Anda di halaman 1dari 13

LEMPAR LEMBING

Pengertian Lempar Lembing


Lempar lembing secara sederhana bisa diartikan sebagai suatu aktivitas manusia melempar
sebuah benda bernama lembing, yakni tongkat panjang berujung runcing, atau lebih familiar
disebut sebagai tombak.

Namun pada konteks olah raga, lempar lembing dapat didefinisikan sebagai salah satu nomor
atletik melempar di mana sang atlet mempertunjukkan kemampuannya untuk melempar sebuah
lembing dengan gaya dan teknik tertentu dengan mengikuti segala peraturan dalam
pertandingan tersebut untuk memperoleh jarak lempar terjauh.

Materi Lempar Lembing

via pinterest.com
Berikut ini merupakan beberapa materi dasar dalam pelajaran lempar lembing, khususnya yang
diajarkan di sekolah.

Materi dasar ini mencakup beberapa hal seperti pengertian umum mengenai olah raga atletik
lempar lembing, sejarah lempar lembing mulai dari sebelum menjadi olah raga yang
diperlombakan hingga menjadi ajang perlombaan internasional.

Terdapat juga penjelasan mengenai gaya lempar lembing beserta teknik dasar dan teknik secara
umum dari masing-masing gaya tersebut, materi tentang peralatan dan lapangan yang
dibutuhkan dalam lempar lembing beserta ukurannya, dan peraturan lempar lembing.
Semua materi lempar lembing tersebut sekaligus akan dibahas dalam poin-poin pada artikel ini
mulai dari poin pertama hingga terakhir.

Gaya Lempar Lembing

via pinterest.com
Ada tiga gaya memegang lembing yang bisa dikategorikan juga sebagai gaya lempar
lembing, yakni:

1. Gaya Lempar Lembing Amerika


Gaya ini tentu saja berasal dari Amerika, secara
lebih spesifik diperkenalkan oleh atlet lempar
lembing asal Amerika. Namun kemudian gaya ini
diadaptasi di seluruh dunia.

Pada gaya ini, posisi jari ketika memegang lembing


adalah jari telunjuk dan jari jempol menggenggam
pegangan lembing pada batas tali bagian belakang,
tiga jari berikutnya menggenggam pegangan namun
tidak terlalu kuat atau renggang yang berfungsi
hanya sebagai penjaga keseimbangan lembing
ketika dibawa berlari pada saat awalan.
2. Gaya Lempar Lembing Finlandia
Sebagaimana gaya Amerika, gaya Finlandiapun juga
diperkenalkan oleh atlet lempar lembing asal
Finlandia.

Hampir mirip dengan gaya Amerika, pada gaya


Finlandia jari jempol dan jari tengah bertugas
menggenggam pegangan lembing paling belakang,
sementara jari telunjuk lurus menahan lembing dan
jari-jari sisanya hanya menggenggam longgar
pegangan lembing bagian depan.

Gaya ini cenderung lebih mudah dipraktikkan oleh pemula karena keseimbangan lembing
dijaga oleh jari telunjuk dalam posisi lurus, dan jari manis dan kelingking dalam posisi
menggenggam longgar.

3. Gaya Lempar Lembing Penjepit / Tang


Entah darimana asalanya gaya ini, namun gaya penjepit
atau tang juga sering dipergunakan oleh atlet untuk
memegang lembing.

Posisi tangan pada gaya ini adalah jari telunjuk dan jari
tengah menjepit pegangan paling belakang lembing,
sementara jari jempol, jari manis dan telunjuk
menggenggam longgar lembing bagian pegangan
sisanya.

Gaya ini juga bisa dikatakan stabil dan mudah


dipraktikkan oleh pemula.

Selain gaya dalam memegang lembing, ada juga gaya dalam memulai awalan hingga
melakukan lemparan. Gaya ini fokus pada langkah kaki dengan dua jenis, yakni:

1. Hop Step / Gaya Berjingkat

via pinterest.com
Teknik ini dimulai dengan melangkahkan kaki dengan cara berjingkat mulai dari kecepatan
sedang menuju kecepatan tinggi.

