Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Atletik merupakan cabang olahraga yang memiliki 4 macam yaitu
lempar lembing, tolak peluru, lempar cakram dan lontar martil. (Prasetiyo, E.
D. : 2012) gerak yang terdapat pada atletik juga terdapat pada cabang olahraga
lainnya. Oleh karena itu atletik juga dikatakan sebagai induk dari semua
cabang olahraga. Dalam atletik di ajarkan gerak dasar yang dapat
diaplikasaikan kepada cabang olahraga lainnya. (Mark Guthrie, 2008) jika
seorang atlet menggunakan terlalu banyak kekuatan dalam usahanya untuk
menjadi lebih kuat, otot-ototnya akan mengalami rasa sakit sehingga
menurunkan kualitas dan perkembangan teknik pada latihan berikutnya. Suatu
kekuatan harus dibentuk secara perlahan, tanpa mengorbankan teknik yang
tepat.
Tolak peluru adalah salah satu cabang olahraga melempar dalam
atletik dimana sang atlet akan melemparkan sebuah bola besi sejauh mungkin
dari titik lempar menuju titik pendaratan dengan menggunakan teknik tertentu
dan aturan main yang telah ditetapkan. Lempar cakram merupakan salah satu
dari cabang olahraga atletik nomor lempar. Seorang atlet harus melemparkan
cakram sebanyak maksimal 3 kali dalam setiap perlombaan. Untuk
memperoleh jarak lempar terjauh pada lapangan khusus. Lontar martil adalah
salah satu cabang olahraga dalam atletik, ajang kompetisi kekuatan
melontarkan martil untuk mendapatkan jarak yang jauh.
Lempar lembing secara sederhana dapat didefinisikan sebagai salah
satu nomor atletik melempar di mana sang atlet mempertunjukkan
kemampuannya untuk melempar sebuah lembing dengan gaya dan teknik
tertentu dengan mengikuti segala peraturan dalam pertandingan tersebut untuk
memperoleh jarak lempar terjauh.

B. Rumusan Masalah
a. Berapa macam atletik nomor lempar?
b. Apa saja teknik yang perlu diperhatikan dari atletik nomor lempar?
c. Apa saja tahapan yang perlu diperhatikan dalam olahraga lempar
cakram?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui beberapa macam atletik pada nomor lempar.
b. Untuk mengetahui teknik dari atletik nomor lempar.
c. Untuk mengetahui tahapan pada lempar cakram.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Lempar Cakram
Lempar cakram termasuk dalam salah satu cabang olahraga atletik lempar.
Cakram yang digunakan memiliki ukuran diameter sebesar 220 mm serta
memiliki berat sebesar 2 kg untuk lempar cakram pria dan 1 kg untuk wanita.
Lempar cakram dipertandingkan mulai dari Olimpiade pertama pada tahun
1896 di Athena, ibu kota Negara Yunani.
Ada beberapa teknik dan cara khusus untuk melempar sebuah cakram.
Sebab untuk menghasilkan lemparan yang optimal, diperlukan adanya
kekuatan dan daya. Namun, kekuatan yang terlalu besar justru akan
mengganggu pola gerakan alami atlet. Gerakan pada lempar cakram dimulai
dari arah belakang menghadap ke arah 15° sampai ke -15° (atau 345°).
Seorang pelatih atau atlet dapat memilih posisi awal sesuka hatinya, tetapi hal
tersebut tidak berpengaruh pada hasil lemparan, apalagi peningkatan tenaga
lemparan. Namun posisi awal pada posisi -15° memberikan jarak yang lebih
panjang untuk percepatan (Mark Guhtrie, 2008).
Hal ini berarti semakin jauh jarak lempar seseorang, maka semakin besar
pula kekuatan yang diperlukannya. Suatu kekuatan harus dibentuk secara
perlahan, tanpa mengorbankan teknik yang tepat. Untuk melempar cakram
dengan benar, maka tentu memegang cakram harus benar terlebih dahulu.
Cara memegang cakram ada tiga tahapan, yaitu:
a. Pertama, posisi berdiri membelakangi arah lemparan.
b. Selanjutnya, posisi lengan ketika memegang cakram adalah diayunkan
ke arah belakang kanan dan diikuti oleh gerakan badan dengan
menekuk kaki kanan. Hal ini diperuntukkan agar berat badan sebagian
besar berada di sisi kanan. Setelah itu ayunkan cakram Anda ke kiri,
kendorkan kaki Anda dan tumit diangkat.
c. Terakhir, lempar cakram 30 derajat lepas dari pegangan, ayunan
cakram jangan mendahului putaran badandan lepasnya cakram harus
diikuti dengan condongnya badan ke depan.
Adapun teknik dasar lempar cakram yaitu, dalam belajar dan berlatih
lempar cakram ada beberapa teknik dasar yang perlu di kuasai oleh seorang
siswa atau atlet, agar prestasi yang dihasilkan dapat mencapai sasaran yang
optimal. Untuk kepentingan mengajar atau melatih, sebaiknya guru atau
pelatih mengajarkan semua gerakan dalam cabang olahraga lempar cakram
tidak dilakukan secara keseluruhan (berkesinambungan). Sebelum menuju ke

2
teknik dasara dalam melakukan lempar cakram terlebih perlu kita ketahui
tahap memegang cakram (Khomsin : 2008).

