Anda di halaman 1dari 4

1.

Pendahuluan
Bioetanol merupakan cairan hasil proses fermentasi gula dari sumber
karbohidrat (selulosa) menggunakan bantuan mikroba. Produksi bioetanol ini berasal
dari tanaman yang mengandung selulosa, dan dilakukan melalui proses konversi
lignoselulosa menjadi selulosa dengan beberapa metode diantaranya dengan hidrolisis
fisik, kimia, dan biologi.

Bioetanol sering ditulis dengan rumus EtOH. Rumus molekul etanol adalah
C2H5OH, sedang rumus empirisnya C2H6O atau rumus bangunnya CH3-CH2-OH.
Bioetanol merupakan bagian dari kelompok metil (CH3-) yang terangkai pada
kelompok metilen (-CH2-) dan terangkai dengan kelompok hidroksil (-OH). Secara
umum akronim dari Bioetanol adalah EtOH (Ethyl-(OH)).

Bioetanol memiliki karakteristik mudah menguap, mudah terbakar, larut


dalam air, tidak karsinogenik, dan tidak berdampak negatif pada lingkungan.
Bioetanol mempunyai manfaat untuk dikonsumsi manusia sebagai minuman
beralkohol. Selain itu, bioetanol dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar dengan
kandungan minimal 10 % etanol. Biaya produksi bioetanol tergolong murah karena
sumber bahan baku berasal dari limbah pertanian yang memiliki nilai ekonomis yang
rendah.

Bioetanol biasanya digunakan sebagai bahan bakar berbasis nabati yang


berpotensi sebagai alternatif untuk mensubstitusi bahan bakar fosil yang tidak dapat
diperbarui. Bioetanol banyak diteliti karena memiliki beberapa keunggulan, antara
lain ramah lingkungan dan dapat mengurangi emisi karbon monoksida dari asap
kendaraan bermotor. Bioetanol dapat menyempurnakan pembakaran dengan efek
positif meminimalkan pencemaran udara dan menghemat bahan bakar fosil.
Campuran bioetanol 3% mampu menurunkan emisi karbon monoksida menjadi hanya
1,35%. Penggunaan etanol mempunyai beberapa keunggulan, antara lain kandungan
oksigen yang tinggi mencapai 35% sehingga jika dibakar sangat bersih, ramah
lingkungan karena tidak memberikan kontribusi pada akumulasi karbon dioksida di
atmosfer. Bioetanol dapat menjadi campuran bensin untuk bahan bakar kendaraan
bermotor dengan keunggulan nilai angka oktan dan panas penguapan.

Standar Nasional Indonesia Kualitas Bioetanol (SNI 7390-2008)


Parameter Unit Spesifikasi
99,5% (sebelum
Kadar etanol %-v, min denaturasi) dan 94%
(setelah denaturasi)
Kadar methanol mg/L, max 300
Kadar air %-v, max 1
%-V, min 2
Kadar denaturan
%-V, max 5
Kadar tembaga (Cu) mg/kg, max 0,1
Keasaman asam asetat (CH3COOH) mg/L, max 30
Tampakan Jernih & tidak ada endapan
Kadar Ion klorida mg/L, max 40
Kandungan belerang (S) mg/L, max 50
Kadar getah (gum) mg/ 100 mL, max 5,0
pH 6,5-9,0

2. Kenapa Bahan Bakar Bioetanol?


 Ramah lingkungan
 Dapat menyempurnakan pembakaran
 Dapat mengurangi emisi karbon monoksida dari asap kendaraan bermotor
 Menghemat bahan bakar fosil
 Jika dibakar sangat bersih
 Memilik keunggulan nilai angka oktan dan panas penguapan
 Effisiensi tinggi dibanding bensin

3. Bahan Baku Biotanol


Bahan baku bioetanol dapat berupa sumber gula, sumber pati, dan sumber
serat (lignoselulosa). Molases tebu merupakan produk samping dari industri gula yang
dapat dijadikan sebagai salah satu sumber gula. Ketersediaan molases tebu yang
berlimpah berpeluang mendatangkan keuntungan pada biokonversi menjadi etanol.
Molases memiliki kadar gula yang sangat tinggi, lebih dari 50%. Pembuatan bioetanol
dari molases hanya perlu melewati dua tahap, yakni fermentasi dan destilasi karena
molases merupakan jenis bahan sukrosa, glukosa, dan fruktosa.

4. Uraian Proses
Produksi bioetanol dengan bahan baku tanaman yang mengandung pati atau
karbohidrat, dilakukan melalui proses konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa)
larut air. Dalam proses konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa) dilakukan dengan
penambahan air kemudian dilakukan proses fermentasi gula menjadi etanol dengan
menambahkan yeast atau ragi. Proses terakhir adalah destilasi, proses ini bertujuan
untuk menguapkan dan memisahkan komponen etanol dari cairan hasil fermentasi
sehingga diperoleh produk etanol dengan konsentrasi 95-96%.

Mikroorganisme yang digunakan untuk fermentasi bioetanol adalah S.


cerevisiae. Spesies ini akan memecah gula menjadi etanol dan karbon dioksida.
Penggunaan S. cerevisiae untuk proses fermentasi memerlukan pengkondisian kadar
gula awal. Kadar gula sampel yang akan difermentasi tidak boleh lebih dari 20%
karena dapat menghambat aktivitas khamir dan tidak sempurnanya produksi
bioetanol. Kadar gula yang terlalu tinggi mengakibatkan waktu fermentasi lebih lama
dan kemungkinan tidak seluruh gula diubah menjadi alkohol.

5. Tantangan Pengembangan Bahan Bakar Bioetanol


 Bahan baku yang digunakan termasuk dalam bahan pangan.
 Hampir semua pabrik bioetanol hanya memproduksi etanol 95%, sedangkan
untuk bahan bakar dibutuhkan etanol 99% (etanol kering).
 Perlu dikembangkannya teknologi yang effisien untuk mengeringkan etanol.
 Produksi masih pada kapasitas kecil.
 Harga jual sulit berkompetisi dengan bahan bakar dari minyak bumi karena
kapasitas produksinya yang jauh lebih besar.
 Wardani, A.K., dan F.N.E. Pertiwi. 2013. Produksi etanol dari tetes tebu oleh Saccharomyces
cereviciae pembentuk flok (NRRL-Y 265). Agritech 33 (2): 131- 139.
 Chen, H dan W. Qiu. 2010. Key Technologies for bioethanol production from lignocellulose.
Biotechnology Advances 28: 556 – 562.
 SNI 7390-2008. Standar Nasional Indonesia Kualitas Bioetanol. Badan Standarisasi Nasional
(BSN).
 Tatang H. Soerawidjaja, 2006, Bahan Bakar Hayati (biofuels) pensubstitusi BBM : Biodiesel
dan Bioetanol, Workshop Pengembangan Energi Alternatif.

Anda mungkin juga menyukai