tingkat kesukaran, dan daya pembeda suatu instrumen. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini berupa soal tes uraian yang sebelumnya diujicobakan terlebih
dahulu kepada peserta didik. Instrumen yang diujicobakan berupa 20 soal uraian
dari materi yang sudah dipelajari. Soal uraian yang terdiri dari 10 soal dimensi
konten dan 10 soal dimensi konteks. Analisis soal instrumen yang meliputi uji
1. Validitas soal
Validitas digunakan untuk mengetahui valid atau tidaknya soal tes. Validitas
a. Validitas Internal
Instrumen berupa soal tes divalidasi oleh ahli vaidator. Soal dengan jumah 20
b. Validasi Eksternal
Instrumen berupa soal tes diujicobakan kepada 100 siswa untuk mengetahui
valid atau tidaknya soal. Soal dengan jumlah 20 item yang terdiri dari 10 soal
konten dan 10 soal konteks. Soal dikatakan valid ketika t hitung lebih besar
1) Uji Validitas
coba soal yang telah dilaksanakan kepada peserta didik dengan jumlah sampel
100 orang siswa dan taraf signifikan 5% didapat t tabel= 1,98. Hasil analisis
perhitungan validitas butir soal dapat dikatakan valid jika t hitung ≥ t tabel.
Berdasarkan dari hasil perhitungan validitas butir soal, maka diperoleh hasil
Uji reliabilitas dilakukan setelah uji validitas pada instrumen soal. Uji
reliabilitas diolah dengan menggunakan perangkat lunak Ms. Excel 2013, untuk
(α). Suatu instrumen dapat dikatakan reliabel jika koefisien Cronbach’s Alpha (α)
di atas 0,6, sehingga nilai koefisien reliabilitas tersebut menunjukkan soal dalam
2. Validitas Angket
a. Validasi Internal
Instrumen berupa angket divalidasi oleh ahli validator. Angket dengan jumlah
melampirkan kriteria yang akan dinilai. Hasil validasi internal terlampir (hal.
122).
42
b. Validasi Eksternal
Instrumen berupa angket diuji cobakan kepada 100 siswa untuk mengetahui
valid atau tidaknya suatu instrumen berupa angket. Angket dengan jumlah 20
item yang terdiri dari 10 pernyataan positif dan 10 pernyataan negatif. Uji
coba soal yang telah dilaksanakan kepada peserta didik dengan jumlah sampel
100 orang siswa dan taraf signifikan 5% didapat t tabel= 1,98. Hasil analisis
perhitungan validitas butir soal dapat dikatakan valid jika t hitung ≥ t tabel.
Uji reliabilitas dilakukan setelah uji validitas pada instrumen soal. Uji
instrumen dapat dikatakan reliabel jika koefisien Cronbach’s Alpha (α) di atas
0,6, sehingga nilai koefisien reliabilitas tersebut menunjukkan soal dalam kriteria
Pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan tes soal uraian yang
terdiri dari 16 butir soal. Setiap soal memiliki indikator soal dan aspek literasi
sains yang akan dicapai, aspek soal yang dibagi menjadi dua, yaitu aspek konten
dan aspek konteks. Berikut ini merupakan persentase kemampuan literasi sains
di Kota Tarakan
dengan cara menghitung total rata-rata nilai persentase dari seluruh siswa dibagi
dengan jumlah total sampel. Setelah menentukan rata-rata nilai persentase dari
dalam predikat kurang sekali sampai sangat baik. Kemampuan literasi siswa
diukur berdasarkan tiga aspek yaitu aspek konten, konteks dan aspek sikap.
demikian perlu ada perbaikan dalam proses pembelajaran, baik dalam evaluasi,
menunjang pembelajaran.
sains pada 77 siswa kelas XI di Sekolah A, data yang diperoleh dapat dilihat pada
tabel 4.6
penghitungan skor mentah yang diperoleh siswa dibagi dengan skor maksimum
ideal dari tes. Kemampuan literasi sains siswa di sekolah A masih tergolong
kurang dengan nilai rata-rata persentase 51%. Kemampuan literasi sains siswa
yang diukur berdasarkan tiga aspek, yaitu aspek konten, aspek konteks dan aspek
sikap. Pengukuran aspek sikap siswa terhadap sains dengan menggunakan angket.
