BAB I
PENDAHULUAN
Bisa dikatakan bahwa atletik merupakan perwujudan dari moto Olimpiade, "Citius, Altius,
Fortius", yang berarti lebih cepat, lebih tinggi, lebih kuat.
Dalam atletik, sang olahragawan diharuskankan untuk berlari lebih cepat, melompat lebih tinggi
dan melempar lebih jauh dari lawannya. Dahulu kala di Olympia, perlombaan tersebut hanyalah
lomba lari yang terkadang mempersulit pelarinya dengan memakaikan baju perang atau
membawa tameng prajurit. Saat ini, atletik telah menjadi cabang olahraga yang cukup populer
di turnamen olahraga. Termasuk dalam cabang atletik adalah jarak 100m hingga marathon
42.195km, dari lempar martil hingga lompat tinggi.
Arena atletik dibagi menjadi empat: jalur, jalan, lapangan dan gabungan.
Pada jalur termasuk: lari jarak pendek (100m, 200m, 400m), jarak menengah (800m, 1500m)
dan jarak jauh (5000m, 10,000m), lari rintang (100m dan 400m untuk wanita, 110m dan 400m
untuk pria), marathon (4 x 100m dan 4 x 400m) dan lari rintang 3000m.
Arena lapangan termasuk: lompat jauh, lompat tinggi, lompat galah, lempar lembing,
lempar martil, tolak peluru, dll. Untuk Lompat galah dan lempar martil khusus wanita
baru dimainkan pertama kali di Olimpiade Sydney 2000.
Arena jalan termasuk marathon untuk pria dan wanita, 20km dan 50km jalan cepat untuk
pria dan 10km untuk wanita.
Gabungan: merupakan heptatlon untuk wanita dan dekatlon untuk pria. Para atlet
bersaing pada sejumlah cabang jalur dan lapangan selama kurang lebih dua hari. Nilai
diberikan berdasarkan banyaknya lomba yang berhasil diselesaikan, oleh masing-
masing dan peserta dengan nilai terbanyak adalah pemenangnya.
(http://www.olympic.or.id/index.php/section/sports/sid/2)
BAB II
PEMBAHASAN
Aktivitas ini baru berkembang menjadi suatu olahraga ketika umat manusia memasuki masa
bercocok tanam dan beternak, meninggalkan masa nomaden yang lebih kental dengan aktivitas
berburunya. Manusia mulai menetap dengan membangun perkampungan atau perkotaan.
Perubahan gaya hidup pun terjadi. Salah satunya adalah aktivitas fisik seperti melempar
lembing tak lagi digunakan untuk berburu. Aktivitas itu dialihkan menjadi suatu olahraga yang
dipertandingkan. Unsur untuk memperoleh makanan (berburu) berubah menjadi upaya
pemenuhan akan hiburan dan prestasi.
Walaupun belum ditemukan catatan sejarah yang otentik mengenai lempar lembing, tapi
sebagian ahli meyakini olahraga ini telah berkembang sejak zaman Yunani Klasik. Saat itu,
lempar lembing termasuk olahraga populer. Tak kalah dengan olahraga jenis atletik lainnya,
seperti lari, lompat, dan lempar cakram.
Olahraga lain yang bernuansa militer pun juga sama populernya, seperti gulat, tinju, memanah,
dan balap kereta. Hal ini menunjukkan bahwa kebudayaan militer Yunani berpengaruh pada
perkembangan olah raga mereka.
Jamak diketahui bahwa peradaban Yunani klasik adalah tempat lahirnya olahraga atletik saat
ini. Bahkan, pertandingan Olimpiade pada zaman modern meniru Olimpiade yang pertama kali
digagas oleh bangsa yang terkenal dengan para filsufnya itu. Termasuk masa
dilangsungkannya, yaitu setiap empat tahun sekali.
