Daftar Isi
Ada tiga gaya memegang lembing yang bisa dikategorikan juga sebagai
gaya lempar lembing, yakni:
Pada gaya ini, posisi jari ketika memegang lembing adalah jari telunjuk
dan jari jempol menggenggam pegangan lembing pada batas tali bagian
belakang, tiga jari berikutnya menggenggam pegangan namun tidak
terlalu kuat atau renggang yang berfungsi hanya sebagai penjaga
keseimbangan lembing ketika dibawa berlari pada saat awalan.
Hampir mirip dengan gaya Amerika, pada gaya Finlandia jari jempol dan
jari tengah bertugas menggenggam pegangan lembing paling belakang,
sementara jari telunjuk lurus menahan lembing dan jari-jari sisanya hanya
menggenggam longgar pegangan lembing bagian depan.
Posisi tangan pada gaya ini adalah jari telunjuk dan jari tengah menjepit
pegangan paling belakang lembing, sementara jari jempol, jari manis dan
telunjuk menggenggam longgar lembing bagian pegangan sisanya.
Gaya ini juga bisa dikatakan stabil dan mudah dipraktikkan oleh pemula.
Selain gaya dalam memegang lembing, ada juga gaya dalam memulai
awalan hingga melakukan lemparan. Gaya ini fokus pada langkah kaki
dengan dua jenis, yakni:
Pada saat melempar, karena saking kuatnya daya dorong yang diciptakan
tubuh akan melompat dan jatuh kedepan setelah lembing terlempar.
via wikihow.com
Gaya cross step atau langkah menyilang ini akan tampak pada saat atlet
sampai pada 2-3 langkah terakhir sebelum melempar.
Silangan kaki dihasilkan dari putaran badan sejak hendak melempar
hingga mulai melempar. Karena badan berputar dari arah kanan ke kiri,
demikian pula dengan posisi kaki sehingga tampak menyilang.
Silangan kaki dan badan yang bersamaan dengan lengan yang melempar
akan menghasilkan daya lempar yang kuat dengan arah yang lebih
cenderung menyamping alias tidak terlalu ketengah.
Berbeda dengan gaya hop step, pada gaya cross step ini tubuh atlet tak
akan jatuh ke depan seusai melemparkan lembing. Kalaupun tubuh jatuh,
maka tubuh tersebut akan jatuh ke samping mengikuti arah putaran
tubuh dan silangan kaki.
via pinterest.com
3. Cara melempar
via pinterest.com
Berikut ini merupakan salah satu contoh teknik dalam lempar lembing
yang menggunakan gaya hop step dan pegangan Finlandia:
1. Awalan
Posisi tubuh pada awal persiapan adalah tegak lurus, tangan kanan
memegang lembing pada posisi horizontal di atas pundak sehingga siku
lengan pembawa lembing tertekuk. Bernafas rileks dan dalam. Kepala
tegak lurus dengan pandangan mata ke depan sejauh mungkin.
Setelah siap dan terdengar aba-aba wasit, maka kaki mulai berlari dengan
sedikit berjingkat untuk menegaskan gaya ini, disusul dengan lari normal
dengan kecepatan tinggi sambil masih mempertahankan posisi lengan
membawa lembing.
2. Melempar
3. Pasca Melempar
Kadangkala tolakan yang besar dan lemparan yang kuat ke arah depan
membuat seluruh tubuh juga seolah terlempar kedepan sehingga tak
jarang lemparan semacam ini membuat atlet jatuh ke depan karena
menahan tubuh untuk mengarah ke depan justru akan menghambat
lemparan.
Oleh karenanya, posisi kepala tak boleh sedikitpun menunduk meski telah
melempar lembing karena jika kepala menunduk dan tubuh jatuh
kedepan, dikhawatirkan akan membuat wajah cidera karena terbentur
tanah.
Jikalau tubuh jatuh, usahakan jatuh dengan tumpuan dada dan kedua
tangan pada saat bersamaan.
Lempar lembing atau lempar tombak merupakan salah satu aktivitas dan
ketrampilan sehari-hari yang dimiliki oleh manusia sejak zaman purba
dimana manusia masih hidup dengan cara berburu.
