Anda di halaman 1dari 6

Lempar cakram (Bahasa Inggrisnya Discus Throw) adalah salah satu cabang olahraga atletik.

cakram yang dilempar berukuran garis tengah 220 mm dan berat 2 kg untuk laki-laki, 1 kg untuk
perempuan. Lempar cakram diperlombakan sejak Olimpiade I tahun 1896 di Athena, Yunani.

Cara melempar cakram dengan awalan dua kali putaran badan caranya yaitu: memegang cakram
ada 3 cara, berdiri membelakangi arah lemparan, lengan memegang cakram diayunkan ke
belakang kanan diikuti gerakan badan, kaki kanan agak ditekuk, berat badan sebagian besar ada
dikanan, cakram diayunkan ke kiri, kaki kanan kendor dan tumit diangkat, lemparan cakram 30
derajat lepas dari pegangan, ayunan cakram jangan mendahului putaran badan, lepasnya cakram
diikuti badan condong ke depan.[rujukan?]

Latihan dasar menggunakan ring karet atau rotan[rujukan?]

1. Diawali dengan sikap tegap


2. Langkahkan salah satu kaki sambil mengayunkan ring ke depan
3. Lanjutkan ayunan hingga mengelilingi tubuh, jaga agar lengan memegang ring tetap lurus
dan berada di bawah ketinggian bahu
4. Langkahkan kaki lurus ke depan (berlawanan dengan arah tangan). Ikuti gerakan pinggul
dan dada ke depan. Kemudian lepaskan ring, ayunkan tangan ke atas dan langkahkan
kaki belakang ke depan.

Cara memegang cakram:

Pegang dengan buku ujung jari-jari tangan, ibu jari memegang samping cakram,
kemudian pergelangan tangan ditekuk sedikit ke dalam

Mengayunkan cakram

Ayunkan cakram dengan ring ke depan dan ke belakang di samping tubuh. Pada saat
mengayunkan cakram, tangan yang memegang cakram direntangkan sampai lurus.
Jangan sampai lepas.

Gerakan lempar cakram[rujukan?]

Ada 3 tahap dalam melempar cakram

 Persiapan
o Berdiri dengan kedua kaki dibuka lebar
o Pegang cakram dengan tangan kanan. Ayunkan sampai di atas bahu sambil
memutar badan ke kiri, kemudian ke kanan secara berulang-ulang. Saat cakram
diayun ke kiri, bantu tangan kiri dengan cara menyangganya.
 Pelaksanaan
o Ayunkan cakram ke depan lalu ke belakang
o Pada saat cakram di belakang, putar badan dan ayunkan cakram ke samping-
depan-atas (membentuk sudut 40o )
o Lepaskan cakram pada saat berada di depan muka
 Penutup
o Bantu lemparan dengan kaki kanan agar tercipta suatu tolakan kuat pada tanah
sehingga badan melonjak ke depan-atas
o Langkahkan kaki kanan ke depan untuk menumpu, sedangkan kaki kiri diangkat
rileks untuk menjaga keseimbangan badan
A.    Sejarah Lempar Cakram 

Berdasarkan cacatan sejarah bahwa lempar cakram adalah salah satu nomor atletik, hal ini
dapat kita ketahui dari buku karangan Homerus yang berjudul “Odyssy” pada zaman purba.

Dalam buku Odyssy tersebut menceritakan bahwa gerak gerakan dasar dari atletik adalah jalan,
lari, lompat dan lempar yang telah dikenal oleh bangsa primitif pada zaman prasejarah. Bahkan
dapat dikatakan sejak adanya manusia, gerak-gerakan itu dikenal. 

