Anda di halaman 1dari 20

AGAMA DAN MASYARAKAT

Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah

.......................

Dosen : .........................

Oleh :

.................................

Prodi : ..............

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM MA’ARIF NU ( IAMNU ) METRO
LAMPUNG
2018 M. 1439 H

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha


Pemurah dan Lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah
Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah melimpahkan Hidayah, Inayah dan Rahmat-
Nya sehingga kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul
“Agama dan Masyarakat” ini tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah sudah kami lakukan semaksimal mungkin dengan


dukungan dari banyak pihak, sehingga bisa memudahkan dalam penyusunannya.
Untuk itu kami pun tidak lupa mengucapkan terima kasih dari berbagai pihak
yang sudah membantu kami dalam rangka menyelesaikan makalah ini.

Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa dalam
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa
serta aspek-aspek lainnya. Maka dari itu, dengan lapang dada kami membuka
seluas-luasnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberikan kritik ataupun
sarannya demi penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat berharap semoga dari makalah yang sederhana


ini bisa bermanfaat dan juga besar keinginan kami bisa menginspirasi para
pembaca untuk mengangkat berbagai permasalah lainnya yang masih
berhubungan pada makalah-makalah berikutnya.

Metro , Oktober 2018

Pemyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................. i

Kata Pengantar ................................................................................................. ii

Daftar Isi .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3

2.1 Fungsi Agama Dalam Masyarakat ................................................. 3

2.2 Pelembagaan Agama ..................................................................... 5

2.3 Agama, Masyarakat dan Konflik .................................................. 9

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 16

3.1 Kesimpulan ................................................................................... 16

3.2 Saran .............................................................................................. 16

Daftar Pustaka

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kaitan agama dengan masyarakat banyak dibuktikan oleh pengetahuan agama


yang meliputi penulisan sejarah dan figur nabi dalam mengubah kehidupan sosial,
argumentasi rasional tentang arti dan hakikat kehidupan, tentang Tuhan dan
kesadaran akan maut menimbulkan religi, dan sila Ketuhanan Yang Maha Esa
sampai pada pengalaman agamanya para tasawuf. Bukti diatas sampai pada
pendapat bahwa agama merupakan tempat mencari makna hidup yang final.
Kemudian pada urutannya agama yang diyakininya merupakan sumber motivasi
tindakan individu dalam hubungan sosial dan kembali kepada konsep hubungan
agama dengan masyarakat, dimana pengalaman keagamaan akan terefleksikan
pada tingkatan sosial, dan individu dengan masyarakat seharusnya tidak bersifat
antagonis.

Membicarakan peranan agama dalam kehidupan sosial menyangkut dua hal


yang sudah tentu hubungannya erat, memiliki aspekaspek yang terpelihara. Yaitu
pengaruh dari citacita agama dan etika agama dalam kehidupan individu dari kelas
sosial dan grup sosial, perseorangan dan kolektivitas, dan mencakup kebiasaan
dan cara semua unsur asing agama diwarnainya. Yang lainnya juga menyangkut
organisasi dan fungsi lembaga agama sehingga agama dan masyarakat itu
berwujud kolektivitas ekspresi nilainilai kemanusiaan, yang mempunyai
seperangkat arti mencakup perilaku sebagai pegangan individu dengan
kepercayaan dan taat kepada agamanya. Agama sebagai suatu sistem mencakup
individu dan masyarakat, seperti adanya emosi keagamaan, keyakinan terhadap
sifat faham, ritual, serta umat atau kesatuan sosial yang terkait agamanya. Agama
dan masyarakat dapat pula diwujudkan dalam sistem simbol yang memantapkan
peranan dan motivasi manusianya, kemudian terstrukturnya mengenai hukum dan
ketentuan yang berlaku umum, seperti banyaknya pendapat agama tentang
kehidupan dunia seperti masalah keluarga, bernegara, konsumsi, produksi, hari
libur, prinsip waris, dan sebagainya.

iv
Kebutuhan dan pandangan kelompok terhadap prinsip keagamaam
berbedabeda. Karena itu kebhinekaan kelompok dalam masyarakat akan
mencerminkan perbedaan jenis kebutuhan keagamaan.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam proses penyusunan makalah


ini adalah “Hubungan Manusia dengan Agama”.