46
sains pada 63 siswa kelas XI di Sekolah B, persentase hasil literasi sains siswa
penghitungan skor mentah yang diperoleh siswa dibagi dengan skor maksimum
ideal dari tes. Kemampuan literasi sains siswa di sekolah B masih tergolong
sangat kurang dengan nilai rata-rata persentase 33%. Kemampuan literasi sains
siswa yang diukur berdasarkan tiga aspek, yaitu aspek konten, aspek konteks dan
aspek sikap. Pengukuran aspek sikap siswa terhadap sains dengan menggunakan
angket.
sains pada 51 siswa kelas XI di Sekolah B, persentase hasil literasi sains siswa
penghitungan skor mentah yang diperoleh siswa dibagi dengan skor maksimum
ideal dari tes. Kemampuan literasi sains siswa di sekolah C masih tergolong
sangat kurang dengan nilai rata-rata persentase 36%. Kemampuan literasi sains
siswa yang diukur berdasarkan tiga aspek, yaitu aspek konten, aspek konteks dan
aspek sikap. Pengukuran aspek sikap siswa terhadap sains dengan menggunakan
angket.
sains pada 27 siswa kelas XI di Sekolah D, persentase hasil literasi sains siswa
skor mentah yang diperoleh siswa dibagi dengan skor maksimum ideal dari tes.
dengan nilai rata-rata persentase 24%. Kemampuan literasi sains siswa yang
diukur berdasarkan tiga aspek, yaitu aspek konten, aspek konteks dan aspek sikap.
Data kemampuan siswa dalam menjawab benar soal setiap level, baik level
1, level 2, level 3, dan level 4 untuk setiap sekolah. Persentase menjawab benar
Tabel 4.10 Data Kemampuan Siswa Setiap Sekolah Menjawab Benar Pada
Setiap Level
siswa tiap sekolah menjawab benar soal setiap level. Untuk menentukan nilai
persentase dengan menghitung jumlah siswa yang menjawab benar soal setiap
level dibagi dengan jumlah total sampel tiap sekolah. Dari perolehan nilai
49
persentase dapat diketahui bahwa setiap sekolah masih kurang dalam menjawab
Data kemampuan literasi sains Biologi siswa berdasarkan aspek konten dan
konteks dengan cara menghitung jumlah jawaban siswa yang menjawab benar
baik konten dan konteks pada setiap sekolah. Setelah menentukan rata-rata nilai
persentase dari setiap siswa kemudian nilai persentase yang diperoleh siswa
kemampuan siswa menjawab benar berdasarakan aspek konten dan aspek konteks
Biologi. Hasil persentase diperoleh dari penghitungan skor mentah yang diperoleh
siswa dibagi dengan skor maksimum ideal dari tes. Untuk menentukan nilai
persentase dengan menghitung jumlah siswa yang menjawab benar soal konten
dibagi dengan jumlah total sampel. Kemampuan literasi sains siswa di Kota
50
Tarakan berdasarkan aspek konten masih tergolong sangat kurang dengan nilai
Hasil persentase diperoleh dari penghitungan skor mentah yang diperoleh siswa
dibagi dengan skor maksimum ideal dari tes. Untuk menentukan nilai persentase
dengan menghitung jumlah siswa yang menjawab benar soal konteks dibagi
dengan jumlah total sampel. Kemampuan literasi sains siswa di Kota Tarakan
berdasarkan aspek konteks masih tergolong sangat kurang dengan nilai rata-rata
persentase 35%.
sekolah berdasarkan aspek konten dan aspek konteks. Setelah menentukan rata-
rata nilai persentase dari setiap siswa kemudian nilai persentase yang diperoleh
siswa dikategorikan ke dalam predikat kurang sekali sampai sangat baik Data
Tabel 4.13 Data Kemampuan siswa Setiap Sekolah Menjawab Benar Soal Pada
Aspek Konten dan Konteks
Konten Konteks
Sekolah Jumlah Persentase Jumlah Persentase Kategori
(%) (%)
Sekolah A 22 10,09 22 10,09 Sangat kurang
Sekolah B 3 1,38 0 0,00 Sangat kurang
Sekolah C 16 7,34 10 4,59 Sangat kurang
Sekolah D 0 0,00 1 0,46 Sangat kurang
siswa tiap sekolah menjawab benar soal konten dan konteks. Untuk menentukan
nilai persentase dengan menghitung jumlah siswa yang menjawab benar soal
konten dan soal konteks dibagi dengan jumlah total sampel. Dari perolehan nilai
persentase dapat diketahui bahwa setiap sekolah masih kurang dalam menjawab
mengembangkan pengetahuan sains lebih lanjut, mengejar karir dalam sains dan
menentukan rata-rata nilai persentase dari setiap siswa kemudian nilai persentase
52
sangat baik. Data Aspek sikap siswa terhadap literasi sains dapat dilihat pada pada
Tabel 4.14 Data Hasil Literasi Sains Siswa Pada Aspek Sikap
Gambar 4.14 Diagram Persentase Hasil Literasi Sains Pada Aspek Sikap
terhadap sains sudah tergolong baik. Literasi sains pada ranah afektif yang di
jaring dari aspek minat siswa dalam sains, penyelidikan sains dan tanggung jawab
terhadap sumber daya alam. Rata-rata nilai persentase dari ketiga aspek sudah
53
tergolong baik. Untuk menentukan nilai persentase dengan cara menghitung rata-
rata nilai persentase dari seluruh siswa dibagi dengan jumlah total sampel.
Kemampuan literasi sains dapat diketahui dari kemampuan siswa menjawab soal
literasi sains dalam bentuk uraian yang dibagi kedalam 3 aspek pengukuran, yaitu
aspek konten, aspek konteks dan aspek sikap dengan empat kecakapan tingkatan,
yaitu level 1, level 2, level 3, dan level 4. Soal uraian yang berjumlah 16 item
yang terdiri dari 8 soal dimensi konten dan 8 soal dimensi konteks. Literasi Sains
lingkungan alam, intelektual, dan budaya, serta kemauan untuk terlibat dan peduli
literasi sains siswa kelas XI MIA SMA/MA Negeri di Kota Tarakan masih
"sangat kurang" dengan rata-rata nilai persentase 39% dari 218 orang siswa dari
semua jumlah sampel dari keempat sekolah. Kemampuan literasi sains yang
54
dibagi kedalam 3 aspek pengukuran, yaitu aspek konten, aspek konteks dan aspek
sikap. Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa, jumlah siswa dengan kategori
sangat baik sebanyak 4 orang dengan nilai persentase 1,83%, jumlah siswa
dengan kategori baik sebanyak 18 orang dengan persentase 8,26%, siswa dengan
kategori cukup sebanyak 16 orang dengan nilai persentase 7,34%, siswa dengan
kategori kurang sebanyak 50 orang dengan nilai persentase 22, 94% dan siswa
dengan kategori sangat kurang sebanyak 130 orang dengan nilai persentase
59,63%.
yaitu berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada siswa bahwa belum pernah
megerjakan soal-soal literasi sains sebelumya, sebagian besar soal evaluasi yang
diberikan masih dalam tingkatan mudah dan sedang, sehingga siswa tidak perluh
dapat memacu siswa untuk berpikir seperti, teks pengantar, menampilkan gambar,
skenario suatu kasus atau contoh suatu permasalahan yang terjadi disekitarnya
ataupun bahan dan alat peraga yang baru dikenal oleh siswa (Angraini, 2014).
kelas, sehingga kurang membangun aspek literasi siswa (Angraini, 2014). Selain
itu, faktor lain yang mempengaruhi rendahnya literasi sains siswa, rendahnya
minat baca siswa dan tidak terbiasanya siswa mengerjakan soal dalam bentuk
wacana, grafik, gambar dan tabel yang menuntun siswa untuk berpikir dan
55
Dibuktikan juga pada saat peneliti melakukan wawancara dengan siswa, bahwa
soal yang sering diberikan oleh guru lebih banyak berupa soal yang tidak
memiliki wacana, melainkan soal uraian dan soal pilihan ganda yang langsung
mengarah kepertannyaan.