Mereka melakukan gerakan jalan, lari, lompat dan lempar semata-mata untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Didalam usaha ini mereka sangat tergantung dari efiiensi jasmaninya.
Mereka yang kurang terampil, kurang tahan berjalan, kurang cepat lari, kurang tangkas
melompat atau melempar akan mati karena kelaparan atau menjadi mangsa binatang buas bahkan
mungkin menjadi korban bencana alam.
Jadi sejak zaman prasejarah, ,manusia telah menyadari akan manfaat ketahanan berjalan jauh,
kecepatan lari, ketangkasan melompat dan melempar. Sehingga ada sementara orang yang
menganggap atletik adalah cabang olahraga yang tertua.

Bangsa Belanda menyebutnya “Atletik is a moerder der sporten” yang artinya atletik adalah
induk dari semua cabang olahraga. Meskipun gerakan dasar atletik ini telah dikenal sejak adanya
manusia, tetapi perlombaan atletik termasuk lempar cakram yang pernah dilakukan dalam
cacatan sejarah baru terjadi pada zaman purba sekitar 1000 tahun sebelum masehi. Hal ini dapat
diketahui dari buku pujangga Yunani yang ditulis oleh Homeros.

Dalam buku ini juga Homeros menceritakan pertualangan Odysseus. Bahwa pada suatu ketika
Odysseus terdampar disebuah kepulauan yang kemudian ternyata bernama Phaeacia, rajanya
bernama Alcinaus. Setelah Odysseus dibawa menghadap baginda maka diadakan penyambutan
yang meriah. Dalam acara itu diadakan serangkaian perlombaan.pemuda-pemuda Phaeacia yang
mempertujukan kemahirannya dalam lomba lari cepat, gulat, lompat, tinju, dan lempar cakram.

Setelah rangkaian ini selesai, raja Aleinaus minta agar Odysseus menberikan demotrasi lempar
cakram. Semula Odysseus menolaknya dengan halus, tetapi baginda mendesaknya dengan alasan
agar pumuda Phaeacia dapat menyaksikan bagaimana cara melempar cakram yang sempurna,
maka permintaan raja terpaksa dipenuhi. Tanpa melepaskan pakaian perangnya yang terbuat dari
logam itu, Odysseus bangkit minta ijin kepada baginda, kemudian masuk gelanggang mengambil
cakram yang terberat dan dengan gaya termanis melempar cakram itu,cakram melucur dan jatuh
jauh dari jarak yang dicapai atlet-atlet dari Phaeacia (Sunaryo Basuki, 1979 : 24).

Dari kutipan buku ini yakin bahwa bangsa Yunani purba telah mengenal atletik, disini terlihat
adanya nomor lari, lompat, dan lempar cakram yang merupakan nomor atletik yang kita kenal
sampai sekarang ini.

B.    Sejarah Lempar Cakram di Indonesia

Berbicara masalah lempar cakram di Indonesia, kita tidaik bisa pisahkan dengan sejarah atletik.
Karena lempar cakram adalah nomor atau bagian dari atletik. Jadi di Indonesia atletik termasuk
lempar cakram dikenal lewat bangsa Belanda yang setengah abad lamanya menjajah Negeri
Indonesia. Namun demikian atletik termasuk lempar cakram ini tidak dikenal secara luas.

Kemudian pada zaman pendudukan Jepang mulai awal tahun 1942-1945 kegiatan keolahragawan
mengalami perkembangan. Hal ini dapat dilihat dipagi hari semua pelajar dan pegawai
diwajibkan melakukan senam. Selain itu diberikan pelajaran beladiri dan atletik termasuk lempar
cakram. Tetapi semua aktivitas jasmani yang dilakukan oleh seluruh bangsa Indonesia itu hanya
untuk kepentingan orang-orang Jepang sendiri, dalam usaha memenangkan perang (Drs. Aip
Syrifuddin, 1998 : 3).
Kemudian setelah Indonesia merdeka perkembangan olahraga termasuk lempar cakram semakin
meluas bahkan setiap orang diberikan kesempatan untuk melakukan latihan-latihan atletik
termasuk lempar cakram (Drs. Sunaryo Basuki, 1979 : 37).