Untuk memberikan kejelasan makna serta menghindari meluasnya


pembahasan, maka dalam makalah ini masalahnya dibatasi pada :

1. Pengertian agama dan masyarakat serta fungsi agama dalam masyarakat

2. Dimensi Komitmen Agama dalam Masyarakat

3. Kaitan Agama dengan Masyarakat

4. Pelembagaan Agama

5. Faktor yang menyebabkan adanya konflik agama

6. Contoh konflik agama

7. Cara mengantisipasi konflik agama.

v
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Fungsi Agama dalam Masarakat

2.1.1. Pengertian Agama dan Masyarakat

Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip
kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama
lainnya dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang berkaitan dengan
kepercayaan tersebut. Sedangkan Agama di Indonesia memegang peranan penting
dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa
Indonesia, Pancasila : “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Masyarakat sebagai terjemahan istilah society adalah sekelompok orang yang


membentuk sebuah sistem semi tertutup atau semi terbuka, dimana sebagian besar
interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut.
Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih
abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan hubungan antar
entitasentitas.

Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung


satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu
sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Menurut Syaikh Taqyuddin AnNabhani, sekelompok manusia dapat dikatakan
sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta
sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia
kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahatan.

2.1.2. Fungsi Agama

Fungsi agama dalam masyarakat ada tiga aspek penting yang selalu dipelajari,
yaitu kebudayaan, sistem sosial, dan kepribadian.

vi
Teori fungsional dalam melihat kebudayaan pengertiannya adalah, bahwa
kebudayaan itu berwujud suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-
norma, peraturan, dan sistem sosial yang terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia-
manusia yang berinteraksi, berhubungan, serta bergaul satu dengan yang lain,
setiap saat mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adat tata kelakuan, bersifat
kongkret terjadi di sekeliling.

Fungsi agama dalam pengukuhan nilai-nilai, bersumber pada kerangka acuan


yang bersifat sakral, maka normanya pun dikukuhkan dengan sanksi-
sanksi sakral. Dalam setiap masyarakat sanksi sakral mempunyai kekuatan
memaksa istimewa, karena ganjaran dan hukumannya bersifat duniawi dan
supramanusiawi dan ukhrowi.

 Fungsi agama di bidang sosial adalah fungsi penentu, di mana agama


menciptakan suatu ikatan bersama, baik di antara anggota-anggota beberapa
mayarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu
mempersatukan mereka.
 Fungsi agama sebagai sosialisasi individu ialah individu, pada saat dia tumbuh
menjadi dewasa, memerlukan suatu sistem nilai sebagai semacam tuntunan
umum untuk (mengarahkan) aktivitasnya dalam masyarakat, dan
berfungsi sebagai tujuan akhir pengembangan kepribadiannya. Orang tua
di mana pun tidak mengabaikan upaya “moralisasi” anak-anaknya, seperti
pendidikan agama mengajarkan bahwa hidup adalah untuk
memperoleh keselamatan sebagai tujuan utamanya. Oleh sebab itu, untuk
mencapai tujuan tersebut harus beribadat dengan kontinyu dan teratur,
membaca kitab suci dan berdoa setiap hari, menghormati dan mencintai orang
tua, bekerja keras, hidup secara sederhana, menahan diri dari tingkah laku
yang tidak jujur, tidak berbuat yang senonoh dan mengacau, tidak minum-
minuman keras, tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang, dan tidak berjudi.
Maka perkembangan sosialnya terarah secara pasti serta konsisten dengan
suara hatinya.

vii
2.1.3. Dimensi Agama

Masalah fungsionalisme agama dapat dinalisis lebih mudah pada komitmen


agama, menurut Roland Robertson (1984), diklasifikasikan berupa keyakinan,
praktek, pengalaman, pengetahuan, dan konsekuensi.

