Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ATLETIK CABOR LEMPAR LEMBING

DISUSUN OLEH :
SURANTO 22108011063
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
           Lempar lembing merupakan salah satu cabang olahraga atletik yang membutuhkan
kecekatan dan kekuatan dalam melempar. Media yang digunakan dalam lempar lembing ialah
lembing, yakni sejenis tombak yang ringan dan kecil. Pada awal mulanya, lempar lembing
identik dengan aktivitas berburu nenek moyang manusia, dimana lempar lembing diadopsi dari
kebiasaan kaum laki-laki pada zaman tersebut. Aktivitas ini baru berkembang menjadi suatu
olahraga ketika manusia memasuki masa bercocok tanam dan beternak yang ditandai dengan
mulai munculnya perkampungan atau perkotaan.
           Seiring berubahnya zaman, perubahan gaya hidup pun juga terjadi. Aktivitas fisik seperti
melempar lembing sudah tidak lagi digunakan untuk berburu dan dialihkan menjadi suatu
olahraga yang dipertandingkan untuk memenuhi kebutuhan hiburan dan prestasi. Sebagian ahli
meyakini lempar lembing telah berkembang sejak zaman Yunani Klasik, yang pada kala itu
termasuk dalam olahraga yang populer
1.2. Rumusan Masalah
           Adapun beberapa permasalahan berdasarkan latar belakang di atas yang akan dibahas
adalah sebagai berikut

1.      Pengertian lempar lembing


2.      Peraturan dalam permainan lempar lembing
3.      Teknik-teknik dalam permainan lempar lembing
4.      Media dalam permainan lempar lembing
5.      Informasi lain seputar lempar lembing
2.2. Pengertian Lempar Lembing
           Secara harfiah, lempar lembing berasal dari dua kata, yakni lempar dan lembing. Lempar
berarti usaha membuang sejauh mungkin dan lembing artinya tongkat berujung runcing, maka
jika digabungkan lempar lembing berarti membuang tongkat berujung runcing sejauh mungkin.
Lempar lembing adalah olahraga atletik berjenis lintasan dan lapangan. Pada olahraga ini, atlet
lempar lembing harus berlari pada lintasan untuk ancang-ancang, lalu atlet melemparkan
lembing pada wilayah atau lapangan yang ukurannya sudah ditentukan. Ketentuan lintasan
lempar lembing diatur oleh Federasi Atletik Amatir Internasional (IAAF).
           Olahraga lempar lembing membutuhkan kecepatan, sedangkan olahlaga lempar lainnya
lebih mengutamakan kekuatan. Oleh karena itu, lempar lembing memiliki hubungan yang cukup
erat dengan olahraga sprint. Lempar lembing dapat dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan.
Lempar lembing juga merupakan salah satu bentuk olahraga dari banyak bentuk kompetisi yang
dipertandingkan di berbagai peradaban kuno yang melibatkan aktivitas melempar. Lempar
lembing juga termasuk salah satu bagian yang membentuk olimpiade kuno, termasuk olimpiade
modern pada tahun 1896. Lempar lembing juga termasuk dalam bagian dari acara dua tahunan
Atletik Dunia kejuaraan atletik dimana berbagai daerah bertemu untuk berkompetisi dan juga
bagian dari National Collegiate Athletic Association (NCAA) tahunan kejuaraan trek dan
lapangan.

2.3. Peraturan Lempar Lembing


2.3.1 Ketentuan Umum
           Ketentuan umum mengenai olahraga lembing adalah sebagai berikut.
1.     Lembing harus dipegang pada tempat pegangan yang sudah ditentukan.
2.     Lemparan sah bila lembing menancap atau menggores tanah.
3.   Lemparan tidak sah bila sewaktu melempar, lembing menyentuh tanah di depan lengkung
lemparan.

2.3.2 Persyaratan Lemparan yang Sah


           Lemparan yang terhitung sah dalam olahraga lempar lembing ialah lemparan yang
memenuhi persyaratan sebagai berikut.
1.    Lembing harus dipegang pada bagian pegangannya, dan harus dilempar lewat atas bahu atau
bagian teratas dari lengan si pelempar, serta harus tidak dilempar secara membandul.
2.    Lemparan dianggap tidak sah apabila mata lembing tidak menggores tanah sebelum bagian
lembing lainnya.
3.   Pelempar pada waktu membuat awalan lempar tidak boleh memotong salah satu garis atau jalur
paralel.
4.  Lemparan dianggap tidak sah apabila si pelempar menyentuh dengan bagian tubuhnya atau
anggota badan garis lempar, atau garis perpanjangan (garis lempar) yang siku-siku terhadap garis
paralel, atau menyentuh tanah di depan garis lempar dan garis-garis itu semua.
5.  Sesudah membuat gerakan awalan lempar hingga lembingnya dilepaskan dan mengudara,
pelempar tidak diperbolehkan memutar tubuhnya penuh sehingga punggungnya membelakangi
sektor lemparan.
6.  Pelempar tidak boleh meninggalkan jalur lari awalan sebelum lembing yang dilemparkan jatuh ke
tanah.
7.   Penilaian dalam lempar lembing dilakukan dengan menggunakan bendera putih untuk
menandakan bahwa lemparan yang dilakukan benar, serta bendera merah untuk menandakan
bahwa lemparan yang dilakukan salah. Suatu lemparan diukur dari tanda yang terdekat dengan
kepala lembing sampai ke bagian dalam ujung lingkaran, lalu mengukur antara tanda tersebut.
Cara memegang lembing dan pendaratan atau jatuhnya lembing juga turut mempengaruhi
penilaian.

2.4. Teknik Lempar Lembing


           Tujuan utama dari lempar lembing ialah melempar lembing sejauh mungkin dimana
teknik yang digunakan dipertimbangkan berbagai faktor fisik (aerodinamis), termasuk efek
angin, sudut dimana objek dilepaskan, ketinggian dimana objek dilepaskan, dan kecepatan objek
pada saat dilepas. Dalam olahraga lempar lembing terdapat beberapa teknik yang harus
diperhatikan, diantaranya mengenai cara memegang lembing, cara membawa lembing, gaya
melempar, dan sikap ketika melempar lembing.

2.4.1 Cara Memegang Lembing


           Untuk memegang lembing, terdapat ketentuan khusus yang perlu diperhatikan. Cara
memegang lembing yang baik dan efektif merupakan salah satu kunci penentu hasil lemparan.
Jika ditinjau dari struktur lembing, maka akan terlihat lilitan tali pada lembing sebagai tempat
pegangan yang dianjurkan, karena terdapat titik berat lembing yang diprediksikan paling efektif
untuk memegang lembing. Cara memegang lembing dapat dibagi mejadi tiga macam sebagai
berikut.
1.      Cara Finlandia
Pertama, lembing diletakkan pada telapak tangan dengan ujung atau mata lembing serong hampir
menuju ke arah badan. Kemudian, jari tengah memegang tepian atau pangkal ujung dari tali
bagian belakang, dilingkarkan, serta dibantu dengan ibu jari yang diletakkan pada tepi belakang
dari pegangan dan pada badan lembing. Jari telunjuk harus lemas ke belakang membantu
menahan badan lembing, sedangkan jari-jari yang lainnya turut memegang lilitan pegangan di
atasnya dalam keadaan lemas. Dengan cara Finlandia, jari tengah dan ibu jarilah yang memegang
peranan penting untuk mendorong tali pegangan pada saat melempar, namun cara ini sudah
jarang dipakai karena dianggap tidak menguntungkan.
2.      Cara Amerika
Pertama, lembing diletakkan pada telapak tangan dengan ujung atau mata lembing serong hampir
menuju ke arah badan. Kemudian, jari telunjuk memegang tepian atau pangkal dari ujung tali
bagian belakang lembing, dibantu dengan ibu jari diletakkan pada tepi belakang dari pegangan
dan pada badan lembing, serta dalam keadaan lurus. Sedangkan ketiga jari lainnya, berimpit dan
renggang dengan jari telunjuk turut membantu dan menutupi lilitan tali lembing. Dengan cara
Amerika, jari telunjuk dan ibu jari memegang peranan mendorong tali pegangan lembing pada
saat melempar.
3.      Cara Menjepit
Caranya dengan menjepitkan lembing di antara dua jari tengah dan jari telunjuk, sedangkan jari
jari lainnya memegang biasa.

2.4.2 Cara Membawa Lembing


           Sebenarnya, cara apapun dapat dilakukan untuk membawa lembing, asalkan tidak
mengganggu kecepatan berlari. Cara yang sering dilakukan adalah lembing berada di atas
pundak maupun bahu dengan posisi mata lembing serong ke atas atau bawah agar otot-otot
sekitar bahu dan tangan terasa rileks. Cara lainnya adalah membawa lembing dengan posisi
lembing di samping badan, tangan lurus ke belakang sehingga tidak mendapat kesulitan untuk
mengambil sikap-sikap selanjutnya, namun akan sedikit mendapat hambatan untuk mendapatkan
kecepatan awalan yang optimal. Ada juga yang membawa lembing di bawah dengan lengan
kanan lurus ke bawah, mata lembing menuju serong ke atas, dan ekornya menuju serong ke
bawah hampir mendekati tanah.

2.4.3 Cara Awalan Lempar Lembing


           Awalan adalah gerakan permulaan dalam olahraga lempar lembing. Awalan dilakukan
dengan cara langkah dan lari menuju ke batas tolakan. Awalan lari merupakan bagian yang
pertama guna membangun kecepatan gerak yang diperlukan dalam lemparan. Pada awalan lari,
pelempar berlari sambil membawa lembing di atas kepala dengan lengan ditekuk, siku
menghadap ke depan dan telapak menghadap ke atas. Posisi lembing berada sejajar di atas garis
paralel dengan tanah. Bagian terakhir awalan adalah langkah silang dengan beberapa cara,
diantaranya dengan jingkat, langkah silang di depan, atau langkah silang di
belakang.            Langkah silang, saat kaki kiri diturunkan, dilakukan dengan kedua bahu diputar
berlahan-lahan ke arah kanan, lengan kanan mulai bergerak atau diluruskan ke arah belakang
agar titik pusat gravitasi turun. Perputaran bahu dan pelurusan lengan yang membawa lembing
ke arah belakang diteruskan tanpa terputus dan bergerak terus hingga melewati atas kaki kiri agar
menghasilkan kecondongan tubuh bagian atas ke belakang. Perputaran kedua bahu ke kanan
membuat pilinan di antara tubuh bagian atas dan bawah serta meninggalkan lembing dengan baik
di belakang badan. Pandangan kedua mata selalu lurus kedepan.
           Ketika tungkai kanan mendarat dalam posisi setengah ditekuk di akhir langkah silang,
tumit kanan diangkat saat lutut bergerak maju, dan kedua tungkai dibuka dengan cara
melangkahkan kaki kiri selebar mungkin ke depan dan diinjakkan sedikit ke arah kiri. Kedua
bahu tetap menghadap ke samping dan lembing wajib dipegang dengan baik di belakang dengan
tangan yang membawa lembing tetap berada setinggi bahu. Pergelangan tangan dijaga agar tetap
ditekuk dan telapak tangan menghadap atas agar ekor lembing tidak menyentuh tanah. Selama
pergerakan ini lengan kiri dilipat menyilang dada.
           Ketika kaki kiri diturunkan di posisi akhir lemparan, pemutaran kedua pinggul ke depan
dimulai yang ditandai dengan sebuah putaran ke dalam kaki kanan dan lutut yang dilanjutkan
dengan pelurusan tungkai. Lalu bahu kiri dibuka, siku kanan diputar ke arah luar atas, dan
lembing diluruskan di atas lengan dan bahu. Kaki kiri ditekan ke tanah, kemudian memutar kaki
kanan ke dalam dan meluruskannya sambil lutut kanan turut diluruskan sehingga menghasilkan
sebuah posisi membusur dari badan dan meregang kuat bagian otot depan.

