Anda di halaman 1dari 27

ASAL – USUL KEHIDUPAN SUNAN GUNUNG JATI

DI CIREBON

Karya Tulis
Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Persyaratan
Mengikuti Evaluasi Belajar Tahap Akhir
UAMBN / UN
Tahun Pelajaran 2016/2017

Disusun Oleh :
Nama : LELI SADIYAH
NIS/NISN :
Kelas : XI ( Dua Belas )
Program : Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS )

LEMBAGA PENDIDIKAN MA’ARIF NU


MADRASAH ALIYAH MA’ARIF 10 SENDANGAGUNG
KECAMATAN SENDANGAGUNG KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
STATUS : TERAKRIDITASI
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Karya Tulis : ASAL – USUL KEHIDUPAN SUNAN


GUNUNG JATI DI CIREBON

Nama : LELI SADIYAH


NIS/NISN :
Kelas : XII ( DUA BELAS )
Jurusan : Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS )

Telah Diterima dan disahkan


Pada Tanggal : …………………………………
Tempat : MA Ma’arif 10 Sendangagung

Penguji Pembimbing

…………………….. SITI MASRUROH,S.Pd.I

Mengetahui Kepala MA Ma’arif 10


Kepala MAN Poncowati Sendangagung

Drs. Hi. A.R AMINULLAH,MM Hi. MAHDI,S.Ag


MOTTO

َّ ‫َّللاِ أَتْقَا ُك ْم ِإ َّن‬


ٌ ‫َّللاَ َع ِلي ٌم َخ ِب‬
(‫ير‬ َّ َ‫( ِإ َّن أ َ ْك َر َم ُك ْم ِع ْند‬13 : ‫الحجرات‬
Artinya :
"Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi
Maha Mengenal"
(QS. An Nisaa’ [4]: 59) ‫سو َل َوأُو ِلي األ ْم ِر ِم ْن ُك ْم‬ َّ ‫َّللاَ َوأ َ ِطيعُوا‬
ُ ‫الر‬ َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا أ َ ِطيعُوا‬

Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Muhammad), dan ulil amri di antara kalangan kalian”.

ِ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ُكونُوا قَ َّو ِامينَ ِب ْال ِقس‬
‫ْط‬

“Jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan”


RIWAYAT HIDUP

Leli Sadiyah, di lahirkan di Sendangasri Kec. Sendangagung Kab. Lampung


Tengah pada tanggal 27 April 1997, anak dari pasangan suami istri Bapak Sapuan
dan Ibu Sukitah. Adapun jenjang pendidikan yang telah ditempuh adalah :

1. Pertama kali mengenyam pendidikan di MI Sendangasih dan tamat tahun


2012
2. Lalu melanjutkan di SMP GUPPI Sendangasih tamat tahun 2015.
3. Setelah itu melanjutkan kembali ke Madrasah Aliyah Ma’arif 10
Sendangagung hingga saat ini.
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim.

Dengan mengucapkan puji syukur kehadlirat Allah SWT karena atas


rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya
tulis ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan karya tulis ini masih sangat


sederhana dan banyak kekurangannya. Oleh karena itu sarana dan kritikan sangat
penulis harapkan.

Karya tulis ini saya susun dan saya ajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan mengikuti UMBN/UN pada Madrasah Aliyah Ma’arif 10
Sendangagung Tahun Pelajaran 2015/2016.

Penulis banayak mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Drs. Aminnuloh, MM. selaku Kepala MAN 1 Poncowati


2. Bapak Hi. Mahdi, S.Ag selaku Kepala MA Ma’arif 10 Sendangagung
3. Ibu Siti Masruroh,S.Pd.I selaku pembimbing dalam penulisan karya tulis ini.
4. Seluruh Dewan Guru MA Ma’arif 10 Sendangagung.
5. Seluruh siswa – siswi MA Ma’arif 10 Sendangagung.

Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Semoga Allah
SWT selalu memberikan hidayat-Nya kepada kita semua. Aamin Ya Rabba Al
‘Alamiin.

Sendangagung, .....................................

Penulis

LELI SADIYAH
DAFTAR ISI

HALAMAN SURAT PEMBIMBING...............................................................i


HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ii
HALAMAN MOTTO.......................................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................iv
HALAMAN KATA PENGANTAR...................................................................v
HALAMAN DAFTAR ISI ................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...............................................................1
1.2 TUJUAN PENULISAN............................................................1
1.3 METODE PENULISAN...........................................................1
1.4 SISTEMATIKA PENYAJIAN..................................................2

BAB II KISAH WALI SONGO.........................................................................3


2.1 PENGERTIAN WALI SONGO.....................................................3
2.2 TOKOH – TOKOH WALI SONGO..............................................4

BAB III ASAL USUL KEHIDUPAN SUNAN GUNUNG JATI.......................6


3.1. GUNUNG JATI SEBAGAI PANGGURON ISLAM..................6
3.2 ORANG TUA...............................................................................7
3.3 SILSILAH....................................................................................8
3.4 SILSILAH DARI RAJA PAJAJARAN....................................... 8
3.5 PERJALANAN HIDUP................................................................9
3.6. PERTAMANAN GUNUNG SEMBUNG...................................11
3.7. SUNAN GUNUNG JATI BUKAN FATAHILLAH....................12
3.8. RAJA GALUH............................................................................13
3.9. WAFAT SUNAN GUNUNG JATI...............................................14