a. Dimensi keyakinan mengandung perkiraan atau harapan bahwa orang yang


religius akan menganut pandangan teologis tertentu, bahwa ia akan
mengikuti kebenaran ajaran-ajaran agama.
b. Praktek agama mencakup perbuatan-perbuatan memuja dan berbakti, yaitu
perbuatan untuk melaksanakan komitmen agama secara nyata. Ini
menyangkut, pertama, ritual, yaitu berkaitan dengan seperangkat upacara
keagamaan, perbuatan religius formal, dan perbuatan mulia. Kedua, berbakti
tidak bersifat formal dan tidak bersifat publik serta relatif spontan.
c. Dimensi pengalaman memperhitungkan fakta, bahwa semua agama
mempunyai perkiraan tertentu, yaitu orang yang benar-benar religius pada
suatu waktu akan mencapai pengetahuan yang langsung dan subjektif tentang
realitas tertinggi, mampu berhubungan, meskipun singkat, dengan suatu
perantara yang supernatural.
d. Dimensi pengetahuan dikaitkan dengan perkiraan, bahwa orang-orang yang
bersikap religius akan memiliki informasi tentang ajaran-ajaran pokok
keyakinan dan upacara keagamaan, kitab suci, dan tradisi-tradisi
keagamaan mereka.
e. Dimensi konsekuensi dari komitmen religius berbeda dengan tingkah laku
perseorangan dan pembentukan citra pribadinya.

2.2. Pelembagaan Agama

2.2.1. Hubungan Agama dengan Masyarakat

Telah kita ketahui Indonesia memiliki banyak sekali budaya dan adat istiadat
yang juga berhubungan dengan masyarakat dan agama. Dari berbagai budaya
yang ada di Indonesia dapat dikaitkan hubungannya dengan agama dan
masyarakat dalam melestraikan budaya.Sebagai contoh budaya Ngaben yang

viii
merupakan upacara kematian bagi umat hindu Bali yang sampai sekarang masih
terjaga kelestariannya.Hal ini membuktikan bahwa agama mempunyai hubungan
yang erat dengan budaya sebagai patokan utama dari masyarakat untuk selalu
menjalankan perintah agama dan melestarikan kebudayaannya.Selain itu
masyarakat juga turut mempunyai andil yang besar dalam melestarikan budaya,
karena masyarakatlah yang menjalankan semua perintah agama dan ikut menjaga
budaya agar tetap terpelihara.

Selain itu ada juga hubungan lainnya,yaitu menjaga tatanan


kehidupan.Maksudnya hubungan agama dalam kehidupan jika dipadukan dengan
budaya dan masyarakat akan membentuk kehidupan yang harmonis,karena
ketiganya mempunyai keterkaitan yang erat satu sama lain. Sebagai contoh jika
kita rajin beribadah dengan baik dan taat dengan peraturan yang ada,hati dan
pikiran kita pasti akan tenang dan dengan itu kita dapat membuat keadaan menjadi
lebih baik seperti memelihara dan menjaga budaya kita agar tidak diakui oleh
negara lain.

Namun sekarang ini agamanya hanyalah sebagi symbol seseorang saja. Dalam
artian seseorang hanya memeluk agama, namun tidak menjalankan segala perintah
agama tersebut. Dan di Indonesia mulai banyak kepercayaan-kepercayaan baru
yang datang dan mulai mengajak/mendoktrin masyarakat Indonesia agar memeluk
agama tersebut. Dari banyaknya kepercayaan-kepercayaan baru yang ada di
Indonesia, diharapkan pemerintah mampu menanggulangi masalah tersebut agar
masyarakat tidak tersesaat di jalannya. Dan di harapkan masyarakat Indonesia
dapat hidup harmonis, tentram, dan damai antar pemeluk agama yang satu dengan
lainnya.

Tipe-Tipe Kaitan Agama dalam Masyarakat :

Kaitan agama dengan masyarakat dapat mencerminkan tiga tipe, meskipun


tidak menggambarkan sebenarnya secra utuh (Elizabeth K. Nottingham, 1954) :

1. Masyarakat yang terbelakang dan nilai-nilai sakral.

Masyarakat tipe ini kecil, terisolasi, dan terbelakang. Anggota masyrakat


menganut agama yang sama. Oleh karenanya keanggotaan mereka dalam

ix
masyarakat dan dalam kelompok keagamaan adalah sama. Agama menyusup ke
dalam kelompok aktivitas yang lain. Sifat-sifatnya :

Agama memasukkan pengaruhnya yang sacral ke dalam system nilai masyarakat


secra mutlak.

Dalam keadaan lain selain keluarga relatif belum berkembang, agama jelas
menjadi fokus utama bagi pengintegrasian dan persatuan dari masyarakat secara
keseluruhan.

