Anda di halaman 1dari 26

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang baik ketika dilakukan uji validitas, reliabilitas,

tingkat kesukaran, dan daya pembeda suatu instrumen. Instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini berupa soal tes uraian yang sebelumnya diujicobakan terlebih

dahulu kepada peserta didik. Instrumen yang diujicobakan berupa 20 soal uraian

dari materi yang sudah dipelajari. Soal uraian yang terdiri dari 10 soal dimensi

konten dan 10 soal dimensi konteks. Analisis soal instrumen yang meliputi uji

validitas, uji reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.

1. Validitas soal

Validitas digunakan untuk mengetahui valid atau tidaknya soal tes. Validitas

soal dilakukan secara internal dan eksternal.

a. Validitas Internal

Instrumen berupa soal tes divalidasi oleh ahli vaidator. Soal dengan jumah 20

item divalidasi berdasarkan aspek soal dengan melampirkan kriteria yang

dinilai. Hasil validasi internal terlampir (hal. 119).

b. Validasi Eksternal

Instrumen berupa soal tes diujicobakan kepada 100 siswa untuk mengetahui

valid atau tidaknya soal. Soal dengan jumlah 20 item yang terdiri dari 10 soal

konten dan 10 soal konteks. Soal dikatakan valid ketika t hitung lebih besar

dari t tabel. Uji Validitas eksternal meliputi:


40

1) Uji Validitas

Teknik pengujian yang digunakan untuk uji validitas adalah dengan

menggunakan Korelasi Product Moment. Analisis ini dengan cara

mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total. Berdasarkan uji

coba soal yang telah dilaksanakan kepada peserta didik dengan jumlah sampel

100 orang siswa dan taraf signifikan 5% didapat t tabel= 1,98. Hasil analisis

perhitungan validitas butir soal dapat dikatakan valid jika t hitung ≥ t tabel.

Berdasarkan dari hasil perhitungan validitas butir soal, maka diperoleh hasil

seperti pada tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Hasil uji validitas Butir Soal


No Validitas
Kesimpulan
Soal t hitung t tabel
1 4,24 1,98 Valid
2 3,33 1,98 Valid
3 6,11 1,98 Valid
4 1,64 1,98 Invalid
5 2,29 1,98 Valid
6 2,66 1,98 Valid
7 3,92 1,98 Valid
8 3,19 1,98 Valid
9 7,00 1,98 Valid
10 5,85 1,98 Valid
11 7,55 1,98 Valid
12 8,31 1,98 Valid
13 8,71 1,98 Valid
14 6,54 1,98 Valid
15 6,89 1,98 Valid
16 7,51 1,98 Valid
17 8,37 1,98 Valid
18 6,89 1,98 Valid
19 7,57 1,98 Valid
20 9,51 1,98 Valid
41

2) Uji Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas dilakukan setelah uji validitas pada instrumen soal. Uji

reliabilitas diolah dengan menggunakan perangkat lunak Ms. Excel 2013, untuk

mengetahui reliabilitas instrumen dengan menggunakan rumus Cronbach’s Alpha

(α). Suatu instrumen dapat dikatakan reliabel jika koefisien Cronbach’s Alpha (α)

di atas 0,6, sehingga nilai koefisien reliabilitas tersebut menunjukkan soal dalam

kriteria reliabilitas tinggi. Berdasarkan dari hasil perhitungan reliabilitas

instrumen, maka diperoleh hasil seperti pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas


Statistik
Reliabilitas 0,84
Kesimpulan Tingkat reliabilitas tinggi

2. Validitas Angket

Validitas digunakan untuk mengetahui valid tidaknya instrumen berupa

angket. Validitas angket dilakukan secara internal dan eksternal.

a. Validasi Internal

Instrumen berupa angket divalidasi oleh ahli validator. Angket dengan jumlah

20 item yang terdiri dari 10 pernyataan positif dan 10 pernyataan negatif.

Instrumen berupa angket divalidasi berdasarkan aspek sikap dengan

melampirkan kriteria yang akan dinilai. Hasil validasi internal terlampir (hal.

122).
42

b. Validasi Eksternal

Instrumen berupa angket diuji cobakan kepada 100 siswa untuk mengetahui

valid atau tidaknya suatu instrumen berupa angket. Angket dengan jumlah 20

item yang terdiri dari 10 pernyataan positif dan 10 pernyataan negatif. Uji

validasi ekternal meliputi:

1) Uji Validitas Angket

Teknik pengujian yang digunakan untuk uji validitas adalah dengan

menggunakan Korelasi Product Momentr. Analisis ini dengan cara

mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total. Berdasarkan uji

coba soal yang telah dilaksanakan kepada peserta didik dengan jumlah sampel

100 orang siswa dan taraf signifikan 5% didapat t tabel= 1,98. Hasil analisis

perhitungan validitas butir soal dapat dikatakan valid jika t hitung ≥ t tabel.

