Anda di halaman 1dari 15

ANGGA PRATAMA

ANGGY PRATIWO
GRIMELDI
FERDI
SUGIWAN
SYARIPUDIN

Sejarah Olahraga Lempar Lembing


Beberapa pakar menyebutkan, lempar lembing diidentikkan dengan aktivitas berburu nenek
moyang manusia. Sebagaimana olahraga atletik lainnya, lempar lembing diadopsi dari kebiasaan
kaum laki-laki pada zaman tersebut.

Aktivitas lempar lembing baru berkembang menjadi suatu olahraga ketika manusia memasuki
masa bercocok tanam dan beternak, meninggalkan masa nomaden yang lebih kental dengan
aktivitas berburunya. Manusia mulai menetap dengan membangun perkampungan atau
perkotaan.

Olahraga lempar lembing juga tercatat dilakukan di beberapa peradaban klasik lainnya. Seperti
peradaban Cina dan Mesir (Egypt) Klasik. Namun, tidak sepopuler seperti di Yunani, karena
olahraga yang paling diminati di Mesir adalah renang dan memancing.

Dengan dasar ini kemudian disimpulkan, bahwa olahraga lempar lembing berasal dari peradaban
Yunani klasik, berakar pada aktivitas berburu leluhur manusia pada zaman purba.

Lembing adalah olahraga yang merupakan keturunan dari banyak bentuk kompetisidiperebutkan
di berbagai bagian dunia kuno yang melibatkan melemparkan dari peluru. Lembing adalah salah
satu peristiwa yang membentuk bagian dari Olimpiade kuno, dan itu termasuk dalam perdana
Olimpiade modern pada tahun 1896. Lembing akhirnya diatur oleh lintasan dan lapangan payung
tubuh, Federasi Atletik Amatir Internasional (IAAF).

1. Cara Memegang

 Cara Finlandia : Pertama lembing diletakkan pada telapak tangan dengan ujung atau mata
lembing serong hamper menuju arah badan. Kemudian jari tengah memegang tepian atau
pangkal ujung dari tali bagian belakang (dilingkarkan, dibantu dengan ibu jari
ndiletakkan pada tepi belakang dari pegangan dan pada badan lembing. Jari telunjuk
harus lemas ke belakang membantu menahan badan lembing. Sedangkan jari-jari yang
lainnya turut memegang lilitan pegangan di atasnya dalam keadaan lemas. Dengan cara
Finlandia ini, jari tengah dan ibu jari yang memegang peranan penting untuk mendorong
tali pegangan pada saat melempar (Syarifuddin, 1992).
 Cara Amerika : Pertama lembing diletakkan pada telapak tangan, dengan ujung atau mata
lembing serong hamper menuju kea rah badan. Kemudian jari telunjuk memegang tepian
atau pangkal dari ujung tali bagian belakang lembing, dibantu dengan ibu jari diletakkan
pada tepi belakang dari pegangan dan pada badan lembing serta dalam keadaan lurus.
Sedangkan ketiga jari lainya berimpit dan renggang dengan jari telunjuk turut membantu
dan menutupi lilitan tali lembing. Jadi dengan pegangan cara Amerika ini jari telunjuk
dan ibu jari memegang peranan mendorong tali pegangan lembing pada saat melempar
(Syarifuddin, 1992).
 Cara Menjepit : caranya hanya menjepitkan lembing diantara dua jari tengah dan jari
telunjuk, sedangkan jari jari lainnya memmegang biasa.
Pera
turan lomba lempar lembing

1. Lembing terdiri atas 3 bagian yaitu mata lembing, badan lembing dan tali pegangan
lembing.
2. Panjang lembing putra : 2,6 m – 2,7 m sedangkan untuk putri : 2,2 m – 2,3 m. berat
lembing putra : 800 gram sedangkan untuk putrid : 600 gram.
3. Lembing harus dipegang pada tempat pegangan
4. Lemparan sah bila lembing menancap atau menggores ke tanah
5. Lemparan tidak sah bila sewaktu melempar menyentuh tanah di depan lengkung
lemparan

Cara membawa lembing


Cara mengambil awalan pada lempar lembing sangat erat kaitannya dengan cara membawa
lembing. Oleh karena itu perlu juga diketahui oleh para atlet lempar lembing.