2. Masyarakat praindustri yang sedang berkembang.

Keadaan masyarakatnya tidak terisolasi, ada perkembangan teknologi yang


lebih tinggi darpada tipe pertama. Agama memberikan arti dan ikatan kepada
system nilai dalam tiap mayarakat ini, tetapi pada saat yang sama lingkungan
yang sacral dan yang sekular itu sedikit-banyaknya masih dapat dibedakan.

3. Masyarakat- masyarakat industri sekular

Masyarakat industri bercirikan dinamika dan teknologi semakin berpengaruh


terhadap semua aspek kehidupan, sebagian besar penyesuaian- penyesuaian
terhadap alam fisik, tetapi yang penting adalah penyesuaian- penyesuaian dalam
hubungan kemanusiaan sendiri. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
mempunyai konsekuensi penting bagi agama, Salah satu akibatnya adalah anggota
masyarakat semakin terbiasa menggunakan metode empiris berdasarkan penalaran
dan efisiensi dalam menanggapi masalah kemanusiaan, sehingga lingkungan yang
bersifat sekular semakin meluas. Watak masyarakat sekular menurut Roland
Robertson (1984), tidak terlalu memberikan tanggapan langsung terhadap agama.
Misalnya pemikiran agama, praktek agama, dan kebiasaan- kebiasaan agama
peranannya sedikit.

2.2.2. Pelembagaan Agama

Pelembagaan agama adalah suatu tempat atau lembaga untuk membimbing,


membina dan mengayomi suatu kaum yang menganut agama. Pelembagaan
Agama di Indonesia yang mengurusi agamanya

1. Islam : MUI

x
MUI atau Majelis Ulama Indonesia adalah Lembaga Swadaya Masyarakat
yang mewadahi ulama, zu’ama, dan cendikiawan Islam di Indonesia untuk
membimbing, membina dan mengayomi kaum muslimin di seluruh Indonesia.
Majelis Ulama Indonesia berdiri pada tanggal, 7 Rajab 1395 Hijriah, bertepatan
dengan tanggal 26 juli 1975 di Jakarta, Indonesia.

2. Kristen

a. Kristen : Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI)

PGI (dulu disebut Dewan Gereja-gereja di Indonesia – DGI) didirikan pada 25


Mei 1950 di Jakarta sebagai perwujudan dari kerinduan umat Kristen di Indonesia
untuk mempersatukan kembali Gereja sebagai Tubuh Kristus yang terpecah-
pecah. Karena itu, PGI menyatakan bahwa tujuan pembentukannya adalah
“mewujudkan Gereja Kristen Yang Esa di Indonesia.”

b. Katolik : Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI)

Konferensi Waligereja Indonesia (KWI atau Kawali) adalah organisasi Gereja


Katolik yang beranggotakan para Uskup di Indonesia dan bertujuan menggalang
persatuan dan kerja sama dalam tugas pastoral memimpin umat Katolik Indonesia.
Masing-masing Uskup adalah otonom dan KWI tidak berada di atas maupun
membawahi para Uskup dan KWI tidak mempunyai cabang di daerah. Keuskupan
bukanlah KWI daerah. Yang menjadi anggota KWI adalah para Uskup di
Indonesia yang masih aktif, tidak termasuk yang sudah pensiun. KWI bekerja
melalui komisi-komisi yang diketuai oleh Uskup-Uskup. Pada 2006 anggota KWI
berjumlah 36 orang, sesuai dengan jumlah keuskupan di Indonesia (35
keuskupan) ditambah seorang uskup dari Ambon (Ambon memiliki 2 uskup).

3. Hindu : Persada

Parisada Hindu Dharma Indonesia ( Parisada ) ialah: Majelis tertinggi umat


Hindu Indonesia.

4. Budha : MBI

Majelis Buddhayana Indonesia adalah majelis umat Buddha di Indonesia.


Majelis ini didirikan oleh Bhante Ashin Jinarakkhita pada hari Asadha 2499 BE
tanggal 4 Juli 1955 di Semarang, tepatnya di Wihara Buddha Gaya, Watugong,

xi
Ungaran, Jawa Tengah, dengan nama Persaudaraan Upasaka-Upasika Indonesia
(PUUI) dan diketuai oleh Maha Upasaka Madhyantika S. Mangunkawatja.

5. Konghucu : Matakin

Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (disingkat MATAKIN) adalah


sebuah organisasi yang mengatur perkembangan agama Khonghucu di Indonesia.
Organisasi ini didirikan pada tahun 1955.