BAB IV PENUTUP............................................................................................15
4.1 KESIMPULAN..........................................................................15
4.2 SARAN......................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
DAFTAR RIWAYAT HIDUP...............................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Penulis memilih judul “ASAL USUL KEHIDUPAN SUNAN
GUNUNG JATI CIREBON” karena beliau adalah salah satu sembilan
orang penyebar islam di pulau jawa yang di kenal dengan sebutan
walisongo, pada karya ttulis ini akan menjelaskan bagaimana asal-usul
beliau dan proses perkembangan agama islam di Jawa. Kehidupan beliau
di samping pemimpin spiritual, sufi, mubaligh dan da’i pada zamannya
juga pemimpin rakyat, beliau menjadi Raja (Sultan) di Cirebon. Bahkan
sebagai sultan pertama kesultanan Cirebon yang semula bernama
kesultanan pakung wait.

1.2 TUJUAN PENULISAN


Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis berharap dapat mencapai
tujuan yang semoga dapat bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.
Adapun tujuannya adalah sebagai berikut :
1. Sebagai tanggung jawab memenuhi tugas Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia
2. Untuk mengetahui sejarah singkat mengenai Sultan Gunung Jati.
3. Untuk lebih lengkap proses perkembangan Islam di Pulau Jawa.
4. Agar terbiasa bekerja secara sistematis

1.3 METODE PENULISAN


Karya tulis ini merupakan pengumpulan data-data yang terkait
dengan Sunan Gunung Jati. Adapun metode yang di gunakan dalam
penyusunan karya tulis ini adalah sebagai berikut :
a. Metode Observasi
Yaitu penulis mengadakan kegiatan secara langsung dalam lokasi
yang di teliti.
b. Kepustakaan
Merupakan tehnik pengumpulan data, pengolahan data dengan
membaca buku-buku.1

1.4 SISTEMATIKA PENYAJIAN2


Untuk lebih jelasnya dan mendapatkan gambaran mengenai isi
karya tulis ini, maka penulis menggunakan sistematika penulisan dengan
maksud agar para pembaca isi karya tulis ini secara garis besar. Adapun
sistematika penulisan antara lain :
BAB I PENDAHULUAN
BAB II KISAH WALI SONGO
BAB III ASAL USUL KEHIDUPAN SUNAN GUNUNG JATI
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BAB II
KISAH WALI SONGO

1.1 PENGERTIAN WALI SONGO


Walisongo berarti sembilan orang wali. Mereka adalah Maulana Malik
Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan
Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati. Mereka tidak
hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai
keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-
murid Maulana Malik Ibrahim yang tertua. Sunan Ampel anak Maulana Malik
Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti
juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah anak
Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan
Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan
Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana
Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal. Mereka tinggal di pantai utara
Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting.
Yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di
Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual
yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan
berbagai bentuk peradaban baru: mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga,
kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.
Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikan paling
penting di masa itu. Dari Giri, peradaban Islam berkembang ke seluruh
wilayah timur Nusantara. Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati bukan hanya
ulama, namun juga Pemimpin pemerintahan. Sunan Giri, Bonang, Kalijaga,
dan Kudus adalah kreator karya seni yang pengaruhnya masih terasa hingga
sekarang. Sedangkan Sunan Muria adalah pendamping sejati kaum jelata. Era
Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya
Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol
penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain
yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam
mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan
masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat “sembilan
wali” ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.Masing-masing tokoh
tersebut mempunyai peran yang unik 4dalam penyebaran Islam. Mulai dari
Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai “tabib” bagi Kerajaan
Hindu Majapahit; Sunan Giri yang disebut para kolonialis sebagai “paus dari
Timur” hingga Sunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan
menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyarakat Jawa -yakni nuansa
Hindu dan Budha.