2.4.4 Cara Melempar dan Melepaskan Lembing


           Pada saat lembing akan dilemparkan dari atas kepala, lembing dibawa ke belakang dengan
tangan lurus diputar ke dalam, badan direbahkan ke belakang dengan lutut kaki kanan, lalu
membengkokkan siku. Lembing dibawa secepat-cepatnya k eatas kepala, pinggul didorong ke
depan dan lembing dilemparkan sekuat-kuatnya dari atas kepala ke depan sehingga tangan lurus
dan dibantu dengan menolakkan kaki kanan sekuatnya dan melonjakkan badan ke depan,
kemudian lembing dilepaskan pada saat lurus dan jari-jari tangan mendorong pangkal lilitan tali
lembing.
           Gerakan pelepasan lembing adalah gerakan penting untuk suatu lemparan yang baik,
dimana bahu, lengan atas, dan tangan bergerak berurutan. Mula-mula, bahu melempar secara
aktif dibawa ke depan dan lengan pelempar diputar, sedangkan siku mendorong ke atas.
Pelepasan lembing terjadi di atas kaki kiri dan pada sudut lemparan kira-kira 45º dengan  suatu
gerakan seperti ketapel dari lengan bawah tangan kanan. Kaki kanan meluncur di tanah pada
waktu lembing lepas terjadi pada suatu garis lurus dari pinggang ke tangan pelempar yang hanya
sedikit keluar garis vertikal, sedangkan kepala dan tubuh condong ke kiri pada saat tahap
pelepasan lembing. Lengan kiri ditekuk selama pelepasan lembing
           Saat melepas lembing, diperlukan keseimbangan badan agar tubuh tidak terbawa ke depan
yang dapat mengakibatkan diskualifikasi. Tubuh berpusat pada satu kaki tumpuan. Setelah kaki
kanan ditolakkan ke atas dan ke depan, kaki diangkat ke belakang dengan lemas, lalu badan agak
miring dan condong ke depan kaki kiri dan ke belakang dengan lemas. Kemudian, tangan kanan
dengan siku agak dibengkokkan berada di bawah dekat ke perut dan tangan kiri lemas ke
belakang sehingga pandangan ke arah lembing sampai jatuh.

2.5. Sarana dan Prasarana Lempar Lembing


2.5.1 Lembing
           Lembing adalah sejenis tombak yang ringan dan kecil dengan ukuran panjang 2,6 – 2,7 m
untuk putra dan 2,2 -2,3 m untuk putri. Berat lembing yang digunakan 800 gram untuk putra dan
600 gram untuk putri. Lembing terdiri dari tiga bagian yang berbeda, yakni kepala (mata
lembing) yang terbuat dari logam ringan dan berbentuk runcing, batang (badan lembing) yang
terbuat dari serat karbon atau komposit lain bahan sintetis, dan tali pegangan sepanjang 20 cm
yang melilit badan lembing di titik pusat gravitasi dan tidak melibihi garis tengah badan lembing.
Lilitan tali pegangan lembing harus sama tebal dan bergerigi, tanpa sabuk atau benjolan.

