
2016 170
2017 179
2018 306
Sumber : Programer Diare Puskesmas 2018

Pada Tabel 7, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kasus diare pada tahun
2017 sebanyak 179 kasus , dan Pada tahun 2018 sebesar 291 kasus , Gambaran
Penyakit Diare Selengkapnya disajikan pada Gambar. 9 sebagai berikut :

Gambar. 9
Penyakit Diare di Puskesmas Wonggeduku Tahun 2018

TAHUN JUMLAH

2018 306

2017 179

2016 170

2015 197

Sumber : Programer Diare Puskesmas 2018

Profil UPTD Puskesmas Wonggeduku 20


Pada Gambar. 9, menunjukkan bahwa terjadi penigkatan kasus diare yang sangat
signifikan pada tahun 2018 kasus diare sebanyak 306 kasus (16,59%) dan pada Tahun
2017, sebesar 179 Kasus.

5. Penyakit Kelamin dan HIV/AIDS.


Cakupan penanggulangan P2 Kelamin dan HIV/AIDS )Hiuman Immuno Virus)/(Accuired
Immuno Deficiency Syndrom), disajikan dalam Tabel. 8 berikut:
Tabel. 9
Cakupan Penanggulangan P2 Kelamin dan HIV/AIDS
Di Puskesmas Wonggeduku 2018

Tahun
No Kegiatan
2012 2013 2014 2015 2017 2018
1 HIV/AIDS 0 0 0 0 0 0
2 Sypilis 0 0 0 0 0 0
3 Gonorhae 0 0 0 0 0 0
Sumber: Programer HIV – AIDS 2018

Pada Tabel. 9, diatas menunjukkan bahwa jumlah HIV/AIDS dari tahun 2012 dan
2018 tidak ditemukannya kasus. Kasus penyakit HIV/AIDS merupakan penomena gunung
es maka perlu perhatian yang serius oleh pemerintah Kab. Konawe. Prevalensi HIV/AIDS.
6. Angka “Acute Flaccid Paralysis” (AFP) pada Anak Usia < 15 Tahun per-100.000 Anak
Dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit polio, maka pemerintah
telah melaksanakan program Eradikasi Polio (ERAPO) yang terdiri dari pemberian
imunisasi polio secara rutin, pemberian imunisasi massal pada anak balita melalui PIN
(Pekan Imunisasi Nasional) dan surveilans AFP.
Surveilans AFP pada hakekatnya adalah pengamatan dan penjaringan semua
kelumpuhan yang terjadi secara mendadak dan sifatnya flaccid (layuh), seperti sifat
kelumpuhan pada poliomyelitis. Prosedur pembuktian penderita AFP terserang virus polio
liar atau tidak adalah sebagai berikut :
a. Melakukan pelacakan terhadap anak < 15 tahun yang mengalami kelumpuhan layuh
mendadak (<14 hari) dan menentukan diagnosa awal.
b. Mengambil spesimen tinja penderita tidak lebih dari 14 hari sejak kelumpuhan, dua kali
selang waktu pengambilan I dan II > 24 jam.
c. Mengirim kedua spesimen tinja ke laboratorium Bio Farma Bandung dengan
pengemasan khusus.
d. Hasil pemeriksaan spesimen tinja akan menjadi bukti virologis adanya virus polio liar
didalamnya.