Keberadaan umat beragama Khonghucu beserta lembaga-lembaga


keagamaannya di Nusantara atau Indonesia ini sudah ada sejak berabad-abad yang
lalu, bersamaan dengan kedatangan perantau atau pedagang-pedagang Tionghoa
ke tanah air kita ini. Mengingat sejak zaman Sam Kok yang berlangsung sekitar
abad ke-3 Masehi, Agama Khonghucu telah menjadi salah satu di antara Tiga
Agama Besar di China waktu itu; lebih-lebih sejak zaman dinasti Han, atau
tepatnya tahun 136 sebelum Masehi telah dijadikan Agama Negara.

2.3. Agama, Masyarakat dan Konflik

Dalam perjalannya sejarah, sejak kepercayaan animisme dan dinamisme


sampai monotheisme menjadi agama yang paling banyak dianut di muka bumi ini
agama hampir selalu menciptakan perpecahan. Sebagai contoh, dalam agama
India, khususnya Hindu-Budha, agama yang dibawa Sidharta Gautama ini
merupakan rekasi dari ekses negative yang di bawa oleh agama Hindu. Walaupun
agama Budha disebarkan dengan damai namun dapat dengan jelas terlihat bahwa
masalah pembagian kasta dalam bingkai caturvarna menjadi masalah utama. Pada
awalnya memang pembagian kasta ini merupakan spesialisasi pekerjaan, ada yang
menjadi pemimpin agama, penguasa dan prajurit, dan rakyat biasa. Namun, dalam
perjalannya terjadi penghisapan terutama dari pemimpin agama, prajurit, dan
penguasa terhadap rakyat jelata. Implementasi yang salah dari caturvarna inilah
yang diprotes dengan halus oleh Budha yang pada awalnya tidak menyebut diri
mereka sebagai agama, tetapi berfungsi menebarkan cinta kasih terhadap sesama
mahluk hidup, bukan saja manusia, tetapi juga hewan, dan tumbuhan. Sebagai
reaksi dari meluasnya pengaruh Budha, Otoritas Hindu kemudian mengadakan

xii
pembersihan terhadap pengaruh Budha ini. Namun demikian, karena ajaran
Budha lebih bersifat egaliter, usaha otoritas hindu ini menemui jalan buntu,
bahkan agama Bundha sendiri dapat berkembang jauh lebih pesat dari pada agama
Hindu, dan mendapat banyak pemeluk di Negara Tiongkok di kemudian hari.

Selain itu unsur konflik yang terbesar terjadi pula pada pengikut agama
terbesar di dunia yaitu Abraham Religions, atau agama yang diturungkan oleh
Abraham, yaitu Yahudi, Nasrani, dan Islam. Tulisan ini hanya membatasi pada
penggambaran konflik di antara ketiga agama tersebut, bukan pada konflik intern
dalam masing-masing agama tersebut. Inti dari agama-agama Abraham ini adalah
akan datang nabi terakhir yang akan menyelamatkan dunia ini. Hal yang menjadi
masalah utama adalah tidak ada kesepakatan diantara ketiga agama tersebut
tentang siapa nabi yang akan datang tersebut. Pihak Yahudi menyatakan belum
datang nabi terakhir itu, sedangkan pihak Nasrani mengatakan Nabi Isa (Yesus
Kristus) adalah nabi terakhir, lalu Islam mengklaim Nabi Muhhamad sebagai nabi
terakhir. Keadaan ini kemudian semakin diperparah ketika tidak ada pengakuan
dari masing-masing agam yang masih bersaudara tersebut. Ketika berbagai unsure
non-theologis, khususnya politik, ekonomi, dan budaya, menyusup ke dalam
masalah ini, konflik memang tidak dapat dielakkan.

2.3.1. Faktor Konflik Agama

Terjadinya konflik tersebut tentunya disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Karena tidak adanya keampuhan Pancasila dan UUD 45 yang selama ini
menjadi pedoman bangsa dan negara kita mulai digoyang dengan adanya
amandemen UUD 45 dan upaya merubah ideologi negara kita ke ideologi
agama tertentu.