Gaya ini berdampingan dengan gaya memegang lembing cara Finlandia dan tang dimana posisi
lembing berada di atas bahu, baik dibawa sejajar bahu pada saat awalan atau berada pada posisi
atas lurus ke depan.

Gaya ini dipergunakan untuk menciptakan gaya dorong pada seluruh bagian tubuh ke arah
depan yang dipusatkan pada lengan pembawa lembing.

Pada saat melempar, karena saking kuatnya daya dorong yang diciptakan tubuh akan melompat
dan jatuh kedepan setelah lembing terlempar.

Gaya ini, secara teori, biasanya akan menghasilkan lemparan ke arah tengah lapangan atau
kurang lebih lurus dengan posisi pelempar.

2. Cross Step / Gaya Menyilang

via wikihow.com
Gaya cross step atau langkah menyilang ini akan tampak pada saat atlet sampai pada 2-3
langkah terakhir sebelum melempar.

Silangan kaki dihasilkan dari putaran badan sejak hendak melempar hingga mulai melempar.
Karena badan berputar dari arah kanan ke kiri, demikian pula dengan posisi kaki sehingga
tampak menyilang.

Gaya ini biasanya bersanding dengan gaya memegang lembing Amerika yang cenderung
mengarahkan ujung tombak ke atas dengan sudut 45 derajad.

Awalan yang digunakan adalah lari biasa dengan kecepatan sedang menuju kecepatan tinggi.

Silangan kaki dan badan yang bersamaan dengan lengan yang melempar akan menghasilkan
daya lempar yang kuat dengan arah yang lebih cenderung menyamping alias tidak terlalu
ketengah.

Berbeda dengan gaya hop step, pada gaya cross step ini tubuh atlet tak akan jatuh ke depan
seusai melemparkan lembing. Kalaupun tubuh jatuh, maka tubuh tersebut akan jatuh ke
samping mengikuti arah putaran tubuh dan silangan kaki.
Teknik Dasar Lempar Lembing

via pinterest.com
Pada dasarnya, teknik lempar lembing bisa dibagi menjadi 3, yakni:

1. Cara Memegang Lembing


Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, ada tiga gaya dalam memegang
lembing, yakni gaya Amerika, Finlandia, dan tang. Atlet akan memilih salah satu gaya ini.
Setelah itu, barulah ia memulai awalan.

2. Cara Memulai Awalan


Yang perlu diperhatikan dalam melakukan awalan adalah posisi tubuh saat bersiap, posisi
kepala dan mata saat berlari, posisi lengan saat membawa lembing, dan gaya dalam melangkah
dan melempar (hop cross/step cross).

3. Cara melempar
Sebelum melempar, maka posisi lembing ditarik ke samping kanan-belakang, lalu dilempar
sekuat-kuatnya ke arah depan. Pastikan ujung lembing mengarah ke depan-atas dengan sudut
45 derajad.

Usahakan seluruh tubuh pada saat melempar tidak kaku melainkan mengalir mengikuti efek
lemparan sehingga seluruh tubuh akan ikut melepaskan energi lemparan dan bukan sebaliknya,
menjadi penghambat lemparan.

Teknik Lempar Lembing


via pinterest.com
Berikut ini merupakan salah satu contoh teknik dalam lempar lembing yang menggunakan gaya
hop step dan pegangan Finlandia:

1. Awalan
Posisi tubuh pada awal persiapan adalah tegak lurus, tangan kanan memegang lembing pada
posisi horizontal di atas pundak sehingga siku lengan pembawa lembing tertekuk. Bernafas
rileks dan dalam. Kepala tegak lurus dengan pandangan mata ke depan sejauh mungkin.

Setelah siap dan terdengar aba-aba wasit, maka kaki mulai berlari dengan sedikit berjingkat
untuk menegaskan gaya ini, disusul dengan lari normal dengan kecepatan tinggi sambil masih
mempertahankan posisi lengan membawa lembing.

Pada 6 langkah terakhir, gerakan kaki kembali berjingkat dan bersiap untuk melakukan
lemparan.