Profil UPTD Puskesmas Wonggeduku 21


e. Diagnosa akhir ditentukan pada 60 hari sejak kelumpuhan. Pemeriksaan klinis ini
dilakukan oleh dokter spesialis anak atau syaraf untuk menentukan apakah masih ada
kelumpuhan atau tidak.
7. Persentase Penyakit Filaria Ditangani.
Program eliminasi filariasis dilaksanakan atas dasar kesepakatan global WHO tahun
2000 yaitu ’The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health
Problem The Year 2020”. Di Kabupaten Konawe sepanjang tahun 2018 tidak ditemukan
adanya kasus filariasis diwilayah Puskesmas Wonggeduku.
Upaya pencegahan dan pemberantasan Filariasis telah dilaksanakan dengan
langkah pengambilan sampel untuk dilaksanakan pemeriksaan dan tindakan pengobatan.
Program penanganan kasus filaria untuk tahun 2018, telah dikirim beberapa petugas
untuk pelatihan.
8. Persentase Penyakit Kusta Ditangani
Dalam kurun waktu sepuluh tahun (1991-2001), angka prevalensi penyakit kusta
secara Nasional telah mengalami penurunan dari 4,5 per 10.000 penduduk pada tahun
1991. Lalu turun menjadi 0,85 per 10.000 penduduk pada tahun 2001. Pada tahun 2002
prevalensi sedikit meningkat menjadi 0,95, pada tahun 2003 turun menjadi 0,8 dan tahun
2004 meningkat lagi menjadi 0,93 per 10.000 penduduk (Profil Kesehatan Indonesia
2004, Depkes).
Meskipun Indonesia telah mencapai eleminasi kusta pada pertengahan 2000,
sampai saat ini penyakit kusta masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat.
Hal ini terbukti dari masih tingginya jumlah penderita kusta di Indonesia dan merupakan
negara dengan urutan ketiga penderita terbanyak di dunia. Penyakit kusta dapat
mengakibatkan kecacatan pada penderita dan masalah ini diperberat dengan masih
tingginya stigma di kalangan masyarakat dan petugas, akibatnya sebagian penderita dan
mantan penderita dikucilkan sehingga tidak mendapatkan akses pelayanan kesehatan
dan pekerjaan yang berakibat pada meningkatnya angka kemiskinan.
Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa jumlah penderita penyakit kusta di
Kabupaten Konawe pada tahun 2018 tercatat 0.51/10.000 penduduk, persentase (RFT
0,51%) terjadi penurunan kasus penderita kusta.
Dalam menentukan jumlah penderita kusta selesai berobat dengan menggunakan
kohort, karena karena pengobatan kusta membutuhkan waktu yang lama sehingga
penderita baru tahun 2009 baru selesai pengobatan di tahun 2018. Apabila hasilnya
kurang dari 100%, hal ini menunjukkan bahwa penderita tersebut belum selesai berobat
karena ditemukan tidak pada awal tahun (khususnya MB) atau hilang, pindah, dan mati.

Profil UPTD Puskesmas Wonggeduku 22


9. Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan
Imunisasi (PD3I)
PD3I merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas/ditekan dengan
pelaksanaan program imunisasi, pada profil kesehatan ini akan dibahas penyakit tetanus
neonatorum, campak, diferi, dan polio.
a. Campak
Penyakit campak merupakan pembunuh No. 1 di antara 6 penyakit (PD3I) yang
disebabkan oleh virus. Diprkirakan di negara yang sedang berkembang terdapat 67 juta
kasus tiap tahun dan 2 juta di antaranya meninggal. Dalam tahun 1983 dilaporkan
kasus 3,1 juta dari 148 negara. Campak menular melalui kontak perorangan dengan
penderita.
Penderita dapat menularkan penyakit sebelum dan sesudah timbulnya ruam
(bercak-bercak merah pada kulit). Gejala awal penyakit berlangsung 3 sampai 7 hari
berupa kulit berwarna merah dan terasa dingin, mata berair, hidung beringus, batuk,
tidak enak badan dan demam tinggi, diikutidengan gejala spesifik campak berupa
vesikel putih keabu-abuan, dikelilingi warna merah (Kpplik spots). Komplikasi terjadi
pada± 30% penderita meliputi infeksi telinga, pneumonia, ensefalitis dan diperkirakan
hanya ± 41% anak balita di dunia yang mendapatkan imunisasi campak.
Di Puskesmas Wonggeduku pada tahun 2018 tidak ditemukan adanya kasus
campak.
b. Difteri
Difteri disebabkan oleh C. diphteriae, sering timbul di negara dengan keadaan
kesehatan lingkungan tidak baik; jarang timbul di negara-negara industri. Dalam tahun
1983 dilaporkan 46.800 kasus di 160 negara, kira-kira 10% diantaranya meninggal
dunia. Penderita dapat menulari orang lain melalui kontak perorangan, setelah sakit
selama 4 minggu atau lebih Gejala meliputi demam, tak enak badan dan sakit
tenggorokan. Basil difteri di tenggorokan mengeluarkan toksin yang dapat berakibat
fatal bagi jantung dan susunan saraf. Imunisasi lengkap DPT pada bayi di dunia,
mencapai ± 47%.
Puskesmas Wonggeduku pada tahun 2018 tidak menemukan adanya kasus
Difteri.