Berdasarkan dari hasil perhitungan validitas instrumen berupa angket, maka

diperoleh hasil seperti pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Angket


No Validitas
item t hitung t tabel Kesimpulan
angket
1 4,08 1,98 Valid
2 4,58 1,98 Valid
3 5,51 1,98 Valid
4 6,31 1,98 Valid
5 3,79 1,98 Valid
6 5,16 1,98 Valid
7 8,36 1,98 Valid
8 6,25 1,98 Valid
9 5,17 1,98 Valid
10 5,47 1,98 Valid
11 5,94 1,98 Valid
12 1,28 1,98 Invalid
13 7,00 1,98 Valid
43

14 2,93 1,98 Valid


15 3,58 1,98 Valid
16 4,57 1,98 Valid
17 5,02 1,98 Valid
18 4,25 1,98 Valid
19 6,01 1,98 Valid
20 1,02 1,98 Invalid

2) Uji Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas dilakukan setelah uji validitas pada instrumen soal. Uji

reliabilitas diolah dengan menggunakan Ms. Excel 2013, untuk mengetahui

reliabilitas instrumen dengan menggunakan rumus Cronbach’s Alpha (α). Suatu

instrumen dapat dikatakan reliabel jika koefisien Cronbach’s Alpha (α) di atas

0,6, sehingga nilai koefisien reliabilitas tersebut menunjukkan soal dalam kriteria

reliabilitas tinggi Berdasarkan dari hasil perhitungan reliabilitas instrumen, maka

diperoleh hasil seperti pada tabel 4.4berikut:

Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas


Statistik
Reliabilitas 0,77
Kesimpulan Tingkat reliabilitas tinggi

B. Hasil Penelitian Kemampuan Literasi Sains Siswa

Pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan tes soal uraian yang

terdiri dari 16 butir soal. Setiap soal memiliki indikator soal dan aspek literasi

sains yang akan dicapai, aspek soal yang dibagi menjadi dua, yaitu aspek konten

dan aspek konteks. Berikut ini merupakan persentase kemampuan literasi sains

siswa kelas XI MIA SMA/MA Negeri di Kota Tarakan.


44

1. Data Kemampuan Literasi Sains Siswa Kelas XI MIA SMA/MA Negeri

di Kota Tarakan

Data kemampuan literasi sains siswa se-Kota Tarakan, dapat diperoleh

dengan cara menghitung total rata-rata nilai persentase dari seluruh siswa dibagi

dengan jumlah total sampel. Setelah menentukan rata-rata nilai persentase dari

setiap siswa kemudian nilai persentase yang diperoleh siswa dikategorikan ke

dalam predikat kurang sekali sampai sangat baik. Kemampuan literasi siswa

diukur berdasarkan tiga aspek yaitu aspek konten, konteks dan aspek sikap.

Pengukuran aspek sikap siswa terhadap sains dengan menggunakan angket.

Tabel 4.5 Persentase Kemampuan Literasi Sains Siswa Kelas XI SMA/MA


Negeri di Kota Tarakan
Jumlah siswa Kategori Persentase (%) Keterangan
Persentasi
4 80-100% 1,83 Sangat Baik
18 66-79% 8,26 Baik
16 56-65% 7,34 Cukup
50 40-55% 22,94 Kurang
130 30-39% 59,63 Sangat Kurang
Rata-rata nilai persentasi 39%

Persentase(%) Kemampuan Literasi Sains Siswa


1,83 8,26
7,34
Sangat baik
Baik
22,94
59,63 Cukup
Kurang
Sangat Kurang

Gambar 4.5 Diagram Kemampuan Literasi Sains Siswa Kelas XI SMA/MA


Negeri di Kota Tarakan
45

Berdasarkan diagram 4.5 menunjukkan persentase kemampuan literasi sains

dalam pembelajaran Biologi di Kota Tarakan. Nilai persentase menunjukkan

bahwa kemampuan literasi siswa masih tergolong sangat kurang, dengan

demikian perlu ada perbaikan dalam proses pembelajaran, baik dalam evaluasi,

kemudian pemanfaatan alat peraga dan pemanfaatan laboratorium dalam

menunjang pembelajaran.

2. Data Kemampuan Literasi Sains Siswa Kelas XI MIA di Sekolah A

Persentase kemampuan literasi sains siswa setelah pemberian soal literasi

sains pada 77 siswa kelas XI di Sekolah A, data yang diperoleh dapat dilihat pada

tabel 4.6

Tabel 4.6 Persentase Kemampuan Literasi Sains Siswa di Sekolah A


Jumlah siswa Kategori Persentase (%) Keterangan
Persentasi
4 80-100% 5,19 Sangat Baik
17 66-79% 22,08 Baik
9 56-65% 11,69 Cukup
29 40-55% 37,66 Kurang
18 30-39% 23,38 Sangat Kurang
Rata-rata nilai persentasi 51%
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan persentase kemampuan literasi sains

siswa terhadap pembelajaran Biologi. Hasil persentase diperoleh dari

penghitungan skor mentah yang diperoleh siswa dibagi dengan skor maksimum

ideal dari tes. Kemampuan literasi sains siswa di sekolah A masih tergolong

kurang dengan nilai rata-rata persentase 51%. Kemampuan literasi sains siswa

yang diukur berdasarkan tiga aspek, yaitu aspek konten, aspek konteks dan aspek

sikap. Pengukuran aspek sikap siswa terhadap sains dengan menggunakan angket.
46

3. Data Kemampuan Literasi Sains Siswa Kelas XI MIA di Sekolah B

Persentase kemampuan literasi sains siswa setelah pemberian soal literasi

sains pada 63 siswa kelas XI di Sekolah B, persentase hasil literasi sains siswa

dapat dilihat pada tabel 4.7

Tabel 4.7 Persentase Kemampuan Literasi Sains Siswa di Sekolah B


Jumlah siswa Kategori Persentase (%) Keterangan
Persentasi
0 80-100% 0 Sangat Baik
0 66-79% 0 Baik
1 56-65% 1,59 Cukup
10 40-55% 15,85 Kurang
52 30-39% 82,54 Sangat Kurang
Rata-rata nilai persentasi 33%
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan persentase kemampuan literasi sains

siswa terhadap pembelajaran Biologi. Hasil persentase diperoleh dari

penghitungan skor mentah yang diperoleh siswa dibagi dengan skor maksimum

ideal dari tes. Kemampuan literasi sains siswa di sekolah B masih tergolong

sangat kurang dengan nilai rata-rata persentase 33%. Kemampuan literasi sains

siswa yang diukur berdasarkan tiga aspek, yaitu aspek konten, aspek konteks dan

aspek sikap. Pengukuran aspek sikap siswa terhadap sains dengan menggunakan

angket.