2. Melempar
Pada empat langkah sebelum terakhir, lembing ditarik ke belakang dan menghadap ke atas
dengan sudut 45 derajad, tatapan mata fokus pada titik lempar terjauh, energi fokus untuk
melempar dan langkah ke tiga sebelum terakhir kaki kanan berjingkat dan badan sedikit
terangkat, kaki kiri menjadi tumpuan jatuh, kemudian kaki kanan sedikit menekuk kebawah
dan langsung melakukan tolakan kedepan sembari melemparkan lembing.

3. Pasca Melempar
Kadangkala tolakan yang besar dan lemparan yang kuat ke arah depan membuat seluruh tubuh
juga seolah terlempar kedepan sehingga tak jarang lemparan semacam ini membuat atlet jatuh
ke depan karena menahan tubuh untuk mengarah ke depan justru akan menghambat lemparan.
Oleh karenanya, posisi kepala tak boleh sedikitpun menunduk meski telah melempar lembing
karena jika kepala menunduk dan tubuh jatuh kedepan, dikhawatirkan akan membuat wajah
cidera karena terbentur tanah.

Jikalau tubuh jatuh, usahakan jatuh dengan tumpuan dada dan kedua tangan pada saat
bersamaan.

Sejarah Lempar Lembing

via wikimedia.org
Lempar lembing atau lempar tombak merupakan salah satu aktivitas dan ketrampilan sehari-
hari yang dimiliki oleh manusia sejak zaman purba dimana manusia masih hidup dengan cara
berburu.

Lembing merupakan salah satu alat berburu yang sederhana dan efisien sehingga alat ini
disinyalir sebagai salah satu alat pertama dalam berburu (selain dengan cara menangkap buruan
tanpa alat, melempar dengan batu dan benda-benda sederhana lainnya).

Keberadaan lembing ini menunjukkan adanya kemajuan proses berfikir pada manusia purba,
yakni mereka mulai bisa menciptakan alat yang berguna untuk bertahan hidup selain ada juga
peralatan dari batu seperti kapak perimbas, pisau (batu dengan permukaan samping yang
tajam), dan pemukul (pentungan).

Aktivitas melempar lembing ini tetap bertahan lama meski manusia mulai berkembang dan
telah mengenal logam untuk membuat berbagai sejata canggih seperti pedang, panah, rantai,
dan lain sebagainya.

Tombak atau lembing ini selain merupakan senjata yang bisa dilemparkan hingga mengenai
sasaran, juga bisa dipergunakan sebagai sejata dengan jangkauan yang lebih panjang jika
dibandingkan dengan pedang.
Maka tak heran jika sejak masa purba hingga era logam, manusia berlatih untuk bisa melempar
lembing atau tombak. Yup, hal ini perlu latihan.

Konon, olahraga lempar lembing bermula dari aktivitas lempar lembing pada zaman dahulu.

Bagaimanapun juga bisa melempar lembing hingga mengenai sasaran pada jarak yang jauh
merupakan suatu hal yang mengagumkan dan tak jarang hal itu menjadi hal menarik untuk
dilihat.

Mula-mula orang hanya berlatih, namun kemudian mulai berlomba untuk menunjukkan
kebolehannya hingga akhirnya aktivitas ini menjadi ajang perlombaan tersendiri yang telah
diadakan sejak zaman dahulu.

Di era awal peradaban tinggi, yakni peradaban yunani kuno, lempar lembing telah
diperlombakan dalam olimpiade kuno, yakni pada tahun 776 SM.

Namun belum diketahui secara pasti mengenai peraturan dan segala hal tentang pertandingan
lempar lembing pada waktu itu jika dibandingkan dengan lempar lembing pada saat ini.

Namun yang jelas, pertandingan lempar lembing atau lempar tombak pada masa lalu tak hanya
mengejar poin sebagai pelempar dengan lemparan terjauh karena ada juga perlombaan lempar
lembing dengan target tertentu sebagaimana pertandingan memanah.