Profil UPTD Puskesmas Wonggeduku 23


c. Batuk Rejan (Pertusis)
pertusis sejumlah 51 juta dengan kematian lebih dari 600.000 orang ; namun
hanya 1,1 juta penderita dilaporkan dari 163 negara dalam tahun 1983. Hampir 80%
anak-anak yang tidak diimunisasi menderita sakit pertusis sebelum umur 5 tahun.
Kematian karena pertusis, 50% terjadi pada bayi (umur < 1 tahun). Pertusis
ditularkan melalui kontak dari orang ke orang, dan penderita dapat menularkan
penyakit sejak timbulnya gejala awal."Masa inkubasi penyakit 6 12 hari.
Gejala awal pertusis menyerupai influensa, yakni pilek, bersin-bersin, batuk dan demam
(stadium catarrhalis) kemudian diikuti stadium spasmodik dan konvalesen. Puskesmas
Wonggeduku pada tahun 2018 tidak menemukan adanya kasus Pertusis.
d. Tetanus
Tetanus neonatorum disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang
tak steril, atau menutupinya dengan bahan- bahan seperti abu, lumpur sehingga
terinfeksi dengan bakteri tetanus. Kasus tetanus di dunia diperkirakan mengenai
800.000 bayi yang lahir setiap tahun. Dalam tahun 1983 dilaporkan 10.000 tetanus
neonatorum dari 74 negara. Hampir 100% bayi yang menderita tetanus neonatorum,
meninggal dunia. Penyakit tetanus ditandai dengan kejang-kejang yang berkembang ke
seluruh tubuh. Saat ini hanya ± 14% ibu hamil di dunia ini yang mendapatkan imunisasi
TT dua dosis. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang telah mendapatkan vaksinasi tetanus
toxoid (IT) pada waktu hamil, akan mendapatkan kekebalan selama 12 minggu dari
sejak ia dilahirkan.
Puskesmas Wonggeduku pada tahun 2018 tidak menemukan adanya kasus Tetanus.
e. Poliomylitis
Penyakit Polio disebabkan oleh virus yang dibedakan menjadi 3 jenis, yakni virus
1, 2 dan 3. Diperkirakan 275.000 anak-anak di negaja-negara sedang berkembang
menderita polio paralitik setiap tahun sebelum mencapai usia 3 tahun. Polio
merupakan penyebab utama kelumpuhan di dunia. Pada tahun 1983 dilaporkan
36.400 kasus dari 170 negara.
Polio dapat menular melalui kontak langsung atau makanan dan minuman yang
terkontaminasifaeces. Penderita dapat menjadi carrier dan dapat menularkan ke orang
lain 3 minggu sejak ia terinfeksi. Masa inkubasi polio paralitik berkisar antara 7 -14
hari.
Gejala polio meliputi antara lain: demam, talc enak badan, sakit tenggorokan,
mual-mual, diare, sakit kepala, leher kaku, sakit otot di anggota badan dan punggung
dan paralisis. Satu dari 200 penderita akan mengalami paralisis.