4. Data Kemampuan Literasi Sains Siswa Kelas XI MIA di Sekolah C

Persentase kemampuan literasi sains siswa setelah pemberian soal literasi

sains pada 51 siswa kelas XI di Sekolah B, persentase hasil literasi sains siswa

dapat dilihat pada tabel 4.8


47

Tabel 4.8 Persentase Kemampuan Literasi Sains Siswa di Sekolah C


Jumlah siswa Kategori Persentase (%) Keterangan
Persentasi
0 80-100% 0 Sangat Baik
1 66-79% 1,96 Baik
6 56-65% 11,76 Cukup
10 40-55% 19,61 Kurang
34 30-39% 66,67 Sangat Kurang
Rata-rata nilai persentasi 36%
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan persentase kemampuan literasi sains

siswa terhadap pembelajaran Biologi. Hasil persentase diperoleh dari

penghitungan skor mentah yang diperoleh siswa dibagi dengan skor maksimum

ideal dari tes. Kemampuan literasi sains siswa di sekolah C masih tergolong

sangat kurang dengan nilai rata-rata persentase 36%. Kemampuan literasi sains

siswa yang diukur berdasarkan tiga aspek, yaitu aspek konten, aspek konteks dan

aspek sikap. Pengukuran aspek sikap siswa terhadap sains dengan menggunakan

angket.

5. Data Kemampuan Literasi Sains Siswa Kelas XI MIA di Sekolah D

Persentase kemampuan literasi sains siswa setelah pemberian soal literasi

sains pada 27 siswa kelas XI di Sekolah D, persentase hasil literasi sains siswa

dapat dilihat pada tabel 4.9

Tabel 4.9 Persentase Kemampuan Literasi Sains Siswa di Sekolah D


Jumlah siswa Kategori Persentase (%) Keterangan
Persentasi
0 80-100% 0 Sangat Baik
0 66-79% 0 Baik
0 56-65% 0 Cukup
1 40-55% 3,70 Kurang
26 30-39% 96,30 Sangat Kurang
Rata-rata nilai persentasi 24%
48

Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan persentase kemampuan literasi sains

siswa terhadap pembelajaran Biologi. Hasil persentase diperoleh dari perhitungan

skor mentah yang diperoleh siswa dibagi dengan skor maksimum ideal dari tes.

Kemampuan literasi sains siswa di sekolah D masih tergolong sangat kurang

dengan nilai rata-rata persentase 24%. Kemampuan literasi sains siswa yang

diukur berdasarkan tiga aspek, yaitu aspek konten, aspek konteks dan aspek sikap.

Pengukuran aspek sikap siswa terhadap sains dengan menggunakan angket.

6. Data Kemampuan Siswa Kelas XI MIA SMA/MA Negeri Menjawab

Benar Pada Setiap Level

Data kemampuan siswa dalam menjawab benar soal setiap level, baik level

1, level 2, level 3, dan level 4 untuk setiap sekolah. Persentase menjawab benar

soal setiap level dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Level 1 Level 2 Level 3 Level 4


Sekolah Jum Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase
lah (%) (%) (%) (%)
Sekolah A 12 15,58 14 18,18 16 20,78 16 20,78
Sekolah B 1 1,59 0 0,00 0 0,00 2 3,17
Sekolah C 8 10,39 7 9,09 10 12,99 0 0,00
Sekolah D 0 0,00 0 0,00 1 1,30 0 0,00

Tabel 4.10 Data Kemampuan Siswa Setiap Sekolah Menjawab Benar Pada
Setiap Level

Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan rata-rata nilai persentase kemampuan

siswa tiap sekolah menjawab benar soal setiap level. Untuk menentukan nilai

persentase dengan menghitung jumlah siswa yang menjawab benar soal setiap

level dibagi dengan jumlah total sampel tiap sekolah. Dari perolehan nilai
49

persentase dapat diketahui bahwa setiap sekolah masih kurang dalam menjawab

soal setiap level.

7. Kemampuan Literasi Sains Siswa Kelas XI MIA SMA/MA Negeri

Berdasarkan Aspek Konten dan Aspek Konteks

Data kemampuan literasi sains Biologi siswa berdasarkan aspek konten dan

konteks dengan cara menghitung jumlah jawaban siswa yang menjawab benar

baik konten dan konteks pada setiap sekolah. Setelah menentukan rata-rata nilai

persentase dari setiap siswa kemudian nilai persentase yang diperoleh siswa

dikategorikan ke dalam predikat kurang sekali sampai sangat baik. Persentase

kemampuan siswa menjawab benar berdasarakan aspek konten dan aspek konteks

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.11 Persentase kemampuan Siwa Kelas XI MIA SMA/MA Negeri


Berdasarkan Aspek Konten
Jumlah siswa Kategori Persentase (%) Keterangan
Persentasi
8 80-100% 3,67 Sangat Baik
20 66-79% 9,17 Baik
18 56-65% 8,26 Cukup
70 40-55% 32,11 Kurang
102 30-39% 46,79 Sangat Kurang
Rata-rata nilai persentasi 43%
Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan persentase kemampuan literasi sains

siswa berdasarkan aspek konten (pengetahuan sains) terhadap pembelajaran

Biologi. Hasil persentase diperoleh dari penghitungan skor mentah yang diperoleh

siswa dibagi dengan skor maksimum ideal dari tes. Untuk menentukan nilai

persentase dengan menghitung jumlah siswa yang menjawab benar soal konten

dibagi dengan jumlah total sampel. Kemampuan literasi sains siswa di Kota
50

Tarakan berdasarkan aspek konten masih tergolong sangat kurang dengan nilai

rata-rata persentase 43%.