Menilik pada sejarahnya, Olimpiade pada masa Yunani klasik merupakan perayaan akbar
bangsa Yunani. Tak hanya berisi pertandingan olahraga, tapi juga jadi tempat
diselenggarakannya berbagai kemegahan seni dan budaya. Even ini merupakan ekspresi
masyarakat Yunani untuk bersyukur dan menyembah para dewa kepercayaannya. Nama
Olimpiade sendiri diambil dari Gunung Olympus, tempat hidupnya para dewa mereka.
Karenanya, Olimpiade puya nilai sakral. Pada saat acara tersebut berlangsung, segala konflik
bersenjata (perang) dan eksekusi bagi para narapidana ditangguhkan. Tujuannya agar
perayaan berlangsung damai. Sehingga para atlet yang bertanding dapat berkompetisi dalam
suasana saling menghargai.
Selain di peradaban Yunani klasik. Lempar lembing juga tercatat dilakukan di beberapa
peradaban klasik lainnya. Seperti peradaban Cina dan Mesir (Egypt) Klasik. Namun, tidak
sepopuler seperti di Yunani.
Olahraga yang populer di peradaban Cina Klasik adalah senam atau akrobat. Sedangkan di
Mesir, olahraga yang paling diminati adalah renang dan memancing. Mengingat Sungai Nil
sebagai pusat peradaban bangsa Mesir, menjadikan kedua olahraga tersebut lebih sering
dilakukan oleh mereka.Termasuk juga untuk dipertandingkan.
Sehingga sangat beralasan jika banyak ahli yang lebih memilih peradaban Yunani klasik
sebagai awal mulanya olahraga lempar lembing. Olahraga yang berakar pada aktivitas berburu
leluhur manusia pada zaman purba
2.1.2 Peralatan
- Konstruksi : Lembing terdiri dari 3 bagian : (1) mata lembing (2) badan lembing dan (3) tali
pegangan
- Badan lembing di buat dari metal dan pada ujung depan terpasang kokoh sebuah mata
lembing yang runcing
- Tali pegangan (melilit pada badan lembing) berada dititik pusat gravitasi dan tidak melibihi
garis tengah badan lembing dari 8 mm. Lilitan tali pegangan lembing harus sama tebal dan
bergerigi, tanpa sabuk atau benjolan.
- Panjang lembing untuk putra adalah 2,6 2,7 m dan putri adalah 2,2 2,3 m. Berat untuk
putra 800 gr dan putri 600 gr.
Sektor Lemparan
Semua lemparan (lembing) yang di anggap syah harus jatuh di dalam sektor lemparan, suatu
daerah yang dibatasi oleh garis 5 cm di sebelah kanan dan kiri garis lempar. Garis 5 cm ini di
buat di tanah dari titik A yaitu titik dari busur atau garis lempar, garis itu ditarik melalui titik Bdan
C pada titik mana busur atau garis lempar itu berpotongan dengan garis 5cm untuk membentuk
sektor lemparan. Sektor lemparan ini boleh atau dapat di beri tanda jarak : 30 cm, 50 cm, 70
cm, dst.
2.1.3 Peraturan dan cara bermain
Lempar lembing termasuk salah satu nomor lempar dalam cabang olahraga atletik, prestasi
yang diukur adalah hasil lemparan sejauh mungkin. Ada beberapa teknik dasar yang harus
dikuasai oleh atlet lempar lembing yaitu : cara memegang lembing, cara membawa lembing,
lempar lembing tanpa awalan, dan lempar lembing dengan awalan. Lembing yang digunakan
terbuat dari logam untuk Putra beratnya 800 gram dengan panjang 2,70 m, sedangkan Putri
beratnya 600 gram dengan panjang 2,30 m.
Teknik dalam lempar lembing. yang pertama, yaitu:
Cara Memegang
1. Cara Finlandia
Pertama lembing diletakkan pada telapak tangan dengan ujung atau mata lembing serong
hamper menuju arah badan. Kemudian jari tengah memegang tepian atau pangkal ujung dari
tali bagian belakang (dilingkarkan, dibantu dengan ibu jari ndiletakkan pada tepi belakang dari
pegangan dan pada badan lembing. Jari telunjuk harus lemas ke belakang membantu menahan
badan lembing. Sedangkan jari-jari yang lainnya turut memegang lilitan pegangan di atasnya
dalam keadaan lemas. Dengan cara Finlandia ini, jari tengah dan ibu jari yang memegang
peranan penting untuk mendorong tali pegangan pada saat melempar (Syarifuddin, 1992).
