Anda di halaman 1dari 20

LEMPAR LEMBING

TAZKIA NUR HAFIZAH – XI IPS 1


PENGERTIAN
Suatu aktivitas manusia melempar sebuah benda bernama lembing, yakni tongkat
panjang berujung runcing, atau lebih familiar disebut sebagai tombak.
Namun pada konteks olah raga, lempar lembing dapat didefinisikan sebagai salah satu
nomor atletik melempar di mana sang atlet mempertunjukkan kemampuannya untuk
melempar sebuah lembing dengan gaya dan teknik tertentu dengan mengikuti segala
peraturan dalam pertandingan tersebut untuk memperoleh jarak lempar terjauh.
MATERI
GAYA
1. Gaya Amerika
Pada gaya ini, posisi jari ketika memegang lembing adalah jari telunjuk dan jari jempol
menggenggam pegangan lembing pada batas tali bagian belakang, tiga jari berikutnya
menggenggam pegangan namun tidak terlalu kuat atau renggang yang berfungsi hanya
sebagai penjaga keseimbangan lembing ketika dibawa berlari pada saat awalan.
2. Gaya Finlandia
Hampir mirip dengan gaya Amerika, pada gaya Finlandia jari jempol dan jari tengah bertugas
menggenggam pegangan lembing paling belakang, sementara jari telunjuk lurus menahan lembing dan
jari-jari sisanya hanya menggenggam longgar pegangan lembing bagian depan.Gaya ini cenderung lebih
mudah dipraktikkan oleh pemula karena keseimbangan lembing dijaga oleh jari telunjuk dalam posisi lurus,
dan jari manis dan kelingking dalam posisi menggenggam longgar.
3. Gaya Penjepit / Tang
Posisi tangan pada gaya ini adalah jari telunjuk dan jari tengah menjepit pegangan paling
belakang lembing, sementara jari jempol, jari manis dan telunjuk menggenggam longgar lembing bagian
pegangan sisanya. Gaya ini juga bisa dikatakan stabil dan mudah dipraktikkan oleh pemula.
Selain gaya dalam memegang lembing, ada juga gaya dalam memulai awalan hingga melakukan lemparan. Gaya ini
fokus pada langkah kaki dengan dua jenis, yakni:

1. Hop Step / Gaya Berjingkat

Teknik ini dimulai dengan melangkahkan kaki dengan cara berjingkat mulai dari kecepatan sedang menuju
kecepatan tinggi. Gaya ini berdampingan dengan gaya memegang lembing cara Finlandia dan tang dimana
posisi lembing berada di atas bahu, baik dibawa sejajar bahu pada saat awalan atau berada pada posisi
atas lurus ke depan. Gaya ini dipergunakan untuk menciptakan gaya dorong pada seluruh bagian tubuh ke
arah depan yang dipusatkan pada lengan pembawa lembing. Pada saat melempar, karena saking kuatnya
daya dorong yang diciptakan tubuh akan melompat dan jatuh kedepan setelah lembing terlempar. Gaya
ini, secara teori, biasanya akan menghasilkan lemparan ke arah tengah lapangan atau kurang lebih lurus
dengan posisi pelempar.
2. GAYA CROSS /
MENYILANG
Silangan kaki dihasilkan dari putaran
badan sejak hendak melempar hingga
mulai melempar. Karena badan berputar
dari arah kanan ke kiri, demikian pula
dengan posisi kaki sehingga tampak
menyilang. Gaya ini biasanya bersanding
dengan gaya memegang lembing
Amerika yang cenderung mengarahkan
ujung tombak ke atas dengan sudut 45
derajad.

Awalan yang digunakan adalah lari biasa


dengan kecepatan sedang menuju
kecepatan tinggi. Silangan kaki dan
badan yang bersamaan dengan lengan
yang melempar akan menghasilkan daya
lempar yang kuat dengan arah yang
lebih cenderung menyamping alias tidak
terlalu ketengah. Berbeda dengan gaya
hop step, pada gaya cross step ini tubuh
atlet tak akan jatuh ke depan seusai
melemparkan lembing. Kalaupun tubuh
jatuh, maka tubuh tersebut akan jatuh
ke samping mengikuti arah putaran
tubuh dan silangan kaki.
TEKNIK DASAR