1. Membawa lembing diatas pundak : Lembing dipegang di atas pundak di samping kepala
dengan mata lembing serong ke atas, siku tangan dilipat atau ditekuk menuju depan. Cara
ini digunakan oleh para pelempar yang menggunakan awalan gaya jangkit (hop-step)
pada waktu akan melempar.
2. Membawa lembing Di bawah
3. Membawa lembing di bawah adalah dengan lengan kanan lurus ke bawah, mata lembing
menuju serong ke atas dan ekornya menuju serong ke bawah hamper dekat dengan tanah.
4. Membawa lembing di depan dada
5. Mata lembing menuju serong ke bawah sedangkan ekornya menuju serong ke atas
melewati pundak sebelah kanan.

B. PERSYARATAN SUATU LEMPARAN YANG SYAH

 Lembing harus di pegang pada bagian pegangannya, dan harus di lempar lewat atas bahu
atau bagian teratas dari lengan si pelempar dan harus tidak dilempar secara
membandul.Gaya non orthodox tidaklah di izinkan untuk dipakai.
 Lemparan itu tidak syah apabila mata lembing tidak menggores tanah sebelum bagian
lembing lainnya.
 Pelempar pada waktu membuat awalan lempar tidak boleh memotong salah satu garis
atau jalur paralel.
 Lemparan tidak syah bila si pelempar menyentuh dengan bagian tubuhnya atau anggota
badan garis lempar, atau garis perpanjangan (garis lempar) yang siku-siku terhadap garis
paralel, atau menyentuh tanah didepan garis lempar dan garis-garis itu semua.
 Sesudah membuat gerakan awalan lempar sampai lembingnya dilepaskan dan
mengudara, tidak sekali-kali pelempar memutar tubuhnya penuh sehingga punggungnya
membelakangi sektor lemparan.
 Pelempar tidak boleh meninggalkan jalur lari awalan sebelum lembing yang dilemparkan
jatuh ke tanah. Dari sikap berdiri meninggalkan jalur lari awalan dari belakang lengkung
garis lempar dan garis perpanjangan.

1. Peralatan lembing

 Konstruksi : Lembing terdiri dari 3 bagian : (1) mata lembing (2) badan lembing dan (3)
tali pegangan.
 Badan lembing di buat dari metal dan pada ujung depan terpasang kokoh sebuah mata
lembing yang runcing.
 Tali pegangan (melilit pada badan lembing) berada dititik pusat gravitasi dan tidak
melibihi garis tengah badan lembing dari 8 mm. Lilitan tali pegangan lembing harus sama
tebal dan bergerigi, tanpa sabuk atau benjolan.
 Panjang lembing untuk putra adalah 2,6 – 2,7 m dan putri adalah 2,2 – 2,3 m. Berat untuk
putra 800 gr dan putri 600 gr.

2. Jalur Lari Awalan

 Panjang jalur awalan lempar harus tidak lebih dari 36,5 m dan tak kurang dari 30 m dan
harus di batasi dengan dua garis paralel selebar 5 cm yang saling terpisah sejauh 4 m.
 Kemiringan kesamping dari jalur lari awalan max 1 : 1.000.

3. Garis Lengkung Lemparan


Lemparan harus dilakukan dari belakang garis lengkung lempar atau sebuah busur dengan jari-
jari 8 cm. Garis lempar ini terdiri dari garis batas lempar dicat putih selebar 7 cm, atau terbuat
dari kayu atau metal dan dipasang rata dengan tanah. Garis lempar ini di perpanjang ke arah
kanan dan kiri 75 cm di buat siku-siku atau tegak lurus dengan garis paralel 4 m. Garis
perpanjangan inipun dicat putih, lebar 7 cm dan panjangnya 0,75 m.

Peraturan Umum Lempar Lembing


1. Lembing harus dipegang pada tempat pegangan
2. Lemparan sah bila mata lembing menancap atau menggores tanah di sector lemparan
3. Lemparan tidak sah bila sewaktu melempar kaki menyentuh lengkungan lemparan, atau
garis 1,5 meter atau menyentuh tanah di depan lengkungan lemparan
4. Sekali mulai melempar, pelempar tidak boleh memutar sepenuhnya badannya, sehingga
punggung menghadap kea rah lengkungan lemparan.
5. Lemparan harus melewati di atas bahu
6. Jumlah lemparan yang diperbolehkan adalah sama seperti tolak peluru dan lempar
cakram.

LEMPAR CAKRAM
Sejarah Lempar Cakram
Berdasarkan cacatan sejarah bahwa lempar cakram adalah salah satu nomor atletik, hal
ini dapat kita ketahui dari buku karangan Homerus yang berjudul “Odyssy” pada zaman purba.
Dalam buku Odyssy tersebut menceritakan bahwa gerak gerakan dasar dari atletik adalah
jalan, lari, lompat dan lempar yang telah dikenal oleh bangsa primitif pada zaman prasejarah.
Bahkan dapat dikatakan sejak adanya manusia, gerak-gerakan itu dikenal. 
Mereka melakukan gerakan jalan, lari, lompat dan lempar semata-mata untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Didalam usaha ini mereka sangat tergantung dari
efisiensi jasmaninya. Mereka yang kurang terampil, kurang tahan berjalan, kurang cepat lari,
kurang tangkas melompat atau melempar akan mati karena kelaparan atau menjadi mangsa
binatang buas bahkan mungkin menjadi korban bencana alam.
Jadi sejak zaman prasejarah, manusia telah menyadari akan manfaat ketahanan berjalan
jauh, kecepatan lari, ketangkasan melompat dan melempar. Sehingga ada sementara orang yang
menganggap atletik adalah cabang olahraga yang tertua.

Pengertian Lempar Cakram


Olahraga lempar cakram adalah salah satu nomor perlombaan lempar yang utama dalam
atletik. Namun dalam perlombaan atletik indoor, nomor lempar cakram tidak diperlombakan.
Olahraga ini telah ada sejak olimpiade kuno. Dalam perlombaan lempar cakram, atlet berlomba
melemparkan objek berbentuk cakram sejauh mungkin dengan mengikuti peraturan yang
berlaku. Dalam perlombaan atletik resmi, diberi kesempatan melempar sebanyak tiga kali.
Kemudian dari sejumlah atlet babak awal, akan dipilih delapan atlet terbaik, yang akan diberi
kesempatan tiga kali lagi. Lempar cakram diperlombakan bagi laki-laki maupun perempuan.
Untuk dapat mendapatkan hasil lemparan yang jauh dengan teknik yang benar, maka
diperlukan latihan dasar dalam olahraga lempar cakram.
Adapun teknik dasar yang perlu dipelajari oleh seorang atlit, serta mahasiswa pada
umumnya adalah sebagai berikut :
1.      Cara awalan yang baik dan benar. 2.      Cara melemparkan cakram.
3.      Cara mengukur hasil lemparan lempar cakram.
4.      Peraturan keselamatan dalam melakukan lempar cakram.

2.3  Tehnik-Tehnik yang Digunakan Dalam Lempar Cakram

a.      Cara Memegang Cakram


Untuk memudahkan memegangnya, cakram diletakkan pada telapak tangan kiri (bagi
pelempar kanan) sedangkan telapak tangan kanan diletakkan diatas tengah cakram, keempat jari
agak jarang (terbuka) menutupi pinggiran cakram (ruas jari yang terakhir menutupi cakram)
sedangkan ibu jari bebas.

b.      Gaya Dalam Lempar Cakram


1)      Gaya samping
Sikap permulaan berdiri miring atau menyamping kearah sasaran, sesaat akan memulai
berputar lengan kanan diayun jauh ke belakang, sumbu putaran pada kaki kiri (telapak kaki
bagian depan atau ujung) selama berputar lengan kanan selalu di belakang, pada posisi melempar
badan merendah lengan kanan di belakang pandangan ke arah sasaran, setelah cakram lepas dari
tangan kaki kanan melangkah ke depan berpijak dibekas telapak kaki kiri yang saat itu telah
berayun ke belakang.
2)      Gaya belakang
Sikap pertama berdiri membelakangi arah lemparan sesaat akan berputar lengan kanan
diayun jauh ke belakang pandangan mulai melirik ke kiri, saat mulai berputar ujung telapak kaki
kiri sebagai sumbu dan tolakan kaki kiri itu pula badan meluncur ke arah lemparan, kaki kanan
secepatnya diayun memutar ke kiri untuk berpijak, sesaat kaki kanan mendarat kaki kiri dengan
cepat pula diayum ke kiri untuk berpijak dan terjadilah sikap lempar, setelah cakram lepas dari
tangan kaki kanan segera diayun ke depan dan kaki kiri diayun ke belakang.

c.       Cara Melakukan Awalan Lemparan


Dengan cara melakukan awalan lempar pertama-tama dimulai dengan posisi pelempar
yang berdiri di belakang lingkaran dengan posisi punggung menghadap ke arah sektor lemparan.
Pelempar harus membuat beberapa kali ayunan cakram dengan lengan lempar untuk membuat
pertimbangan dan mengatur keseimbangan. Badan dan lengan yang berlawanan dengan lengan
lempar bergerak mengikuti gerakan lengan lempar.
Untuk tahap selanjutnya posisi badan masih berputar dan sedikit condong ke belakang.
Sampai saat ini kedua tungkai masih ditekuk dengan baik, tetapi ketika kaki kiri membuat kontak
dengan lantai tungkai kiri hampir diluruskan penuh. Sementara lutut kaki dan pinggul
meneruskan gerakan berputar ke arah lemparan dengan tepat, tariklah bagian atas badan
mengikuti perputaran ini. Pada keadaan seperti ini lengan kiri mulai dibuka ke samping dan
lengan kanan mulai mengayun berputar dengan gerakan cepat di dalam sebuah busur yang lebar
dan bergerak sedikit ke arah atas.
2.4  Sarana dan Prasarana yang Digunakan Dalam Lepar Cakram

a.      Alat
Bahan cakram terbuat dari kayu atau bahan lain dengan bingkai dari metal. Bingkai
berbentuk lingkaran penuh dan tepat di tengah-tengah cakram ada beban yang dapat
dilepaspindahkan.

b.      Ukuran Cakram

1)   Berat cakram untuk senior putra adalah 2 kg dengan diameter  219 mm – 221 mm dan tebal 44
mm hingga 46 mm.

2)     Berat cakram untuk senior putri adalah 1 kg dengan diameter 180 mm - 182 mm dan tebal 37
mm hingga 39 mm.
3)    Berar cakram untuk junior pura adalah 1,25 kg dengan diameter 180 mm - 182 mm dan tebal 37
mm - 39 mm. 
4) Berar cakram untuk junior putri adalah 0,75 kg dengan diameter 145 mm - 170 mm dan tebal 25
mm hingga 35 mm.

a.      Lapangan Lempar Cakram

1. Diameter lingkaran untuk melempar adalah 2,50 meter. 


2. Permukaan lantai tempat melempar harus datar dan tidak licin, terbuat dari semen, aspal,
dan lain-lain. Ligkaran lemparan dikelilingi dengan sangkar (pagar kawat) untuk
menjamin keselamatan petugas, peserta, dan penonton.
3. Bentuk huruf seperti huruf C, dengan diameter 7 meter, mulut 3,3 meter. Sector lemparan
dibatasi garis yang membentuk sudut 40⁰ di pusat lingkaran. 
2.3  Peraturan Dalam Lempar Cakram

1. Lempar cakram harus dimulai dengan sikap berdiri seimbang dengan lingkaran lempar
tanpa menginjak garis lingkaran. Pelempar tidak boleh meninggalkan lingkaran lempar
sebelum juri mengatakan sah posisi berdirinya melalui setengah lingkaran bagian dalam.

3.   Pelempar boleh menyentuh dinding bagian dalam dari balok batas lemparan tetapi tidak boleh
menyentuh bagian atasnya.

4.     Lemparan akan diukur dengan lemparan yang ditarik dari bekas jatuhnya cakram yang terdekat
ketepi dalam balok.
5.  Bila peserta lebih dari 8 orang, maka peserta akan diberi hak melempar sebanyak 3 kali, kemudian
akan ditentukan 8 pelempar terbaik untuk mengikuti babak berikutnya (final).
6.      Bila peserta lomba 8 orang atau kurang, kesempatan melempar sebanyak 6 kali langsung final.
7.      Lingkaran lemparan tersebut terbuat dari besi, baja atau bahan lain yang sesuai.
8.   Bagian atasnya dipasang rata dengan tanah diluarnya, bagian dalam terbuat dari semen, aspal atau
bahan lain yang kokoh tetapi tidak licin permukaannya bagian dalam harus datar lebih rendah 14
mm sampai 26 mm dari sisi atas tepi lingkaran. Ukuran garis tengah sebelah dalam lingkaran
lempar adalah 2,5 m, tebal besi lingkaran lempar 6 mm dan harus dicat putih.
9.   Garis putih selebar 5 cm harus ditarik dari bagian atas lingkaran besi sepanjang 75 cm pada kedua
sisi lingkaran.

