Anda di halaman 1dari 7

Nama: DAFI PERMANA

Kelas: XII IPA 3

Absen: 07

Jenis Olahraga Atletik Kategori Lempar

Berikut merupakan perlombaan atletik nomor lemparan adalah lempar cakram, lempar lembing, tolak
peluru, dan lontar martil.

1. Lempar Cakram

Lempar cakram atau disebut dengan discus throw dalam bahasa Inggris merupakan salah satu kategori
dalam cabang olahraga atletik.Secara harfiah, pengertian lempar cakram adalah cabang olahraga atletik
di mana atlet melempar sebuah kayu berbentuk piring bersabuk besi atau bahan lain yang bundar
pipih.Pemenang perlombaan lempar cakram adalah atlet yang mampu melakukan lemparan
terjauh.Untuk mendapatkan lemparan yang sejau-jauhnya, seorang atlet harus melempar cakram
dengan kecepatan maksimal, mengerahkan tenaga sebesar mungkin, serta mengambil sudut lemparan
yang baik dan benar yaitu sekitar 45 derajat.

 Teknik Dasar Lempar Cakram dan Peraturannya

Lempar cakram atau disebut dengan discus throw dalam bahasa Inggris merupakan salah satu nomor
dalam cabang olahraga atletik.Dikutip dari worldathletics.org yang merupakan laman resmi Asosiasi
Federasi Atletik Internasional (IAAF), lempar cakram menjadi salah satu nomor lempar yang
dipertandingkan pada ajang Olimpiade.Selain lempar cakram, nomor lempar dalam cabang olahraga
atletik juga meliputi tolak peluru, lontar martil, dan juga lempar lembing.Secara harfiah, pengertian
lempar cakram adalah cabang olahraga atletik di mana atlet melempar sebuah kayu berbentuk piring
bersabuk besi atau bahan lain yang bundar pipih.Dalam buku Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
Kesehatan (2018) terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pemenang pertandingan lempar
cakram adalah atlet yang mampu melakukan lemparan terjauh.Untuk mendapatkan lemparan yang
sejauh-jauhnya, seorang atlet harus melempar cakram dengan kecepatan maksimal, mengerahkan
tenaga sebesar mungkin, serta mengambil sudut lemparan yang baik dan benar yaitu sekitar 45 derajat.

 Teknik lempar cakram

1.Cara memegang cakram

Dikutip situs Everything Track and Field, teknik awal dan utama yang wajib dikuasai oleh para pelempar
adalah cara memegang cakram. Hal ini menjadi sangat penting karena menjadi kunci keberhasilan
melempar.
Berikut cara memegang cakram:

- Letakkan cakram atau discus pada tangan yang tidak akan digunakan untuk melempar.

- Pegang bagian atas cakram dengan tangan yang akan digunakan untuk melempar.

- Posisi jari harus berada sedikit di bagian tepi cakram. Posisinya bisa dilakukan dengan menyatukan jari
telunjuk serta jari tengah atau semua jari diregangkan.

- Ibu jari harus sejajar pada cakram dan posisinya kira-kira 45 derajat dari posisi jari lainnya.

- Saat akan melempar cakram, posisi jari kelingking ditarik. Jari terakhir yang masih menyentuh cakram
adalah jari telunjuk.

2.Teknik awalan

Cara awalan yang baik saat melakukan lemparan awalan cakram diawali dengan bagaiman posisi
pertama akan melempar. Posisi pertama akan melempar adalah berdiri tegak dengan melangkahkan
kaki kiri ke depan, sedangkan posisi kaki kanan ada di belakang.Setelah itu diikuti dengan posisi badan
yang menghadap ke arah lemparan atau di mana cakram itu nantinya akan jatuh setelah di lempar.
Dalam teknik awalan ada beberapa tahap, yakni ayunan, dan memutar. Teknik ini dilakukan dengan
berputar pada lintasan lingkaran.Dengan melakukan teknik awalan sebelum melempar cakram, hal ini
bisa membuat jarak lemparannya semakin jauh.Dilansir dari situs Frederiction Legion Track Club, berikut
adalah langkah-langkah melakukan teknik awalan dalam lempar cakram:

Teknik Dasar Lempar Cakram

Dalam teknik awalan ada beberapa tahap, yakni ayunan, dan memutar. Teknik ini dilakukan dengan
berputar pada lintasan lingkaran.Dengan melakukan teknik awalan sebelum melempar cakram, hal ini
bisa membuat jarak lemparannya semakin jauh.Dilansir dari situs Frederiction Legion Track Club, berikut
adalah langkah-langkah melakukan teknik awalan dalam lempar cakram:

- Lakukan teknik awalan dengan mengayun tangan kanan yang membawa cakram.