sekolah A masih kategori "kurang " untuk kemampuan literasi sains pada aspek
konten dan aspek konteks dengan rata-rata nilai persentase 51% dari 77 orang
siswa. Siswa di sekolah A dalam hal ini sudah memiliki pengetahuan ilmiah yang
masalah ilmiah dalam berbagai konteks dan siswa dapat bekerja secara efektif
(OECD, 2012).
sangat baik sebanyak 4 orang dengan rata-rata nilai persentase 5,19%. Nilai
tertinggi yang diperoleh siswa adalah 99. Jumlah siswa dengan kategori sangat
kurang sebanyak 18 orang dengan rata-rata nilai persentase 23,38. Nilai terendah
yang diperoleh siswa adalah 21, berdasarkan hasil yang di peroleh menunjukkan
bahwa siswa di sekolah A memiliki jumlah paling sedikit dengan kategori sangat
dengan rata-rata nilai persentase 36% dari 51 orang siswa. Berdasarkan tabel 4.8
56
diketahui bahwa, tidak ada siswa pada kategori sangat baik, jumlah siswa dengan
kategori baik sebanyak 1 orang dengan nilai persentase 1,59%. Nilai tertinggi
yang diperoleh siswa adalah 73. Jumlah siswa dengan kategori sangat kurang
sebanyak 52 orang dengan rata-rata nilai persentase 82, 54%. Nilai terendah yang
diperolehan adalah 18. Rendahnya literasi sains siswa disebabkan beberapa hal
yaitu siswa belum terbiasa mengerjakan soal literasai sains, sehingga siswa
merasa canggung dengan soal yang berbeda dari yang biasanya yang diperoleh di
sekolah, kemudian soal evaluasi yang diujikan belum merupakan soal analisis,
ketiga dengan nilai persentase 33% dari 63 orang siswa. Nilai tertinggi yang
diperoleh siswa adalah 58. Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa, tidak ada
siswa pada kategori sangat baik dan pada kategori baik, kemudian jumlah siswa
66,67%. Nilai terendah yang diperolehan siswa adalah 21. Rendahnya literasi
sains siswa di sekolah C disebabkan beberapa hal yaitu siswa belum terbiasa
mengerjakan soal literasai sains, sebagian besar siswa baru mengetahui bentuk-
bentuk soal literasi sains dan soal yang diujikan masih tergolong mudah dan
sedang sehingga membuat siswa tidak terbiasa mengerjakan soal yang bentuk soal
analisis. Hal ini siswa belum terbiasa menjawab soal dengan menggunakan
57
penalarannya, sehingga ketika menemukan soal yang berbeda dari soal yang biasa
persentase 24% dari 27 orang siswa. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah
43. Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa, tidak ada siswa pada kategori sangat
baik, kategori baik dan kategori cukup dengan nilai persentase 0%, dan jumlah
siswa dengan kategori sangat kurang sebanyak 26 orang dengan rata-rata nilai
persentase 96%. Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 15. Rendahnya
literasi sains siswa di sekolah D disebabkan beberapa hal yaitu soal evaluasi yang
termasuk pada tingkatan soal mudah dan sedang, dan kurang memanfaatkan
dan alat peraga lainnya kemudian siswa yang kurang aktif dalam bertanya dan
menguasai cukup kosa kata, konsep, konteks, atau kapasitas kognitif yang
menjawab benar soal setiap level. Soal untuk evaluasi literasi sains siswa terdiri
diketahui bahwa kemampuan siswa menjawab benar pada setiap level. Jumlah
siswa yang mampu menjawab benar soal level 1 sebanyak 21 orang siswa dengan
rata-rata nilai persentase 9,36%, level 2 sebanyak 21 orang siswa dengan nilai
persentase 9,36, level 3 sebanyak 27 orang siswa dengan nilai persentase 12,39%
dan soal level 4 sebanyak 18 orang siswa dengan nilai persentase 8,26%.