Dari penjelasan sejarah atletik diatas, maka dalam bab ini penulis akan menguraikan hal-hal
sebagai berikut :

1. Panjang lengan
2. Lempar cakram
3. Pengaruh panjang l;engan terhadap prestasi lempar cakram

C.    Panjang Lengan


Panjang lengan merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam olahraga khususnya
lempar cakram, karena panjang lengan akan memungkinkan dalam pencapaian prestasi yang
maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa bentuk tubuh atau postur
tubuh merupakan salah satu faktor penentu dalam pencapaian prestasi yang maksimal (Soeharno
H. P. 1985 : 8).

Disamping panjang lengan, dapat juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kekuatan.
Hal ini sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa kekuatan lengan adalah kemampuan
kelompok otot-otot lengan untuk dapat mengatasi tahanan atau beban dalam menjalankan
aktivitas (Drs. Soeharno H. P. 1985 : 224),

Standar yang digunakan untuk mengukur panjang lengan menggunakan meteran baja
(Antropometer) yang diukur melalui pangkal persendian bahu yang paling atas sampai ujung jari
tengah. Hal ini sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa lengan adalah anggota gerak
bagian atas mulai dari gelang bahu sampai ujung jari (Soedarminta, 1994 : 108).

Berdasarkan pendapat diatas, maka hasil pengukuran dapat dibaca sesuai dengan apa yang tertera
pada alat ukur. Siswa yang memiliki panjang lengan diatas rata-rata maka dianggap sebagai
siswa berlengan panjang, sedangkan siswa yang memiliki panjang lengan dibawah rata-rata
diangggap sebagai siswa yang berlengan pendek.

Untuk cabang olahraga atletik khususnya nomor lempar cakram, apabila ada seseoarang yang
memiliki lengan panjang kecenderungan akan berpengaruh pada jauhnya lemparan jika didukung
oleh kekuatan otot yang baik bila dibandingkan seseorang yang memiliki lengan pendek.

D.    Lempar Cakram


Ada beberapa hal mengenai lempar cakram yang akan diuraikan sebagai berikut :

1. Pengetian lempar cakram


2. Tehnik-tehnik lempar cakram
3. Peraturan dalam lempar cakram

1.    Pengertian lempar cakram


Untuk memahmi pengertian lempar cakram, terlebih dahulu kita memahami pemgertian lempar
cakram. Lempar adalah olahraga dengan melempar (lembing, peluru, martil, cakram).(W. J. S.
Poerwadarminta, 1976 : 584).
Sedangkan cakram sebuah benda kayu yang berbentuk piring berbingkai sabuk besi (Didi
Sugandi, 1986 : 51).
Jadi lempar cakram adalah salah satu nomor lomba dalam atletik yang menggunakan sebuah
benda kayu yang berbentuk piring bersabuk besi, atau bahan lain yang bundar pipih yang
dilemparkan.
2.    Tehnik-tehnik lempar cakram
a.    Cara memegang cakram
Untuk memudahkan memegangnya, cakram diletakkan pada telapak tangan kiri (bagi pelempar
yang tidak kidal) sedangkan telapak tangan kanan diletakkan diatas tengah cakram, keempat jari
agak jarang (terbuka) menutupi pinggiran cakram (ruas jari yang terakhir menutupi cakram)
sedangkan ibu jari bebas.
b.    Ada dua gaya dalam lempar cakram
•    Gaya samping
Sikap permulaan berdiri miring/menyamping kearah sasaran, sesaat akan memulai berputar
lengan kanan diayun jauh ke belakang, sumbu putaran pada kaki kiri (telapak kaki bagian depan
atau ujung) selama berputar lengan kanan selalu di belakang, pada posisi melempar badan
merendah lengan kanan di belakang pandangan ke arah sasaran, setelah cakram lepas dari tangan
kaki kanan melangkah ke depan berpijak dibekas telapak kaki kiri yang saat itu telah berayun ke
belakang.
•    Gaya belakang
Sikap pertama berdiri membelakangi arah lemparan sesaat akan berputar lengan kanan diayun
jauh ke belakang pandangan mulai melirik ke kiri, saat mulai berputar ujung telapak kaki kiri
sebagai sumbu dan tolakan kaki kiri itu pula badan meluncur ke arah lemparan, kaki kanan
secepatnya diayun memutar ke kiri untuk berpijak, sesaat kaki kanan mendarat kaki kiri dengan
cepat pula diayum ke kiri untuk berpijak dan terjadilah sikap lempar, setelah cakram lepas dari
tangan kaki kanan segera diayun ke depan dan kaki kiri diayun ke belakang.

 
3.    Peraturan dalam lempar cakram
Lempar cakram harus dimulai dengan sikap berdiri seimbang dengan lingkaran lempar tanpa
menginjak garis lingkaran. Pelempar tidak boleh meninggalkan lingkaran lempar sebelum juri
mengatakan sah posisi berdirinya melalui setengah lingkaran bagian dalam.pelempar boleh
menyentuh dinding bagian dalam dari balok batas lemparan tetapi tidak boleh menyentuh bagian
atasnya. Lemparan akan diukur dengan lemparan yang ditarik dari bekas jatuhnya cakram yang
terdekat ketepi dalam balok. Bila peserta lebih dari 8 orang, maka peserta akan diberi hak
melempar sebanyak 3 kali, kemudian akan ditentukan 8 pelempar terbaik untuk mengikuti babak
berikutnya (final). Bila peserta lomba 8 orang atau kurang, kesempatan melempar sebanyak 6
kali langsung final.

Lingkaran lemparan tersebut terbuat dari besi, baja atau bahan lain yang sesuai. Bagian atasnya
dipasang rata dengan tanah diluarnya. Bagian dalam terbuat dari semen, aspal atau bahan lain
yang kokoh tetapi tidak licin permukaannya bagian dalam harus datar lebih rendah 14 mm
sampai 26 mm dari sisi atas tepi lingkaran.
Ukuran garis tengah sebelah dalam lingkaran lempar adalah 2,5 m, tebal besi lingkaran lempar 6
mm dan harus dicat putih. Garis putih selebar 5 cm harus ditarik dari bagian atas lingkaran besi
sepanjang 75 cm pada kedua sisi lingkaran.

4.    Faktor-fakor yang mempengaruhi prestasi dalam lempar cakram


a.    Faktor internal atau dari dalam atlet
1.    Kesehatan fisik dan mental yang baik
Kita sebagai manusia terbentuk dari unsur jasmani dan rohani, keduanya memegang peranan
penting dan tidak dapat dipisah satu dengan yang lainnya karena saling mempengaruhi. Apabila
fisik terganggu oleh suatu penyakit maka faktor fsikispun ikut terganggu. Oleh karena itu
kesehatan fisik harus selalu dijaga agar tetap dalam keadaan sehat.

Dengan demikian faktor psikis, pemeliharaan dapat dilakukan dengan jalan pemeliharaan
suasana lingkungan sehat sehingga pikiran tetap jernih, serta perasaaan tenteram dan sebagainya,
menentukan karena segala kegiatan dalm mencapai prestasi memerlukan pembiayaan yang
cukup besar.
b.    Faktor-faktor eksternal (dari dalam atlet)
1.    Lingkungan keluarga
Keluarga dapat dinyatakan sebagai suatu kelompok atau unit terkecil dari masyarakat yang
didalamnya terdapat hubungan erat antara anggota-anggotanya. Orang tua dalam suatu keluarga
mendidik anaknya secara kodrati dengan memberi dorongan.
2.    Latihan
Latihan adalah suatu proses mempersiapkan organisme atlet secara sistematis untuk mencapai
mutu, prestasi maksimal dengan diberi beban latihan fisik dan mental yang teratur, terarah,
meningkat dan berulang-ulang (Rusli Nursalam, 1990 : 19).