Profil UPTD Puskesmas Wonggeduku 24


Imunisasi diberikan secara oral dengan vaksin polio OPV. Hanya + 48 % anak-
anak di dunia mendapatkan imunisasi lengkap. Puskesmas Wonggeduku pada tahun
2018 tidak menemukan adanya kasus Polio.

C. Status Gizi
1. Persentase Kunjungan Neonatus
Neonatus adalah Bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina
tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu,
dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan.
Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang mempunyai risiko
gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko
tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan
pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28 hari) minimal 2 kali, satu kali pada umur 0-7
hari dan satu kali lagi pada umur 8-28 hari. Persentase pelayanan neonatus risti yang
dirujuk dan mendapat pelayanan/penanganan sebesar 17 kasus dengan persentase 1,0%.
Upaya pelayanan yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan adalah dengan melakukan
pemeriksaan kesehatan bayi dan melakukan konseling perawatan bayi dan ibu.
Hasil pencatatan dan pelaporan Programer KIA Puskesmas Wonggeduku Tahun 2018
menunjukkan bahwa jumlah kunjungan neonatus (bayi) sebanyak 301 (92%) bayi .
2. Persentase Kunjungan Bayi
Cakupan kunjungan bayi adalah bayi yang mendapatkan pelayanan paripurna minimal
4 kali yaitu 1 kali pada umur 29 hari–2 bulan, 1 kali pada umur 3–5 bulan, dan satu kali
pada umur 6–8 bulan dan 1 kali pada umur 9–11 bulan sesuai standar di suatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator ini mengukur kemampuan manajemen seksi KIA
dalam melindungi bayi sehingga kesehatannya terjamin melalui penyediaan pelayanan
kesehatan.
Hasil pengumpulan data / indikator cakupan kinerja SPM bidang kesehatan
menunjukkan bahwa persentase kunjungan bayi di Indonesia pada tahun 2003 71.13%.
Adapun jumlah sasaran neonatus (bayi) Puskesmas Wonggeduku tahun 2018 sebesar 327
bayi, dengan cakupan jumlah kunjungan sebesar 301 bayi. Cakupan program kesehatan ibu
dan anak di Puskesmas Wonggeduku Tahun 2018, Selengkapnya disajikan pada Gambar.
10 sebagai berikut :

Profil UPTD Puskesmas Wonggeduku 25


Gambar. 10
Cakupan Program Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA)
Di Puskesmas Wonggeduku Tahun 2018

KB AKTIF 27.00

PELY. BUFAS 83.50

PERTENKES 83.50

K4 78.50

K1 80.40

Sumber : Programer KIA Puskesmas, 2018

Gambar, 10 menunjukkan bahwa cakupan kunjungan KIA tahun 2018, mengalami


penurunan dan ada juga beberapa program yang hampir mencapai target Nasional seperti ;
kunjungan K1 sebanyak (80,40%), K4 sebesar (78,50%), Dengan dimikian ada beberapa
langkah yang akan dilaksanakan Puskesmas Wonggeduku sebagai penanggungjawab
kegiatan untuk terus melaksanakan pemantauan lapangan di beberapa Desa/Kelurahan
serta melaksanakan monitoring dan evaluasi lapangan.
3. Persentase Kunjungan BBLR Ditangani
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) kurang dari 2.500 gram merupakan salah satu
faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan
atas 2 kategori yaitu BBLR karena premature dan BBLR karena Intrauterine Growth
Retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang.
Hasil pengumpulan dan pelaporan data Programer KIA Puskesmas Wonggeduku
Tahun 2018 tercatat jumlah sasaran neonatus (bayi) sebesar 334 bayi, sedangkan jumlah
kunjungan bayi sebesar 258 bayi. Hasil penemuan kasus BBLR di Puskesmas Wonggeduku
tidak menemukan kasus.

Profil UPTD Puskesmas Wonggeduku 26


4. Balita dengan Gizi Buruk
Pemerintah Kabupaten Konawe sampai saat ini masih menghadapi masalah gizi yang
cukup serius, masalah kasus gizi apabila tidak mendapat perhatian khusus akan
berdampak pada rendahnya kualitas SDM yang pada akhirnya akan menambah masalah
yang akan di hadapi masyarakat pada umumnya dan pemerintah Kabupaten Konawe pada
khususnya yang secara tidak langsung pemerintah tidak berhasil menurunkan angka
kemiskinan.
Pemerintah Kabupaten Konawe khususnya Dinas Kesehatan telah melakukan berbagai
upaya untuk mengatasi masalah gizi yang ada di masyarakat dengan berbagai macam
program kerja dalam menurunkan status gizi kurang dan gizi buruk. Hal ini merupakan
problema khusus yang sangat serius, untuk itu melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe
telah berupaya dengan berbagai program untuk menangani maslah tersebut dengan
memberikan bantuan berupa Program Makanan Tambahan (PMT), Susu, MP-ASI, dan masih
banyak lagi program yang berhubungan dengan perbaikan gizi masyarakat.
Hasil pencatatan dan pelaporan program gizi Puskesmas Wonggeduku tahun 2018
tercatat jumlah balita yang ada sebesar 1.111 orang, untuk balita yang ditimbang di
Posyandu 903 orang. Hasil pengumpulan data menunjukkan jumlah kasus gizi buruk pada
tahun 2018 tidak ditemukannya kasus.
Dalam rangka menurunkan prevalensi gizi buruk, target kinerja yang ingin dicapai seksi
Gizi Dinas Kesehatan Kab. Konawe adalah sebagai berikut :
a. Peningkatan penanganan/perawatan kasus gizi buruk ;
1) Peningkatan kapasitas petugas (Gizi, Bidan/Perawat dan dokter) dalam tatalaksana gizi
buruk di Puskesmas perawatan dan RSUD sesuai standar WHO;
2) Pengembangan kemampuan Puskesmas dalam Tatalaksana Gizi Buruk (TFC)
3) Pengembangan pemberdayaan masyarakat melalui Rumah Pemulihan Gizi/Community
Feeding Center;
b. Peningkatan cakupan pemantauan pertumbuhan balita
1) Pelatihan pemantauan pertumbuhan bagi petugas kesehatan dan Kader;
2) Penyediaan sarana dan parasarana di Posyandu;
3) Penguatan kelembagaan lokal dalam rangka mendukung pemantauan pertumbuhan
balita;
4) Penggerakan Lintas sektor daan pemangku kepentingan untuk peningkatan cakupan
D/S

Profil UPTD Puskesmas Wonggeduku 27


E. Keluarga Berencana.
1. Persentase Peserta KB Baru dan KB Aktif.
Peserta KB aktif adalah cakupan dari peserta KB yang baru dan lama yang masih
aktif dibandingkan dengan jumlah pasangan usia subur di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu. Indikator ini menunjukkan jumlah peserta KB baru dan lama yang masih
aktif memakai alat dan obat kontrasepsi (alkon) terus-menerus hingga saat ini untuk
menunda, menjarangkan kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan. Pasangan Usia
Subur (PUS) adalah pasangan suami-isteri, berusia 15–49 tahun. Peserta KB Aktif
Menurut Jenis Kontrasepsi di Puskesmas Wonggeduku tahun 2018, selengkapnya
disajikan pada Tabel 10 sebagai berikut:

Tabel. 10
Peserta KB Baru Dan KB Aktif Puskesmas Wonggeduku
Tahun 2018
PESERTA KB AKTIF
No Desa / Kelurahan JUMLAH PUS
JUMLAH %