Tabel 4.12 Persentase kemampuan Siwa Kelas XI MIA SMA/MA Negeri


Berdasarkan Aspek Konteks
Jumlah siswa Kategori Persentase (%) Keterangan
Persentasi
5 80-100% 2,29 Sangat Baik
13 66-79% 5,96 Baik
17 56-65% 7,80 Cukup
44 40-55% 20,18 Kurang
139 30-39% 63,76 Sangat Kurang
Rata-rata nilai persentasi 35%
Berdasarkan tabel 4.12 menunjukkan persentase kemampuan literasi sains

siswa berdasarkan aspek konteks (aplikasi sains) terhadap pembelajaran Biologi.

Hasil persentase diperoleh dari penghitungan skor mentah yang diperoleh siswa

dibagi dengan skor maksimum ideal dari tes. Untuk menentukan nilai persentase

dengan menghitung jumlah siswa yang menjawab benar soal konteks dibagi

dengan jumlah total sampel. Kemampuan literasi sains siswa di Kota Tarakan

berdasarkan aspek konteks masih tergolong sangat kurang dengan nilai rata-rata

persentase 35%.

Data kemampuan literasi sains siswa dalam pembelajaran Biologi setiap

sekolah berdasarkan aspek konten dan aspek konteks. Setelah menentukan rata-

rata nilai persentase dari setiap siswa kemudian nilai persentase yang diperoleh

siswa dikategorikan ke dalam predikat kurang sekali sampai sangat baik Data

yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.13


51

Tabel 4.13 Data Kemampuan siswa Setiap Sekolah Menjawab Benar Soal Pada
Aspek Konten dan Konteks
Konten Konteks
Sekolah Jumlah Persentase Jumlah Persentase Kategori
(%) (%)
Sekolah A 22 10,09 22 10,09 Sangat kurang
Sekolah B 3 1,38 0 0,00 Sangat kurang
Sekolah C 16 7,34 10 4,59 Sangat kurang
Sekolah D 0 0,00 1 0,46 Sangat kurang

Persentase Kemampuan Siswa Menjawab Benar Soal Pada Aspek


Konten dan Konteks
20
10,09 10,09 7,34 4,59
10
1,38 0,00 0,00 0,46
0
Sekolah A Sekolah B Sekolah C Sekolah D
Konten Konteks

Gambar 4.13 Diagram Persentase Kemampuan Siswa Menjawab Benar Soal


Pada Aspek Konten dan Konteks
Berdasarkan tabel 4.13 menunjukkan rata-rata nilai persentase kemampuan

siswa tiap sekolah menjawab benar soal konten dan konteks. Untuk menentukan

nilai persentase dengan menghitung jumlah siswa yang menjawab benar soal

konten dan soal konteks dibagi dengan jumlah total sampel. Dari perolehan nilai

persentase dapat diketahui bahwa setiap sekolah masih kurang dalam menjawab

soal konten dan konteks.

8. Hasil Tes Literasi Sains Siswa Pada Aspek Sikap

Sikap-sikap sains berperan penting dalam keputusan siswa untuk

mengembangkan pengetahuan sains lebih lanjut, mengejar karir dalam sains dan

menggunakan konsep dan metode sains dalam kehidupan mereka. Setelah

menentukan rata-rata nilai persentase dari setiap siswa kemudian nilai persentase
52

yang diperoleh siswa dikategorikan ke dalam predikat kurang sekali sampai

sangat baik. Data Aspek sikap siswa terhadap literasi sains dapat dilihat pada pada

tabel di bawah ini!

Tabel 4.14 Data Hasil Literasi Sains Siswa Pada Aspek Sikap

Aspek Sikap Rata-rata Keterangan


Minat Penyelidikan Tanggung Nilai
Sekolah
Sains Sains jawab Persentasi
Siswa terhadap SDA
Sekolah A 67% 70% 82% 72,56% Baik
Sekolah B 71% 73% 83% 75.10% Baik
Sekolah C 71% 73% 84% 75,57% Baik
Sekolah D 72% 62% 71% 69,96% Baik

Persentase Aspek Sikap Siswa Terhadap Sains


90% 82% 83% 84%
80% 71%73% 71%73% 72%
67%70% 68%71%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Sekolah A Sekolah B Sekolah C Sekolah D
Minat Dalam Sains Penyelidikan sains Tanggung jawab terhadap SDA

Gambar 4.14 Diagram Persentase Hasil Literasi Sains Pada Aspek Sikap

Berdasarkan diagram 4.14 menunjukkan nilai persentase aspek sikap siswa

terhadap sains sudah tergolong baik. Literasi sains pada ranah afektif yang di

jaring dari aspek minat siswa dalam sains, penyelidikan sains dan tanggung jawab

terhadap sumber daya alam. Rata-rata nilai persentase dari ketiga aspek sudah
53

tergolong baik. Untuk menentukan nilai persentase dengan cara menghitung rata-

rata nilai persentase dari seluruh siswa dibagi dengan jumlah total sampel.

