PENDAHULUAN
c. Bola
Bola dibuat dari rotan yang selapis, dianyam bentuk bulat seperti bola. Terdiri dari 9
sampai dengan 11 anyaman dan mempunyai 12 lubang. Lingkaran bola 41 sampai 43
cm.
d. Pemain
1. Permainan ini dimainkan oleh dua regu yang masing-masing pihak terdiri dari
3 (tiga) orang.
2. Satu orang dari tiga pemain ini berdiri di belakang yang dinamakan
"TEKONG".
3. Dua orang lagi ialah pemain depan, seorang di kiri dan seorang di kanan.
Pemain yang di sebelah kiri dinamakan APIT KIRI dan yang di sebelah kanan
dinamakan APIT KANAN.
4. Istirahat bisa diberikan selama 5 menit sebelum games (set) terakhir dimulai
5. Tiap-tiap regu akan bertukar pada set ke-2 dan pada set ke-3 (rubber set)
pertukaran tempat dilakukan setelah diperoleh 8 angka oleh satu pihak.
1. Sepak Sila
Sepak sila adalah menyepak bola dengan menggunakan kaki bagian dalam
gunanya untuk menerima dan menimang bola, mengumpan dan menyelamatkan
serangan lawan.
3. Sepak Cungkil
Sepak cungkil adalah menyepak bola dengan menggunakan kaki (jari kaki).
Digunakan untuk mengambil bola yang jauh, rendah dan bola-bola yang liar
pantulan dari bloking.
4. Menapak
Menapak adalah menyepak bola dengan menggunakan telapak kaki. Digunakan
untuk : smash ke pihak lawan, menahan atau membloking smash dari pihak
lawan dan menyelamatkan bola dekat net (jaring).
7. Mendada
Mendada adalah memainkan bola dengan dada, digunakan untuk mengontrol
bola untuk dapat dimainkan selanjutnya.
8. Memaha
Memaha adalah memainkan bola dengan paha dalam usaha mengontrol bola,
digunakan untuk menahan, menerima dan menyelamatkan bola dari serangan
lawan.
9. Membahu
Membahu adalah memainkan bola dengan bahu dalam usaha mempertahankan
dari serangan pihak lawan yang mendadak, dimana pihak pertahanan dalam
keadaan terdesak dan dalam posisi yang kurang baik.
a. Sulawesi Selatan
Di masyarakat Sulawesi Selatan permainan sepakraga ini merupakan
permainan yang sangan populer dan merakyat. Pada waktu itu Sulawesi Selatan di
kenal dengan nama kerajaan Bugis; permainan ini disukai dan digemari oleh para
pemuda bangsawan bugis dan hal ini mendapat restu dari rajanya, selain itu juga
permainan ini banyak dilakukan oleh para pedagang bugis yang bersandar di
pelabuhan-pelabuhan. Didaerah ini permainan sepakraga dimainkan oleh beberapa
orang dengan berbagai variasi gerakan tubuh. Pada zaman ini, permainan sepakraga
mengindentifikasikan tingkat kematangan dan kecakapan seorang pemuda pemudi
bugis, apabila sorang pemuda yang sudah mahir barmain sepakraga ini maka ia
dianggap sebagai pemuda yang sudah cakap. Variasi permainan sendiri terutama
dalam menunjukan kemahiran memainkan bola, seperti memainkan bola dengan
sikap berdiri, sikap jongkok, sikap duduk, sikap tidur dan sebagainya.
Agar lebih menarik permainan sepakraga ini sering di iringi dengan bunyi-
bunyian gendang dan alat musik tradisional lainnya, kemudian para pemain
mengiringi irama musik tersebut dengan gerakan-gerakan memainkan bola seolah-
olah bola rotan ini ikut menari di udara sehingga dapat menambah keindahan
permainan sepakraga.
b. Sumatra Barat
Pada jaman kerajaan dulu, kebanyakan mata pencaharian masyarakat Sumatra
Barat atau yang lebih dikenal dengan Minangkabau adalah bertani dan berladang.
Hampir sepanjang kehidupan mereka dihabiskan dengan bercocok tanam sehingga
tidak banyak bentuk variasi kehidupan yang mereka rasakan yang pada akhirnya
timbul kejenuhan pada mereka.
Dalam mengisi aktivitas rekreasi di keramaian orang ini mereka bergembira
sambil bermain sepakraga; permainan ini dilakukan oleh para pemuda, orang dewasa.
Alat yang digunakan pertama kalinya yaitu sebuah bola yang terbuat dari rotan.
Permainan sepakraga di Minangkabau dikenal dengan sebutan Sepakrago atau
Barago yang berasal dari kata Rago yaitu bola rotan, sepak yaitu cara memainkan
bola tersebut dengan ditendang-tendang atau dipantulkan tan jatuh ke tanah.
Pada dasarnya cara permainan sepakrago ini sama dengan permainan
sepakraga pada umumnya, perbedaanya hanya penentuan pemenang dimana
ditentukan dengan lamanya waktu yang digunakan. Pemain yang paling lama
memainkan bola tanpa jatuh ke tanah maka ditetapkan sebagai pemenang.
c. Kalimantan
Didaerah Kalimantan khusunya di daerah Kandangan olaahraga sepaktakraw
ini telah dikenal sebelum perang dunia pertama, akan tetapi karena situasi dan sesuatu
hal yang belum mengizinkan menyebabkan permainan ini belum dikenal secara luar.
Pada saat ini permainan sepakraga di Kandangan disebut sebagai Bola Rotan.
Permaiana ini diadakan apabila ada upacara adat, pesta perkawinan, syukuran dan
sebagainya. Permainan ini bertujuan untuk memeriahkan dan meramaikan acara-acara
tersebut.
Permainan di daerah ini sedikit lebih maju apabila dbandingkan dengan
daerah lainnya. Hal ini dapat dilihat dengan adanya peraturan tertentu yang menjadi
pegangan dalam menetukan suatu pemenang, adapaun peraturannya antara lain :
alat-alat dan perlngkapan
bola yang digunakan adalah bola yang terbuat dari rotan yang dianya
dengan seni anyaman sehingga berbentuk bulatm adapun ukurannya adalah
: garis menengah 15 cm dan berta yaiut 2 ons. Perlengkapan yang
digunakan yaitu perlengkapan penyepak bola yang disebut kelapian;
kelapian ini terbuat dari kelopak pinang yang digunakan pada kaki sebelah
dalam untuk menyepak bola.
lapangan, waktu dan pemain
lapangan permainan ini berupa lapangan rumput/kering terbuka dengan
ukuran panjang 15m, lebar 15m dengan sasaran tendangan dipancang
ditengah-tengah (pusat). Permainan ini dimainkan oleh dua regu dan
masing-masing regunya terdiri dari 10 orang.
sistem penilaian
formasi pemain membentuk lingkaran mengelilinga tiang bambu yang
diletakan ditengah-tengah, selanjutnya permainan diawali dengan warm up
yaitu dengan menyepak bola rotan dari satu pemain dengan pemain lain
yang setelah itu setiap regu menunjukan keahliannya guna mengimbangi
dan mengatasi atraksi lawannya sehingga terjadilah gaya-gaya memainkan
bola rotan yang mengagumkan.
A. Simpulan
Menurut sejarah perkembangannya, Sepak Takraw berasal dari olahraga
tradisional Indonesia, yaitu : Sepak Raga. Daerah-daerah di Indonesia yang semula
mengembangkan permainan ini adalah : Sumatera Utara, Sumatera Barat dan
Sulawesi Selatan. Semula permainan Sepak raga dimainkan oleh sekelompok
bangsawan di daerah-daerah tersebut, kemudian berkembang menjadi permainan
rakyat. Sepak raga dimainkan 6 sampai 9 orang secara melingkar di suatu tempat
terbuka, sebagai hiburan dan pengisi waktu luang dikala orang menunggu waktu
senja. Beraneka ragam nama jenis permainan Sepak takraw awalnya, seperti di Riau
dikenal dengan nama Rago Tinggi, di Bengkulu bernama Cepak, di Sumatera dan
Jambi dengan nama Sepak rago, sedang di Sulawesi Selatan bernama Marraga-
Akraga.
Permainan Sepak Takraw sampai sekarang ini masih merupakan salah satu
cabang olahraga yang belum memasyarakat, belum menjadi kegemaran masyarakat
dari semua lapisan. Permainan Sepak Takraw baru merambah kepada masyarakat
lapisan menengah ke bawah. Hal ini disebabkan permainan ini sulit dilakukan,
berisiko cidera atau sakit lebih besar, dan masih ada kelompok masyarakat yang
menganggap permainan Sepak Takraw sebagai olahraga yang kasar. Namun demikian
perkembangan permainan Sepak Takraw terjadi sangat pesat sekali. Hal ini dapat
dilihat mulai tahun 1983, seluruh daerah di Indonesia sudah memiliki Pengurus
daerah (Pengda) atau sekarang bernama Pengurus Provinsi (Pengprov) Persatuan
Sepak Takraw Seluruh Indonesia (PSTI).