1 LANGGONAWE 45 4 8,9
2 DAWI - DAWI 106 30 28,3
3 POLANDANGI 64 17 26,6
4 KELURAHAN PUUDURIA 210 63 30,0
5 DURIAASI 265 53 20,0
6 WAWONGGOLE 180 45 25,0
7 LALOHAO 166 60 36,1
8 TAWAROLONDO 113 48 42,5
9 WAWOONE 232 27 11,6
10 TETEMOTAHA 241 53 22,0
11 LALOUSU 219 48 21,9
12 WUKUSAO 228 56 24,6
13 ANGGORO 133 41 30,8
14 WOWASOLO 169 48 28,4
15 BENDEWUTA 153 56 36,6
JUMLAH 2.524 649 25,7
Sumber : Programer KB-KIA Puskesmas 2018

Tabel. 10, menunjukkan bahwa PUS tahun 2018 sebesar 2.524, adapun yang
menjadi Peserta KB aktif sebesar 649 orang (25,7%).

Profil UPTD Puskesmas Wonggeduku 28


F. Program Perbaikan Gizi
1. Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi dan Anak Balita.
Kekurangan Vitamin A merupakan satu dari masalah yang paling penting yang
menimpa anak-anak di Indonesia. Vitamin A adalah nutrisi penting yang dibutuhkan bagi
kesehatan mata, penglihatan dan kekebalan tubuh. Anak-anak yang tidak mendapatkan
cukup vitamin A akibat diet normal dimungkinkan akan mengalami kekurangan vitamin A
sehingga menimbulkan beberapa penyakit, menyebabkan kebutaan dan mengakibatkan
kematian. Program Nasional pemberian suplemen vitamin A adalah upaya penting untuk
mencegah kekurangan vitamin A di antara anak-anak Indonesia. Pemberian Vitamin A 2
(dua) kali dilakukan setiap bulan Februari dan bulan Agustus. Jumlah Bayi di Kabupaten
Konawe tahun 2018 sebesar 146 dan jumlah balita sebesar 1.028
Pada tahun 2018 sebesar (81,4%), dengan demikian telah mengalami peningkatan
sebanyak (6,4%), jika dibandingkan pada tahun 2017 sebesar (75%).
2. Jumlah Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet Fe1 dan Fe3.
Hasil pencatatan dan pelaporan Programer Gizi Puskesma Wonggeduku jumlah
sasaran ibu hamil sebesar 367. Cakupan Bumil Yang Mendapatkan Tablet Fe1 dan Fe3
tahun 2018, disajikan pada Gambar. 12 sebagai berikut:

Gambar. 12
Cakupan Pemberian Tablet Fe1 dan Fe3 Di
Puskesmas Wonggeduku Tahun 2018

367

287

95

BUMIL FE 1 FE 3

Sumber : Programer Gizi Puskesmas 2018

Profil UPTD Puskesmas Wonggeduku 29


Gambar. 12, Menunjukkan bahwa cakupan pemberian tablet Fe.1 ahun 2018
sebesar 95 orang, dan cakupan F3 sebesar 287 orang. Dengan demikian target kinerja
yang ingin dicapai Programer Gizi Puskesmas Wonggeduku dalam menanggulangi turunya
cakupan tersebut adalah sebagai berikut :
a) Peningkatan kapasitas petugas (Gizi, Bidan/Perawat dan dokter) dalam tatalaksana gizi
di Puskesmas perawatan dan RSUD sesuai standar WHO;
b) Pengembangan kemampuan Puskesmas dalam Tatalaksana Gizi (TFC)
c) Pengembangan pemberdayaan masyarakat melalui Rumah Pemulihan Gizi/Community
Feeding Center;
d) Pelatihan pemantauan pertumbuhan bagi petugas kesehatan dan Kader;
e) Penyediaan sarana dan parasarana di Posyandu;
f) Penggerakan Lintas sektor daan pemangku kepentingan untuk peningkatan cakupan
D/S
G. Program Promosi Kesehatan.
Indikator kinerja program Promosi Kesehatan adalah terbangunya komitmen seluruh
stekholder dalam mendukung terselenggaranya promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat. Indikator Promkes sudah mulai menampakkan hasil kinerja dibandingkan
tahun 2009, 2010, 2011, sebelumnya yang hanya melaporkan sebagian kegiatan saja.
Secara garis besar keberhasilan kinerja suatu organisasi ditandai dengan adanya laporan
dan kelengkapan data cakupan program sebagai indikator kinerja yang dilaksanakan setiap
tahunnya.
Cakupan Indikator Kinerja Promkes di Puskesmas Wonggeduku, disajikan pada Gambar. 13
sebagai berikut ini :