C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan literasi sains siswa

dalam pembelajaran Biologi di Kota Tarakan, dengan judul penelitian "Analisis

Kemampuan Literasi Sains Siswa Kelas XI SMA/MA Negeri di Kota Tarakan".

Kemampuan literasi sains dapat diketahui dari kemampuan siswa menjawab soal

literasi sains dalam bentuk uraian yang dibagi kedalam 3 aspek pengukuran, yaitu

aspek konten, aspek konteks dan aspek sikap dengan empat kecakapan tingkatan,

yaitu level 1, level 2, level 3, dan level 4. Soal uraian yang berjumlah 16 item

yang terdiri dari 8 soal dimensi konten dan 8 soal dimensi konteks. Literasi Sains

dapat diartikan sebagai pengetahuan dan kecakapan ilmiah untuk mampu

mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan

fenomena ilmiah, serta mengambil kesimpulan berdasarkan fakta, memahami

karakteristik sains, kesadaran bagaimana sains dan teknologi membentuk

lingkungan alam, intelektual, dan budaya, serta kemauan untuk terlibat dan peduli

terhadap isu-isu yang terkait sains (OECD, 2016).

Hasil rata-rata nilai persentase yang diperoleh siswa untuk mengetahui

kemampuan literasi sains dalam pembelajaran Biologi. Secara umum kemampuan

literasi sains siswa kelas XI MIA SMA/MA Negeri di Kota Tarakan masih

"sangat kurang" dengan rata-rata nilai persentase 39% dari 218 orang siswa dari

semua jumlah sampel dari keempat sekolah. Kemampuan literasi sains yang
54

dibagi kedalam 3 aspek pengukuran, yaitu aspek konten, aspek konteks dan aspek

sikap. Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa, jumlah siswa dengan kategori

sangat baik sebanyak 4 orang dengan nilai persentase 1,83%, jumlah siswa

dengan kategori baik sebanyak 18 orang dengan persentase 8,26%, siswa dengan

kategori cukup sebanyak 16 orang dengan nilai persentase 7,34%, siswa dengan

kategori kurang sebanyak 50 orang dengan nilai persentase 22, 94% dan siswa

dengan kategori sangat kurang sebanyak 130 orang dengan nilai persentase

59,63%.

Rendahnya kemampuan literasi sains siswa dapat disebabkan beberapa hal,

yaitu berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada siswa bahwa belum pernah

megerjakan soal-soal literasi sains sebelumya, sebagian besar soal evaluasi yang

diberikan masih dalam tingkatan mudah dan sedang, sehingga siswa tidak perluh

berpikir keras atau menggunakan penalarannya untuk menjawab soal, dalam

proses pembelajaran Guru dalam pembelajarannya tidak menghadirkan suatu yang

dapat memacu siswa untuk berpikir seperti, teks pengantar, menampilkan gambar,

skenario suatu kasus atau contoh suatu permasalahan yang terjadi disekitarnya

ataupun bahan dan alat peraga yang baru dikenal oleh siswa (Angraini, 2014).

Penyampaian materi dari guru ke siswa sebagian besar dilakukan dengan

mendengarkan penjelasan dan kurang melibatkan siswa untuk aktif di dalam

kelas, sehingga kurang membangun aspek literasi siswa (Angraini, 2014). Selain

itu, faktor lain yang mempengaruhi rendahnya literasi sains siswa, rendahnya

minat baca siswa dan tidak terbiasanya siswa mengerjakan soal dalam bentuk

wacana, grafik, gambar dan tabel yang menuntun siswa untuk berpikir dan
55

menggunakan penalarannya. Seperti yang diungkapkan oleh Angraini (2014),

yaitu siswa tidak terbiasa mengerjakan soal yang menggunakan wacana.

Dibuktikan juga pada saat peneliti melakukan wawancara dengan siswa, bahwa

soal yang sering diberikan oleh guru lebih banyak berupa soal yang tidak

memiliki wacana, melainkan soal uraian dan soal pilihan ganda yang langsung

mengarah kepertannyaan.

Berdasarkan hasil Penelitian ini menunjukkan Sekolah A memiliki

kemampuan literasi sains dengan persentase tertinggi walaupun literasi sains di

sekolah A masih kategori "kurang " untuk kemampuan literasi sains pada aspek

konten dan aspek konteks dengan rata-rata nilai persentase 51% dari 77 orang

siswa. Siswa di sekolah A dalam hal ini sudah memiliki pengetahuan ilmiah yang

memadai untuk memberikan penjelasan, mampu mengidentifikasi dengan jelas

masalah ilmiah dalam berbagai konteks dan siswa dapat bekerja secara efektif

(OECD, 2012).

Berdasarkan tabel 4. 6 diketahui bahwa, jumlah siswa dengan kategori

sangat baik sebanyak 4 orang dengan rata-rata nilai persentase 5,19%. Nilai

tertinggi yang diperoleh siswa adalah 99. Jumlah siswa dengan kategori sangat

kurang sebanyak 18 orang dengan rata-rata nilai persentase 23,38. Nilai terendah

yang diperoleh siswa adalah 21, berdasarkan hasil yang di peroleh menunjukkan

bahwa siswa di sekolah A memiliki jumlah paling sedikit dengan kategori sangat

kurang dibandingkan dengan sekolah B, Sekolah C, dan sekolah D. Kemudian

diikuti Sekolah C memiliki kemampuan literasi sains biologi tertinggi kedua

dengan rata-rata nilai persentase 36% dari 51 orang siswa. Berdasarkan tabel 4.8
56