1.2 TOKOH – TOKOH WALI SONGO


1. Maulana Malik Ibrahim
Maulana Malik Ibrahim, atau Makdum Ibrahim As-Samarkandy
diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14.
Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti
pengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarkandy, berubah menjadi
Asmarakandi.Maulana Malik Ibrahim kadang juga disebut sebagai Syekh
Magribi. Sebagian rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara
dengan Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah
dari Sunan Giri (Raden Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang
ulama Persia, bernama Maulana Jumadil Kubro, yang menetap di
Samarkand. Maulana Jumadil Kubro diyakni sebagai keturunan ke-10 dari
Syayidina Husein, cucu Nabi Muhammad saw.
2. Sunan Ampel
Ia putera tertua Maulana Malik Ibrahim. Menurut Babad Tanah
Jawi dan Silsilah Sunan Kudus, di masa kecilnya ia dikenal dengan nama
Raden Rahmat. Ia lahir di Campa pada 1401 Masehi. Nama Ampel sendiri,
diidentikkan dengan nama tempat dimana ia lama bermukim. Di daerah
Ampel atau Ampel Denta, wilayah yang kini menjadi bagian dari Surabaya
(kota Wonokromo sekarang)
3. Sunan Giri
Ia memiliki nama kecil Raden Paku, alias Muhammad Ainul
Yakin.Sunan Giri lahir di Blambangan (kini Banyuwangi) pada 1442 M.
Ada juga yang menyebutnya Jaka Samudra. Sebuah nama yang dikaitkan
dengan masa kecilnya yang pernah dibuang oleh keluarga ibunya–seorang
putri raja Blambangan bernama Dewi Sekardadu ke laut. Raden Paku
kemudian dipungut anak oleh Nyai Semboja (Babad Tanah Jawi versi
Meinsma).Ayahnya adalah Maulana Ishak. saudara sekandung Maulana
Malik Ibrahim. Maulana Ishak berhasil meng-Islamkan isterinya, tapi
gagal mengislamkan sang mertua. Oleh karena itulah ia meninggalkan
keluarga isterinya berkelana hingga ke Samudra Pasai.
4. Sunan Bonang
Ia anak Sunan Ampel, yang berarti juga cucu Maulana Malik
Ibrahim. Nama kecilnya adalah Raden Makdum Ibrahim. Lahir
diperkirakan 1465 M dari seorang perempuan bernama Nyi Ageng Manila,
puteri seorang adipati di Tuban
5. Sunan Kalijaga
Dialah “wali” yang namanya paling banyak disebut masyarakat
Jawa. Ia lahir sekitar tahun 1450 Masehi. Ayahnya adalah Arya Wilatikta,
Adipati Tuban -keturunan dari tokoh pemberontak Majapahit,
Ronggolawe.Masa itu, Arya Wilatikta diperkirakan telah menganut Islam
6. Sunan Gunung Jati
Banyak kisah tak masuk akal yang dikaitkan dengan Sunan
Gunung Jati. Diantaranya adalah bahwa ia pernah mengalami perjalanan
spiritual seperti Isra’ Mi’raj, lalu bertemu Rasulullah SAW, bertemu Nabi
Khidir, dan menerima wasiat Nabi Sulaeman. (Babad Cirebon Naskah
Klayan hal.xxii).
7. Sunan Drajat
Nama kecilnya Raden Qosim. Ia anak Sunan Ampel. Dengan
demikian ia bersaudara dengan Sunan Bonang. Diperkirakan Sunan Drajat
yang bergelar Raden Syaifuddin ini lahir pada tahun 1470 M. Sunan Drajat
mendapat tugas pertama kali dari ayahnya untuk berdakwah ke pesisir
Gresik, melalui laut.
8. Sunan Kudus
Nama kecilnya Jaffar Shadiq. Ia putra pasangan Sunan Ngudung
dan Syarifah (adik Sunan Bonang), anak Nyi Ageng Maloka. Disebutkan
bahwa Sunan Ngudung adalah salah seorang putra Sultan di Mesir yang
berkelana hingga di Jawa.
9. Sunan Muria
Ia putra Dewi Saroh –adik kandung Sunan Giri sekaligus anak
Syekh Maulana Ishak, dengan Sunan Kalijaga. Nama kecilnya adalah
Raden Prawoto. Nama Muria diambil dari tempat tinggal terakhirnya di
lereng Gunung Muria, 18 kilometer ke utara kota Kudus
BAB III
ASAL USUL KEHIDUPAN SUNAN GUNUNG JATI

1.1 GUNUNG JATI SEBAGAI PANGGURON ISLAM


Pada abad ke XV agama islam sudah berkembang di pulau Jawa, terutama
di Jawa Timur, Maulana Malik Ibrahim membuka pesantren bagi siapa saja
yang berminat mempelajari agama Islam, sebagian besar dari daerah-daerah
sekitarnya dan hanya sedikit dari mereka asal jawa barat pada masa itu di
bawah kekuasaan kerajaan pajajaran, sedangkan Gunung jati merupakan
wilayah negri / daerah singapura (celancang). Bawahan pajajaran. Karena
letaknya di tepi pelabuhan Muara Jati, maka banyaklah pedagang-pedagang
asing yang datang kesitu, baik pedagag cina, arab, pedagang Gujarat/pantai
barat India. Selain sebagai pedagang mereka juga sebagai Mubaligh yang
sengaja membawa ajaran Islam keseluruh penjuru dunia, khususnya Asia
Tenggara. Sekitar pada tahun 1420 M datanglah seerombongan pedagang dari
Bagdad yang di pimpin oleh Syekh Idzofi Mahdi memohon agar di
perkenankan menetap di perkampungan sekitar Muara jati dengan alasan
untuk memperlancar dagangnya, oleh ki surawijaya rombongan syekh Idzofi
itu di izinkan tinggal dikampung pasambangan dimana terdapat Gunung jati.
Sejak itulah neliau memulai kegiatan berdakwah mengajak penduduk serta
teman-teman dekatnya. Itulah awal mula Gunung jati sebagi pangguron Islam.
Dengan caranya yang bijaksana dan penuh hikmah dalam menyampaikan dan
mengajak orang masuk islam, maka, dalam waktu yang singkat pangguron
Islam Gunung Jatii sudah di dengar sampai ke pusat kerajaan pajajaran.
Demikian karena Syekh Idlofi kedatangan tamu yaitu RADEN WALANG
SUNGSANG dan adiknya RATU RARASANTANG serta istrinya NYI
ENDANG GEULIS yang bermaksud ingin mempelajari agama islam. Kedua
saudara tersebut adalah putra-putri raja pajajaran R. PANIANARASA yang
bergelar PRABU SILIWANGI dari perkawinannya dengan NYI MAS
SUBANG LARANG putri KI JUMAJAN JATI yang pada waktu itu sedang
belajar di pangguran islam SYEKH QURO’ Krawang, jadi keduanya sebagai
cucu shahbandan pelabuhan muara jati, karena prabu Siliwangi kembali ke
agama Budha setelah Nyi Subang larang meninggal dunia, sedangkan kedua
putra-putrinya sudah di didik dan di beri petunjuk oleh mendiang ibunya.
Satu kebiasaan yang di lakukan syekh Idlofi di luar waktu dakwah dan di
perhatikan oleh santri-santrinya ialah tafakkur menyendiri di suatu tempat
seperti gua di puncak gunung jati. Karena itulah para santri memanggilnya
dengan nama “SYEKH DZATUL KAHFI” artinya sesepuh yang mendiami
gua, sedang masyarakat kampung pasambangan menyebutnya SYEKH NUR
JATI artinya sesepuh yang menyiarkan gunung jati. Sedang santri yang
meninggalkan pangguron mengatakan “SETTANA” artinya pegang teguhkan
semua ajaran yang di dapat dari pangguron Gunung Jati. Namun pada
akhirnya penduduk Jawa Barat yang sebagian besar berbahasa sunda, sebutan
SETANA di ganti ASTANA artinya kuburan karena di gunakan untuk
pemakaman, terutama Syekh Dzatul Kahfi sendiri.7