2. Cara Amerika
Pertama lembing diletakkan pada telapak tangan, dengan ujung atau mata lembing serong
hamper menuju kea rah badan. Kemudian jari telunjuk memegang tepian atau pangkal dari
ujung tali bagian belakang lembing, dibantu dengan ibu jari diletakkan pada tepi belakang dari
pegangan dan pada badan lembing serta dalam keadaan lurus. Sedangkan ketiga jari lainya
berimpit dan renggang dengan jari telunjuk turut membantu dan menutupi lilitan tali lembing.
Jadi dengan pegangan cara Amerika ini jari telunjuk dan ibu jari memegang peranan
mendorong tali pegangan lembing pada saat melempar (Syarifuddin, 1992).
Cara menjepit
Caranya hanya menjepitkan lembing diantara dua jari tengah dan jari telunjuk, sedangkan jari
jari lainnya memmegang biasa.
Awalan
Dalam lempar lembing ada dua macam awalan yang sering digunakan, yaitu : awalan silang
(cross-step) dan awalan jangkit (hop-step). Lempar lembing yang mempergunakan awalan
silang (sross-step) lebih dikenal dengan lempar lembing gaya silang, sedangkan lempar
lembing yang mempergunakan awalan jingkat (hop-step) lebih dikenal dengan lempar lembing
gaya jingkat (Adisasmita, 1986).
Gerakan Melempar
Saat kaki kiri mendarat, kaki kanan ditekuk hingga badan benar-benar jauh condong ke
belakang dan badan sebagian besar pada kaki kanan. Pada saat ini lengan yang membawa
lembing sudah dalam sikap lurus serong ke bawah, mata lembing dan pandangan terarah
kesudut lemparan dan tangan kiri tetap rileks. Saat inilah terjadi sikap melempar yang
sebenarnya. Setelah lembing ditarik melaui pundak/bahu mendekat telinga, seluruh badan
ditinggikan dan dengan secepat-cepatnya melecutkan lembing. Bersamaan dengan itu
lepasnya lembing dengan hentakan pergelangan tangan sebagai sumber kekeuatan terakhir
(Adisasmita, 1986)
Mengayunkan cakram
Ayunkan cakram dengan ring ke depan dan ke belakang di samping tubuh. Pada saat
mengayunkan cakram, tangan yang memegang cakram direntangkan sampai lurus. Jangan
sampai lepas.
Untuk lebih jelasnya berikut ini akan dijelaskan teknik dasar lontar martil tersebut :
Teknik dasar lontar martil dengan awalan dimulai dengan cara martil dipegang pada bagian
handle dengan menggunakan tangan kiri kemudian ditutup dengan tangan kanandan posisi
kedua ibu jari menyilang. Kepala martil boleh ditempatkan di atas tanah sebelah kanan atau
dibelakang si pelempar kemudian pelempar dapat mengayunkan martil sebagi ayunan
permulaan. Titik terendah dari ayunan permulaan adalah hanya ketika martil melewati bagian
kanan dari kaki kanan.
Ketika martil mencapai titik terendah pelempar mulai pivot di atas timit tungkai kiri dan ujung
telapak kaki kanan. putaran dibuat di atas tumit dan kaki kiri sampai mengahadap ke arah
depan dari lingkaran dan kemudian dilanjutkan dengan memutarnya kembali di atas telapak
kaki bagian depan sampai kembali ke arah semula. Tubuh bagian bawah membawa tubuh
bagian atas bergerak ke depan, dengan tangan kiri menutup dada, dan selama tungkai
bergerak, martilpun terus bergerak. Kaki kanan meninggalkan tanah ketika kaki kiri selesai
dengan gerakan tumitny, berat badan dipindahkan ke tungkai kiri dan seterusnya.