diketahui bahwa, tidak ada siswa pada kategori sangat baik, jumlah siswa dengan

kategori baik sebanyak 1 orang dengan nilai persentase 1,59%. Nilai tertinggi

yang diperoleh siswa adalah 73. Jumlah siswa dengan kategori sangat kurang

sebanyak 52 orang dengan rata-rata nilai persentase 82, 54%. Nilai terendah yang

diperolehan adalah 18. Rendahnya literasi sains siswa disebabkan beberapa hal

yaitu siswa belum terbiasa mengerjakan soal literasai sains, sehingga siswa

merasa canggung dengan soal yang berbeda dari yang biasanya yang diperoleh di

sekolah, kemudian soal evaluasi yang diujikan belum merupakan soal analisis,

sehingga siswa tidak terbiasa untuk menggunakan penalaranya dan kurang

memanfaatkan fasilitas sekolah dalam menunjang pembelajaran, misalnya ruang

laboratorium, dan alat peraga lainnya.

Siswa di Sekolah B memiliki kemampuan literasi sains Biologi tertinggi

ketiga dengan nilai persentase 33% dari 63 orang siswa. Nilai tertinggi yang

diperoleh siswa adalah 58. Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa, tidak ada

siswa pada kategori sangat baik dan pada kategori baik, kemudian jumlah siswa

dengan kategori sangat kurang sebanyak 52 orang dengan nilai persentase

66,67%. Nilai terendah yang diperolehan siswa adalah 21. Rendahnya literasi

sains siswa di sekolah C disebabkan beberapa hal yaitu siswa belum terbiasa

mengerjakan soal literasai sains, sebagian besar siswa baru mengetahui bentuk-

bentuk soal literasi sains dan soal yang diujikan masih tergolong mudah dan

sedang sehingga membuat siswa tidak terbiasa mengerjakan soal yang bentuk soal

analisis. Hal ini siswa belum terbiasa menjawab soal dengan menggunakan
57

penalarannya, sehingga ketika menemukan soal yang berbeda dari soal yang biasa

diujikan, siswa akan merasa canggung.

Siswa di sekolah D memiliki kemampuan literasi sains Biologi terendah

dibandingkan dengan sekolah A, sekolah B, dan sekolah C dengan rata-rata nilai

persentase 24% dari 27 orang siswa. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah

43. Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa, tidak ada siswa pada kategori sangat

baik, kategori baik dan kategori cukup dengan nilai persentase 0%, dan jumlah

siswa dengan kategori sangat kurang sebanyak 26 orang dengan rata-rata nilai

persentase 96%. Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 15. Rendahnya

literasi sains siswa di sekolah D disebabkan beberapa hal yaitu soal evaluasi yang

diujikan belum termasuk soal analisis, berdasarkan observasi yang dilakukan

peneliti dengan mengambil bentuk-bentuk soal yang di ujikan kesiswa masih

termasuk pada tingkatan soal mudah dan sedang, dan kurang memanfaatkan

fasilitas sekolah dalam menunjang pembelajaran, misalnya ruang laboratorium,

dan alat peraga lainnya kemudian siswa yang kurang aktif dalam bertanya dan

beberapa siswa tidak memperhatikan guru ketika menjelaskan materi.

Berdasarkan hasil kemampuan literasi sains pada mata pelajaran Biologi,

menunjukkan bahwa siswa di sekolah B, sekolah C, dan sekolah D belum

memiliki pengetahuan ilmiah yang memadai untuk memberikan penjelasan dan

belum mampu mengidentifikasi dengan jelas masalah ilmiah (OECD, 2012).

Kemudian didukung pendapat Shwarrtz (2006) mengatakan bahwa tidak memiliki

literasi sains, apabila seorang individu tidak mampu menghubungkan, atau

merespon suatu pertanyaan ilmiah mengenai isu-isu terkait sains. Tidak


58

menguasai cukup kosa kata, konsep, konteks, atau kapasitas kognitif yang

diperlukan dalam mengidentifikasi masalah (pertanyaan) secara ilmiah.

Kemampuan literasi sains siswa yang ditinjau dari kemampuan siswa

menjawab benar soal setiap level. Soal untuk evaluasi literasi sains siswa terdiri

dari 4 level yang mencerminkan kemampuan yang diujikan. Secara umum,

diketahui bahwa kemampuan siswa menjawab benar pada setiap level. Jumlah

siswa yang mampu menjawab benar soal level 1 sebanyak 21 orang siswa dengan

rata-rata nilai persentase 9,36%, level 2 sebanyak 21 orang siswa dengan nilai

persentase 9,36, level 3 sebanyak 27 orang siswa dengan nilai persentase 12,39%

dan soal level 4 sebanyak 18 orang siswa dengan nilai persentase 8,26%.

Berdasarkan tabel 4.10 diketahui bahwa, jumlah siswa yang mendominasi

dapat menjawab soal level 1 sampai level 4 adalah sekolah A, diikuti dengan

sekolah C, kemudian sekolah B dan sekolah D tidak dapat menjawab soal level 1,

level 2 dan level 4. Siswa di Sekolah A sudah mampu menjawab soal pada setiap

level, walaupun demikian dapat diketahui bahwa siswa di Sekolah A, memiliki

kemampuan literasi sains menjawab benar soal setiap level masih kurang. Siswa

di sekolah B, hanya mampu menjawab soal level 1 dengan level 4 dan tidak

mampu menjawab benar soal level 2 dan 3, dengan demikian dapat diketahui

siswa di sekolah B memiliki kemampuan literasi sains dalam menjawab benar

soal setiap level masih sangat kurang. Siswa di sekolah C, mampu menjawab soal

level 1, level 2 dan level 3 dan tidak mampu menjawab benar soal level 4 dan

siswa di sekolah D, hanya mampu menjawab benar soal level 3 dengan jumlah

siswa 1 orang dengan nilai persentase 1,30%.