- Tangan kiri direntangkan untuk membantu keseimbangan tubuh.

- Kaki kanan sejajar dengan lintasan lingkaran.

- Berat badan bertumpu pada kedua kaki.

- Kaki kiri serta lengan kiri mulai berputar.

- Berat badan bertumpu pada kaki kiri.


- Posisi lengan kiri berada di belakang lutut kaki kiri, untuk menjaga keseimbangan tubuh.

- Tubuh berputar dengan menggunakan kaki kanan.

- Setelah melakukan putaran, kaki kanan posisinya berada di titik tengah lingkaran.

- Lakukan putaran lagi dengan menggunakan kaki kanan.

- Setelah melakukan putaran, posisi kaki kiri berada di depan titik tengah lingkaran. Tumit kaki kanan
tidak pernah menyentuh tanah.

- Lengan kanan dalam kondisi rileks sehingga posisi cakram atau discus sejajar dengan bahu.

- Pinggul serta kaki kanan berputar dan cakram dilempar.

 Teknik lemparan

Teknik selanjutnya yang harus dikuasai para atlet adalah melakukan lemparan cakram.Saat melempar
posisi terakhir atlet akan melepaskan cakram ketika cakram sudah diayunkan dari belakang ke depan
beberapa kali dan cakram terakhir berada di depan wajah atlet. Cara melempar cakram adalah lepas
cakram dari tangan pada saat ayunan lengan maksimal, yakni cakram berada di depan muka.

 Teknik akhir

Pada tekni akhir berhubungan dengan sikap dan gaya setelah melakukan lemparan. Posisi tumbuh harus
mengikuti gerakan memutar, ini dilakukan untuk menjaga keseimbangan tubuh dan biar tidak ikut
terlempar.Kesalahan yang sering terjadi adalah tidak memutar dengan cara yang benar dan baik,
pegangan kurang kuat, tidak bisa menjaga keseimbangan, dan tidak diikuti gerak lanjut.Pastikan untuk
melakukan pemanasan sebelum melakukan olahraga lempar cakram. karena kekuatan tangan serta
fleksibiltas pergelangan tangan juga sangatlah penting.

Peraturan Lempar Cakram

Berikut adalah aturan olahraga lempar cakram sesuai regulasi IAAF:

1. Berat cakram untuk atlet putra adalah 2 kg dengan garis tengah 219-221 mm. Sementara berat
cakram yang digunakan oleh atlet putri nomor lempar cakram cabang olahraga atletik adalah 1 kg
dengan garis tengah 180-182 mm.

2. Untuk mengukur lemparan, cakram harus mendarat di dalam sektor yang telah ditandai dan atlet
tidak boleh meninggalkan lingkaran sebelum cakram mendarat.

3. Pada perlombaan lempar cakram, lemparan dinyatakan sah jika dalam keadaan berikut ini, kecuali
cakram jatuh di luar sektor, menggelinding masuk sektor.
4. Atlet biasanya akan melakukan empat atau enam kali lemparan per kompetisi.

5. Jika hasil seri, pemenangnya adalah atlet dengan upaya terbaik berikutnya.

2. Lempar Lembing

Lempar lembing merupakan salah satu nomor dalam cabang olahraga atletik menggunakan alat berupa
lembing, yaitu sejenis tombak dengan ukuran lebih kecil dan lebih ringan.Tujuan dari lempar lembing
adalah mencapai jarak lemparan sejauh-jauhnya.Untuk mencapai hasil lemparan maksimal, atlet harus
menguasai teknik dasar lempar lembing serta memiliki kecepatan dan kekuatan.

 Sejarah Lempar Lembing

Perkiraan awal dari bentuk olahraga lempar lembing berasal dari aktivitas berburu dan perang pada
peradaban awal manusia.Mengutip laman Badan Atletik Dunia (World Athletics), olahraga lempar
lembing banyak ditemukan dalam peradaban Yunani kuno.Lempar lembing lantas dimasukkan sebagai
bagian dari kategori olahraga pentatlon pada ajang Olimpiade di era Yunani kuno sekitar tahun 708
sebelum masehi.Namun, saat Olimpiade era modern digelar, lempar lembing baru dipertandingkan pada
Olimpiade London 1908 serta terbatas untuk atlet putra.Kategori perlombaan lempar lembing untuk
atlet putri baru digelar saat Olimpiade berlangsung di Los Angeles, Amerika Serikat pada 1932.