3. Fase Akhir
Beberapa saat sebelum putaran berakhir atau sebelum martil mencapai titik terendah, pelempar
sudah mulai menarik martilnya, mempercepat jalannya martil saat bergerak ke arah bawah dan
mencoba untuk mempercepat gerakan kedua tungkai dalam upaya mempercepat gerakan
kedua tungkai dalam upaya mempercepat putaran tubuh bagian bawah.
4. Lemparan
Teknik dasar lontar martil pada tahap ini dilakukan dengan meluruskan kedua tungkai
dengan kuat, badan lebih dibusungkan lagi dengan kepala direbahkan ke arah belakang
atau dengan posisi tertengadah, ketika martil telah ditempatkan pada dudut
trayektorinya, pelempar harus melihat ke arah lemparan, kemudian mengangkat kedua
lengan di akhir gerakannya dan pandangan kedua matanya mengikuti jalannya martil
sebelum mengganti posisi kedua tungkainya.
Semua gaya lompatan boleh dibahagikan kepada empat fasa Pergerakan iaitu : a) Penujuan
larian menghala ke palang b) Lonjakan tindakan kaki untuk menaikkan badan c) Layangan
gaya dan kedudukan badan ketika berada di udara dan di atas palang. d) Pendaratan
sentuhan badan dan bahagiannya dengan tempat mendarat.
Berikut ini merupakan fasa-fasa yang terdapat dalam gaya Fosbury Flop. 1) Penujuan Bisanya
pelompat mengambil tujuh hingga sembilan langkah larian di mana tiga langkah terakhir itu
adalah bentuk melengkung. Larian melengkung inilah yang menyediakn pelompat melepasi
palang dengan bahagian belakangnya dahulu. 2) Lonjakan Ini adalah tindakan yang meledak.
Sebaik sahaja pelompat mengaklhiri larian yang melengkung, kaki luarnya melonjak dengan
kuat apabila memijak tanda lonjakn yang hamper selari dengan palang. Kedua-dua belah
tangan dibengkokkan dan dihayun ke atas dan kaki bebas diangkat tinggi dengan bahagian
lutut juga dibengkokkan. Lutut ini juga digerakkan secara melintang badan untuk membantu
pusingan badan diudara supaya bahu menjadi selari dengan palang. Layangan Semasa di
udara, pelompat menoleh kebelakang (memenadang palang) sambil melentikan badan.Tangan
diletakkan di bahagian sisi badan dan kedua-dua belah kaki dibengkokkan dibahagian lutut.
Lentikkan badan ini akan membantu bahagian punggung pelompat badan melepasi palang.
Setelah badan pelompat melepasi palang, kedua-dua belah kakinya diluruskan dan diangkat
tegak keatas. Tindakan ini dibuat supaya kaki tidak tersangkut pada palang dan ia juga sebagai
Persediaan untuk pendaratan. Pendaratan Serentak dengan mengankat kakinya keatas,
pelompat menarik kepala dan dadanya ke arah kaki. Kedua-dua belah tangan diangkat ke atas
dan pelompat mendarat di atas bahagia belakang badannya (tulang belikat)
(http://ms.shvoong.com/books/guidance-self-improvement/1742564-lompat-
tinggi/#ixzz1jlhIrmzB)
Tanda-tanda/marka-marka
Dalam semua event lapangan apabila suatu jalur ancang-ancang digunakan, tanda-
tanda/marka-marka harus di tetapkan di sepanjang jalur awalan itu, kecualai untuk lompat tinggi
dimana marka itu dapat di pasang pada jalur awalan. Seorang peserta lomba boleh
menggunakan satu atau dua marka (di sediakan dan di sahkan oleh panitia penyelenggara)
guna membantu dia dalam melakukan lari ancang-ancang dan bertolak. Bila marka demikian
tidak tersediakan, dia boleh menggunakan pita perekat namun bukan kapur atau zat yang mirip,
yang meninggalkan bekas yang sukar di hapus.
Urutan lomba
Para peserta lomba harus berlomba dalam suatu urutan hasil dari suatu undian. Apabila ada
babak kualifikasi, ini harus diadakan undian baru lagi untuk babak final.
Catatan: kecuali untuk lompat tinggi dan lompat tinggi galah, tidak ada peserta lomba yang
diijinkan melakukan giliran lomba melebihi 1 x giliran lomba yang dicatat didalam salah satu
babak dari perlombaan.
Dalam semua perlombaan atletik internasional, kecuali kejuaraan dunia (out door, junior, indoor
dan pemuda) dan olimpiade, jumlah giliran lomba dalam event lapangan horizontal boleh
dikurangi. Hal ini harus diputuskan oleh badan nasional atau internasional yang mengatur atau
mengontrol perlombaan dimaksud.
Panjang keseluruhan mistar lompat harus 4,00 meter pada lompat tinggi dan 4,50 meter pada
lompat galah. Berat max mistar lompat harus 2 kg pada lompat tinggi dan 2,25 kg pada lompat
galah. Diameter atau garis tengah pada bagian mistar yang bulat haruslah 30 mm. Mistar
lompat harus terdiri dari 3 bagian batang silinder dan 2 buah ujung mistar yang masing-masing
30-35 mm lebar dan 15-20 cm panjang untuk maksud meletakkanya pada tiang lompat.
1. Peserta dengan jumlah lompatan yang terkecil pada ketinggian dimana hasil sama terjadi,
harus diberikan kedududkan yang lebih tinggi.
2. Bila hasil sama itu masih tetap, peserta lomba dengan jumlah kegagalan terkecil selama
perlombaan sampai dengan ketinggian yang terakhir yang dilewatinya, harus diberikan
kedudukan yang lebih tinggi.
3. Bila hasil sama itu masih tetap :
1. Kalau ini menyangkut kedudukan pemenang atau juara 1, peserta yang membuat hasil sama
harus melakukan lompatan sekali lagi pada ketinggian terendah dimana mereka yang terlibat
pada hasil sama telah kehilangan haknya untuk meneruskan lomba, dan bila tidak ada
keputusan yang dapat dicapai, maka mistar lompat akan dinaikkan bila atlit-atlit yang membuat
hasil sama adalah berhasil, atau diturunkan apabila tidak berhasil, yaitu 2 cm untuk lompat
tinggi dan 5 cm untuk lompat galah. Mereka kemudian mencoba 1 x lompatan pada setiap
ketinggian sampai hasil sama terpecahkan. Para peserta lomba yang membuat hasil sama
harus melompat pada setiap kesempatan ketika memecahkan masalah hasil sama ini.
2. Apabila ini menyangkut kedudukan yang lain, maka peserta lomba yang hasilnya sama harus
diberikan posisis yang sama dalam perlombaan itu.
1. Setelah melompat mistar lompat tidak tetap berada pada penopangnya dikarenakan
gerakan si atlit waktu sedang melompat.
2. Dia menyentuh tanah termasuk daerah pendaratan di balik bidang tegak dari sisi
dengan lebih dekat tiang lompat,baik itu daintara atau di luar tiang lompat dengan salah
satu bagian dari tubuhnta, tanpa pertama kali melewati mistar lompat. Namun, bila dia
melompat seorang peserta lomba menyentuh tempat pendaratan dengan kakinya dan
menurut pendapat Judge/juri tidak memperoleh keuntungan, maka lompatan dengan
alasa itu harus tidak dinilai sebagai suatu kegagalan.
Catatan : Untuk membantu meng-implementasikan peraturan, suatu garis putih lebar 50mm
harus diletakkan dengan titik 3m di luar tiap-tiap tiang, sisi yang lebih dekat ke garis diletakkan
sepanjang bidang yang lebih dekat dengan sisi tiang lompat.
Jalur ancang-ancang dan area atau tempat bertolak.