1. Cara Memegang Lembing


Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, ada tiga gaya dalam memegang lembing, yakni
gaya Amerika, Finlandia, dan tang. Atlet akan memilih salah satu gaya ini. Setelah itu, barulah ia memulai
awalan.
2. Cara Memulai Awalan
Yang perlu diperhatikan dalam melakukan awalan adalah posisi tubuh saat bersiap, posisi kepala dan
mata saat berlari, posisi lengan saat membawa lembing, dan gaya dalam melangkah dan melempar (hop
cross/step cross).
3. Cara melempar
Sebelum melempar, maka posisi lembing ditarik ke samping kanan-belakang, lalu dilempar sekuat-
kuatnya ke arah depan. Pastikan ujung lembing mengarah ke depan-atas dengan sudut 45 derajad.
Usahakan seluruh tubuh pada saat melempar tidak kaku melainkan mengalir mengikuti efek lemparan
sehingga seluruh tubuh akan ikut melepaskan energi lemparan dan bukan sebaliknya, menjadi
penghambat lemparan.
TEKNIK LEMPAR LEMBING
1. Awalan
Posisi tubuh pada awal persiapan adalah tegak lurus, tangan kanan memegang lembing pada posisi horizontal di atas pundak
sehingga siku lengan pembawa lembing tertekuk. Bernafas rileks dan dalam. Kepala tegak lurus dengan pandangan mata ke depan
sejauh mungkin. Setelah siap dan terdengar aba-aba wasit, maka kaki mulai berlari dengan sedikit berjingkat untuk menegaskan
gaya ini, disusul dengan lari normal dengan kecepatan tinggi sambil masih mempertahankan posisi lengan membawa lembing. Pada
6 langkah terakhir, gerakan kaki kembali berjingkat dan bersiap untuk melakukan lemparan.
2. Melempar
Pada empat langkah sebelum terakhir, lembing ditarik ke belakang dan menghadap ke atas dengan sudut 45 derajad, tatapan mata
fokus pada titik lempar terjauh, energi fokus untuk melempar dan langkah ke tiga sebelum terakhir kaki kanan berjingkat dan
badan sedikit terangkat, kaki kiri menjadi tumpuan jatuh, kemudian kaki kanan sedikit menekuk kebawah dan langsung melakukan
tolakan kedepan sembari melemparkan lembing.
3. Pasca Melempar
Kadangkala tolakan yang besar dan lemparan yang kuat ke arah depan membuat seluruh tubuh juga seolah terlempar kedepan
sehingga tak jarang lemparan semacam ini membuat atlet jatuh ke depan karena menahan tubuh untuk mengarah ke depan justru
akan menghambat lemparan. Oleh karenanya, posisi kepala tak boleh sedikitpun menunduk meski telah melempar lembing karena
jika kepala menunduk dan tubuh jatuh kedepan, dikhawatirkan akan membuat wajah cidera karena terbentur tanah.Jikalau tubuh
jatuh, usahakan jatuh dengan tumpuan dada dan kedua tangan pada saat bersamaan.
SEJARAH
Lempar lembing atau lempar tombak merupakan salah satu aktivitas dan ketrampilan
sehari-hari yang dimiliki oleh manusia sejak zaman purba dimana manusia masih
hidup dengan cara berburu.Lembing merupakan salah satu alat berburu yang
sederhana dan efisien sehingga alat ini disinyalir sebagai salah satu alat pertama
dalam berburu (selain dengan cara menangkap buruan tanpa alat, melempar dengan
batu dan benda-benda sederhana lainnya). Keberadaan lembing ini menunjukkan
adanya kemajuan proses berfikir pada manusia purba, yakni mereka mulai bisa
menciptakan alat yang berguna untuk bertahan hidup selain ada juga peralatan dari
batu seperti kapak perimbas, pisau (batu dengan permukaan samping yang tajam),
dan pemukul (pentungan). Aktivitas melempar lembing ini tetap bertahan lama meski
manusia mulai berkembang dan telah mengenal logam untuk membuat berbagai
sejata canggih seperti pedang, panah, rantai, dan lain sebagainya.
Tombak atau lembing ini selain merupakan senjata
yang bisa dilemparkan hingga mengenai sasaran,
juga bisa dipergunakan sebagai sejata dengan
jangkauan yang lebih panjang jika dibandingkan
dengan pedang. Maka tak heran jika sejak masa
purba hingga era logam, manusia berlatih untuk
bisa melempar lembing atau tombak. Yup, hal ini
perlu latihan. konon, olahraga lempar lembing
bermula dari aktivitas lempar lembing pada zaman
dahulu. Bagaimanapun juga bisa melempar lembing
hingga mengenai sasaran pada jarak yang jauh
merupakan suatu hal yang mengagumkan dan tak
jarang hal itu menjadi hal menarik untuk dilihat.
Mula-mula orang hanya berlatih, namun kemudian