59

Berdasarkan hasil nilai persentase siswa menjawab benar soal pada setiap

level dapat diketahui bahwa, siswa di sekolah B, sekolah C, dan sekolah D belum

memiliki pengetahuan ilmiah yang memadai untuk memberikan penjelasan yang

mungkin dalam konteks atau menarik kesimpulan berdasarkan investigasi

sederhana, siswa belum dapat menafsirkan dan menggunakan konsep-konsep

ilmiah dari berbagai disiplin ilmu dan menerapkan langsung pada masalah yang

dihadapi.

Adapun faktor penyebab rendahnya kemampuan literasi sains, yaitu

bentuk-bentuk soal evaluasi yang diujikan kesiswa umumnya soal dalam bentuk

pilihan ganda untuk evaluasi ujian semester dan soal evaluasi untuk ulangan

harian sebagian besar soal dalam bentuk uraian. Dalam hal ini, tingkatan soal

sebagian besar pada tingkatan mudah dan sedang, sehingga belum menuntun

siswa menggunakan penalarannya. Hal ini mengakibatkan siswa tidak terbiasa

menalar dan berpikir kritis. Kemudian didukung penelitian (Fatmawati dan Utari,

2015) mengatakan kurang terlatihnya siswa dalam menyelesaikan soal-soal

berpikir kritis seperti bentuk-bentuk soal PISA. Selain itu Siswa belum pernah

mengerjakan soal-soal literasi sains sebelumnya sehingga membuat siswa merasa

canggung dengan soal yang berbeda dari yang biasa diperoleh di sekolah, dan soal

yang biasa diberikan oleh guru untuk evaluasi belum merupakan soal analisis,

sehingga belum menuntun siswa untuk menggunakan penalarannya (Huryah,

2017).

Pengukuran kemampuan literasi sains siswa dalam penelitian ini dibagi

menjadi tiga aspek, yaitu aspek konten, aspek konteks, dan aspek sikap. Aspek
60

konten mengarah pada pengetahuan siswa yang diperoleh pada saat proses

pembelajaran dan pengetahuan yang diperoleh melalui sumber-sumber informasi

yang tersedia. Aspek konteks dibingkai untuk situasi kehidupan umum yang lebih

luas tidak terbatas pada kehidupan di sekolah saja melainkan pada situasi yang

terkait pada diri individu, keluarga, dan komunitas. Siswa dalam hal ini dituntun

untuk mampu menerapkan pengetahuan yang dimiliki dalam kehidupan sehari-

hari dan siswa dituntut untuk memahami fenomena alam dan peduli dengan

lingkungan sekitar. Aspek sikap mengarah pada minat siswa dalam sains dan

mendukung penyelidikan ilmiah serta mengembangkan pengetahuan sains dengan

menggunakan konsep dan metode sains dalam kehidupan sehari –hari.

Berdasarkan tabel 4.11 diketahui bahwa kemampuan literasi siswa dari

keempat sekolah berdasarkan aspek konten masih "sangat kurang" dengan rata-

rata nilai persentase 43% dari 218 siswa. Jumlah siswa pada kategori baik

sebanyak 8 orang dengan nilai persentase 3,67%. Nilai tertinggi yang di peroleh

siswa adalah 93. jumlah siswa pada kategori sangat kurang 102 orang dengan nilai

persentase 46,76. Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 13, berdasarkan

hasil yang diperoleh siswa terhadap aspek konten masih tergolong kurang.

Rendahnya kemampuan literasi sains siswa pada aspek konten, karena siswa

secara umum lebih suka menghafal materi yang dipelajari dari pada memahami

sehingga pengetahuan yang dimiliki siswa tidak tersimpan lama dalam memori

ingatan siswa, melainkan materi yang dipelajari lebih cepat dilupakan. Hal

tersebut juga pernah diungkapkan dalam penelitian Agraini (2014) bahwa proses

pembelajaran biologi ataupun sains yang cenderung menekankan aspek


61

pemahaman berdasarkan ingatan dan sangat jarang membangun kemampuan

analisis (menerjemahkan, menghubung-hubungkan, menjelaskan dan menerapkan

informasi berdasarkan data ilmiah).

Kemampuan literasi sains siswa secara umum berdasarkan aspek konteks

dari keempat sekolah masih "sangat kurang" dengan rata-rata nilai persentase 35%

dari 218 siswa. Jumlah siswa pada kategori sangat baik sebanyak 5 orang dengan

nilai persentase 2,29%. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 88. Jumlah

siswa dengan kategori sangat kurang sebanyak 139 orang dengan nilai persentase

63,76%. Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 13, rendahnya kemampuan

siswa berdasarkan aspek konteks, karena banyak siswa belum memiliki

kemampuan mengkomunikasikan hasil-hasil percobaan yang dilakukan secara

tertulis. Didukung juga dengan penelitian Noviana (2015) mengatakan bahwa,

kecenderungan guru untuk memberikan materi tanpa mengaitkan dengan

kehidupan nyata menyebabkan siswa kesulitan mengaitkan pengetahuannya yang

telah didapatkan dengan situasi kehidupan nyata.