Pada waktu itu, ideal lempar lembing adalah bisa melempar dengan jarak yang jauh sekaligus
bisa mengenai sasaran.

Konon, Achiiles merupakan prajurit Sparta yang sekaligus merupakan pelempar lembing yang
tak terkalahkan pada waktu itu karena ia tak hanya dikenal kepiawaiannya dalam pertandingan
namun juga dalam medan perang.

Lempar lembing mulai masuk dalam cabang atletik olimpiade modern pada tahun 1908 dan
hanya diikuti oleh atlet laki-laki saja.

Peraturannya sederhana, atlet melempar tongkat panjang dengan ujung runcing yang disebut
sebagai lembing pada batas lemparan yang disediakan untuk mencapai jarak lempar sejauh-
jauhnya.

Kemenangan diperoleh jika sang atlet mampu melempar dengan jarak terjauh diantara peserta
lainnya.

Pada tahun olimpiade 1932, olahraga lempar lembing akhirnya juga diperuntukkan untuk
perempuan dan tentu saja dengan menggunakan lembing yang berbeda dengan laki-laki.

Sejak saat itu, olahraga lempar lembing dibuka untuk dua kelas, yakni laki-laki dan perempuan.
Alat Lempar Lembing

via sportswarehouse.co.uk
Beberapa peralatan yang diperlukan oleh seorang atlet lempar lembing adalah lembing, serbuk
untuk tangan agar tidak basah karena keringat sehingga nyaman untuk melakukan lemparan,
pakaian yang nyaman digunakan untuk pertandingan, dan sepatu.

Lembing dalam lempar lembing bukanlah sembarang lembing, melainkan lembing dengan tiga
bagian khusus, yakni tongkat yang terbuat dari metal ringan (dahulu merupakan kayu), mata
lembing yang terbuat dari logam dan berujung runcing, dan tali yang dililitkan di lembing
sebagai pegangan.

Lembing ini dibuat sedemikian rupa dengan standart yang ditetapkan sebagaimana akan
dijelaskan pada bagian selanjutnya.

Ukuran Lempar Lembing


Lembing yang digunakan dalam pertandingan lempar lembing memiliki standard internasional
yang mana lembing untuk atlet putra dan atlet putri berbeda.

Lembing untuk atlet putra memiliki panjang 2,60 meter-2,70 meter dengan berat 800 gram,
sedangkan lembing untuk atlet putri berukuran panjang 2,20 meter-2,30 meter dengan berat
600 gram.
Peraturan Lempar Lembing

via pinterest.com
Dalam pertandingan berskala internasional seperti olimpiade, semua lembing disediakan oleh
panitia penyelenggara dan semua yang dipergunakan telah diperiksa sedemikian rupa hingga
masing-masing 99% identik satu sama lain berdasarkan kelasnya.

Namun untuk pertandingan berskala kecil seperi pertandingan tingkat lokal atau daerah, atlet
boleh membawa lembing sendiri asalkan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh panitia.

Ketika dalam pertandingan, atlet lempar lembing hanya boleh menggunakan awalan hingga
melempar pada tempat yang disediakan.

Melempar melebihi batas yang ditentukan merupakan lemparan yang tidak sah.

Pendaratan lembing bisa dinyatakan sah dan dapat dinilai apabila bagian lembing yang jatuh
terlebih dahulu merupakan mata lembing pada area yang disediakan dengan posisi menancap
tanah atau hanya menggores tanah.

Pada saat awalan, lembing sama sekali tidak boleh menyentuh tanah karena hal itu akan
dinyatakan sebagai diskualifikasi yang setara dengan apabila atlet melempar di luar area yang
disediakan, misalnya melebihi batas awalan.

Semua atlet akan bertanding untuk memperoleh jarak terjauh dari lembing yang telah terlempar
dan masing-masing atlet hanya memiliki 1 kali kesempatan untuk melempar lembing.
Lapangan Lempar Lembing

via pinterest.com
Dari gambar di atas, ada tiga bagian lapangan lempar lembing, yakni jalur awalan, sudut
lemparan dan sektor lemparan lembing. Berikut penjelasannya

Jalur awalan merupakan trak dengan panjang minimal 30 meter dan maksimal 36,5 meter. Jalur
ini memiliki lebar 4 meter.