dapat menjawab soal level 1 sampai level 4 adalah sekolah A, diikuti dengan
sekolah C, kemudian sekolah B dan sekolah D tidak dapat menjawab soal level 1,
level 2 dan level 4. Siswa di Sekolah A sudah mampu menjawab soal pada setiap
kemampuan literasi sains menjawab benar soal setiap level masih kurang. Siswa
di sekolah B, hanya mampu menjawab soal level 1 dengan level 4 dan tidak
mampu menjawab benar soal level 2 dan 3, dengan demikian dapat diketahui
soal setiap level masih sangat kurang. Siswa di sekolah C, mampu menjawab soal
level 1, level 2 dan level 3 dan tidak mampu menjawab benar soal level 4 dan
siswa di sekolah D, hanya mampu menjawab benar soal level 3 dengan jumlah
Berdasarkan hasil nilai persentase siswa menjawab benar soal pada setiap
level dapat diketahui bahwa, siswa di sekolah B, sekolah C, dan sekolah D belum
ilmiah dari berbagai disiplin ilmu dan menerapkan langsung pada masalah yang
dihadapi.
bentuk-bentuk soal evaluasi yang diujikan kesiswa umumnya soal dalam bentuk
pilihan ganda untuk evaluasi ujian semester dan soal evaluasi untuk ulangan
harian sebagian besar soal dalam bentuk uraian. Dalam hal ini, tingkatan soal
sebagian besar pada tingkatan mudah dan sedang, sehingga belum menuntun
menalar dan berpikir kritis. Kemudian didukung penelitian (Fatmawati dan Utari,
berpikir kritis seperti bentuk-bentuk soal PISA. Selain itu Siswa belum pernah
canggung dengan soal yang berbeda dari yang biasa diperoleh di sekolah, dan soal
yang biasa diberikan oleh guru untuk evaluasi belum merupakan soal analisis,
2017).
menjadi tiga aspek, yaitu aspek konten, aspek konteks, dan aspek sikap. Aspek
60
konten mengarah pada pengetahuan siswa yang diperoleh pada saat proses
yang tersedia. Aspek konteks dibingkai untuk situasi kehidupan umum yang lebih
luas tidak terbatas pada kehidupan di sekolah saja melainkan pada situasi yang
terkait pada diri individu, keluarga, dan komunitas. Siswa dalam hal ini dituntun
hari dan siswa dituntut untuk memahami fenomena alam dan peduli dengan
lingkungan sekitar. Aspek sikap mengarah pada minat siswa dalam sains dan
keempat sekolah berdasarkan aspek konten masih "sangat kurang" dengan rata-
rata nilai persentase 43% dari 218 siswa. Jumlah siswa pada kategori baik
sebanyak 8 orang dengan nilai persentase 3,67%. Nilai tertinggi yang di peroleh
siswa adalah 93. jumlah siswa pada kategori sangat kurang 102 orang dengan nilai
persentase 46,76. Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 13, berdasarkan
hasil yang diperoleh siswa terhadap aspek konten masih tergolong kurang.
Rendahnya kemampuan literasi sains siswa pada aspek konten, karena siswa
secara umum lebih suka menghafal materi yang dipelajari dari pada memahami
sehingga pengetahuan yang dimiliki siswa tidak tersimpan lama dalam memori
ingatan siswa, melainkan materi yang dipelajari lebih cepat dilupakan. Hal
tersebut juga pernah diungkapkan dalam penelitian Agraini (2014) bahwa proses
dari keempat sekolah masih "sangat kurang" dengan rata-rata nilai persentase 35%
dari 218 siswa. Jumlah siswa pada kategori sangat baik sebanyak 5 orang dengan
nilai persentase 2,29%. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 88. Jumlah
siswa dengan kategori sangat kurang sebanyak 139 orang dengan nilai persentase
63,76%. Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 13, rendahnya kemampuan
mampu menjawab benar soal pada aspek konten sebanyak 22 orang dengan nilai
persentase 10,09 % dan pada aspek konteks sebanyak 22 orang siswa dengan nilai
yang mampu menjawab benar soal pada aspek konten sebayak 3 orang dengan
nilai persentase 1,38% dan pada aspek konteks siswa tidak dapat menjawab
dengan benar. Sekolah C, jumlah siswa yang mampu menjawab benar soal pada
aspek konten sebayak 16 orang dengan nilai persentase 7,34 % dan pada aspek
62
konteks sebanyak 10 orang siswa dengan nilai persentase 4,59% dengan kategori
sangat kurang. Di sekolah D siswa tidak dapat menjawab soal pada aspek konten
sedangkan jumlah siswa pada aspek konteks sebanyak 1 orang siswa dengan nilai
persentase 0,46%.