Berdasarkan tabel 4.13 diketahui bahwa di sekolah A, jumlah siswa yang

mampu menjawab benar soal pada aspek konten sebanyak 22 orang dengan nilai

persentase 10,09 % dan pada aspek konteks sebanyak 22 orang siswa dengan nilai

persentase 10,09% dengan kategori sangat kurang. Di sekolah B jumlah siswa

yang mampu menjawab benar soal pada aspek konten sebayak 3 orang dengan

nilai persentase 1,38% dan pada aspek konteks siswa tidak dapat menjawab

dengan benar. Sekolah C, jumlah siswa yang mampu menjawab benar soal pada

aspek konten sebayak 16 orang dengan nilai persentase 7,34 % dan pada aspek
62

konteks sebanyak 10 orang siswa dengan nilai persentase 4,59% dengan kategori

sangat kurang. Di sekolah D siswa tidak dapat menjawab soal pada aspek konten

sedangkan jumlah siswa pada aspek konteks sebanyak 1 orang siswa dengan nilai

persentase 0,46%.

Literasi sains pada aspek sikap yang dibagi menjadi 3 aspek sikap, yaitu

minat dalam sains, dukungan penyelidikan sains, dan tanggung jawab terhadap

sumber daya dan lingkungan. Secara umum aspek sikap siswa terhadap sains

dengan kategori "baik" dengan persentase 73,67% dari 218 orang siswa.

Berdasarkan tabel 4.14 diketahui bahwa hasil literasi sains pada aspek sikap setiap

sekolah. Di sekolah A, hasil literasi sains pada aspek sikap memiliki rata-rata nilai

persentasi 72,56%, dengan kategori baik. Aspek literasi sains pada aspek minat

siswa dalam sains dengan nilai persentasi 67%, penyelidikan sains dengan

persentasi 70% dan tanggung jawab terhadap sumber daya alam dengan nilai

persentasi 82%.

Hasil literasi sains pada aspek sikap di Sekolah B, memiliki rata-rata nilai

persentase 75,10% dengan kategori baik. Aspek literasi sains pada aspek minat

siswa dalam sains dengan persentasi 71%, penyelidikan sains dengan persentasi

73% dan tanggung jawab terhadap sumber daya alam dan lingkungan dengan rata-

rata nilai persentasi 83%. Di sekolah C, hasil literasi sains pada aspek sikap

memiliki rata-rata nilai persentase 75,57%, dengan kategori baik. Aspek literasi

sains pada aspek minat siswa dalam sains dengan nilai persentasi 71%,

penyelidikan sains dengan persentasi 73% dan tanggung jawab terhadap dengan

nilai persentasi 84%. Di sekolah D, hasil literasi sains pada aspek sikap memiliki
63

rata-rata nilai persentase 69,96%, dengan kategori baik. Aspek literasi sains pada

aspek minat siswa dalam sains dengan nilai persentasi 72%, penyelidikan sains

dengan nilai persentasi 62% dan tanggung jawab terhadap sumber daya alam

dengan nilai persentasi 71%.

Aspek yang paling tinggi dari literasi sains pada aspek sikap diperoleh

pada aspek tanggung jawab terhadap sumber daya alam dengan rata-rata nilai

persentase 80%, kemudian diikuti dengan minat sain siswa dengan rata-rata nilai

persentase 70,25%, dan aspek penyelidikan sains dengan rata-rata nilai persentase

69,5. Berdasarkan data dari hasil tes literasi sains pada ranah afektif pada keempat

sekolah memiliki sikap yang baik terhadap sains. Aspek sikap salah satu faktor

yang mempengaruhi kemampuan literasi sains sains siswa. Berdasarkan penelitian

Ekohariandi (2009) mengatakan selain faktor belakang siswa, minat siswa,

intensitas belajar, dan sikap siswa terhadap sains juga turut mempengaruhi

rendahnya prestasi literasi sains siswa.

Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

kemampuan literasi sains siswa. Menurut Jupri W (2009) menyatakan Guru sains

harus berusaha membiasakan siswa menjadi anggota dari komunitas masyarakat

ilmiah dengan melatih mereka mendiskusikan isu-isu rill tentang sains dan

penerapan sains dalam prosese pembelajaran. Caranya ialah dengan melibatkan

mereka dalam diskusi dan perdebatan mengenai materi-materi pelajaran yang

relevan dan dapat mendorong bangkitnya motivasi untuk turut berperan dalam

mengatasi masalah lokal maupun lokal. Grant dan Lapp (2011) menyatakan
64

bahwa pendidik IPA di sekolah dan perguruan tinggi harus mampu

mempromosikan literasi sains dalam pembelajaran sains denga cara-cara berikut.

1. Mengidentifikasi topik-topik sains yang menarik

Guru sains yang efektif dapat memanfaatkan masalah-masalah dunia nyata

sebagai sumber belajar untuk mendukung topik-topik materi pelajaran di

sekolah. Dalam hal ini, guru harus mampu mengidentifikasi dan

menghubungkan materi-materi standar dari kurikulum dengan situasi dunia

nyata.

2. Melatih siswa membaca laporan hasil penelitian dalam bidang sains

Pendidik sains harus mau dan mampu membangun koneksi antara konsep-

konse sains, isu-isu sosial dan kosa kata yang harus dikuasai oleh siswa

dalam buku-buku teks yang dibacanya. Dalam hal ini, guru perlu membaca

menganalisis laporan-laporan hasil penelitian yang berkaitan tentang materi

pelajaran sains dalam kurikulum.

3. Melatih siswa untuk membaca seperti ilmuwan.

Siswa perlu dibantu, dibimbing dan fasilitas untuk mengembangkan

kemampuan membaca dan berpikir seperti ilmuan. Artinya, mampu

mengembangkan strategi membaca artikel sains dan membangun pemahaman

mendalam tentang kosa kata yang terkait.

Anda mungkin juga menyukai