B. Lempar Lembing
Lempar lembing merupakan cabang olahraga yang tak bisa dipisahkan
dari tradisi beburu manusia di masa lalu. Aktivitas ini menuntut kecepatan
serta kecekatan dari pelemparnya. Lempar lembing bisa diperlombakan
bersama dengan cabamh atletik lainnya seperti lempar cakram, lompat, lari,
dan laiinya. Pengertian lempar lembing adalah salah satu nomor dalam
perlombaan atletik yang melemparkan benda berbentuk lembing, sejauh
mungkin. Sedangkan lembin merupakan suatu benda yang terdiri dari mata
lembing, badan lembing, dan tali pegangan lembing (Bagus Ade Satria :
2014).
Olah raga lempar lembing juga termasuk olahraga atletik nomor
lempar. Olah raga lempar lembing ini adalah olahraga atletik yang
menggunakan lintasan dan lapangan. Pada olah raga lempar lembing ini, atlet
lempar lembing untuk mengambil ancang-ancang harus berlari terlebih dahulu
pada lintasan.
Kemudian, atlet mulai melemparkan lembing pada area atau lapangan yang
panjang lebarnya sudah ditentukan. Olah raga lempar lembing ini memiliki
beberapa perbedaan dengan cabang olah raga atletik lempar lainnya. Gaya
atau style yang digunakan pada olahraga lempar lembing ini memang sudah
ditentukan jenisnya. Terdapat dua jenis ayunan yang harus digunakan oleh
atlet olahraga lempar lembing di mana selain dua jenis gaya ini, maka gaya
tersebut tidak boleh digunakan. Jenis gaya yang pertama harus dilakukan
adalah gaya silang atau yang sering juga dikenal dengan cross step.
Sedangkan gaya kedua adalah gaya berjingkat yang sering disebut dengan
istilah hop step. Sebelum atlet melemparkan lembing, maka posisi siku
diletakkan sedekat mungkin dengan lembing yang dipegang.

C. Tolak Peluru
Olahraga atletik cabang tolak peluru adalah salah satu nomor lomba dalam
atletik nomor lempar. Atlit tolak peluru melemparkan bola besi yang berat
sejauh mungkin. Peluru ini merupakan peralatan utama dalam olahraga ini
(Saleh, 2016). Olahraga tolak peluru bisa dilakukan di lapangan indoor
ataupun outdoor. Ada beberapa hal dan teknik dasar yang perlu diperhatikan
dalam tolak peluru.

3
a. Ada 3 teknik memegang peluru dengan benar caranya yaitu:
 Renggangkan jari-jari tangan, sementara jari kelingking sedikit
ditekuk dan posisikan jari kelingking tersebut berada di
samping peluru.
 Posisikan ibu jari senyaman mungkin dan sewajarnya saja. Hal
ini dikarenakan kekuatan jari setiap orang yang berbeda, maka
untuk orang yang berjari kuat dan panjang caranya juga
berbeda.
 Kemudian posisikan jari-jari dengan rapat dan letakkan ibu jari
di samping, posisikan jari kelingking ada di samping belakang
peluru.
b. Sedangkan untuk teknik meletakkan Peluru adalah  peluru dipegang
dengan salah satu cara yang telah dijelaskan di atas:
 Pertama letakkan peluru pada bahu dan peluru tersebut
menempel pada leher di bagian samping. Siku tangan yang
sedang berada dalam posisi memegang peluru diarahkan atau
dibuka ke samping, sedangkan tangan yang lain berada dalam
kondisi rileks di samping tubuh.
 Awalan yang perlu diperhatikan saat melakukan tolak peluru
adalah pengaturan letak kaki. Tempatkan kaki kanan di muka
batas belakang lingkaran, kemudian letakkan kaki kiri di
samping kiri dengan lebar yang sebanding dengan lebar badan
dan segaris dengan arah lemparan yang akan dilakukan. Ketika
kaki kanan mendarat, maka badan lama kelamaan akan
menjadi condong ke arah samping kanan, di mana bahu kanan
akan lebih rendah dari bahu kiri.
 Posisikan lengan masih sama pada posisi semula. Ketika
melakukan tolakan peluru maka harus diikuti dengan gerakan
menolak. Untuk melakukan tolakan atau dorongan pada peluru
maka harus berada di satu garis lurus. Sudut lemparan pada
tolak peluru harus kurang dari 40 derajat.
c. Untuk sikap akhir setelah melakukan tolakan, maka atlet akan
melakukan gerakan melompat sebagai tujuan untuk pertukaran kaki
kanan ke posisi depan. Bersamaan dengan mendaratnya kaki kanan ke
depan maka tarik kaki kiri dan lengan kiri ke belakang agar
keseimbangan badan tetap terjaga. Setiap olahraga pasti memiliki
kemungkinan untuk didiskulifikasi, begitu pun dengan tolak peluru.
Maka dari itu agar tidak mendapatkan diskualifikasi, atlet tolak peluru
perlu memperhatikan beberapa hal berikut:

4
 Tidak boleh menyentuh balok batas di sebelah atas.
 Tidak boleh menyentuh area di luar lingkaran.
 Tidak boleh keluar masuk pada lingkaran yang dimulai dari
muka garis tengah.
 Jika peserta dipanggil oleh panitia selama 3 menit lamanya,
tetapi tidak kunjung tiba atau melakukan tolakan.
 Jika peluru yang akan dilemparkan jatuh di bagian belakang
kepala peserta.
 Jika peluru tersebut jatuh di luar sektor lingkaran.
 Jika peserta menginjak garis lingkar lapangan.
 Jika peserta keluar melewati depan garis lingkar.
 Jika peserta berjalan keluar lingkaran dengan tidak tenang.
 Kerika peserta gagal melempar dan sudah melakukan lemparan
sebanyak tiga kali tetapi masih tetap tidak berhasil.
Prestasi tolak peluru ditentukan oleh tiga faktor yaitu: ketinggian saat
melepaskan, kecepatan saat melepaskan, dan sudat yang dibentuk saat
melepaskan peluru. Untuk memiliki ketinggian saat melepaskan peluru
diperlukan tinggi badan yang lebih, karena dengan memiliki ketinggian saat
melepaskan peluru diperlukan tinggi badan yang lebih tinggi maka akan
mempunyai ketinggian saat melepaskan peluru lebih tinggi. Untuk
menghasilkan kecepatan saat melepaskan dibutuhkan tenaga yang besar yang
secara normal apabila seseorang memiliki badan yang lebih besar akan
memiliki tenaga yang lebih besar sehingga untuk menghasilkan kecepatan saat
melepaskan peluru lebih cepat, dan sudut saat lepas sesuai dengan rumus
kecepatan saat mengudara sangat besar (Imanudin, I. 2011)..

D. Lontar Martil
Lontar martil adalah salah satu cabang olahraga atletik nomor lempar yang
sering diperlombakan pada ajang olahraga nasional maupun ajang olahraga
internasional. Gerakan lontar martil merupakan gerak dasar dan menjadi salah
satu parameter penting dalam cabang olahraga ini. Gerak-gerak mengayun
beban dapat di temukan dalam aktivitas sehari-hari (Edi Irwanto, & Gatut
Rubiono : 2019). Ada beberapa Teknik Dasar Lontar Martil yang harus
diperhatikan, dipelajari dengan benar dan dikuasai oleh seorang pelempar.
Beberapa diantaranya adalah posisi awalan dan ayunan, putaran dan transisi,
fase akhir dan lemparan. Untuk lebih jelasnya apa yang harus dipelajari dan
dikuasai, berikut ini akan dijelaskan teknik dasar lontar martil tersebut :