mulai berlomba untuk menunjukkan kebolehannya
hingga akhirnya aktivitas ini menjadi ajang
perlombaan tersendiri yang telah diadakan sejak
zaman dahulu. Di era awal peradaban tinggi, yakni
peradaban yunani kuno, lempar lembing telah
diperlombakan dalam olimpiade kuno, yakni pada
tahun 776 SM. Namun belum diketahui secara pasti
mengenai peraturan dan segala hal tentang
pertandingan lempar lembing pada waktu itu jika
dibandingkan dengan lempar lembing pada saat ini.
Namun yang jelas, pertandingan lempar lembing
atau lempar tombak pada masa lalu tak hanya
mengejar poin sebagai pelempar dengan lemparan
terjauh karena ada juga perlombaan lempar
lembing dengan target tertentu sebagaimana
pertandingan memanah.
Pada waktu itu, ideal lempar lembing adalah bisa
melempar dengan jarak yang jauh sekaligus bisa
mengenai sasaran.
Konon, Achiiles merupakan prajurit Sparta yang sekaligus merupakan pelempar lembing yang tak terkalahkan pada
waktu itu karena ia tak hanya dikenal kepiawaiannya dalam pertandingan namun juga dalam medan perang.
Lempar lembing mulai masuk dalam cabang atletik olimpiade modern pada tahun 1908 dan hanya diikuti oleh atlet
laki-laki saja.
Peraturannya sederhana, atlet melempar tongkat panjang dengan ujung runcing yang disebut sebagai lembing
pada batas lemparan yang disediakan untuk mencapai jarak lempar sejauh-jauhnya. Kemenangan diperoleh jika
sang atlet mampu melempar dengan jarak terjauh diantara peserta lainnya. Pada tahun olimpiade 1932, olahraga
lempar lembing akhirnya juga diperuntukkan untuk perempuan dan tentu saja dengan menggunakan lembing yang
berbeda dengan laki-laki. Sejak saat itu, olahraga lempar lembing dibuka untuk dua kelas, yakni laki-laki dan
perempuan.
ALAT
Beberapa peralatan yang diperlukan oleh seorang atlet lempar lembing adalah
lembing, serbuk untuk tangan agar tidak basah karena keringat sehingga nyaman
untuk melakukan lemparan, pakaian yang nyaman digunakan untuk pertandingan, dan
sepatu. Lembing dalam lempar lembing bukanlah sembarang lembing, melainkan
lembing dengan tiga bagian khusus, yakni tongkat yang terbuat dari metal ringan
(dahulu merupakan kayu), mata lembing yang terbuat dari logam dan berujung
runcing, dan tali yang dililitkan di lembing sebagai pegangan. Lembing ini dibuat
sedemikian rupa dengan standart yang ditetapkan sebagaimana akan dijelaskan pada
bagian selanjutnya.
UKURAN
Lembing yang digunakan dalam pertandingan lempar lembing memiliki standard
internasional yang mana lembing untuk atlet putra dan atlet putri berbeda.
Lembing untuk atlet putra memiliki panjang 2,60 meter-2,70 meter dengan berat 800
gram, sedangkan lembing untuk atlet putri berukuran panjang 2,20 meter-2,30 meter
dengan berat 600 gram.
PERATURAN
▪ Dalam pertandingan berskala internasional seperti olimpiade, semua lembing
disediakan oleh panitia penyelenggara dan semua yang dipergunakan telah diperiksa
sedemikian rupa hingga masing-masing 99% identik satu sama lain berdasarkan
kelasnya. Namun untuk pertandingan berskala kecil seperi pertandingan tingkat lokal
atau daerah, atlet boleh membawa lembing sendiri asalkan sesuai dengan kriteria
yang ditetapkan oleh panitia. Ketika dalam pertandingan, atlet lempar lembing hanya
boleh menggunakan awalan hingga melempar pada tempat yang disediakan.
Melempar melebihi batas yang ditentukan merupakan lemparan yang tidak sah.
Pendaratan lembing bisa dinyatakan sah dan dapat dinilai apabila bagian lembing
yang jatuh terlebih dahulu merupakan mata lembing pada area yang disediakan
dengan posisi menancap tanah atau hanya menggores tanah. Pada saat awalan,
lembing sama sekali tidak boleh menyentuh tanah karena hal itu akan dinyatakan
sebagai diskualifikasi yang setara dengan apabila atlet melempar di luar area yang
disediakan, misalnya melebihi batas awalan.Semua atlet akan bertanding untuk
memperoleh jarak terjauh dari lembing yang telah terlempar dan masing-masing atlet
hanya memiliki 1 kali kesempatan untuk melempar lembing.
LAPANGAN
Dari gambar di samping, ada tiga bagian
lapangan lempar lembing, yakni jalur awalan,
sudut lemparan dan sektor lemparan lembing.
Berikut penjelasannya