Lembing merupakan salah satu alat berburu yang sederhana dan efisien
sehingga alat ini disinyalir sebagai salah satu alat pertama dalam berburu
(selain dengan cara menangkap buruan tanpa alat, melempar dengan
batu dan benda-benda sederhana lainnya).
Aktivitas melempar lembing ini tetap bertahan lama meski manusia mulai
berkembang dan telah mengenal logam untuk membuat berbagai sejata
canggih seperti pedang, panah, rantai, dan lain sebagainya.
Tombak atau lembing ini selain merupakan senjata yang bisa dilemparkan
hingga mengenai sasaran, juga bisa dipergunakan sebagai sejata dengan
jangkauan yang lebih panjang jika dibandingkan dengan pedang.
Maka tak heran jika sejak masa purba hingga era logam, manusia berlatih
untuk bisa melempar lembing atau tombak. Yup, hal ini perlu latihan.
Namun belum diketahui secara pasti mengenai peraturan dan segala hal
tentang pertandingan lempar lembing pada waktu itu jika dibandingkan
dengan lempar lembing pada saat ini.
Pada waktu itu, ideal lempar lembing adalah bisa melempar dengan jarak
yang jauh sekaligus bisa mengenai sasaran.
via sportswarehouse.co.uk
via pinterest.com
Pendaratan lembing bisa dinyatakan sah dan dapat dinilai apabila bagian
lembing yang jatuh terlebih dahulu merupakan mata lembing pada area
yang disediakan dengan posisi menancap tanah atau hanya menggores
tanah.
Pada saat awalan, lembing sama sekali tidak boleh menyentuh tanah
karena hal itu akan dinyatakan sebagai diskualifikasi yang setara dengan
apabila atlet melempar di luar area yang disediakan, misalnya melebihi
batas awalan.
via pinterest.com
Dari gambar di atas, ada tiga bagian lapangan lempar lembing, yakni jalur
awalan, sudut lemparan dan sektor lemparan lembing. Berikut
penjelasannya
via iaaf.org
Lempar lembing menjadi salah satu cabang atletik sejak tahun 1908 dan
sekaligus ikut terdaftar dalam IAAF (International Amateur Athletic
Federation).
Pertandingan ini tak pernah absen dalam olimpiade sejak pertama kali
diperlombakan dalam ajang olimpiade modern. Dari masa ke masa, teknik
dan rekor terus berkembang.
Salah satu atlet lempar lembing terbaik dunia dan belum terpatahkan
rekornya hingga kini adalah Jan Železný, satu-satunya orang yang bisa
melempar lembing hingga sejauh 98,48 meter pada tahun 1996.
Selain itu, Johannes Vetter menjadi atlet nomor dua yang bisa
melemparkan lembing dengan jarak yang fantastis, yaitu 94,44 meter
pada tahun 2017.
via pinterest.com
Untuk menjadi atlet lempar lembing yang berprestasi tidaklah mudah dan
butuh waktu lama untuk terus menerut latihan.
Atlet hebatpun akan latihan secara rutin untuk menjaga tubuhnya agar
selalu luwes dan tetap mahir dalam melakukan lemparan.
Hembusan angin sedikit banyak akan mengubah sudut hasil lemparan dan
sekaligus bisa mengurangi atau menambah kecepatan lembing dan
berpengaruh pada jarak yang dihasilkan sehingga cuaca dan angin
menjadi faktor penting yang berpengaruh pada skor dalam lempar
lembing.
Dukungan, sorak sorai dari penonton merupakan energi yang secara tidak
langsung akan terserap oleh atlet dan bahkan mempengaruhi
semangatnya.
Semakin besar energi yang disalurkan oleh suporter, maka semakin besar
pula semangat dan energi atlet untuk tampil di gelanggang pertandingan
Stamina, kesehatan fisik dan psikis merupakan salah satu faktor penting
yang menentukan performa pertandingan. Sebaiknya selama musim
pertandingan berlangsung, atlet terus menerus menjaga kesehatan
tubuh, pikiran dan perasaannya agar bisa tampil dengan baik.
Semoga bermanfaat.