Gaya ini tentu saja berasal dari Amerika, secara lebih spesifik diperkenalkan oleh atlet lempar
lembing asal Amerika. Namun kemudian gaya ini diadaptasi di seluruh dunia.
Pada gaya ini, posisi jari ketika memegang lembing adalah jari telunjuk dan jari jempol
menggenggam pegangan lembing pada batas tali bagian belakang, tiga jari berikutnya
menggenggam pegangan namun tidak terlalu kuat atau renggang yang berfungsi hanya sebagai
penjaga keseimbangan lembing ketika dibawa berlari pada saat awalan.
2. Gaya Lempar Lembing Finlandia
Sebagaimana gaya Amerika, gaya Finlandiapun juga diperkenalkan oleh atlet lempar lembing
asal Finlandia.
Hampir mirip dengan gaya Amerika, pada gaya Finlandia jari jempol dan jari tengah bertugas
menggenggam pegangan lembing paling belakang, sementara jari telunjuk lurus menahan
lembing dan jari-jari sisanya hanya menggenggam longgar pegangan lembing bagian depan.
Gaya ini cenderung lebih mudah dipraktikkan oleh pemula karena keseimbangan lembing dijaga
oleh jari telunjuk dalam posisi lurus, dan jari manis dan kelingking dalam posisi menggenggam
longgar.
3. Gaya Lempar Lembing Penjepit / Tang
Entah darimana asalanya gaya ini, namun gaya penjepit atau tang juga sering dipergunakan oleh
atlet untuk memegang lembing.
Posisi tangan pada gaya ini adalah jari telunjuk dan jari tengah menjepit pegangan paling
belakang lembing, sementara jari jempol, jari manis dan telunjuk menggenggam longgar lembing
bagian pegangan sisanya.
Gaya ini juga bisa dikatakan stabil dan mudah dipraktikkan oleh pemula.
Selain gaya dalam memegang lembing, ada juga gaya dalam memulai awalan hingga melakukan
lemparan. Gaya ini fokus pada langkah kaki dengan dua jenis, yakni:
1. Hop Step / Gaya Berjingkat
Teknik ini dimulai dengan melangkahkan kaki dengan cara berjingkat mulai dari kecepatan
sedang menuju kecepatan tinggi.
Gaya ini berdampingan dengan gaya memegang lembing cara Finlandia dan tang dimana posisi
lembing berada di atas bahu, baik dibawa sejajar bahu pada saat awalan atau berada pada posisi
atas lurus ke depan.
Gaya ini dipergunakan untuk menciptakan gaya dorong pada seluruh bagian tubuh ke arah depan
yang dipusatkan pada lengan pembawa lembing.
Pada saat melempar, karena saking kuatnya daya dorong yang diciptakan tubuh akan melompat
dan jatuh kedepan setelah lembing terlempar.
Gaya ini, secara teori, biasanya akan menghasilkan lemparan ke arah tengah lapangan atau
kurang lebih lurus dengan posisi pelempar.
2. Cross Step / Gaya Menyilang
Gaya cross step atau langkah menyilang ini akan tampak pada saat atlet sampai pada 2-3 langkah
terakhir sebelum melempar.
Silangan kaki dihasilkan dari putaran badan sejak hendak melempar hingga mulai melempar.
Karena badan berputar dari arah kanan ke kiri, demikian pula dengan posisi kaki sehingga
tampak menyilang.
Gaya ini biasanya bersanding dengan gaya memegang lembing Amerika yang cenderung
mengarahkan ujung tombak ke atas dengan sudut 45 derajad.
Awalan yang digunakan adalah lari biasa dengan kecepatan sedang menuju kecepatan tinggi.
Silangan kaki dan badan yang bersamaan dengan lengan yang melempar akan menghasilkan
daya lempar yang kuat dengan arah yang lebih cenderung menyamping alias tidak terlalu
ketengah.
Berbeda dengan gaya hop step, pada gaya cross step ini tubuh atlet tak akan jatuh ke depan seusai
melemparkan lembing. Kalaupun tubuh jatuh, maka tubuh tersebut akan jatuh ke samping
mengikuti arah putaran tubuh dan silangan kaki.
Berikut ini merupakan salah satu contoh teknik dalam lempar lembing yang menggunakan gaya
hop step dan pegangan Finlandia:
1. Awalan
Posisi tubuh pada awal persiapan adalah tegak lurus, tangan kanan memegang lembing pada
posisi horizontal di atas pundak sehingga siku lengan pembawa lembing tertekuk. Bernafas rileks
dan dalam. Kepala tegak lurus dengan pandangan mata ke depan sejauh mungkin.
Setelah siap dan terdengar aba-aba wasit, maka kaki mulai berlari dengan sedikit berjingkat
untuk menegaskan gaya ini, disusul dengan lari normal dengan kecepatan tinggi sambil masih
mempertahankan posisi lengan membawa lembing.
Pada 6 langkah terakhir, gerakan kaki kembali berjingkat dan bersiap untuk melakukan
lemparan.
2. Melempar
Pada empat langkah sebelum terakhir, lembing ditarik ke belakang dan menghadap ke atas
dengan sudut 45 derajad, tatapan mata fokus pada titik lempar terjauh, energi fokus untuk
melempar dan langkah ke tiga sebelum terakhir kaki kanan berjingkat dan badan sedikit
terangkat, kaki kiri menjadi tumpuan jatuh, kemudian kaki kanan sedikit menekuk kebawah dan
langsung melakukan tolakan kedepan sembari melemparkan lembing.
3. Pasca Melempar
Kadangkala tolakan yang besar dan lemparan yang kuat ke arah depan membuat seluruh tubuh
juga seolah terlempar kedepan sehingga tak jarang lemparan semacam ini membuat atlet jatuh
ke depan karena menahan tubuh untuk mengarah ke depan justru akan menghambat lemparan.
Oleh karenanya, posisi kepala tak boleh sedikitpun menunduk meski telah melempar lembing
karena jika kepala menunduk dan tubuh jatuh kedepan, dikhawatirkan akan membuat wajah
cidera karena terbentur tanah.
Jikalau tubuh jatuh, usahakan jatuh dengan tumpuan dada dan kedua tangan pada saat bersamaan.
Beberapa peralatan yang diperlukan oleh seorang atlet lempar lembing adalah lembing, serbuk
untuk tangan agar tidak basah karena keringat sehingga nyaman untuk melakukan lemparan,
pakaian yang nyaman digunakan untuk pertandingan, dan sepatu.
Lembing dalam lempar lembing bukanlah sembarang lembing, melainkan lembing dengan tiga
bagian khusus, yakni tongkat yang terbuat dari metal ringan (dahulu merupakan kayu), mata
lembing yang terbuat dari logam dan berujung runcing, dan tali yang dililitkan di lembing
sebagai pegangan.
Lembing ini dibuat sedemikian rupa dengan standart yang ditetapkan sebagaimana akan
dijelaskan pada bagian selanjutnya.
Dari gambar di atas, ada tiga bagian lapangan lempar lembing, yakni jalur awalan, sudut
lemparan dan sektor lemparan lembing. Berikut penjelasannya
1. Jalur awalan merupakan trak dengan panjang minimal 30 meter dan maksimal 36,5 meter.
Jalur ini memiliki lebar 4 meter.
2. Sementara pada area gambar sudut merupakan area untuk melemparkan lembih setelah
berlari dalam trak awalan. Dari poros tengah menuju pojok busur, sudut yang terbentuk
adalah 30 derajad. Sudut ini merupakan petunjuk garis batas luar kanan dan kiri area
sektor lemparan. Jarak antara titik A atau titik ancang-ancang untuk melempar hanyalah
8 meter dari bibir busur, yakni garis akhir yang tak boleh dilewati oleh atlet ketika
melempar. Namun boleh disentuh jika sudah melempar, misalnya untuk menjatuhkan
tubuh.
3. Sektor lemparan merupakan lapangan yang berbentuk kerucut dengan sudut sebagaimana
telah ditetapkan di area sudut. Panjang lepangan pendaratan ini minimal 100 meter karena
sejauh ini belum ada atlet yang bisa melempar lembing sejauh 100 meter.