2. Kurangnya rasa menghormati baik antar pemeluk agama satu dengan yang
lainnya ataupun sesame pemeluk agama.

3. Adanya kesalahpahaman yang timbul karena adanya kurang komunikasi antar


pemeluk agama.

xiii
2.3.2. Contoh Konflik dalam Agama

a. Konflik Poso

Dalam laporan Pemda Poso tertanggal 7 Agustus 2001 dinyatakan antara lain
bahwa kerusuhan Poso diawali sebuah kasus kriminalitas biasa (perkelahian)
antara beberapa oknum pemuda. Namun dalam waktu singkat berkembang
sedemikian rupa menjadi isu SARA, sehingga mengundang konflik massa yang
tidak terkendali dan mengakibatkan timbulnya kerusuhan. Berkembangnya
masalah kriminalitas tersebut menjadi isu SARA tidak berjalan dengan sendirinya,
tetapi telah dimananfaatkan dan direkayasa sedemikian rupa menjadi sebuah isu
SARA oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dengan latar belakang
kepentingan tertentu. Karena itu persoalan yang memicu timbulnya kerusuhan
bukanlah masalah SARA, tetapi masalah kriminalitas yang dikemas dalam
simbol-simbol SARA.

Dari laporan jurnalistis, konflik Poso disebut sebagai tragedi tiga babak.
Kerusuhan pertama berlangsung tanggal 25-30 Desember 1998, yang kedua 15-21
April 2000,sedangkan kerusuhan ketiga tanggal 23 Mei-10 Juni 2001. Rentetan
peristiwa kerusuhan Poso menurut paparan Sinansari Ecip dan Darwin Daru,
konflik Poso dimulai dari kerusuhan pertama pada tanggal 25 Desember 1998
(kebetulan Natal dan bulan puasa) karena pertikaian dua pemuda yaang berbeda
agama. Pertikaian itu terus berlanjut hingga mengundang kelompok massa untuk
melakukan aksi yang anarkis.Konflik individual ini kemudian melibatkan
kelompok pemuda agama (masing-masing perwakilan dari korban dan pelaku
yang berbeda agama) yang berlanjut ke pembakaran toko dan rumah-rumah warga
yang sebelumnya tidak terlibat.

b. Bentrok di kampus Sekolah Tinggi Theologi Injil Arastamar

Adanya bentrok di kampus Sekolah Tinggi Theologi Injil Arastamar (SETIA)


dengan masyarakat setempat hanya karena kesalahpahaman akibat kecurigaan
masyarakat setempat terhadap salah seorang mahasiswa SETIA yang dituduh
mencuri, dan ketika telah diusut Polisi tidak ditemukan bukti apapun. Ditambah
lagi adanya preman provokator yang melempari masjid dan masuk ke asrama
putri kampus tersebut. Dan bisa ditebak, akhirnya meluas ke arah agama, ujung-

xiv
ujungnya pemaksaan penutupan kampus tersebut oleh masyarakat sekitar secara
anarkis.

c. Konflik Palestina dengan Israel

Konflik antara Palestina dan Israel telah berlangsung lama sejak tahun 1947.
Pada masa itu tepatnya pada bulan Mei, dilakukan pembagian wilayah antara
Israel dan Palestina yang dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Hasil dari pembagian wilayah adalah 54% dari wilayah diserahkan untuk Israel
sedangkan sisanya untuk Palestina yakni 46%. Apabila ditinjau dari segi jumlah
penduduk yang ada antara Israel dan Palestina, prosentase masyarakat Israel yakni
bangsa Yahudi hanya berkisar 31,5 % dari populasi yang ada. Hal inilah yang
menimbulkan reaksi balik dari rakyat Palestina yang memperjuangkan
kemerdekaan di tanah mereka sendiri. Sementara bangsa Yahudi menganggap
pembagian yang telah dilakukan itu tidaklah cukup. Mereka menginginkan
wilayah yang lebih luas. Sejak itulah terror yang meluas terhadap rakyat Palestina.
berlangsung. Pada tanggal 9 April 1948 dilancarkan pembantaian massal,
serangan yang dilakukan milisi Irqun dan sebanyak 259 penduduk tewas.
Selanjutnya pada tanggal 14 Mei 1948 bangsa Yahudi mendeklarasikan
kemerdekaannya sebagai negara Israel. Tanah yang menjadi sengketa antara
kedua bangsa merupakan koloni dari Inggris setelah perang dunia I. bangsa
Yahudi menginginkan negrinya berdiri sendiri diatas tanah tersebut sementara di
tanah tersebut juga didiami bangsa Palestina. Populasi bangsa Yahudi saat itu
hanya 56.000 sedangkan Palestina mencapai satu juta.