Profil UPTD Puskesmas Wonggeduku 30


Gambar. 13
Cakupan Indikator Kinerja Promkes Di Puskesmas Wonggeduku
Tahun 2018

11,709

9794

2323 2320 2118 2320

75 75 69 68 75 83
TPS SEHAT, SPAL SEHAT JAMBAN RUMAH BER- RUMAH SEHAT PDDK DGN
SEHAT PHBS AKSES AIR
MINUM LAYAK

JUMLAH %

Sumber : Programer Kesling Puskesmas 2018

Pada Gambar. 13, menunjukkan bahwa indikator Bidang Promkes tahun 2018, dari
3107 Rumah Tangga yang termasuk RT Ber- PHBS sebanyak (68%), dari jumlah seluruh
Rumah yang memenuhi syarat sebanyak 2.320 Rumah yang termasuk Rumah Sehat
sebanyak (75%) , SAB sebanyak 11.709, Jamban Sehat sebanyak 9.794 Sanitasi
sebanyak 3, TTU sebanyak (91%) dan TPM sebanyak ( 68,2%).
1. Jumlah Posyandu Menurut Strata.
Posyandu adalah salah satu wujud peran serta masyarakat dalam
pembangunan, khususnya kesehatan denagn menciptakan kemampuan untuk
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Posyandu bertujuan
meningkatkan derajat kesehatan ibu, bayi, balita dan masyarakat. Dalam posyandu
terdapat berbagai macam program yang dilaksanakan seperti: Imunisasi,
pemeriksaan Kesehatan balita setiap bulannya, Keluarga Berencana, Pemantauan
Gizi Balita, dan Penanggulanagn Diare. Tingkat kemajuan posyandu tergantung dari
partisipasi masyarakat dalam mengembangkan dan mengelola posyandu. Selain itu
kegiatan-kegiatan yang dilakukan setiap bulannya. Jumlah Posyandu Menurut Starata
di Puskesmas Wonggeduku tahun 2018 disajikan pada Gambar. 14 sebagai berikut:

Profil UPTD Puskesmas Wonggeduku 31


Gambar. 24
Jumlah Posyandu Menurut Strata Di Puskesmas Wonggeduku
Tahun 2018

15

6
5
4
0

PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI POSYANDU AKTIF


Sumber : Programer Promkes Puskesmas 2018

Pada Gambar. 14, menunjukkan bahwa posyandu Pratama adalah posyandu


kategori tertinggi yaitu sebesar 6 dan Posyandu Mandiri adalah posyandu terendah
yaitu sebesar 0,sedangkan posyandu aktif sebesar 15.

2. Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (BER-PHBS).


Dalam penilaian PHBS ada dua macam rumah tangga, yaitu rumah tangga
dengan balita dan rumah tangga tanpa balita. Untuk rumah tangga dengan balita
digunakan 10 indikator, sehingga nilai tertinggi adalah 10; sedangkan untuk rumah
tangga tanpa balita terdiri dari 8 indikator, sehingga niiai tertinggi delapan (8).
PHBS diklasifikasikan 'kurang' apabila mendapatkan nilai kurang dari enam (6)
untuk rumah tangga mempunyai nilai kurang dari lima (5) untuk rumah tangga
tanpa balita.Persentase rumah tangga sehat yang ada di Puskesmas Wonggeduku
tahun 2018 seluruhnya sebanyak (67,57%) yang tersebar di 15 desa. Persentase
Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (Ber-PHBS) di Puskesmas
Wonggeduku tahun 2018, disajikan Pada Gambar. 15 sebagai berikut :