1.2 ORANG TUA


a. Ayah
Sunan Gunung Jati bernama Syarif Hidayatullah, lahir sekitar
tahun 1450. Ayahnya adalah Syarif Abdullah bin Nur Alam bin
Jamaluddin Akbar, seorang Mubaligh dan Musafir besar
dari Gujarat, India yang sangat dikenal sebagai Syekh Maulana Akbar bagi
kaum Sufi di tanah air. Syekh Maulana Akbar adalah putra Ahmad Jalal
Syah putra Abdullah Khan putra Abdul Malik putra Alwi putra Syekh
Muhammad Shahib Mirbath, ulama besar di Hadramaut, Yaman yang
silsilahnya sampai kepada Rasulullah melalui cucunya Imam Husain.
b. Ibu
Ibu Sunan Gunung Jati adalah Nyai Rara Santang (Syarifah
Muda'im) yaitu putri dari Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dari Nyai
Subang Larang, dan merupakan adik dari Kian Santang dan Pangeran
Walangsungsang yang bergelar Cakrabuwana / Cakrabumi atau Mbah
Kuwu Cirebon Girang yang berguru kepada Syekh Datuk Kahfi, seorang
Muballigh asal Baghdad bernama asli Idhafi Mahdi bin Ahmad. Ia
dimakamkan bersebelahan dengan putranya yaitu Sunan Gunung Jati di
Komplek Astana Gunung Sembung ( Cirebon )
c. Pertemuan orang tuanya
Pertemuan Rara Santang dengan Syarif Abdullah cucu Syekh
Maulana Akbar masih diperselisihkan. Sebagian riwayat (lebih tepatnya
mitos) menyebutkan bertemu pertama kali di Mesir, tapi analisis yang
lebih kuat atas dasar perkembangan Islam di pesisir ketika itu, pertemuan
mereka di tempat-tempat pengajian seperti yang di Majelis Syekh Quro,
Karawang (tempat belajar Nyai Subang Larang ibu dari Rara Santang)
atau di Majelis Syekh Datuk Kahfi, Cirebon (tempat belajar Kian Santang
dan Pangeran Walangsungsang, kakanda dari Rara Santang). Syarif
Abdullah cucu Syekh Maulana Akbar, sangat mungkin terlibat aktif
membantu pengajian di majelis-majelis itu mengingat ayah dan kakeknua
datang ke Nusantara sengaja untuk menyokong perkembangan agama
Islam yang telah dirintis oleh para pendahulu. Pernikahan Rara Santang
putri dari Prabu Siliwangi dan Nyai Subang Larang dengan Abdullah cucu
Syekh Maulana Akbar melahirkan seorang putra yang diberi nama Raden
Syarif Hidayatullah.

1.3 SILSILAH
 Sunan Gunung Jati @ Syarif Hidayatullah Al-Khan bin
 Sayyid 'Umadtuddin Abdullah Al-Khan bin
 Sayyid 'Ali Nuruddin Al-Khan @ 'Ali Nurul 'Alam bin
 Sayyid Syaikh Jumadil Qubro @ Jamaluddin Akbar al-Husaini bin
 Sayyid Ahmad Shah Jalal @ Ahmad Jalaludin Al-Khan bin
 Sayyid Abdullah Al-'Azhomatu Khan bin
 Sayyid Amir 'Abdul Malik Al-Muhajir (Nasrabad,India) bin
 Sayyid Alawi Ammil Faqih (Hadhramaut) bin
 Muhammad Sohib Mirbath (Hadhramaut)bin
 Sayyid Ali Kholi' Qosim bin
 Sayyid Alawi Ats-Tsani bin
 Sayyid Muhammad Sohibus Saumi'ah bin
 Sayyid Alawi Awwal bin
 Sayyid Al-Imam 'Ubaidillah bin
 Ahmad al-Muhajir bin
 Sayyid 'Isa Naqib Ar-Rumi bin
 Sayyid Muhammad An-Naqib bin
 Sayyid Al-Imam Ali Uradhi bin
 Sayyidina Ja'far As-Sodiq bin
 Sayyidina Muhammad Al Baqir bin
 Sayyidina 'Ali Zainal 'Abidin bin
 Al-Imam Sayyidina Hussain
 Al-Husain putera Ali bin Abu Tholib dan Fatimah Az-Zahra
binti Muhammad