Sengketa ini terus berjalan seiring dengan tekanan yang dilakukan oleh
penguasa Israel. Tentara Israel melakukan penyerangan salah satunya adalah
Ramallah, di kawasan Tepi Barat , Palestina. Israel mengawali blokade di
Ramallah dengan mengirim anggota Batalion Egoz. Tentara Israel memburu
warga Palestina khususnya yang dianggap sebagai teroris Kondisi seperti itu
membuat warga dan petinggi pemerintah Palestina meradang. Apalagi respon
dunia khususnya Amerika Serikat sangat lambat. Bahkan hampir dapat dikatakan
tidak ada tindakan berarti untuk menyetop pendudukan di jantung Palestina. Di
kota itu, sejak tahun 1996, seiring ditariknya pasukan Israel otoritas Palestina di

xv
bawah Arafat mengatur dan mengendalikan roda pemerintahan layaknya sebuah
negara. Kota ini dipilih sebelum ibu kota definitive Palestina yaitu Yerussalem
terwujud.Selain mengepung dan menyerang kota Ramallah pasukan Israel juga
melakukan serangan kilat ke Tepi Barat. Hanya dalam waktu kurang dari tiga hari,
Kota Jenin, Tulkarem, Betlehem Qalqilya dan Nablus di Tepi Barat secara de
facto berada dalam kontrol Israel.

Rakyat Palestina yang merasa terusir dari daerah yang mereka diami selama
ratusan tahun tidak tinggal diam saja. Mereka terus melancarkan perang terhadap
Israel sehingga muncullah perang yang terjadi antara tahun 1948, 1967 dan tahun
1971. Perjuangan rakyat Palestina untuk merebut kembali wilayahnya bergabung
dalam suatu organisasi yaitu PLO. September tahun 1982 terjadi pembantaian
besar-besaran atas pengungsi Palestina di kamp pengungsian Sabra dan Shatila
yang menewaskan 2700 pengungsi hanya dalam waktu 1 jam. Palestina sendiri
akhirnya membentuk milisi yang dikenal dengan Intifada.Perlawanan dari rakyat
Palestina bergulir sejak tahun 1987. Israel sendiri berusaha untuk meredam
dengan upaya memberikan konsensi pada perjanjian Oslo di tahun 1993 mengenai
kesepakatan antara Israel dan Palestina yang akan memberikan kesempatan
kemerrdekan bagi bangsa Palestina telah dilanggar pada tahun 1998. Harapan
rakyat Palestina atas kemerdekaannya dengan berdirinya Palestina di Tepi Barat
dan Jalur Gaza dengan ibukota Yerusalem Timur ternyata mengalami kegagalan
karena perjanjian tersebut dianggar oleh Israel.Sebaliknya dengan perjanjian
tersebut semakin memperjelas kuatnya kontrol Israel atas daerah Tepi Barat dan
Jalur Gaza. Kebijakan apartheid yang membedakan waran dan bersifat sangat
diskriminatif diterapkan. Israel sendiri telah menguasai perekonomian di daerah
Tepi Barat baik tanah maupun sumberdaya alamnya, dengan ditopang dengan
kekuatan militer yang berfungsi untuk terus mengawasi rakyat Palestina.
Perlawanan Intifada bergolak pada akhir September 2001 setelah terjadiya
bentrokan antara Palestina dan Israel dipicu oleh kedatangan Ariel Sharon yang
dianggap bertanggungjawab atas pembantaian di kamp pengungsian Sabra dan
Shatila. Pada bentrokan ini 7 orang Palestina tewas dalam Mesjid Al Aqsa.Sampai
saat ini konflik berkepanjangan antara Palestina dan Israel terus berlanjut
sementara berulang kali telah dilakukan perjanjian-perjanjian perdamaian antara

xvi
kedua belah pihak tetapi terus menerus mengalami kegagalan diakibatkan oleh
pelanggaran-pelanggaran yang terjadi.

2.3.3. Penanganan Konflik agama

Adapun cara mengatasi konflik dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:

1. Mempelajari penyebab utama konflik.

2. Bersikap toleransi, memberi kesempatan dan kebebasan antar umat beragama


untuk melakukan ibadah sesuai dengan kepercayaan masing-masing agama.