Panjang minimum jalur ancang-ancang haruslah 15 meter kecuali dalam perlombaan berdasar
pasal 1.1 a), b), dan c) dimana panjang minimumnya adalah 20 meter, bila kondisinya
mengijinkan panjang minimum adalah 20 meter. Kemiringan keseluruhan maksimum jalur
ancang-ancang dan tempat bertolak atau bertumpu harus tidak melebihi 1:250 dalam arah ke
pusat mistar lompat. Daerah tempat bertolak atau bertumpu harus datar.
Peralatan
Tiang lompat. Semua bentuk dan model tiang lompat dapat digunakan, asalkan mereka itu kaku
dan kekar. Tiang itu mempunyai penopang yang kokoh untuk mistar lompat. Tiang lompat ini
haruslah cukup tinggi untuk melebihi tinggi sebenarnya terhadap mana kistar lompat dinaikkan
dengan minimum 10 cm. Jarak antara tiang lompat harus tidak kurang dari 4 meter juga tidak
melebihi dari 4,04 meter.
Tiang lompat atau tiang harus tidak dipindah atau tidak dirubah selama perlombaan
berlangsung kecuali jika wasit memfikirkan bahwa apakah tempat bertumpu atau bertolak
ataukah tempat pendaratan tidak sesuai lagi. Dalam hal ini perubahan harus dilakukan hanya
setelah satu ronde atau babak setelah lengkap selesai dilakukan.
Penopang dan mistar. Penopang ini harus datar dan segi empat, 4 cm lebar x 6 cm panjang. Ini
harus terpasang kokoh pada tiang lompat dan diletakkan saling berhadapan. Ujung mistar
lompat harus duduk atau terletak diatas penopang sedemikian rupa, sehingga bila mistar
disentuh oleh pelompat ini dengan mudah akan jatuh ketanah baik kedepan maupun
kebelakang.
Penopang tidak boleh dibungkus dengan karet atau dengan bahan lain yang memiliki efek
menambah friksi atau geseran antara mereka dengan permuk.
(http://vharsa.wordpress.com/2009/12/24/peraturan-perlombaan-atletik-cabang-lompat-tinggi/)
Teknik Meletakkan Peluru Pada Bahu Peluru dipegang dengan salah satu cara di atas, letakkan
peluru pada bahu dan menempel pada leher bagian samping. Siku yang memegang peluru
agak dibuka ke samping dan tangan satunya rileks di samping kiri badan.
Teknik Menolak Peluru Pengenalan peluru Peluru dipegang dengan satu tangan dipindahkan ke
tangan yang lain Peluru dipegang dengan tangan kanan dan diletakkan di bahu dengan cara
yang benar Peluru dipegang dengan dua tangan dengan sikap berdiri akak membungkuk,
kemudian kedua tangan yang memegang peluru diayunkan ke arah belakang dan peluru
digelindingkan ke depan Sikap awal akan menolak peluru Mengatur posisi kaki, kaki kanan
ditempatkan di muka batas belakang lingkaran, kaki kiri diletakkan di samping kiri selebar
badan segaris dengan arah lemparan. Bersamaan dengan ayunan kaki kiri, kaki kanan menolak
ke arah lemparan dan mendarat di tengah lingkaran. Sewaktu kaki kaki kanan mendarat, badan
dalam keadaan makin condong ke samping kanan. Bahu kanan lebih rendah dari bahu kiri.
Lengan kiri masih pada sikap semula.
Cara menolakkan peluru Dari sikap penolakan peluru, tanpa berhenti harus segera diikuti
dengan gerakan menolak peluru. Jalannya dorongan atau tolakan peda peluru harus lurus satu
garis. Sudut lemparan kurang dari 40o.
Sikap akhir setelah menolak peluru Sesudah menolak peluru, membuat gerak lompatan untuk
menukar kaki kanan ke depan. Bersamaan dengan mendaratnya kaki kanan, kaki kiri di tarik ke
belakang demikian pula dengan lengan kiri untuk memelihara keseimbangan.