TOLAK PELURU
A.      Pengertian Tolak Peluru
Tolak peluru adalah salah satu cabang olahraga atletik. Atlet tolak peluru melemparkan
bola besi yang berat sejauh mungkin. Berat peluru:
• Untuk senior putra = 7.257 kg
• Untuk senior putri = 4 kg
• Untuk yunior putra = 5 kg
• Untuk yunior putri = 3 kg
B.       Sejarah Tolak Peluru
Selama bertahun – tahun nomor ini telah di dominasi oleh atlet yang bertubuh besar dan

kuat. Kemajuan terbesar dalam olahraga tolak peluru terjadi pada tahun 1950, ketika Parry

O,Brien memulai tolakannya menghadap bagian belakang ring, metode ini dikenal sebagai

metode O,Brien atau lebih di kenal dengan teknik meluncur. Teknik yang mendapat popularitas

adalah teknik berputar yang menggunakan lemparan cakram melintasi ring tolak peluru bukan

bergerak ke arah belakang yang telah dilakukan oleh O,Brien dan kedua teknik ini sama

mencapai keberhasilan. Banyak orang awam mengenal apa itu? Peluru!, klau sudah menyangkut

dengan Peluru pasti dihubung-hubungkan dengan Senjata Api. Karena peluru merupakan sebuah

benda atau bisa disebut isinya dari senjata Api. Tapi, peluru ini beda dengan apa yang dipikirkan.

Dan tidak ada hubunganya sama sekali dengan senjata api. peluru ini kalau dihubungkan dengan

olahraga banyak manfaatnya yaitu bisa mendatangkan prestasi membanggakan bagi yang

berminat mendalaminya. Yaitu cabang olahraga tolak peluru yang masuk dalam daftar

perlombaan Nasional maupun Internasional.

C.      Teknik Dasar Tolak Peluru

Terdapat beberapa teknik dasar dalam tolak peluru, diantaranya : Teknik Memegang
Peluru Ada 3 teknik memegang peluru : Jari-jari direnggangkan sementara jari kelingking agak
ditekuk dan berada di samping peluru, sedang ibu jari dalam sikap sewajarnya. Untuk orang yang
berjari kuat dan panjang. Jari-jari agaka rapat, ibu jari di samping, jari kelingking berada di
samping belakang peluru. Biasa dipakai oleh para juara. Seperti cara di atas, hanya saja sikap
jari-jari lebih direnggangkan lagi, sedangkan letak jari kelingking berada di belakang peluru.
Cocok untuk orang yang tangannya pendek dan jari-jarinya kecil.
Teknik Meletakkan Peluru Pada Bahu Peluru dipegang dengan salah satu cara di atas, letakkan
peluru pada bahu dan menempel pada leher bagian samping. Siku yang memegang peluru agak
dibuka ke samping dan tangan satunya rileks di samping kiri badan.
Teknik Menolak Peluru Pengenalan peluru Peluru dipegang dengan satu tangan
dipindahkan ke tangan yang lain Peluru dipegang dengan tangan kanan dan diletakkan di bahu
dengan cara yang benar Peluru dipegang dengan dua tangan dengan sikap berdiri akak
membungkuk, kemudian kedua tangan yang memegang peluru diayunkan ke arah belakang dan
peluru digelindingkan ke depan Sikap awal akan menolak peluru Mengatur posisi kaki, kaki
kanan ditempatkan di muka batas belakang lingkaran, kaki kiri diletakkan di samping kiri selebar
badan segaris dengan arah lemparan. Bersamaan dengan ayunan kaki kiri, kaki kanan menolak
ke arah lemparan dan mendarat di tengah lingkaran. Sewaktu kaki kaki kanan mendarat, badan
dalam keadaan makin condong ke samping kanan. Bahu kanan lebih rendah dari bahu kiri.
Lengan kiri masih pada sikap semula.
Cara menolakkan peluru Dari sikap penolakan peluru, tanpa berhenti harus segera diikuti dengan
gerakan menolak peluru. Jalannya dorongan atau tolakan peda peluru harus lurus satu garis.
Sudut lemparan kurang dari 40o.
Sikap akhir setelah menolak peluru Sesudah menolak peluru, membuat gerak lompatan
untuk menukar kaki kanan ke depan. Bersamaan dengan mendaratnya kaki kanan, kaki kiri di
tarik ke belakang demikian pula dengan lengan kiri untuk memelihara keseimbangan.
Teknik Memegang Peluru
Cara memegang peluru, yaitu:
1.      Peluru diletakkan pada telapak tangan bagian atas
2.      Jari-jari tangan direnggangkan atau dibuka, jari manis, jari tengah, dan jari telunjuk
dipergunakan untuk menekan dan memegang peluru bagian belakang. Sedangkan jari kelingking
dan ibu jari dipergunakan untuk memegang atau menahan peluru bagian samping agar tidak
jatuh atau tergelincir.
3.      Setelah peluru tersebut dipegang dengan baik, kemudian letakkan pada bahu dan menmpel
(melekat) di leher. Siku diangkat ke samping, sedikit serong ke depan.
4.      Pada waktu memegang dan meletakkan peluru pada bahu, usahakan agar seluruh badan dan
tangan dalam keadaan lemas (rileks). Tangan dari lengan yang lain membantu menjaga
keseimbangan.