2.5.2 Lapangan Lempar Lembing


           Ukuran Lapangan Lempar lembing telah ditentukan secara internasional menurut standar
IAAF (Federasi Atletik Amatir Internasional) atau PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia).
Ketentuan lapangan lembing adalah sebagai berikut.
1.   Lintasan awal dibatasi oleh garis 5 cm dan terpisah 4 meter. Panjang lintasan minimal 30 m dan
maksimal 36,5 m.
2.    Lengkung lemparan dengan lebar 7 cm dan panjang 75 cm dibuat dari kayu atau logam dan dicat
berwarna putih. Lengkungan ini datar dengan tanah dan merupakan busur dari lingkaran yang
berjari-jari 8 meter. Lengkungan ini diperpanjang ke arah kanan dan kiri dengan dibuat siku-siku
atau tegak lurus dengan garis paralel 4 m dan dicat putih.
3.    Sudut lemparan dengan sudut 29º hingga 30º dibentuk dari dua garis yang dibuat dari titik pusat
lengkung-lemparan memotong kedua ujung lengkung lemparan, dengan tebal garis sektor 5 cm.
2.6. Informasi Lain tentang Lempar Lembing
2.6.1 Hal-Hal yang Patut Diperhatikan dalam Bermain Lempar Lembing
           Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dan harus dihindari saat sedang bermain olahraga
lempar lembing guna mempermudah permainan atau menghindari terdiskualifikasi. Hal-hal yang
patut dilakukan adalah sebagai berikut.
1.     Memegang lembing sepanjang jalur lengan.
2.    Melebarkan langkah terakhir dan membengkokkan secara perlahan-lahan tungkai kanan.
3.     Berlari lurus selama melakukan awalan.
4.     Membawa berat badan melewati tungkai belakang.
5.     Meluruskan lengan lempar dan telapak tangan lempar dalam posisi menghadap ke atas.
6.     Melangkahkan tungkai kiri jauh ke depan.
7.   Membusungkan badan ketika dalam posisi lempar dan membawa sikut ke atas sewaktu
melakukan lemparan.
           
            Sedangkan hal-hal yang harus dihindari adalah sebagai berikut.
1.      Memegang lembing dengan kepalan tangan penuh (menggenggam)
2.      Meloncat ke atas pada langkah terakhir
3.      Melakukan dua kali atau lebih langkah silang
4.      Membawa kedua bahu menghadap ke depan
5.      Pinggul ditekuk sehingga badan membungkuk ke depan
6.      Membengkokkan lengan lempar pada saat mulai melakukan lemparan
7.      Penempatan kaki depan di tanah terlalu jauh ke kiri
8.      Melempar berputar melalui samping kanan badan

            2.6.2 Perbedaan Lempar Lembing dengan Tolak Peluru dan Lempar Cakram
         Tolak peluru, lempar cakram, dan lempar lembing termasuk dalam cabang olahraga atletik.
Perbedaan dari ketiga cabang olahraga tersebut terlihat jelas pada media yang digunakan dalam
permainan, dimana tolak peluru menggunakan bola besi yang berat (peluru), lempar cakram
menggunakan cakram, sedangkan lempar lembing menggunakan tombang yang ringan dan kecil
(lembing). Selain itu, pada olahraga lempar lembing, gaya yang digunakan saat melempar
lembing sudah ditentukan sehingga pemain tidak boleh menggunakan gaya lain. Dalam olahraga
lempar lembing dibutuhkan kecepatan, sedangkan olahlaga lempar lainnya lebih mengutamakan
kekuatan.

PENUTUP
            3.1. Kesimpulan
          Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa lempar lembing merupakan olahraga
melempar tongkat berujung runcing sejauh mungkin yang melibatkan tubuh bagian atas dan
bawah, mulai dari otot, sendi, hingga sumbu dan bidang. Koordinasi dari bagian-bagian tubuh
tersebut menghasilkan gerakan lempar lembing yang baik. Dalam olahraga lempar lembing, juga
diperlukan penguasaan beragam teknik-teknik guna tercapainya hasil yang maksimal dan sesuai
harapan (lemparan yang baik), serta terdapat beberapa peraturan yang harus dipatuhi dan hal-hal
yang patut diperhatikan atau dihindari agar tidak terdiskualifikasi.

            3.2. Saran
             Olahraga lempar lembing harus diperkenalkan kepada anak didik untuk menghasilkan
bibit-bibit atlet berpotensi. Saat ini, pengenalan akan olahraga lempar lembing kepada peserta
didik di sekolah masih minim dikarenakan fasilitas yang kurang memadai. Oleh karena itu,
pemerintah dan pihak sekolah perlu menambah fasilitas lapangan yang memadai agar peserta
didik dapat mengenal sekaligus berlatih olahraga lempar lembing. Diharapkan akan muncul
kader-kader baru dalam olahraga lempar lembing yang dapat mengangkat nama baik bangsa
Indonesia dan membuat olahraga lempar lembing terus berkembang.

Anda mungkin juga menyukai