3. Bersikap saling menghargai, tidak saling melecehkan antara satu agama


dengan agama yang lain.

4. Pengawasan lebih aparat keamanan. Pengawasan lebih bagi aparat keamanan


baik pada hari raya maupun tidak untukmenjaga kenyamanan masyarakat
dalam beribadah.

5. Menguatkan ideologis nasionalis sebagai bangsa yang sama dan negara yang
sama.

6. Harus adanya kesepakatan dari kedua belah pihak untuk saling menghargai
dan saling percaya.

7. Menjalin komunikasi antar umat beragama.

2.3.4. Upaya Antisipasi Konflik Agama

Upaya yang perlu ditempuh unuk menantisipasi konflik agama antara lain :

1. Dalam menangani konflik antaragama, jalan terbaik yang bisa dilakukan


adalah saling mentautkan hati di antara umat beragama, mempererat
persahabatan dengan saling mengenal lebih jauh, serta menumbuhkan
kembali kesadaran bahwa setiap agama membawa misi kedamaian.

2. Tidak memperkenankan pengelompokan domisili dari kelompok yang sama


didaerah atau wilayah yang sama secara eksklusif. Jadi tempat
tinggal/domisili atau perkampungan sebaiknya mixed, atau campuran dan

xvii
tidak mengelompok berdasarkan suku (etnis), agama, atau status sosial
ekonomi tertentu.

3. Masyarakat pendatang dan masyarakat atau penduduk asli juga harus berbaur
atau membaur atau dibaurkan.

4. Segala macam bentuk ketidakadilan struktural agama harus dihilangkan atau


dibuat seminim mungkin.

5. Kesenjangan sosial dalam hal agama harus dibuat seminim mungkin, dan
sedapat – dapatnya dihapuskan sama sekali.

6. Perlu dikembangkan adanya identitas bersama (common identity) misalnya


kebangsaan (nasionalisme-Indonesia) agar masyarakat menyadari pentingnya
persatuan dalam berbangsa dan bernegara.

xviii
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kaitan agama dengan masyarakat banyak dibuktikan oleh pengetahuan agama


yang meliputi penulisan sejarah dan figur nabi dalam mengubah kehidupan sosial,
argumentasi rasional tentang arti dan hakikat kehidupan, tentang Tuhan dan
kesadaran akan maut menimbulkan relegi, dan sila Ketuhanan Yang Maha Esa
sampai pada pengalaman agamanya para tasauf.

Bukti di atas sampai pada pendapat bahwa agama merupakan tempat mencari
makna hidup yang final dan ultimate. Kemudian, pada urutannya agama yang
diyakininya merupakan sumber motivasi tindakan individu dalam hubungan
sosialnya, dan kembali kepada konsep hubungan agama dengan masyarakat, di
mana pengalaman keagamaan akan terefleksikan pada tindakan sosial, dan
individu dengan masyarakat seharusnyalah tidak bersifat antagonis.

3.2 Saran

Dengan dibuatnya makalah ini kami mengharapkan kepada pembaca agar


bisa memahami dan dapat menerangkan hubungan antara agama dan masyarakat.

xix
DAFTAR PUSTAKA

Harwantiyoko dan Neltje F. Katuuk. 1997. MKDU Ilmu Sosial Dasar.Jakarta:


Pernerbit Gunadarma

Hinggo, Huda. 2015. Makalah Agama dan Masyarakat.


http://hudhanewblog.blogspot.co.id. Diakses tanggal 19 Desember 2015

Adityawan. 2012. Ilmu Sosial Dasar (Agama dan Masyarakat).


https://adytiawan.wordpress.com. Diakses tanggal 19 Desember 2015

Sholihat Nuraini. 2014. Makalah Ilmu Sosial Dasar “Agama dan Masyarakat”.
http://laporannurainisolihat.blogspot.co.id/. Diakses tanggal 19 Desember 2015

Paramitha Bunga. 2014. Konflik Antar Agama di


Indonesia.http://bungaparamithaalleny.blogspot.co.id/. Diakses tanggal 19
Desember 2015

Heri Teguh. 2014. Makalah : Konflik Internasional Sengketa Palestina Dan


Israel.http://springsensor.blogspot.co.id/. Diakses tanggal 19 Desember 2015

xx

Anda mungkin juga menyukai