Profil UPTD Puskesmas Wonggeduku 32


Gambar. 15
Persentase Rumah Tangga Berperilkau Hidup Bersih dan Sehat
(Ber-PHBS) Di Puskesmas Wonggeduku Tahun 2018

2118, 11% 247, 1% 167, 1%259, 2%


2603, 14%
2931, 16%

2434, 13%

2815, 15%
2469, 13%

2567, 14%

PERSALINAN NAKES ASI EKSLUSIF


TIMBANG BALITA AIR BERSIH
CUCI TANGAN JAMBAN SEHAT
BRANTAS JENTIK MKN SAYUR & BUAH
AKTIFITAS FISIK TDK MEROKOK DLM RUMAH

Sumber: Programer Promkes Puskesmas 2018

Pada Gambar. 15, menunjukkan bahwa dari 3.107 RT yang ada di Puskesmas
Wonggeduku tahun 2018, RT Dipantau sebanyak 3.107 (100%) dan RT Ber-PHBS
sebanyak 2.118(68,16%).
3. Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM).
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat,
diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan; Pemeliharaan, Peningkatan
kesehatan (promotif), Pencegahan penyakit (preventif), Penyembuhan penyakit
(kuratif), dan Pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Sedangkan usaha-usaha Kesehatan
Masyarakat meliputi:
 Program Pelayanan Kesehatan Dasar
 Program kesehatan ibu dan anak (KIA)
 Program Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)
 Keluarga Berencana (KB)
 Program Hygiene Sanitasi (HS) Lingkungan
 Hygiene Perusahaan dan kesehatan kerja

Profil UPTD Puskesmas Wonggeduku 33


 Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM)
 Program Gizi Masyarakat
 Pemeriksaan, Pengobatan dan Perawatan Kesehatan Masyarakat
 Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
 Usaha kesehatan gigi, mata dan jiwa
 Rehabilitasi
 Usaha-usaha farmasi dan laboratorium kesehatan
 Statistik kesehatan
Pengembangan dan peningkatan sarana UKBM di Kabupaten Konawe masih
perlu ditingkatkan dengan mempertimbangkan bahwa jumlah penduduk yang
semakin meningkat setiap tahunnya serta akses pelayanan masyarakat kesarana
kesehatan masih kurang memadai. Pada tahun 2018 jumlah sarana UKBM saat ini
berjumlah 23 buah. Cakupan Sarana Dan Prasarana UKBM di Puskesmas
Wonggeduku Tahun 2018, Selengkapnya di sajikan pada Gambar. 16 sebagai
berikut :
Gambar. 16
Cakupan Sarana Dan Prasarana UKBM Di Puskesmas Wonggeduku
Tahun 2018

PUSKESMAS 1

POLINDES 1

PUSTU 2

POSKESDES 4

POSYANDU 15

Sumber : Programer Promkes Puskesmas Wonggeduku 2018

Profil UPTD Puskesmas Wonggeduku 34


Pada Gambar. 16 diatas, menunjukkan bahwa sarana dan prasarana UKBM
di Puskesmas Wonggeduku pada tahun 2018 berjumlah 23 buah, terdiri dari 02
Pustu, 04 Poskesdes, 15 Posyandu dan 01 Polindes. Program Dinas Kesehatan
pada tahun-tahun berikutnya yaitu akan meningkatkan sarana posyandu menjadi
345 buah yang tersebar di 350 Desa / Kelurahan dan 27 Kecamatan, sedangkan
poskesdes akan ditingkatkan pengadaannya setiap desa minimal terdapat 1
Poskesdes.

Profil UPTD Puskesmas Wonggeduku 35

Anda mungkin juga menyukai