1.4 SILSILAH DARI RAJA PAJAJARAN


 Sunan Gunung Jati @ Syarif Hidayatullah
 Rara Santang (Syarifah Muda'im)
 Prabu Jaya Dewata @ Raden Pamanah Rasa @ Prabu Siliwangi II
 Prabu Dewa Niskala (Raja Galuh/Kawali)
 Niskala Wastu Kancana @ Prabu Siliwangi I
 Prabu Linggabuana @ Prabu Wangi (Raja yang tewas di Bubat)

1.5 PERJALANAN HIDUP


a. Proses belajar
Raden Syarif Hidayatullah mewarisi kecendrungan spiritual dari
kakek buyutnya Syekh Maulana Akbar sehingga ketika telah selesai
belajar agama di pesantren Syekh Datuk Kahfi ia meneruskan ke Timur
Tengah. Tempat mana saja yang dikunjungi masih diperselisihkan, kecuali
(mungkin) Mekah dan Madinah karena ke 2 tempat itu wajib dikunjungi
sebagai bagian dari ibadah haji untuk umat Islam. Babad Cirebon
menyebutkan ketika Pangeran Cakrabuwana membangun kota Cirebon
dan tidak mempunyai pewaris, maka sepulang dari Timur Tengah Raden
Syarif Hidayatullah mengambil peranan mambangun kota Cirebon dan
menjadi pemimpin perkampungan Muslim yang baru dibentuk itu setelah
Uwaknya wafat. Pernikahan Memasuki usia dewasa sekitar di antara tahun
1470-1480, ia menikahi adik dari Bupati Banten ketika itu bernama Nyai
Kawunganten. Dari pernikahan ini, ia mendapatkan seorang putri
yaitu Ratu Wulung Ayu dan Maulana Hasanuddinyang kelak menjadi
Sultan Banten I.9
b. Kesultanan Demak
Masa ini kurang banyak diteliti para sejarawan hingga tiba masa
pendirian Kesultanan Demak tahun 1487 yang mana ia memberikan andil
karena sebagai anggota dari Dewan Muballigh yang sekarang kita kenal
dengan namaWalisongo. Pada masa ini, ia berusia sekitar 37 tahun kurang
lebih sama dengan usia Raden Patah yang baru diangkat menjadi Sultan
Demak I bergelar Alam Akbar Al Fattah. Bila Syarif Hidayat keturunan
Syekh Maulana Akbar Gujarat dari pihak ayah, maka Raden Patah adalah
keturunannya juga tapi dari pihak ibu yang lahir di Campa. Dengan
diangkatnya Raden Patah sebagai Sultan di Pulau Jawa bukan hanya di
Demak, maka Cirebon menjadi semacam Negara Bagian bawahan vassal
state dari kesultanan Demak, terbukti dengan tidak adanya riwayat tentang
pelantikan Syarif Hidayatullah secara resmi sebagai Sultan Cirebon. Hal
ini sesuai dengan strategi yang telah digariskan Sunan Ampel, Ulama yang
paling di-tua-kan di Dewan Muballigh, bahwa agama Islam akan
disebarkan di P. Jawa dengan Kesultanan Demak sebagai pelopornya.
c. Gangguan Proses Islamisasi
Setelah pendirian Kesultanan Demak antara tahun 1490 hingga
1518 adalah masa-masa paling sulit, baik bagi Syarif Hidayat dan Raden
Patah karena proses Islamisasi secara damai mengalami gangguan internal
dari kerajaan Pakuandan Galuh (di Jawa Barat) dan Majapahit (di Jawa
Tengah dan Jawa Timur) dan gangguan external dari Portugis yang telah
mulai expansi di Asia Tenggara. Tentang personaliti dari Syarif Hidayat
yang banyak dilukiskan sebagai seorang Ulama kharismatik, dalam
beberapa riwayat yang kuat, memiliki peranan penting dalam
pengadilan Syekh Siti Jenar pada tahun 1508 di pelataran Masjid Demak.
Ia ikut membimbing Ulama berperangai ganjil itu untuk menerima
hukuman mati dengan lebih dulu melucuti ilmu kekebalan tubuhnya.
Eksekusi yang dilakukan Sunan Kalijaga akhirnya berjalan baik, dan
dengan wafatnya Syekh Siti Jenar, maka salah satu duri dalam daging di
Kesultana Demak telah tercabut. Raja Pakuan di awal abad 16, seiring
masuknya Portugis di Pasai dan Malaka, merasa mendapat sekutu untuk
mengurangi pengaruh Syarif Hidayat yang telah berkembang di Cirebon
dan Banten. Hanya Sunda Kelapa yang masih dalam kekuasaan Pakuan.
Di saat yang genting inilah Syarif Hidayat berperan dalam
membimbing Pati Unus dalam pembentukan armada gabungan Kesultanan
Banten, Demak, Cirebon di P. Jawa dengan misi utama mengusir Portugis
dari wilayah Asia Tenggara. Terlebih dulu Syarif Hidayat menikahkan
putrinya untuk menjadi istri Pati Unus yang ke 2 pada tahun 1511.
Kegagalan expedisi jihad II Pati Unus yang sangat fatal pada tahun 1521
memaksa Syarif Hidayat merombak Pimpinan Armada Gabungan yang
masih tersisa dan mengangkat Tubagus Pasai (belakangan dikenal dengan
namaFatahillah),untuk menggantikan Pati Unus yang syahid di Malaka,
sebagai Panglima berikutnya dan menyusun strategi baru untuk
memancing Portugis bertempur di P. Jawa. Sangat kebetulan karena Raja
Pakuan telah resmi mengundang Armada Portugis datang ke Sunda Kelapa
sebagai dukungan bagi kerajaan Pakuan yang sangat lemah di laut yang
telah dijepit oleh Kesultanan Banten di Barat danKesultanan Cirebon di
Timur. Kedatangan armada Portugis sangat diharapkan dapat menjaga
Sunda Kelapa dari kejatuhan berikutnya karena praktis Kerajaan Hindu
Pakuan tidak memiliki lagi kota pelabuhan di P. Jawa setelah Banten dan
Cirebon menjadi kerajaan-kerajaan Islam.
Tahun 1527 bulan Juni Armada Portugis datang dihantam serangan
dahsyat dari Pasukan Islam yang telah bertahun-tahun ingin membalas
dendam atas kegagalan expedisi Jihad di Malaka 1521. Dengan ini
jatuhlah Sunda Kelapa secara resmi ke dalam Kesultanan Banten-Cirebon
dan di rubah nama menjadi Jayakarta dan Tubagus Pasai mendapat gelar
Fatahillah. Perebutan pengaruh antara Pakuan-Galuh dengan Cirebon-
Banten segera bergeser kembali ke darat. Tetapi Pakuan dan Galuh yang
telah kehilangan banyak wilayah menjadi sulit menjaga keteguhan moral
para pembesarnya. Satu persatu dari para Pangeran, Putri Pakuan di
banyak wilayah jatuh ke dalam pelukan agama Islam. Begitu pula sebagian
Panglima Perangnya.