Petunjuk latihan
Pada dasarnya tidak terdapat perbedaan kebutuhan latihan bagi para pelempar, jika terdapat
perbedaan hanya terdapat pada latihan tehnis yang dilakukan (Sugito, 1994 : 232).
Secara garis besar disamping kebutuhan latihan untuk meningkatkan kebutuhan tehnik nomor
lempar yang dipilih para pelempar membutuhkan latihan-latihan sebagai berikut :
1.    Latihan kekuatan
Pelempar yang ingin berhasil harus mengembangkan kekuatan otot-ototnya dengan latihan beban
atau weight training. Prinsip-prinsip weight training adalah kesedian untuk mengulang-ulang apa
yang dipelajari. Gerakan dilang berkali-kali sehingga pada akhirnya gerakan-gerakan itu dapat
dilaksanakan tanpa memikir, segala sesuatu sudah berlangsung secara otomatis, cepat dan
efesien. Latihan harus cukup berat sehingga dapat merangsang adaptasi-adaptasi dalam badan.
Latihan yang ringan tidak akan menimbulkan kemajuan dalam kemampuan begitu pula
sebaliknya. Latihan-latihan harus ditingkatkan, latihan harus teratur. Pada akhirnya kemampuan
berprestasi ini dibatasi oleh bakat yang tersimpan didalam anak (Bambang Wijanarko, 1994 :
113).
Dalam memilih macam latihan hendaknya disesuaikan dengan nomor lempar yang diikuti, pada
masa persiapan tahap kedua dapat dilakukan 2 kali dalam seminggu, dan pada masa perlombaan
masih dapat dilakukan sekali seminggu.
2.    Latihan kecepatan
Seorang pelempar tidak hanya harus kuat, tetapi juga mampu bergerak dengan cepat. Bagi
pelempar, kecepatan akan memberikan kekuatan eksplosif yang sangat berguna untuk meningkat
prestasi lempar. Latihan kecepatan bagi para pelempar dapat berupa : lari 30 meter, loncat tegap,
jingkat 3 kali dan pul-up.
3.    Latihan daya tahan
Seorang pelempar juga harus mempunyai daya tahan. Ini dapat dicapai dengan latihan gross
country serta lari interval.
4.    Latihan kelincahan dan keterampilan
Seorang pelempar harus juga memiliki kelincahan dan keterampilan. Ini dapat dicapai dengan
latihan : senam lantai dan senam ketangkasan, loncat tali (rope skiping).

E.    Pengaruh panjang lengan terhadap prestasi lempar cakram

Pengaruh lengan terhadap prestasi lempar pada umumnya sangat besar, ditinjau dari fungsi
lengan sebagai penahan, pemegang dan sebagai alat lemparan terakhir dengan gaya lenting.
Fungsi lengan dalam lemparan ini sesuai dengan pendapat yang mengatakan otot lengan adalah
kekuatan otot-otot atau kelompok otot untuk mengatasi suatu beban dalam menjalankan suatu
aktivitas (Abdul Hamid Syeeh Nur, 1993 : 135).

Makin tinggi dan besar pelempar cakram, makin baik adanya. Pelempar dengan lengan panjang
akan lebih menguntungkan daripada berlengan pendek. Sebab lengan yang panjang mempunyai
jangkauan ayunan yang lebih jauh (Winarno surachman, 1992 : 20). Menunjukkan bahwa bukti
akan kebenaran pendapat diatas. Oleh karena itu para Pembina olahraga khususnya pelempar
cakram perlu kiranya memperhatikan postur atau bentuk tubuh merupakan salah satu faktor
penentu dalam pencapaian preastasi yang maksimal (Soeharno HP, 1985

Seorang yang mempunyai tubuh yang lebih tinggi dan besar sudah jelas mempunyai jangkauan
yang lebih jauh daripada yang mempunyai bentuk tubuh pendek yang pada gilirannya tidak akan
mampu melempar yang lebih jauh.

Gambar   Lapangan Lempar Cakram

Anda mungkin juga menyukai