5
a. Awalan dan ayunan – Teknik yang pertama yang harus dikuasai
terlebih dahulu oleh seorang atlet lontar martil adalah teknik awalan
dan ayunan. Teknik awalan dan ayunan ini diawali dengan memegang
martil pada tuas dengan menggunakan tangan kiri kemudian ditutup
dengan tangan kanan. Kedua ibu jari berada pada posisi saling
menyilang. Sebelum pelempar mengayunkan martil sebagai ayunan
awal, letakkan marti di bagian belakang pelempar atau di bagian atas
tanah sebelah kanan.
b. Putaran dan transisi – Ketika martil berada di titik terendah, maka
pelempar akan mulai berputar dengan tumit tungkai kiri menjadi poros
hingga si pelempar mengahadap ke arah depan dari lingkaran tersebut
dan kemudian si pelempar akan melanjutkan dengan memutarnya
kembali di atas telapak kaki bagian depan sampai kembali ke arah
semula.
c. Fase akhir – Hal ketiga yang harus dikuasai oleh pelempar lontar
martil adalah fase akhir. Pada fase akhir ini ketika putaran belum
berakhir atau ketika martil belum mencapai titik terendahnya, maka
pelempar akan mulai menarik martilnya dan putaran martil akan
dipercepat ketika bergerak ke arah bawah agar putaran tubuh bagian
bawah dapat bergerak lebih cepat.
d. Lemparan – Hal keempat yang harus dikuasai oleh pelempar lontar
martil adalah lemparan. Pada fase ini, lemparan  dilakukan dengan
kedua tungkai yang kuat dan lurus, di mana badan lebih condong ke
depan dengan kepala merebah ke belakang atau seperti posisi
tengadah. Ketika martil berada pada posisi siap untuk manuver, maka
pelempar harus fokus memandang ke arah lemparan, setelah itu
mengangkat kedua lengan di akhir gerakan dan pandangan fokus terus
ke arah martil.
Metode yang dapat digunakan adalah teknik purposive sampling  atau
menggunakan teknik random sampling. Latihan teknik ini menggunakan
martil 2 kg, dan latihan teknik menggunakan martil 4 kg (Ambarwati, D. R.,
Setiakarnawijaya, Y., & Humaid, H. : 2017)

6
BAB III
KESIMPULAN

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, lempar cakram ini adalah salah
satu dari nomor lomba atletik lempar yang menggunakan sebuah benda kayu
berbentuk piring bersabuk besi. Atau bahan lain yang berbentuk bulat pipih yang
dilemparkan. Jika pada olah raga lempar lembing ini, atlet lempar lembing untuk
mengambil ancang-ancang harus berlari sebanyak 8-9 langkah dengan kecepatan lari
terus ditambah atau semakin cepat terlebih dahulu pada lintasan. Sedangkan tolak
peluru merupakan salah satu olah raga berat yang tidak bisa dilakuka sembarangan,
meski olah raga ini terkesan sepele, yakni hanya melakukan tolakan bola besi dan
selesai. Faktor penentu dalam olahraga tersebut ada dua yaitu postur tubuh atlet dan
tekniknya. Martil sendiri terdiri dari kepala logam, kawat, dan gagangnya. Kepala
adalah besi padat (atau logam lain yang tidak lebih lembut dari pada kuningan).
Logam campuran diizinkan. Kawat berdiameter tidak lebih dari 3 mm, terbuat dari
baja, dan tidak bisa meregang saat dilempar.

7
DAFTAR PUSTAKA

Mark Guthrie. (2008). Sukses Melatih Atletik. Yogyakarta : Pustaka Insan Madani
Khomsin. (2008). Atletik 2 Dasar-dasar Pembelajaran Atletik. Lompat Jangkit, Lari
Gawang, Lempar Lembing, Lompat Tinggi, Lempar Cakram, Lari Estafet,
Jalan Cepat dan Peraturan Perlombaan. Semarang : UNNES PRESS
SATRIA BAGUS S, A. D. E. (2014). ANALISIS GERAK LEMPAR LEMBING
(Studi Pada Atlet Atletik Cabor Lempar Lembing PASI Sidoarjo, Ditinjau dari
Aspek Biomekanika dan Kinesiologi). Jurnal Kesehatan Olahraga, 2(1).
Ambarwati, D. R., Setiakarnawijaya, Y., & Humaid, H. (2017). Perbandingan Latihan
Teknik Menggunakan Martil 2 kg dan 4 kg Terhadap Peningkatan Kemampuan
Lontar Martil Siswi SMPN 1 Muntok Bangka Barat. Jurnal Ilmiah Sport
Coaching and Education, 1(2), 52-64.
Saleh, A. A. A. R. (2016). Penerapan Metode Bermain Untuk Meningkatkan
Keaktifan Siswa Dalam Mengikuti Pembelajaran. Pendidikan Olahraga
Pascasarjana Universitas Negeri Malang.
Irwanto, E., & Rubiono, G. (2019, October). Analisis Gerak Aktivitas Kerja Sehari-
hari Sebagai Potensi Gerak Dasar Lontar Martil. In Prosiding Seminar
Nasional IPTEK Olahraga (SENALOG) (Vol. 2, No. 1).
Imanudin, I. (2011). Analisa Prestasi Hasil Tolakan Pada Cabang Olahraga Atletik
Nomor Tolak Peluru. Jurnal Kepelatihan Olahraga, 1(2), 18-24.
Prasetiyo, E. D. (2012). Pemodelan Animasi Teknik Gerakan Lempar Pada Olahraga
Atletik Menggunakan Software Blender (Doctoral dissertation, Univesitas
Muhammadiyah Surakarta).

Anda mungkin juga menyukai