1.6 PERTAMANAN GUNUNG SEMBUNG


Setelah beberapa tahun R. Walang Sungsang bersam adiknya dan istrinya
berguru kepada Syekh Dzatul kahfi, dia di perintahkan agar membuka hutan
untuk di jadikan pedukuhan atau perkampungan, setelah pedukuhan selesai
pedukuhan itu di beri nama TEGAL ALANG-ALANG dan R. walang
sungsang di pilih sebagai kepala dukuh. Setelah berhasil mempercepat laju
perekonomian tegal alang-alang banyak pedagang asing berpaasaran disitu.
Karena percampuran antara bangsa yang beriman maka banyak pendatang
yang menawarkan pedukuhan CARUBAN (pertautan) sebagian warga sebagai
pencari ikan. Di kota suci makkah kedua kakak adik itu bermukim di rumah
Syekh bayanilah sambil menambah Ilmu Agama Islam keudian Ratu Rara
santang dinikahi oleh seseorang pembesar kota Ismailiyah, bernama Syarif
Abdillah, maka syarif Abdillah mengganti nama Rara santang dengan nama
SYARIFAH MUDA’IM, dari pperkawinan itu kemudian di karunia dua orang
putra yaitu SYARIF HIDAYATULLAH dan SYARIF NURULLAH sekitar
tahun 1496 pangeran sampai di Cirebon, beliau merasa kagum karena selama
tinggal di Makkah pedukuhan makin maju, padukuhan caruban di tingkatkan
menjadi sebuah negeri NAGARI CARUBAN LABANG. Sebenarnya berita
tentang jadinya negeri tersebut terdengar Prabu Siliwangi yang tidak berkenan
di hatinya akan berdirinya neegeri yang berhaluan Islam ini. Guna
mengimnbangi kemajuan yang sangat pesat pangeran Cakrabrana membangun
istana negeri yang di beri nama PAKUNG WATI nama putrinya yang lahir
ketika dia masih di Makkah. Selain itu untuk kunjungan tetapnya ke SYEKH
DZATUL KAHFI di gunung jati di bangun tempat peristirahatan / pertamanan
GUNUNG SEMBUNG.

1.7 SUNAN GUNUNG JATI BUKAN FATAHILLAH


Syarif Hidayatullah dan putra-putrinya Nyi ratu Rarasantang dengan
Syarif Abdillah, sejak kecil keduanya telah di perintah supaya menimba illmu
sebanyaknya dari ulama’ yang mereka gurui, saat Syarif Hidayatullah berusia
28 tahun ayahnya meninggal dunia maka sebagai pengganti untuk
memearintak kota Ismailiyyah. Ibunya dan Syarif hidayatullah
meninggalkannya untuk pulang ke tanah jawa. Sekitar tahun 1415 keduanya
sampai ke Curaban dan di sambut baik oleh pamannya yaitu Pangeran
Cakrabana. Berita tentang tampilnya seorang Mubaligh asal kota Ismailiyyah
pemimpin negeri Cirebon terdengar oleh Demak yang berdiri pada tahun 1418
yang di bawah kekuasaan SUNAN RADEN PATAH. Maka sultan raden patah
bersama raden lainnya yang sudah bergelar sunan menetapkan Syarif
Hidayatullah sebagai pemimpin penyiar Agama Nabi Muhammad SAW di
wilayah Jawa Barat beliau menetapkan juga sebagai Suanan Cirebon dengan
gelar SUNAN GUNUNG JATI bermula dari sinilah terbentuklah sidang
dewan wali sembilan (WALI SANGA) terdiri dari :
1) Maulana Raden Rahmat : Sunan Ampel (Surabaya)
2) Maulana Makhdum Ibrahim : Sunan Bonang (Tuban)
3) Maulana Raden Paku : Sunan Giri (Gresik)
4) Maulana Syarifudin : Sunan Drajad (Sedayu)
5) Maulana Ja’far Shodiq : Sunan Kudus (Kudus)
6) Maulana Raden Syahid : Sunan Kali Jaga (Demak)
7) Maulana Raden Prawata : Sunan Muria (Kudus)
8) Maulana Malik Ibrahim : Sunan Gresik (Gresik)
9) Maulana Syarif Hidayatullah : Sunan Gunung Jati (Cirebon)

Pada tahun 1480 sunan gunung jati menikah dengan putri kaisar Tiengkek
ini bernama ONG TIEN, kemudian diganti dengan nama NYI RATU RARA
SUMANDING. Di tengah-tengah kesibukannya pembangunannya fisik
material dan mental di negri Cirebon ini datanglah utusan dari Raden Patah di
kraton Pakung Wati, melaporkan bahwa malaka sudah di duduki oleh
portugis, maka dari itu Demak mengirim bala bantuan pertahanan yang di
pimpim oleh DIPATI UNUS, kerajaan malaka di duduki portugis pada tahun
1511 pada masa pemerintahan SULTAN MAHMUD SYAH. Sesuai yang di
rencanakan bahwa Demak akan mengirim pasukan ke Cirebon untuk
mempertahankan pelabuhan sunda dari portugis, pada tahun 1518 R. Patah
meninggal dan di gantikan oleh DIPATI UNUS dengan gelar Pangeran
Sabrang lor, dibawah pimpinan Fatahillah mereka berhadapan dengan
Portugis, namun pada akhirnya pasukan pajajaran di pukul mundur dan
portugis pun terusir dari sunda kelapa pada tahun 1522. Langkah-langkah
selanjuutnya yang di lakukan oleh Maulana Syarif Hidayatullah adalah
memperluas wilayah islam kenegeri-negeri sekitar Cirebon, untuk itu beliau
menarik kembali Fatahillah yang sudah menduduki jabatan Bupati Jayakarta
untuk memimpin pasukannya guna memperluas Agama Islam. Adapun daerah
sekitar Cirebon yang berhasil dikuasai adalah :

1.8 RAJA GALUH


Bekas pusat pajajaran sebelum pindah ke pakuan (Bogor) di perintah oleh
prabu cakraningrat sebagai bekas pemerintahan pajajaran, raja galuh menuntut
agar Cirebon tunduk dan mengirim Upeti seperti dulu. Selesai penekhlukan
Talaga dan Raja Galuh Sultan Cirebon Syarif Hidayatullah menyelenggarakan
tasyakuran bersama dengan menikahkan FATAHILLAH dengan putrinya
RATU WULUNG AYU. Kemudian Setelah Segalanya Diatur Dengan Tertib
dan usia sultan sudah lanjut, maka sang putra PANGERAN MUHAMMAD
ARIFIN di nobatkan sebagai sultan II dengan gelar pangeran PASAREAN.
Penasehat Sultan yang masih muda ini Sunan Gunung Jati dengan persetujuan
warga kesultanan mengangkat Fatahillah dengan sebutan KI BAGUS PASAI.
Namun pada tahun ke-5 pengangkatannya ± tahun 1552 pangeran pasarean ke-
II itu mendahului ayahandanya berpulang ke rakhmatullah. Dengan wafatnya
pangeran pasarean ini, Sunan Gunung Jati yang sudah merintis ketentraman
hari tuanya dengan menata agama di pasambangan itu mengambil
kebijaksanaan kesultanan Cirebon dengan mengangkat ARIA KAMUNING
sebagai Sultan Cirebon ke III dengan gelar DIPATI CARBON I Masa
pemerintahan Dipati carbon 1 ± 12 tahun pada tahun 1565 tahta kesultananya
di serahkan kepada putranya yang berusia 18 tahun yaitu PANGERAN MAS
karena usianya masih tetrlalu muda ini banyak memerlukan saran dan
bimbingan dari sesepuh kraton seperti Sunan Gunung Jati dan Kiyai Bagus
Pasai. Oleh karenanya pada pemerintahan panembah ratu I Cirebon sedikit
mengalammi penurunan, untung padamasa Sunan Gunung Jati kerajaan kecil
yang menjadi pusat agama nenek moyang sudah semua di tundukkan,
sehingga langkah selanjutnya tinggal meningkatkan pembinaan agar diantara
mereka tidak ada sedikitpun niat untuk memberontak.