D.      Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Teknik Tolak Peluru


Cara memegang Awalan Gerakan Tolakan Sikap badan saat menolak
Ketentuan diskualifikasi/kegagalan peserta tolak peluru :
o   Menyentuh balok batas sebelah atas
o   Menyentuh tanah di luar lingkaran
o   Keluar masuk lingkaran dari muka garis tengah
o   Dipangil selama 3 menit belum menolak
o   Peluru di taruh di belakang kepala
o   Peluru jatuh di luar sektor lingkaran
o   Menginjak garis lingkar lapangan
o   Keluar lewat depan garis lingkar
o   Keluar lingkaran tidak dengan berjalan tenang
o   Peserta gagal melempar sudah 3 kali lemparan
Beberapa hal yang disarankan :
1.      Bawalah tungkai kiri merendah
2.      Dapatkan keseimbangan gerak dari kedia tungkai, dengan tungkai kiri memimpin di belekang
3.      Menjaga agar bagian atas badan tetap rileks ketika bagian bawah bergerak
4.      Hasilkan rangkaian gerak yang cepat dan jauh peda tungkai kanan
5.      Putar kaki kanan ke arah dalam sewaktu melakukan luncuran
6.      Pertahankan pinggul kiri dan bahu menghadap ke belakang selama mungkin
7.      Bawalah tangan kiri dalam sebuah posisi mendekati badan
8.      Tahanlah sekuat-kuatnya dengan tungkai kiri

Beberapa hal yang harus dihindari :


1.      Tidak memiliki keseimbanagn dalam sikap permulaan
2.      Melakukan lompatan ketika meluncur dengan kaki kanan
3.      Mengangkat badan tinggi ketika melakukan luncuran
4.      Tidak cukup jauh menarik kaki kanan di bawah badan
5.      Mendarat dengan kaki kanan menghadap ke belakang
6.      Menggerakkan tungkai kiri terlalu banyak ke samping
7.      Terlalu awal membuka badan
8.      Mendarat dengan badan menghadap ke samping atau ke depan

E.       Peralatan
1.        Rol Meter
2.        Bendera Kecil
3.        Kapur / Tali Rafia
4.        Peluru
a)      Untuk senior putra = 7.257 kg
b)      Untuk senior putri = 4 kg
c)      Untuk yunior putra = 5 kg
d)     Untuk yunior putri = 3 kg
5.        Obrient : gaya membelakangi arah tolakan
6.        Ortodox : gaya menyamping
F.       Lapangan Tolak Peluru
o   Lingkaran tolak peluru harus dibuat dari besi, baja ata bahan lain yang cocok yang dilengkungkan,
bagian atasnya harus rata dengan permukaan tanah luarnya. Bagian dalam lingkaran tolak dibuat
dari emen , aspal atau bahan lain yang padat tetapi tidak licin. Permukaan dalam lingkaran tolak
harus datar anatara 20 mm sampai 6 mm lebih rendah dari bibir atas lingkaran besi.
o   Garis lebar 5 cm harus dibuat di atas lingkaran besi menjulur sepanjang 0.75 m pada kanan kiri
lingkaran garis ini dibuat dari cat atau kayu.
o   Diameter bagian dalam lingkaran tolak adalah 2,135 m. Tebal besi lingkaran tolak minimum 6
mm dan harus di cat putih.
o   Balok penahan dibuat dari kayu atau bahan lain yang sesuai dalam sebuah busur/lengkungan
sehingga tepi dalam berhimpit dengan tepi dalam lingkaran tolak, sehingga lebih kokoh.
 Lebar balok 11,2-30 cm, panjangnya 1,21-1,23 m di dalam, tebal 9,8-10,2 cm.

---------selesai---------

Anda mungkin juga menyukai