 Teknik Dasar Lempar Lembing

Olahraga lempar lembing memiliki sejumlah teknik dasar yang seharusnya dikuasai oleh atlet atau
pelempar lembing.Teknik tersebut antara lain berkaitan dengan cara memegang lembing serta
melemparlnya ke arah lapangan sasaran.Ragam teknik memegang lembing dibedakan menjadi tiga
yakni:

- Fork atau V Grip

Pegangan lembing jenis ini dilakukan dengan posisi lembing berada di antara jari telunjuk dan jari tengah
membentuk huruf V.Cara memegang lembing dengan teknik fork atau V grip mudah dilakukan dan
cocok untuk atlet pemula.

- Finnish grip

Finnish grip merupakan teknik memegang lembing dengan cara Finlandia.Teknik memegang lembing
dengan cara Finlandia adalah dengan meletakkan tiga jari yakni kelingking, tengah, manis saling
berdekatan dengan ibu jari bertemu dengan jari tengah.Dalam melakukan teknik Finnish grip, posisi
telunjuk terletak agak jauh dari ketiga jari lain serta diluruskan sehingga menyentuh bagian ujung dari
ulir pegangan pada lembing.
- American grip

Jenis pegangan American grip atau pegangan cara Amerika ini tidak jauh berbeda dengan cara
memegang lembing Finnish grip.Perbedaan terletak pada posisi antar ketiga jari yakni kelingking,
tengah, dan manis lebih rapat dibandingkan pegangan gaya finlandia serta posisi jari

 Teknik Melempar Lembing

Teknik melempar lembing yang benar adalah membawa lembing dengan posisi siku tangan pembawa
lembing berada cukup tinggi.Lalu usahakan kaki kiri melangkah terlebih dahulu sebelum kaki kanan,
serta mengarahkan pandangan menuju titik tujuan lemparan.Jelang melempar, condongkan badan ke
depan dengan posisi tangan yang melempar lembing berada di atas serta bergerak ke depan searah
dengan tujuan lembing.Sikap akhir setelah lembing lepas dari tangan adalah kaki kanan (terkuat) di
depan, badan membungkuk, dan kaki kiri (terlemah) diangkat ke belakang.telunjuk yang sedikit ditekuk.

3. Tolak Peluru

Salah satu nomor lempar dalam cabang olahraga atletik yang menggunakan bola besi disebut tolak
peluru.Sesuai namanya, tolak peluru dilakukan dengan cara menolak atau mendorong peluru, bukan
dilempar. Adapun, berat peluru yang digunakan dalam perlombaan adalah 7,25 kg (putra) dan 4 kg
(putri).

 Sejarah Awal Tolak Peluru

Pengertian dari olahraga tolak peluru sendiri, seperti mengutip Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
adalah olahraga dengan menolakkan peluru yakni bola yang terbuat dari besi atau kuningan.Sebelum
berkembang seperti sekarang, tolak peluru diperkirakan berasal dari tradisi budaya Celtic di dataran
tinggi Skotlandia yang awalanya menggunakan batu.Bukti pertama dari awalnya adu kekuatan dengan
melempar batu berasal dari sebuah catatan pada abad. ke-13, seperti dilansir dari laman Sports
Rec.Kegiatan serupa juga ditemukan di wilayah lain seperti Yunani, serta di beberapa kawasan benua
Eropa lain sebagai ajang adu kekuatan antar prajurit pada abad pertengahan.Namun, ketika itu belum
ada pengukuran atau ketentuan resmi mengenai bentuk hingga berat batu maupun logam lain yang
menjadi objek lemparan.Hingga pada akhir abad ke-19, ketentuan mengenai tolak peluru dibuat secara
resmi dan dimasukkan dalam daftar olahraga Olimpiade di Athena, Yunani pada 1896.

