Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cabang olahraga atletik adalah cabang olahraga yang bisanya
dimainkan dan dilombakan pada Olympiade-Olympiade yang sering kita
saksikan bersama. Dimana gerakan-gerakan yang ada di dalamnya seperti
tolak peluru lari, loncat, lompat dan lempar. Sebagian besar ada pada
olahraga lainnya, sehingga tidak heran jika pemerintah menetapkan cabang
olahraga atletik sebagai pembahasan di dalam mata pelajaran Sekolah, dari
Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas, bahkan hingga Perguruan
Tinggi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian lempar lembing
2. Bagaimana sejarah lempar lembing
3. Bagaimana teknik bermain lempar lembing

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Lempar Lembing


         Lempar lembing terdiri dari dua kata yaitu lempar dan lembing.
Lempar yang berarti usaha untuk membuang jauh-jauh, dan lembing adalah
tongkat yang berujung runcing yang dibuang jauh-jauh (Munasifah, 2008:4).
Lempar lembing adalah salah satu nomor yang terdapat dalam cabang
olahraga atletik yang menggunakan alat bulat panjang yang berbentuk
tombak dengan cara melempar sejauh-jauhnya (PASI, 1988:43). Selanjutnya
Jerver (1996:142) Menjelaskan bahwa “Lempar lembing adalah suatu
gerakan antara sentuhan tangan dengan menggunakan benda yang berbentuk
panjang berusaha untuk melempar sejauh mungkin”. Untuk memperoleh
jauhnya lemparan diperlukan kekuatan dan kecepatan gerak serta sudut pada
saat lembing meninggalkan tangan.

Pengertian lempar lembing tidaklah lengkap kalau tidak diketahui


sejarah atau riwayat perkembangan lempar lembing sebagai salah satu
cabang atletik. Munasifah (2008:4-5) Menjelaskan Bahwa “lempar lembing
berawal dari kegiatan manusia zaman dahulu dalam berburu binatang yang
sering menggunakan lembing dalam berburu mangsanya untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya dengan memakan binatang hasil buruannya”. Lempar
lembing pada zaman modern sudah menjadi olahraga yang diperlombakan,
namun memahami sejarah tidak hanya sekedar untuk pengertian atau
pengetahuan tentang kejadian pada masa lampau, melainkan untuk
menentukan langkah-langkah pada masa yang akan datang.

2
B. Sejarah Lempar Lembing
Lempar lembing atau lempar tombak merupakan salah satu aktivitas
dan ketrampilan sehari-hari yang dimiliki oleh manusia sejak zaman purba
dimana manusia masih hidup dengan cara berburu. Lembing merupakan
salah satu alat berburu yang sederhana dan efisien sehingga alat ini disinyalir
sebagai salah satu alat pertama dalam berburu (selain dengan cara
menangkap buruan tanpa alat, melempar dengan batu dan benda-benda
sederhana lainnya).

Keberadaan lembing ini menunjukkan adanya kemajuan proses


berfikir pada manusia purba, yakni mereka mulai bisa menciptakan alat yang
berguna untuk bertahan hidup selain ada juga peralatan dari batu seperti
kapak perimbas, pisau (batu dengan permukaan samping yang tajam), dan
pemukul (pentungan). Aktivitas melempar lembing ini tetap bertahan lama
meski manusia mulai berkembang dan telah mengenal logam untuk membuat
berbagai sejata canggih seperti pedang, panah, rantai, dan lain sebagainya.

Tombak atau lembing ini selain merupakan senjata yang bisa


dilemparkan hingga mengenai sasaran, juga bisa dipergunakan sebagai sejata
dengan jangkauan yang lebih panjang jika dibandingkan dengan pedang.
Maka tak heran jika sejak masa purba hingga era logam, manusia berlatih
untuk bisa melempar lembing atau tombak. Yup, hal ini perlu latihan.

Konon, olahraga lempar lembing bermula dari aktivitas lempar


lembing pada zaman dahulu.

Bagaimanapun juga bisa melempar lembing hingga mengenai sasaran


pada jarak yang jauh merupakan suatu hal yang mengagumkan dan tak jarang
hal itu menjadi hal menarik untuk dilihat.

Mula-mula orang hanya berlatih, namun kemudian mulai berlomba


untuk menunjukkan kebolehannya hingga akhirnya aktivitas ini menjadi
ajang perlombaan tersendiri yang telah diadakan sejak zaman dahulu.

3
Di era awal peradaban tinggi, yakni peradaban yunani kuno, lempar
lembing telah diperlombakan dalam olimpiade kuno, yakni pada tahun 776
SM.

Namun belum diketahui secara pasti mengenai peraturan dan segala


hal tentang pertandingan lempar lembing pada waktu itu jika dibandingkan
dengan lempar lembing pada saat ini.

Namun yang jelas, pertandingan lempar lembing atau lempar tombak


pada masa lalu tak hanya mengejar poin sebagai pelempar dengan lemparan
terjauh karena ada juga perlombaan lempar lembing dengan target tertentu
sebagaimana pertandingan memanah. Pada waktu itu, ideal lempar lembing
adalah bisa melempar dengan jarak yang jauh sekaligus bisa mengenai
sasaran.

Konon, Achiiles merupakan prajurit Sparta yang sekaligus merupakan


pelempar lembing yang tak terkalahkan pada waktu itu karena ia tak hanya
dikenal kepiawaiannya dalam pertandingan namun juga dalam medan
perang. Lempar lembing mulai masuk dalam cabang atletik olimpiade
modern pada tahun 1908 dan hanya diikuti oleh atlet laki-laki saja.

Peraturannya sederhana, atlet melempar tongkat panjang dengan


ujung runcing yang disebut sebagai lembing pada batas lemparan yang
disediakan untuk mencapai jarak lempar sejauh-jauhnya. Kemenangan
diperoleh jika sang atlet mampu melempar dengan jarak terjauh diantara
peserta lainnya.

Pada tahun olimpiade 1932, olahraga lempar lembing akhirnya juga


diperuntukkan untuk perempuan dan tentu saja dengan menggunakan
lembing yang berbeda dengan laki-laki.

Sejak saat itu, olahraga lempar lembing dibuka untuk dua kelas, yakni
laki-laki dan perempuan.

4
C. Teknik-teknik Lempar Lembing
1. Memegang Lembing 

a. Cara
Finlandia
memegang lembing Finlandia 
Amerika Jepit Tang

Pertama lembing diletakkan pada telapak tangan dengan


ujung atau mata lembing serong hamper menuju arah badan.
Kemudian jari tengah memegang tepian atau pangkal ujung dari
tali bagian belakang (dilingkarkan, dibantu dengan ibu jari
ndiletakkan pada tepi belakang dari pegangan dan pada badan
lembing. Jari telunjuk harus lemas ke belakang membantu
menahan badan lembing. Sedangkan jari-jari yang lainnya turut
memegang lilitan pegangan di atasnya dalam keadaan lemas.
Dengan cara Finlandia ini, jari tengah dan ibu jari yang
memegang peranan penting untuk mendorong tali pegangan
pada saat melempar (Syarifuddin, 1992).

b. Cara memegang lembing Amerika 


Pertama lembing diletakkan pada telapak tangan, dengan ujung
atau mata lembing serong hamper menuju kea rah badan.
Kemudian jari telunjuk memegang tepian atau pangkal dari ujung
tali bagian belakang lembing, dibantu dengan ibu jari diletakkan
pada tepi belakang dari pegangan dan pada badan lembing serta
dalam keadaan lurus. Sedangkan ketiga jari lainya berimpit dan
renggang dengan jari telunjuk turut membantu dan menutupi

5
lilitan tali lembing. Jadi dengan pegangan cara Amerika ini jari
telunjuk dan ibu jari memegang peranan mendorong tali
pegangan lembing pada saat melempar (Syarifuddin, 1992).

c. Cara memegang lembing Menjepit 


caranya hanya menjepitkan lembing diantara dua jari tengah dan
jari telunjuk, sedangkan jari jari lainnya memmegang biasa.

2. Cara Membawa Lembing

                          
                         
Cara mengambil awalan pada lempar lembing sangat erat
kaitannya dengan cara membawa lembing, sesuai yang dikemukakan
Hasan (2003:260) bahwa “Cara apapun bisa dilakukan untuk membawa
lembing, asalkan tidak mengganggu kecepatan berlari”. Jadi dalam
membawa lembing yang sering biasa dilakukan para pelempar adalah
lembing berada di atas pundak maupun bahu dengan posisi mata lembing
serong ke atas, maupun serong ke bawah dan posisi mendatar dalam
posisi tersebut otot-otot sekitar bahu dan tangan terasa rileks. Ada juga
yang membawa lembing dengan posisi lembing di samping badan, tangan
lurus ke belakang sehingga tidak mendapat kesulitan untuk mengambil
sikap-sikap selanjutnya. Namun sedikit hambatan untuk mendapat
kecepatan awalan yang optimal (Suherman, 2001:214). Lebih jelas dapat
dilihat gambar di bawah ini:

6
3. Cara Awalan Lari Lempar lembing
Awalan adalah gerakan permulaan dalam melempar lembing.
Awalan  dilakukan dengan cara langkah dan lari menuju ke batas tolakan.
Awalan lari merupakan bagian yang pertama guna membangun kecepatan
gerak yang diperlukan dalam lemparan.
 Awalan lari, pelempar berlari sambil membawa lembing di atas
kepala dengan lengan ditekuk, siku menghadap ke depan dan telapak
menghadap ke atas. Posisi lembing berada sejajar di atas garis paralel
dengan tanah. Bagian terakhir awalan terdiri dari langkah silang atau
sering di sebut dengan “cross steps”. Pada bagian awalan-akhir ini kita
mengenal beberapa cara, di antaranya: a). Dengan jingkat (hop-steps), b).
Dengan langkah silang di depan (cross-steps), c). Langkah silang di
belakang (rear cross-steps). Sedangakan mengenai panjang awalan
seperti dikemukakan Ballesteros (1993:117) bahwa “Panjang lintasan
awalan harus tidak lebih dari 36.50 m dan tidak kurang dari 30 m, harus
diberi tanda dengan dua garis paralel 4 m terpisah dan lebar garis 5 cm”.
             
Peralihan (cross steps),  saat kaki kiri diturunkan, kedua bahu
diputar berlahan-lahan ke arah kanan, lengan kanan mulai bergerak atau
diluruskan ke arah belakang, dan disini secara berlahan-lahan titik pusat
gravitasi turun yang sebelumnya meningkat selama melakuakan awalan
lari. Perputaran bahu dan pelurusan lengan yang membawa lembing ke
arah belakang diteruskan tanpa terputus dan bergerak terus hingga
melewati atas kaki kiri, dan ini menghasilkan kecondongan tubuh bagian
atas ke belakang. Perputaran kedua bahu ke kanan membuat pilinan di
antara tubuh bagian atas dan bagian bawah serta meninggalkan lembing
dengan baik di belakang badan. Pandangan kedua mata selalu lurus
kedepan. Ketika tungkai kanan mendarat dalam posisi setengah ditekuk
diakhir langkah silang (cross steps), angkatlah tumit kanan saat lutut
bergerak maju, dan bukalah kedua tungkai dengan cara melangkahkan

7
kaki kiri selebar mungkin ke depan dan diinjakkan sedikit ke arah kiri.
Kedua bahu tetap menghadap ke samping dan pastikan lembing masih
dipegang dengan baik di belakang dengan tangan yang membawa lembing
tetap berada setinggi bahu. Pergelangan tangan dijaga agar tetap ditekuk
dan telapak tangan menghadap atas agar ekor lembing tidak kenak tanah.
Selama pergerakan ini lengan kiri dilipat menyilang dada (Suherman,
2001:215).
Fase akhir, Ketika kaki kiri di turunkan di posisi akhir lemparan,
pemutaran kedua pinggul ke depan dimulai, ditandai oleh sebuah putaran
ke dalam kaki kanan dan lutut dilanjutkan dengan pelurusan tungkai.
Segera bahu kiri dibuka, siku kanan diputar ke arah luar atas dan lembing
diluruskan di atas lengan dan bahu. Kaki kiri ditekan ke tanah disusul
kemudian dengan memutar kaki kanan ke dalam dan meluruskannya
sambil lutut kanan turut diluruskan sehingga menghasilkan sebuah posisi
membusur dari badan dan meregang kuat bagian otot depan (Suherman,
2001:216).
4. Cara Melempar Lembing

Pada saat lembing akan dilemparkan dari atas kepala, lembing


dibawa kebelakang dengan tangan lurus diputar kedalam, badan
direbahkan kebelakang dengan lutut kaki kanan, kemudian bersamaan
dengan membengkokkan siku. Lembing dibawa secepat-cepatnya keatas
kepala, pinggul didorong ke depan dan lembing dilemparkan sekuat-
kuatnya dari atas kepala kedepan sehingga tangan lurus dan dibantu
dengan menolakkan kaki kanan sekuatnya dan melonjakkan badan

8
kedepan, kemudian lembing dilepaskan pada saat lurus dan jari-jari
tangan mendorong pangkal lilitan tali lembing (Hasan, 1993:85-86).
5. Cara Melepaskan Lembing

Gerakan pelepasan lembing adalah gerakan penting untuk suatu


lemparan yang baik, bahwa bahu, lengan atas, dan tangan bergerak
berurutan. Mula-mula bahu melempar secara aktif di bawa kedepan dan
lengan pelampar diputar, sedangkan siku mendorong ke atas. Pelepasan
lembing itu terjadi di atas kaki kiri, lembing lepas dari tangan pada sudut
lemparan kira-kira 45 derajat dengan  suatu gerakan seperti ketapel dari
lengan bawah tangan kanan. Kaki kanan meluncur di tanah, pada waktu
lembing lepas terjadi pada suatu garis lurus dari pinggang ke tangan
pelempar yang hanya sedikit keluar garis vertikal, sedangkan kepala dan
tubuh condong ke kiri pada saat tahap pelepasan lembing. Lengan kiri
ditekuk dan memblok selama pelepasan lembing. (Muller, 2000:147-148-
149).
  

9
6. Sikap Badan Setelah Melempar Lembing

                         
Setelah kaki kanan di tolakkan keatas dan kedepan mendarat kaki
diangkat kebelakang lemas lalu badan agak miring dan condong kedepan
kaki kiri ke belakang lemas kemudian tangan kanan dengan siku agak
dibengkokkan berada di bawah dekat keperut dan tangan kiri lemas
kebelakang sehingga pandangan kearah jalannya lembing sampai jatuh
(Hasan, 1993:85).

10
D. Lapangan Lempar Lembing

Ukuran Lapangan Lempar lembing telah ditentukan secara internasional menurut


stantar IAAF/PASI. Berikut ini penjelasannya:
 Lintasan awal dibatasi oleh garis 5 cm dan terpisah 4 meter. Panjang
lintasan minimal 30 m dan maksimal 36,5m.
 Lengkung lemparan dengan lebar 7 cm dibuat dari kayu atau logam dan
dicat berwarna putih. Lengkungan ini datar dengan tanah dan merupakan
busur dari lingkaran yang berjari-jari 8 meter.
 Sudut lemparan dengan sudut 29-30 derajat dibentuk dari dua garis yang
dibuat dari titik pusat lengkung-lemparan memotong kedua ujung
lengkung lemparan, dengan tebal garis sektor 5 cm.
 Lebar Awalan : 4 Meter
 Panjang awalan : 40 meter
 BC merupakan busur, Jari-jari AB=AC : 8 m
 Lebar garis lurus sisi kanan dan kiri adalah : 1,5 m
 Lebar Garis Lempar adalah : 7 m
 Sudut lemparan: 30 Derajat

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Di dalam gerakan lempar lembing banyak sekali melibatkan
bagian-bagian tubuh bagian atas dan bawah mulai dari otot, sendi, sumbu
dan bidang. Hasil dari kombinasi yang lengkap dari bagian-bagian tubuh
tersebut menghasilkan suatu gerakan lempar lembing yang baik.

B. Saran
Sebelum melakukan gerakan lempar lembing harus melakukan
pemanasan terlebih dahulu agar otot otot lebih siap dan tidak mudah
cidera.

12
DAFTAR PUSTAKA

Departemen pendidikan nasional. 2001. Pembelajaran Atletik Pendekatan


Permainan dan Kompetisi Untuk Siswa SMU/SMK. Jakarta: direktorat
jenderal olahraga
Jarver, Jess. 2005. Belajar dan berlatih atletik. Bandung: CV. Pioner Jaya.
Kosasih, Engkos. 1985. Olahraga Teknik dan Progrom Latihan. Jakarta :
Akademika Presindo.
Martini, Ainie. 2010. Mengenal Lempar Lembing. Bogor: Yudhistira.
Muller, Harald. Wolfgang Ritzdorrf. 2000. Pedoman Mengajar Lari, Lompat,
Lemar Level-I. Alih Bahasa Suyono Danusyogo. Jakarta: Staf Sekretariat
IAAF-RDC.
Nurhasan. (2001). Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta
Pusat:Direktorat Jenderal Olahraga.
Sukirno. 2014. Kemampuan Lemparan Ke Dalam Pada Sepak Bola. Journal of
Physical Education, Health and Sport.

13

Anda mungkin juga menyukai