Literasi sains pada aspek sikap yang dibagi menjadi 3 aspek sikap, yaitu
minat dalam sains, dukungan penyelidikan sains, dan tanggung jawab terhadap
sumber daya dan lingkungan. Secara umum aspek sikap siswa terhadap sains
dengan kategori "baik" dengan persentase 73,67% dari 218 orang siswa.
Berdasarkan tabel 4.14 diketahui bahwa hasil literasi sains pada aspek sikap setiap
sekolah. Di sekolah A, hasil literasi sains pada aspek sikap memiliki rata-rata nilai
persentasi 72,56%, dengan kategori baik. Aspek literasi sains pada aspek minat
siswa dalam sains dengan nilai persentasi 67%, penyelidikan sains dengan
persentasi 70% dan tanggung jawab terhadap sumber daya alam dengan nilai
persentasi 82%.
Hasil literasi sains pada aspek sikap di Sekolah B, memiliki rata-rata nilai
persentase 75,10% dengan kategori baik. Aspek literasi sains pada aspek minat
siswa dalam sains dengan persentasi 71%, penyelidikan sains dengan persentasi
73% dan tanggung jawab terhadap sumber daya alam dan lingkungan dengan rata-
rata nilai persentasi 83%. Di sekolah C, hasil literasi sains pada aspek sikap
memiliki rata-rata nilai persentase 75,57%, dengan kategori baik. Aspek literasi
sains pada aspek minat siswa dalam sains dengan nilai persentasi 71%,
penyelidikan sains dengan persentasi 73% dan tanggung jawab terhadap dengan
nilai persentasi 84%. Di sekolah D, hasil literasi sains pada aspek sikap memiliki
63
rata-rata nilai persentase 69,96%, dengan kategori baik. Aspek literasi sains pada
aspek minat siswa dalam sains dengan nilai persentasi 72%, penyelidikan sains
dengan nilai persentasi 62% dan tanggung jawab terhadap sumber daya alam
Aspek yang paling tinggi dari literasi sains pada aspek sikap diperoleh
pada aspek tanggung jawab terhadap sumber daya alam dengan rata-rata nilai
persentase 80%, kemudian diikuti dengan minat sain siswa dengan rata-rata nilai
persentase 70,25%, dan aspek penyelidikan sains dengan rata-rata nilai persentase
69,5. Berdasarkan data dari hasil tes literasi sains pada ranah afektif pada keempat
sekolah memiliki sikap yang baik terhadap sains. Aspek sikap salah satu faktor
intensitas belajar, dan sikap siswa terhadap sains juga turut mempengaruhi
kemampuan literasi sains siswa. Menurut Jupri W (2009) menyatakan Guru sains
ilmiah dengan melatih mereka mendiskusikan isu-isu rill tentang sains dan
relevan dan dapat mendorong bangkitnya motivasi untuk turut berperan dalam
mengatasi masalah lokal maupun lokal. Grant dan Lapp (2011) menyatakan
64
nyata.
Pendidik sains harus mau dan mampu membangun koneksi antara konsep-
konse sains, isu-isu sosial dan kosa kata yang harus dikuasai oleh siswa
dalam buku-buku teks yang dibacanya. Dalam hal ini, guru perlu membaca