 Peraturan dalam Olahraga Tolak Peluru

Sasaran dalam olahraga tolak peluru adalah menempatkan peluru pada titik jatuh sejauh mungkin
setelah melakukan tolakan.Badan Atletik Dunia (World Athletic) juga telah menetapkan peraturan
terkait perlombaan tolak peluru seperti daerah lempar, ukuran dan perat peluru, hingga rangkaian
penyelenggaraan lomba.Peraturan dalam perlombaan tolak peluru berdasarkan ketetapan Badan Atletik
Dunia dapat dijelaskan sebagai berikut:

- Seorang atlet harus melempar peluru dalam area lingkaran berdiameter sekitar 2,134 meter,
dilengkapi papan tumpuan setinggi 10 sentimeter di garis batasnya.

- Peluru tersebut harus jatuh dalam sektor tujuan yang memiliki radius 34,92 derajat dari area lempar,
agar tidak mengalami diskualifikasi.

- Ketika melakukan lontaran, seorang peserta atau atlet hanya boleh menggunakan satu tangan dengan
posisi lebih tinggi dari bahu.

- Durasi bagi seorang atlet sejak namanya dipanggil hingga selesai melakukan lontaran dalam area
terbatas selama 60 detik.

- Atlet tersebut baru bisa meninggalkan lingkaran atau area perlombaan setelah peluru yang ia lontarkan
mendarat pada wilayah tujuan.

- Ukuran peluru yang digunakan memiliki diameter sekitar 103 hingga 125 milimeter.

- Berat peluru untuk atlet putra mencapai 7,26 kilogram, sementara ukuran berat peluru untuk putri
adalah 4 kilogram.

 Jenis Gaya dalam Tolak Peluru

Adapun di dalam tolak peluru terdapat dua macam gaya yaitu teknik glide atau disebut juga sebagai
O’Brien dan spin.Kedua jenis gerakan tersebut memiliki dasar serupa sesuai peraturan utama dalam
tolak peluru yakni menempatkan peluru di antara kepala dan bahu.Perbedaan jenis gaya maupun
rangkaian melakukan tolakan dengan teknik glide maupun spin bisa diketahui melalui penjelasan
berikut:

- Teknik glide atau gaya O’Brien

Ciri utama dari gaya glide ini adalah sikap atlet jelang melakukan tolakan yang membelakangi garis
lingkar dalam area lemparan.

- Teknik spin

Dalam melakukan teknik spin, seorang atlet membutuhkan kekukatan saat memutar tubuh yang
kemudian menentukan jauhnya jarak peluru saat dilontarkan.

 Lapangan Tolak Peluru


Sekilas, bentuk lapangan tolak peluru mirip dengan lapangan lempar cakram.Bedanya, lapangan tolak
peluru memiliki papan batas tolakan yang terdapat di bagian lingkaran.Adapun, lapangan tolak peluru
dibagi menjadi dua bagian yaitu area lingkaran tolakan dan sektor pendaratan.Sesuai standar Asosiasi
Federasi Atletik Internasional (IAAF), lapangan tolak peluru berbentuk lingkaran berdiameter 2,135
meter dan dikelilingi ring besar setebal 66 mm sert tinggi 2 cm sebagai batas lingkaran.Bagian depan
lingkaran tolakan dipasang balok atas tolakan yang memiliki panjang 1,22 meter, tinggi 10 cm, dan tebal
11,4 cm.Sektor pendaratan berupa tanah yang ditandai dengan garis batas (sector line) sekaligus garis
ukur yang terletak di tengah sektor pendaratan.Adapun diameter bagian dalam lingkaran tolak peluru
adalah 2,135 meter.Sudut sektor pendaratan adalah 40 derajat dengan panjang minimal 25 meter.

4. Lontar Martil

Dalam cabang olahraga atletik kategori lempar juga terdapat nomor lontar martil atau hammer
throw.Lontar martil adalah jenis olahraga di mana atlet harus melontarkan sebuah benda bulat berat
dengan cara memutarnya di udara dengan bantuan kawat atau tali yang melekat pada benda
tersebut.Mengutip laman resmi IAAF, bola metal (metal ball) yang digunakan dalam perlombaan lontar
martil berukuran 16 pon atau 7,26 kg dengan panjang tali 121,3 cm untuk putra dan 8,8 pon atau 4 kg
dengan panjang tali 119,4 cm untuk putri.Meskipun umumnya dianggap sebagai kompetisi yang
mengandalkan kekuatan, dalam 30 tahun terakhir lontar martil telah berkembang hingga titik di mana
fokus lebih ditujukan pada kecepatan untuk mendapatkan jarak maksimum.

Anda mungkin juga menyukai