Sementara pada area gambar sudut merupakan area untuk melemparkan lembih setelah berlari
dalam trak awalan. Dari poros tengah menuju pojok busur, sudut yang terbentuk adalah 30
derajad. Sudut ini merupakan petunjuk garis batas luar kanan dan kiri area sektor lemparan.
Jarak antara titik A atau titik ancang-ancang untuk melempar hanyalah 8 meter dari bibir busur,
yakni garis akhir yang tak boleh dilewati oleh atlet ketika melempar. Namun boleh disentuh
jika sudah melempar, misalnya untuk menjatuhkan tubuh.

Sektor lemparan merupakan lapangan yang berbentuk kerucut dengan sudut sebagaimana telah
ditetapkan di area sudut. Panjang lepangan pendaratan ini minimal 100 meter karena sejauh ini
belum ada atlet yang bisa melempar lembing sejauh 100 meter.
Atletik Lempar Lembing

via iaaf.org
Lempar lembing menjadi salah satu cabang atletik sejak tahun 1908 dan sekaligus ikut terdaftar
dalam IAAF (International Amateur Athletic Federation).

Pertandingan ini tak pernah absen dalam olimpiade sejak pertama kali diperlombakan dalam
ajang olimpiade modern. Dari masa ke masa, teknik dan rekor terus berkembang.

Salah satu atlet lempar lembing terbaik dunia dan belum terpatahkan rekornya hingga kini
adalah Jan Železný, satu-satunya orang yang bisa melempar lembing hingga sejauh 98,48 meter
pada tahun 1996.

Ia memenangkan medali emas pada olimpiade tahun 1992, 1996, dan 2000. Setelah itu pada
tahun 2006 ia pensiun dan menjadi inspirasi bagi banyak atlet lempar lembing.

Selain itu, Johannes Vetter menjadi atlet nomor dua yang bisa melemparkan lembing dengan
jarak yang fantastis, yaitu 94,44 meter pada tahun 2017.

Sedangkan Thomas Rohler merupakan atlet ketiga yang bisa melemparkan lembing hingga
sejauh 93,90 meter. Ketiga nama itu menjadi legenda dalam dunia lempar lembing.
Faktor Penentu Prestasi Dalam Lempar Lembing

via pinterest.com
Untuk menjadi atlet lempar lembing yang berprestasi tidaklah mudah dan butuh waktu lama
untuk terus menerut latihan. Atlet hebatpun akan latihan secara rutin untuk menjaga tubuhnya
agar selalu luwes dan tetap mahir dalam melakukan lemparan. Namun demikian, pada sebuah
pertandingan, prestasi atlet tak hanya ditentukan oleh kualitas latihan, namun juga hal-hal
berikut ini:

1. Cuaca dan Angin


Lembing yang terlempar pada ketinggian tertentu pada akhirnya akan bergesekan dengan
angin. Hembusan angin sedikit banyak akan mengubah sudut hasil lemparan dan sekaligus bisa
mengurangi atau menambah kecepatan lembing dan berpengaruh pada jarak yang dihasilkan
sehingga cuaca dan angin menjadi faktor penting yang berpengaruh pada skor dalam lempar
lembing.

2. Dukungan Tim dan Supporter


Dukungan, sorak sorai dari penonton merupakan energi yang secara tidak langsung akan
terserap oleh atlet dan bahkan mempengaruhi semangatnya. Semakin besar energi yang
disalurkan oleh suporter, maka semakin besar pula semangat dan energi atlet untuk tampil di
gelanggang pertandingan

3. Stamina, Kesehatan Fisik dan Psikis


Stamina, kesehatan fisik dan psikis merupakan salah satu faktor penting yang menentukan
performa pertandingan. Sebaiknya selama musim pertandingan berlangsung, atlet terus
menerus menjaga kesehatan tubuh, pikiran dan perasaannya agar bisa tampil dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai