Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KOMUNIKASI KESEHATAN

Mata Kuliah : Komunikasi Kesehatan

KOMKES-6
HOME GROUP 3

Dewi Puspitasari 1706038784


Dyah Ayu Puspitaningsih 1706045070
M Ahya Khairul Qarnain 1706034086

RUMPUN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS INDONESIA
2017
ABSTRAK
Penerimaan informasi yang disampaikan kepada penerima dalam bidang
kesehatan sering tak berjalan dengan efektif. Banyak kesalahpahaman yang
terjadi antara pengirim dan penerima pesan sehingga informasi tidak
tersampaikan dengan baik. Komunikasi kesehatan dapat disebut sebagai bagian
dari komunikasi antar dua individu yang berfokus bagaimana seseorang dalam
suatu kelompok menghadapi berbagai isu yang berhubungan dengan kesehatan
dan berupaya untuk memelihara kesehatannya (Notoadmodjo dalam Rahmadiana,
2012). Maka pengetahuan mengenai konsep dasar dan prinsip komunikasi
kesehatan, bentuk dan hambatan komunikasi, komunikasi interpersonal pada
konseling dan penyampaian berita buruk, serta komunikasi pada situasi khusus
sangat diperlukan agar informasi-informasi kesehatan dapat tersampaikan dengan
efektif dan dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan.

Kata kunci: komunikasi, kesehatan, hambatan, pasien.

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (2001) komunikasi

kesehatan adalah ilmu yang mempelajari cara berkomunikasi yang efektif untuk

memberi informasi kepada individu atau komunitas tentang program yang

meningkatkan kesehatan. Komunikasi kesehatan sebenarnya merupakan materi

yang sangat mempengaruhi kepuasan pasien terhadap suatu pelayanan kesehatan.

Hal ini disebabkan pelayan kesehatan memberi kenyamanan terhadap pasien

apabila pasien itu sendiri mendapat informasi tentang penyakitnya melalui

komunikasi yang nyaman. Oleh sebab itu, disamping meningkatkan kemampuan

kesehatan menurut profesi masing-masing kita juga dituntut untuk meningkatkan

kepuasan dan kenyamanan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang kita

berikan melalui komunikasi kesehatan seperti konseling dan penyampaian berita

buruk. Selain dengan pasien, antar sesama rekan kerja juga harus menjalin

komunikasi kesehatan yang sesuai prinsip-prinsip dasar komunikasi kesehatan.

Seperti dokter dan apoteker , dimana dokter bertugas untuk mendiagnosa

penyakit yang diderita pasien harus mengomunikasikan kepada apoteker agar

obat yang diberi sesuai dengan penyakit pasien dan tidak menjadi racun.

Komunikasi kesehatan yang baik harus diiringi dengan sikap yang benar

ketika menghadapi berbagai situasi seperti pasien ketika sedang marah, sedih

ataupun depresi berlebihan. Ada berbagai hambatan ketika menghadapi pasien

seperti itu. Ini salah satu yang akan dipelajari dalam komunikasi kesehatan agar
hambatan ini tidak menggangu proses komunikasi kesehatan yang berakibat pada

salah paham atau pasien merasa tidak dihargai dan diperhatikan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa definisi dari komunikasi kesehatan?
1.2.2 Apa prinsip dasar komunikasi kesehatan?
1.2.3 Bagaimana bentuk komunikasi kesehatan?

1.2.4 Apa hambatan dalam melakukan komunikasi kesehatan?

1.2.5 Bagaimana komunikasi interpersonal pada konseling dan dalam

penyampaian berita buruk?

1.2.6 Bagaimana melakukan komunikasi kesehatan pada situasi khusus?

1.3 Tujuan
Pembaca mampu memahami dan dapat melakukan komunikasi kesehatan dengan

pasien secara efektif.

1.4 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan makalah ini, penulis membagi makalah ini menjadi tiga

bab. Pada bagian pertama terdapat pendahuluan yang terdiri atas latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan. Bagian kedua

berisi pembahasan dari rumusan masalah. Bagian ketiga berisi penutup yang

terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 Konsep umum komunikasi kesehatan

Komunikasi kesehatan adalah komunikasi yang dilakukan didalam bidang

kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan oleh pasien atau tenaga

kesehatan dengan sesamanya yang bertujuan untuk mencapai kondisi sehat

dengan berbagi informasi mengenai kesehatan. Komunikasi kesehatan dapat

disebut sebagai bagian dari komunikasi antar dua individu yang berfokus

bagaimana seseorang dalam suatu kelompok menghadapi berbagai isu yang

berhubungan dengan kesehatan dan berupaya untuk memelihara kesehatannya

(Notoadmodjo dalam Rahmadiana, 2012). Kunci utama dari keberhasilan

komunikasi kesehatan ini adalah dengan adanya program-program jangka

panjang disertai dengan langkah-langkah yang dapat memudahkan individu

maupun komunitas untuk mengerti serta menerapkan cara agar mencapai kondisi

sehat.

2.2 unsur-unsur komunikasi

a. Sumber : dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan

b. Pesan : Merupakan keseluruhan dari apa yang disampaikan komunikator

c. Media : Media yang dimaksud di sini adalah alat yang digunakan untuk

memindahkan pesan dari sumber kepada penerima.

d. Penerima : Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim

oleh sumber.

e. Efek : merupakan hasil akhir dari suatu komunikasi


2.3 Hubungan antar manusia dalam proses berkomunikasi

Hubungan antar manusia dalam terciptanya komunikasi harus dibangun

dengan baik. Dalam kegiatan berkomunikasi, sebagaimana sudah disebutkan di

atas, antar orang yang melakukan komunikasi akan ada yang bertindak sebagai

sender dan receiver. Peran sender dan receiver tidak bersifat permanen di mana

suatu saat receiver dapat beralih peran sebagai sender dan sebaliknya. Proses

komunikasi mencakup empat buah tindakan, mulai dari membentuk pesan,

menyampaikan pesan, menerima pesan hingga mengolah pesan.

2.4 Prinsip dalam melakukan komunikasi kesehatan

Terdapat prinsip-prinsip dalam melakukan komunikasi kesehatan, yaitu:


a. Respect of patient autonomy

Otonomi adalah hak individu untuk memutuskan suatu hal untuk dirinya sendiri.

Sebagai tenaga kesehatan kita diperlukan untuk membantu pasien dalam

membuat keputusan terbaik bagi dirinya

b. Beneficence

Prinsip ini berkaitan dengan gagasan untuk mendapatkan keuntungan bagi pasien,

tenaga kesehatan diperlukan untuk melakukan yang terbaik untuk pasien

c. Non-maleficence

Prinsip ini menekankan bahwa seharusnya tenaga kesehatan tidak membahayakan

pasien. Hal ini berarti tenaga kesehatan harus mendedikasikan dirinya untuk

membantu orang sakit dan tidak menyakitinya pula


d. Justice

Justice menekankan bahwa tenaga kesehatan harus bersikap adil kepada pasien.

Tenaga kesehatan harus membantu menolong pasien dengan situasi yang sama

2.5 Bentuk dan Hambatan Komunikasi

Hambatan dalam berkomunikasi terutama komunikasi kesehatan

dipengaruhi oleh persepsi , bentuk komunikasi, dan variabel komunikasi. Istilah

Persepsi diutarakan oleh Robbins dan Judge (2009) yang menyatakan bahwa

persepsi adalah proses dimana individu mengatur dan mengintepretasikan kesan-

kesan sensori mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Persepsi

dalam komunikasi kesehatan pada dasarnya bisa berbeda dimana seseorang

mengatur dan menginterpretasikan sesuatu dengan arti yang didapat tidak sesuai

dengan kenyataan yang objektif. Secara kognitif persepsi meliputi beberapa

aspek yaitu berpikir,mengenali,memaknai, dan memberi arti suatu rangsangan

sehingga terbentuk sebuah pandangan yang berasal dari informasi yang

ditanggapi oleh panca indera maupun pengalaman sehari-hari. Sedangkan secara

afeksi aspek persepsi meliputi merasakan dan mengekspresikan emosi terhadap

rangsangan berdasarkan nilai-nilai dalam dirinya. Terdapat beberapa syarat

terjadinya persepsi seperti objek sebagai sasaran persepsi, perhatian agar fokus

ketika menerima resepsi , alat indera sebagai reseptor , saraf sensoris yang

meneruskan stimulus ke otak. Di otak inilah persepsi dibentuk berdasar objek

yang dilihat. Persepsi juga dipengaruhi oleh dua faktor besar. Pertama, fungsional
yang artinya berasal dari kebutuhan, kegembiraan, pelayanan, dan pengalaman.

Kedua, struktural yang artinya berasal dari stimulus dan efek netral sistem syaraf.

Bentuk komunikasi kesehatan pada dasarnya terbagi menjadi dua yaitu

verbal dan non-verbal. Dimana diantara keduanya terdapat perbedaan yang

signifikan dalam pengertian, prinsip, sifat , waktu penggunaan, awal

pembelajaran serta dampak emosional yang akan terjadi. Komunikasi kesehatan

verbal menggunakan simbol yang aturannya dibuat oleh manusia sesuai dengan

kebudayaan manusia pada setiap daerah dan waktu penggunaan komunikasi

verbal terikat pada waktu tertentu. Sedangkan komunikasi kesehatan non-verbal

merupakan kebalikan dari komunikasi kesehatan verbal. Diantara berbagai

perbedaan tersebut, terdapat perbedaan yang mencolok yaitu dampak emosional

yang terjadi. Dampak emosional dari komunikasi kesehatan non-verbal lebih

berdampak dari pada komunikasi verbal.

Komunikasi kesehatan verbal dan non-verbal dipengaruhi oleh enam faktor

dan lima variabel. Keenam faktor tersebut meliputi persepsi yang harus sama di

antara kedua-belah pihak, nilai yang harus sama agar tidak ada perbedaan

interpretasi pesan, latar belakang budaya seseorang yang jika tidak sama akan

menimbulkan hambatan dalam penyampaian pesan, tingkat pengetahuan yang

harus sama dengan cara mengubah bahasa yang digunakan menjadi lebih mudah

dimengerti agar tidak terjadi perbedaan pengertian, peran yang harus sesuai

dengan kemampuan yang dimiliki, dan lingkungan yang kondusif agar tidak

menggangu proses penyampaian pesan.


Sedangkan lima variabel yang mempengaruhi komunikasi kesehatan

meliputi empati yaitu kemampuan seseorang untuk dapat menempatkan dirinya

pada posisi atau peranan yang dialami orang lain, kontrol yang terbagi menjadi

kontrol personal yang mengatur keadaan diri seseorang dan kontrol relasional

yang mengatur hubungan dengan orang lain, kepercayaan yaitu situasi di mana

kita dapat menerima tanpa melakukan evaluasi atau penilaian, keterbukaan

merupakan proses di mana individu mengkomunikasikan informasi pribadi,

pikiran, perasaan terhadap orang lain, konfirmasi yang ditunjukan dari

menunjukkan empati, berbagi kontrol, menunjukkan kepercayaan, menyatakan

pikiran dan perasaan terhadap orang lain.

Berdasarkan uraian di atas hambatan dalam komunikasi kesehatan meliputi

hambatan dari pengirim pesan, penerima pesan, bahasa sandi, media, dan

penyandian atau simbol. Sedangkan jika dilihat secara perspektif umum

hambatan komunikasi kesehatan meliputi hambatan fisik ,teknis, psikologis,

sosiologis, antropologis, dan bahasa. Jika dilihat secara kondisional pasien

hambatan komunikasi kesehatan meliputi tingkat pengetahuan kesehatan bahasa,

budaya, dan etnik umur keterbatasan kognitif stres terkait penyakit

ketidaksetaraan antara pasien dengan tenaga kesehatan ketidakpahaman antara

istilah medis dan ilmiah.

2.6 Komunikasi Interpersonal dalam Konseling

Komunikasi memiliki bentuk-bentuk yaitu komunikasi intrapersonal,

komunikasi interpersonal, komunikasi dalam grup, mass communication, dan


intercultural communication. Komunikasi Interpersonal yaitu komunikasi antar

manusia secara bertatap muka sehingga pembicara maupun pendengar dapat

secara langsung menangkap umpan balik dari setiap komunikasi mereka baik

verbal maupun non-verbal.

Menurut NHS Konseling adalah tipe pembicaraan yang memperbolehkan

seseorang untuk membicarakan masalah dan perasaan mereka di lingkungan yang

dapat menjaga kerahasian dan teguh. Sebagai seorang konselor maka tenaga

kesehatan membutuhkan beberapa keahlian seperti kemampuan komunikasi dua

arah, membentuk aliansi, mendengarkan secara aktif, menanyakan pertanyaan

terbuka, menyediakan informasi, dan memfasilitasi pasien (WHO, 2013). Berikut

tahap-tahap proses konseling menurut WHO:

a. Menilai situasi kondisi pasien

Ajak pasien untuk berdiskusi interaktif. Beri pertanyaan terbuka untuk

mengetahui situasi kondisi pasien dan kebutuhan pasien. Konselor perlu

mengklarifikasi situasi, dan apakah situasi tersebut merupakan masalah bagi

pasien.

b. Mendefiniskan masalah, kebutuhan, dan kesenjangan informasi

Tanyakan ke pasien tentang masalah apa yang dihadapinya. Apa yang

menjadi penyebab masalah tersebut? Apa yang pasien telah tahu tentang

masalahnya? apa informasi yang perlu diberikan?

c. Memberikan alternatif solusi


Review apa saja yang pasien telah lakukan untuk menyelesaikan

masalahnya dan apa Alternatif solusi yang dapat diberikan ke pasien.

Identifikasikan infomasi, sumber daya, dan dukungan yang diperlukan pasien.

d. Prioritaskan solusi

Setelah mengulas kelebihan dan kekurangan solusi yang ditawarkan,

Konselor akan berkerja samalah dengan pasien untuk memilih yang terbaik bagi

kondisi pasien. Bantu pasien untuk mengatasi kekurangan solusi yang akan

mereka hadapi.

e. Membuat rencana

Buatlah rencana dengan pasien, termasuk bagaimana pasien akan

mendiskusikannta kepada pihak keluargana.

f. Me-review dan mengevaluasi

Ulas kembali rencana prosedur yang akan dilakukan. Beri waktu kepada

pasien untuk memikirkan pilihan pilihan yang tersedia. Jika solusi yang

ditawarkan tidak berkerja maka carilah solusi lainnya.

2.7 Komunikasi Interpersonal dalam Penyampaian Berita Buruk


Salah satu penerapan komunikasi interpersonal adalah penyampaian berita

buruk. Berita buruk dapat diartikan sebagai informasi yang bersifat negatif dan

dapat memberi efek serius kepada individu dalam memandang masa depannya.

Penyampaian berita buruk merupakan tugas yang membuat stress dan tertekan

meskipun begitu setiap pasien berhak mendapatkan informasi yang benar tentang

kondisinya. Menurut penelitian oleh Maguire, Rutter (1976), dan Simpson,

Buckman et.al (1991) menunjukan bahwa keterampilan berkomunikasi dapat

ditingkatkan, namun demikian masih banyak ditemukan kekurangan dalam


penyampaian berita buruk. Bagaimana berita buruk disampaikan akan

mempengaruhi komprehensi informasi pasien, rasa kepuasan tentang perawatan

kesehatan, perasaan harapan pasien, dan penyesuaian psikologis lebih lanjut.

Baile, W.F. (2000) memperkenalkan protokol SPIKES untuk penyampaian berita

buruk. Protokol SPIKES terdiri dari:

a. Setting up the interview


Latihan mental diperlukan untuk mempersiapkan stress dalam penyampaian

berita buruk. Salah satu caranya adalah dengan mengulas rencana penyampaian

berita kepada pasien dan bagaimana sesorang akan merespon emosi dan

pertanyaan susah pasien. Akan lebih baik jika penyampaian berita buruk

dilakukan di tempat yang privat dengan mengajak salah satu orang terdekat

pasien. Disarankan untuk dilakukan saat duduk dan bentuk koneksi dengan

pasien pastikan anda telah mengelola kendala waktu dan interupsi saat

penyampaian berita buruk.


b. Assessing the patient's Perception
Sebelum beridikusi tentang diagnosis medis, seorang perkerja kesehatan

harus mananyakan pertanyaan terbuka untuk mendapatkan gambaran pasien

tentang kondisi kesehatannya. Contohnya "apa yang sudah diberitahukan kepada

anda tentang situasi medis anda sejauh ini?"

c. Obtaining the patients Invitation


Mayoritas pasien ingin mengetahui informasi penuh tentang diagnosis,

prognosis, dan detail penyakit mereka, namun ada beberapa pasien yang tidak.

Mendiskusikan tentang keterbukaan informasi saat test akan memberi signal

kepada dokter tentang hal apa yang selanjutnya akan dibahasa pada pertemuan

berikutnya. contohnya " Bagaimana anda ingin saya membahas hasil test? apa
anda lebih ingin dijelaskan dengan detail? atau lebih singkat sehingga kita dapat

membahas rencana treatment lebih lanjut?"

d. Giving Knowledge and information to the patient


Memberi pertanda bahwa akan ada berita buruk mungkin akan mengurangi

dampak syok yang akan datang dan memfasilitasi proses pengelolaan informasi.

Contohnya "mohon maaf, saya harus menyampaikan....". Dalam memberikan

informasi pastikan anda menggunakan kosa kata yang dimengerti pasien, jangan

menggunakan istilah istilah medis yang membingungkan. Hindari menyampaikan

informasi dengan keterusterangan yang berlebihan, berikan informasi dengan

perlahan dan bertahap pastikan bahwa pasien mengerti maksud anda.

e. Addressing the patient's Emotions with empathic responses


Pertama, observasi emosi pasien. Kedua, identifikasi apa yang pasien

rasakan. Ketiga, identifikasi alasan dibalik emosi pasien. Keempat, setelah

memberikan pasien waktu untuk mengekspresikan emosinya, biarkan pasien tau

bahwa anda memliki koneksi emosi dengan pasien.

2.8 Komunikasi Pada Kasus Tertentu


a. Pasien Marah
Istilah “marah”, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia didefiisikan

sebagai “sangat tidak senang (karena dihina, diperlakukan tidak sepantasnya, dan

sebagainya); berang; gusar”. Dari definisi tersebut, istilah pasien yang marah

(selanjutnya disebut pasien marah) kemudian dapat didefinisikan sebagai pasien

yang mengalami rasa berang, kegusaran, ketidaksenangan karena merasa

mendapat hinaan, perlakuan yang menurut perspektifnya tidak layak, dan

sebagainya dari tenaga kesehatan yang melayaninya. Penting bagi tenaga

kesehatan untuk selalu siap dalam menghadapi situasi ini. Tenaga kesehatan juga

tetap harus menjaga ketenangan dirinya, tidak melakukan pembelaan diri, tidak
memancing agresivitas pasien, mengajak pasien menjelaskan penyebab amarah,

serta menyampaikan permohonan maaf.


Terdapat kasus “Seorang suami mengantar istrinya yang akan melahirkan

ke pelayanan bidan praktek swasta. Sang istri sudah mengeluh kesakitan namun

bidan belum datang. Saudara sebagai perawat yang membantu sedang bertugas

di tempat praktek saat itu. Bagaimana saudara menenangkan suami pasien

tersebut?” Jawaban saya sesuai dengan penjelasan diatas. Kita sebagai tenaga

kesehatan khususnya perawat haruslah menganalisis sudah seberapa besar tingkat

kemaharan si bapak akan kecemasannya terhadap kondisi istri dan anaknya. Jika

memang si Bapak sudah marah besar, maka hal yang harus dialkukan perawat

selanjutnya adalah mendengarkan apa keluhan bapak itu sampai sebegitu

marahnya, biarkan Bapak itu menjelaskan kemarahannya. Ini membantu kita

untuk mengetahui apa penyebab sebenarnya. Selanjutnya jika sudah tau penyebab

kemarahan si bapak kita dapat menjelaskan kondisi Istri dan anaknya tanpa

menggunakan pembelaan diri dan haruslah tetap tenang juga tidak lupa mengucap

permohonan maaf. Sebisa mungkin gunakan nada rendah agar membuat Bapak

itu rileks dan jangan sampai terpancing emosi dengan nada bicara si Bapak yang

cenderung tinggi dan cepat.

b. Pasien Geriatrik
Pasien geriatri adalah pasien lanjut usia yang memiliki beberapa masalah

kesehatan, karena menurunnya berbagai fungsi tubuh. Dalam pokok bahasan ini

juga terdapat kasus: “Seorang petugas BPJS mensosialisasikan informasi

asuransi kesehatan BPJS kepada seorang lansia (berumur 65 tahun). Kakek

tersebut hidup sendiri dan belum mengikuti BPJS. Penghasilannya berasal dari

tunjangan pensiunnya. Bagaimana petugas mengajak kakek tersebut supaya ikut


BPJS.” Jawaban saya sebagai petugas adalah beberapa pendekatan dengan cara

penyampaian dan bahasa yang baik agar pasien dapat mengerti. Dapat juga

melakukan pendekatan dengan menggunakan Bahasa yang cukup persuasive.

c. Pasien Depresi
Depresi adalah suatu gangguan kejiwaan pada suasana hati yang ditandai

dengan kemurungan, kelesuan, ketidakadaan gairah hidup, perasaan tidak

berguna, dan putus asa (Hawari, 2001). Hal-hal yang perlu dihindari dalam

berkomunikasi dengan pasien depresi yaitu jangan meremehkan masalah pasien

tersebut, pahami penyebab depresinya, dan jauhi pertanyaan yang menyinggung

topik-topik yang berkaitan dengan penyebab depresi pasien. Dalam

berkomunikasi dengan pasien ini, jadilah pendengar yang baik, berikan gestur

dan ekpresi yang menenangkan, utarakan keprihatinan kita terhadap pasien, dan

perlihatkan keinginan kita untuk membantu pasien.


BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah penulis kemukakan, maka ditarik kesimpulan

bahwa komunikasi kesehatan adalah komunikasi yang dilakukan didalam bidang

kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan oleh pasien atau tenaga

kesehatan dengan sesamanya yang bertujuan untuk mencapai kondisi sehat

dengan berbagi informasi mengenai kesehatan. Di dalam penyampain komunikasi

kesehatan ada beberapa hambatan. Hambatan dalam berkomunikasi terutama

komunikasi kesehatan dipengaruhi oleh persepsi , bentuk komunikasi, dan

variabel komunikasi. Persepsi dalam komunikasi kesehatan pada dasarnya bisa

berbeda dimana seseorang mengatur dan menginterpretasikan sesuatu dengan arti

yang didapat tidak sesuai dengan kenyataan yang objektif. Bentuk komunikasi

kesehatan pada dasarnya terbagi menjadi dua yaitu verbal dan non-verbal.

Dimana diantara keduanya terdapat perbedaan yang signifikan dalam pengertian,


prinsip, sifat , waktu penggunaan, awal pembelajaran serta dampak emosional

yang akan terjadi. Komunikasi kesehatan verbal menggunakan simbol yang

aturannya dibuat oleh manusia sesuai dengan kebudayaan manusia pada setiap

daerah dan waktu penggunaan komunikasi verbal terikat pada waktu tertentu.

Sedangkan komunikasi kesehatan non-verbal merupakan kebalikan dari

komunikasi kesehatan verbal. Diantara berbagai perbedaan tersebut, terdapat

perbedaan yang mencolok yaitu dampak emosional yang terjadi. Dampak

emosional dari komunikasi kesehatan non-verbal lebih berdampak dari pada

komunikasi verbal. Dalam kehidupan tidak mungkin akan berkomunikasi dengan

diri sendiri, tetapi juga perlu berkomunikasi dengan orang lain, maka akan

tercipta komunikasi interpersonal dimana di dalam pelayanan kesehatan banyak

terdapat masalah-masalah kasus dalam berkomunikasi interpersonal di sehari-

harinya. Maka dari itu seorang tenaga kesehatan harus mampu menyampaikan

berita buruk, menyikapi pasien marah, pasien depresi, dan pasien geriatric.

3.2 Saran

Saran yang dapat kami sampaikan adalah komunikasi dalam kesehatan

hendaknya selalu mengalami perubahan seiring perubahan lingkungan dan

disesuaikan dengan keadaan masyarakat dan pelaku atau komunikator

hendaknya lebih variatif dan inovatif dalam penyampaian pesan informasi

kesehatan. Sehingga ketepatan topik kesehatan yang ingin dismapaikan menjadi

lebih tersampaikan.

3.3 Ucapan Terima Kasih


Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan

kesehatan serta kelancaran kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu selama proses pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat

memberikan kebermanfaatan bagi para pembacanya.

DAFTAR PUSTAKA

Elearning Gunadarma. Unsur-unsur komunikasi.

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/komunikasi_bisnis/bab4-

unsur_unsur_komunikasi.pdf ( diakses Pada 6 September 2017, Pukul 20.30

WIB )

Anonymous. Kuliah Perdana Komunikasi Kesehatan [PowerPoint slide

2,4,11,13,14] Depok: Universitas Indonesia; Lecture given 2017 Aug 31.

Berry, Dianne. 2007. Health Communication: Theory and Practice. New

York: Open University Press.

Schiavo, Renata. 2007. Health Communication : From Theory to Practice:

Hoboken, New Jersey. Jossey-Bass.

Rahmadiana, Metta. Komunikasi Kesehatan : Sebuah Tinjauan. Jurnal

Psikogensesis. Vol 1, No.1/Dec 2012.

Anda mungkin juga menyukai