Beberapa hal yang disarankan : Bawalah tungkai kiri merendah Dapatkan keseimbangan gerak
dari kedia tungkai, dengan tungkai kiri memimpin di belekang Menjaga agar bagian atas badan
tetap rileks ketika bagian bawah bergerak Hasilkan rangkaian gerak yang cepat dan jauh peda
tungkai kanan Putar kaki kanan ke arah dalam sewaktu melakukan luncuran Pertahankan
pinggul kiri dan bahu menghadap ke belakang selama mungkin Bawalah tangan kiri dalam
sebuah posisi mendekati badan Tahanlah sekuat-kuatnya dengan tungkai kiri
Beberapa hal yang harus dihindari : Tidak memiliki keseimbanagn dalam sikap permulaan
Melakukan lompatan ketika meluncur dengan kaki kanan Mengangkat badan tinggi ketika
melakukan luncuran Tidak cukup jauh menarik kaki kanan di bawah badan Mendarat dengan
kaki kanan menghadap ke belakang Menggerakkan tungkai kiri terlalu banyak ke samping
Terlalu awal membuka badan Mendarat dengan badan menghadap ke samping atau ke depan
2.5.3. Peralatan
Alat yang di gunakan : - Rol Meter - Bendera Kecil - Kapur / Tali Rafia - Peluru a. Untuk senior
putra = 7.257 kg b. Untuk senior putri = 4 kg c. Untuk yunior putra = 5 kg d. Untuk yunior putri =
3 kg - Obrient : gaya membelakangi arah tolakan - Ortodox : gaya menyamping
Ada tiga tipe dalam lompat jangkit, yaitu pelompat datar, terjal, dan pelompat alamiah, ciri-
cirinya antara lain :
urutan jingkat, langkah, dan lompat yang semakin tinggi yaitu datar, tinggi, dan seterusnya
lebih tinggi
gerakan lompatan ini agak mirip pelompat datar.
Tipe lompatan mana yang akan dipilih dari ketiga tipe lompatan tersebut tergantung pada tipe
mana yang lebih baik, kecepatan atau tenaga pelompat, namun bagi pemula sebaiknya
menggunakan tipe lompat datar. pengertian lompat jangkit diatas hanya sebagian kecil yang
dapat dijelaskan, tetapi poin-poin diatas sudah mewakili dari pengertian lompat jangkit itu
sendiri.
Selain itu power atau stamina dalam lompat jangkit lebih banyak diperlukan daripada dalam
lompat jauh. Hal ini karena dalam lompat jauh pelompat hanya melakukan satu kali tolakan
untuk memperoleh jarak sejauh-jauhnya, sedangkan dalam lompat jangkit pelompat melakukan
tiga kali tolakan untuk memperoleh jarak yang sejauh-jauhnya. sehingga dengan demikian
dalam lompat jangkit pelompat harus mempunyai stamina dan power yang lebih banyak agar
pelompat mampu melakukan tiga kali tolakan secara berturut-turut dengan maksimal.
3.1 Kesimpulan
Atletik memiliki beberapa cabang olah raga yang sekarang ini sering dipertandingkan pada
kegiatan olah raga yang berskala nasional maupun internasional. Atletik juga bukan cabang
olah raga yang begitu rumit sehingga orang sulit untuk mempelajarinya tetapi atletik adalah
cabang olah raga dasar yang sederhana yang mengembangkan beberapa gerakan dasar olah
raga seperti lari, lompat dan lempar.
Alat-alat yang digunakan juga tidak begitu sulit didapat bahkan untuk menyiapkan lapangannya
juga pada cabang atletik ini tidak begitu sulit. Jadi altetik bisa menjadi salah satu cabang olah
raga yang bisa kita pilih untuk memelihara kesehatan tubuh kita.
3.2 Saran
1. Berolah ragalah secara teratur agar tubuh kita sehat.
2. Lakukanlah olah raga dengan cara yang benar untuk menghindari cidra atau luka
3. Jika anda berbakat dalam olah raga tertentu, pelajarilah dan tekunilah olah raga tersebut.
4. Olah raga tidak harus melakukan atau memilih salah satu sabang olah raga yang berat, salah
satu cabang atletik ringan bisa kita pilih.