1.9 WAFAT SUNAN GUNUNG JATI


Dalam masa keprihatinan itu, dalam tahun 1568 seluruh warga kesultanan
Cirebon berduka cita dengan berpulangnya ke alam baqa’ SYEKH
MAULANA SYARIF HIDAYATULLAH SULTAN MAHMUD setelah
genap berusia 120 tahun. Bersama ibu Syarifah muda’im dan paman pangeran
cakrabuana. Beliau di kebumikan di pertamanan Gunung Sembung dan 2
tahun kemudian menyusul pula KIYAI BAGUS PASAI FATAHILLAH dan
di makamkan di tempat yang sama. Demikianlah sekilas tentang riwayat
kedua tokoh yang di identikkan menurut versi tokoh berdasarkan bukti yang
ada. Makam kedua tokoh itu, berdampingan dan tidak di perantai apapun.
Maka dengan kilasan riwayat mudah-mudahan bisa dimaklumi bahwa
SUNAN GUNUNG JATI adalah SYARIF HIDAYATULLAH bukan
FATAHILLAH atau FALATEHAN.
BAB IV
PENUTUP

Alhamdulillahi robb al-‘alamin akhirnya Karya tulis ini dapat terselesaikan


dengan semaksimal mungkin walau mungkin jauh dari sempurna, penulis banyak
mengucapkan terima kasih atas dukungan dari semua pihak yang telah memberi
dukungan baik secara materiil maupun moril, semoga makalah ini bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi kita semua umumnya .

1.1 Kesimpulan
Walisongo mempunyai peranan penting dalam proses peradaban islam di
tanah jawa, karena kebudayaan-kebudayaan Hindu Budha telah berhasil di
adaptasikan dan di interprestasikan menjadi budaya islam, tentunya tidak
menyimpang dari Islam sendiri, dan yang pasti dapat menjadi hiburan untuk
masyarakat. Bahkan hingga kini masih sering kita dengar tembang-tembang
dari tokoh walisongo.

1.2 Saran
Demikianlah Karya tulis ini kami persembahkan dan hanya sebatas inilah
kemampuan penulis dalam menyusun Karya Tulis. Semoga para pembaca
terutama Guru Pembimbing Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Madrasah
Aliyah Ma’arif 10 Sendangagung dapat mengambil sedikit banyak manfa’at
dari Makalah ini. Saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua
pihak terutama teman-teman seperjuangan di Madrasah Aliyah Ma’arif 10
Sendangagung serta dari Guru- Guru yang sangat kami harapkan. Dan semoga
Madrasah Aliyah Ma’arif 10 Sendangagung ini memberi guna dan manfaat.
Amin.
DAFTAR PUSTAKA

Musthofa Bisri, K. 1952. Tarikh Auliya, Kudus; Menara kudus


Sunardi M. Ag. Drs. 2004. Bahasa Arab; Surabaya. Kantor wilayah Departemen
Agama
Wahyudi Asnan. 2001. Kisah Wali Sanga. Surabya. Karya Ilmu
Didi Suryadi. 1977. Babad Limbangan.
· Edi S. Ekajati. 1992. Sejarah Lokal Jawa Barat. Jakarta: Interumas
Sejahtera.
· _________. 1995. Kebudayaan Sunda (Suatu Pendekatan
Sejarahi). Jakarta: Pustaka Jaya.
· Hamka. 1960. Sejarah Umat Islam. Jakarta: Nusantara.
· Pemerintahan Propinsi Jawa Barat. 1983. Rintisan Penelusuran Masa
Silam Sejarah Jawa Barat.
· Yuyus Suherman. 1995. Sejarah Perintisan Penyebaran Islam di Tatar
Sunda. Bandung: Pustaka.
· http://serbasejarah.wordpress.com/2008/12/19/syarif-hidayatullah-sunan-
gunung-jati/
· Suryadi, Didi. 1977. Babad Limbangan. Hal : 46.
· Apipudin. 2010. Penyebaran Islam di Daerah Galuh Sampai Abad ke 17.
Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama.16

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


17
Nama : Sahrul Izazi
Tempat/Tanggal Lahir : Tegal , 12 Oktober 1996
Alamat : Jatirawa City
Agama : Islam 100 %
Hobi : Menulis
Cita – cita : Pengusaha Sukses

Nama : A. Saefullah
Tempat/Tanggal Lahir : 05 September 1995
Alamat : Gantungan Jatinegara
Agama : Islam
Hobi : Dengerin musik
Cita – cita : Tentara

Nama : Roy Zaenal Wildan A.


Tempat/Tanggal Lahir : Tegal , 19 Maret 1996
Alamat : Temkid – Adiwerna – Tegal
Agama : Islam
Hobi : Sepak bola
Cita – cita : Pemain Sepak bola

Nama : M. Jazeri
Tempat/Tanggal Lahir : Tegal , 21 Januari 1996
Alamat : Bumijawa Tegal
Agama : Islam
Hobi : Olahraga
Cita – cita : -
Nama : Edi Asfiya
Tempat/Tanggal Lahir : Tegal , 22 Oktober 1995
Alamat : Kedungwungu City Tegal
Agama : Islam
Hobi : Menulis
Cita – cita : Pengusaha Sukses

Nama : Pandhu Aqil M.


Tempat/Tanggal Lahir :
Alamat :
Agama : Islam
Hobi : Olahraga
Cita – cita : Bina Ragawan18

Anda mungkin juga menyukai