Jalur awalan merupakan trak dengan panjang


minimal 30 meter dan maksimal 36,5 meter.
Jalur ini memiliki lebar 4 meter.
Sementara pada area gambar sudut
merupakan area untuk melemparkan lembih
setelah berlari dalam trak awalan. Dari poros
tengah menuju pojok busur, sudut yang
terbentuk adalah 30 derajad. Sudut ini
merupakan petunjuk garis batas luar kanan
dan kiri area sektor lemparan. Jarak antara
titik A atau titik ancang-ancang untuk
melempar hanyalah 8 meter dari bibir busur,
yakni garis akhir yang tak boleh dilewati oleh
atlet ketika melempar. Namun boleh disentuh
jika sudah melempar, misalnya untuk
menjatuhkan tubuh.
Sektor lemparan merupakan lapangan yang
berbentuk kerucut dengan sudut
sebagaimana telah ditetapkan di area sudut.
Panjang lepangan pendaratan ini minimal 100
meter karena sejauh ini belum ada atlet yang
bisa melempar lembing sejauh 100 meter.
ATLETIK LEMPAR
LEMBING
Lempar lembing menjadi salah satu cabang
atletik sejak tahun 1908 dan sekaligus ikut
terdaftar dalam IAAF (International Amateur
Athletic Federation). Pertandingan ini tak
pernah absen dalam olimpiade sejak
pertama kali diperlombakan dalam ajang
olimpiade modern. Dari masa ke masa,
teknik dan rekor terus berkembang. Salah
satu atlet lempar lembing terbaik dunia dan
belum terpatahkan rekornya hingga kini
adalah Jan Železný, satu-satunya orang yang
bisa melempar lembing hingga sejauh 98,48
meter pada tahun 1996. Ia memenangkan
medali emas pada olimpiade tahun 1992,
1996, dan 2000. Setelah itu pada tahun
2006 ia pensiun dan menjadi inspirasi bagi
banyak atlet lempar lembing. Selain itu,
Johannes Vetter menjadi atlet nomor dua
yang bisa melemparkan lembing dengan
jarak yang fantastis, yaitu 94,44 meter pada
tahun 2017. Sedangkan Thomas Rohler
merupakan atlet ketiga yang bisa
melemparkan lembing hingga sejauh 93,90
meter. Ketiga nama itu menjadi legenda
dalam dunia lempar lembing.
FAKTOR PENENTU PRESTASI
Untuk menjadi atlet lempar lembing yang berprestasi tidaklah mudah dan butuh waktu lama untuk terus menerut
latihan. Atlet hebatpun akan latihan secara rutin untuk menjaga tubuhnya agar selalu luwes dan tetap mahir dalam
melakukan lemparan.Namun demikian, pada sebuah pertandingan, prestasi atlet tak hanya ditentukan oleh kualitas
latihan, namun juga hal-hal berikut ini:
1. Cuaca dan Angin
Lembing yang terlempar pada ketinggian tertentu pada akhirnya akan bergesekan dengan angin.Hembusan angin sedikit
banyak akan mengubah sudut hasil lemparan dan sekaligus bisa mengurangi atau menambah kecepatan lembing dan
berpengaruh pada jarak yang dihasilkan sehingga cuaca dan angin menjadi faktor penting yang berpengaruh pada skor
dalam lempar lembing.
2. Dukungan Tim dan Supporter
Dukungan, sorak sorai dari penonton merupakan energi yang secara tidak langsung akan terserap oleh atlet dan bahkan
mempengaruhi semangatnya. Semakin besar energi yang disalurkan oleh suporter, maka semakin besar pula semangat
dan energi atlet untuk tampil di gelanggang pertandingan
3. Stamina, Kesehatan Fisik dan Psikis
Stamina, kesehatan fisik dan psikis merupakan salah satu faktor penting yang menentukan performa pertandingan.
Sebaiknya selama musim pertandingan berlangsung, atlet terus menerus menjaga kesehatan tubuh, pikiran dan
perasaannya agar bisa tampil dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai