Anda di halaman 1dari 6

Pengertian Lempar Lembing

lempar lembing dapat didefinisikan sebagai salah satu nomor atletik melempar di mana sang
atlet mempertunjukkan kemampuannya untuk melempar sebuah lembing dengan gaya dan
teknik tertentu dengan mengikuti segala peraturan dalam pertandingan tersebut untuk
memperoleh jarak lempar terjauh.

Gaya Lempar Lembing


Ada tiga gaya memegang lembing yang bisa dikategorikan juga sebagai gaya lempar
lembing, yakni:
1. Gaya Lempar Lembing Amerika
Gaya ini tentu saja berasal dari Amerika, secara lebih spesifik diperkenalkan oleh atlet
lempar lembing asal Amerika. Namun kemudian gaya ini diadaptasi di seluruh dunia.
Pada gaya ini, posisi jari ketika memegang lembing adalah jari telunjuk dan jari jempol
menggenggam pegangan lembing pada batas tali bagian belakang, tiga jari berikutnya
menggenggam pegangan namun tidak terlalu kuat atau renggang yang berfungsi hanya
sebagai penjaga keseimbangan lembing ketika dibawa berlari pada saat awalan.
2. Gaya Lempar Lembing Finlandia
Sebagaimana gaya Amerika, gaya Finlandiapun juga diperkenalkan oleh atlet lempar
lembing asal Finlandia.
Hampir mirip dengan gaya Amerika, pada gaya Finlandia jari jempol dan jari tengah
bertugas menggenggam pegangan lembing paling belakang, sementara jari telunjuk lurus
menahan lembing dan jari-jari sisanya hanya menggenggam longgar pegangan lembing
bagian depan.
Gaya ini cenderung lebih mudah dipraktikkan oleh pemula karena keseimbangan
lembing dijaga oleh jari telunjuk dalam posisi lurus, dan jari manis dan kelingking dalam
posisi menggenggam longgar.
3. Gaya Lempar Lembing Penjepit / Tang
Entah darimana asalanya gaya ini, namun gaya penjepit atau tang juga sering
dipergunakan oleh atlet untuk memegang lembing.
Posisi tangan pada gaya ini adalah jari telunjuk dan jari tengah menjepit pegangan paling
belakang lembing, sementara jari jempol, jari manis dan telunjuk menggenggam longgar
lembing bagian pegangan sisanya.
Gaya ini juga bisa dikatakan stabil dan mudah dipraktikkan oleh pemula.
Selain gaya dalam memegang lembing, ada juga gaya dalam memulai awalan hingga
melakukan lemparan. Gaya ini fokus pada langkah kaki dengan dua jenis, yakni:
1. Hop Step / Gaya Berjingkat
Teknik ini dimulai dengan melangkahkan kaki dengan cara berjingkat mulai dari
kecepatan sedang menuju kecepatan tinggi.
Gaya ini berdampingan dengan gaya memegang lembing cara Finlandia dan tang
dimana posisi lembing berada di atas bahu, baik dibawa sejajar bahu pada saat awalan
atau berada pada posisi atas lurus ke depan.
Gaya ini dipergunakan untuk menciptakan gaya dorong pada seluruh bagian tubuh ke
arah depan yang dipusatkan pada lengan pembawa lembing.
Pada saat melempar, karena saking kuatnya daya dorong yang diciptakan tubuh akan
melompat dan jatuh kedepan setelah lembing terlempar.
Gaya ini, secara teori, biasanya akan menghasilkan lemparan ke arah tengah lapangan
atau kurang lebih lurus dengan posisi pelempar.
2. Cross Step / Gaya Menyilang
Gaya cross step atau langkah menyilang ini akan tampak pada saat atlet sampai pada
2-3 langkah terakhir sebelum melempar.
Silangan kaki dihasilkan dari putaran badan sejak hendak melempar hingga mulai
melempar. Karena badan berputar dari arah kanan ke kiri, demikian pula dengan
posisi kaki sehingga tampak menyilang.
Gaya ini biasanya bersanding dengan gaya memegang lembing Amerika yang
cenderung mengarahkan ujung tombak ke atas dengan sudut 45 derajad.
Awalan yang digunakan adalah lari biasa dengan kecepatan sedang menuju kecepatan
tinggi.
Silangan kaki dan badan yang bersamaan dengan lengan yang melempar akan
menghasilkan daya lempar yang kuat dengan arah yang lebih cenderung menyamping
alias tidak terlalu ketengah.
Berbeda dengan gaya hop step, pada gaya cross step ini tubuh atlet tak akan jatuh ke
depan seusai melemparkan lembing. Kalaupun tubuh jatuh, maka tubuh tersebut akan
jatuh ke samping mengikuti arah putaran tubuh dan silangan kaki.

Teknik Dasar Lempar Lembing


Pada dasarnya, teknik lempar lembing bisa dibagi menjadi 3, yakni:
1. Cara Memegang Lembing
Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, ada tiga gaya dalam memegang
lembing, yakni gaya Amerika, Finlandia, dan tang. Atlet akan memilih salah satu gaya ini.
Setelah itu, barulah ia memulai awalan.
2. Cara Memulai Awalan
Yang perlu diperhatikan dalam melakukan awalan adalah posisi tubuh saat bersiap, posisi
kepala dan mata saat berlari, posisi lengan saat membawa lembing, dan gaya dalam
melangkah dan melempar (hop cross/step cross).
3. Cara melempar
Sebelum melempar, maka posisi lembing ditarik ke samping kanan-belakang, lalu
dilempar sekuat-kuatnya ke arah depan. Pastikan ujung lembing mengarah ke depan-atas
dengan sudut 45 derajad.
Usahakan seluruh tubuh pada saat melempar tidak kaku melainkan mengalir mengikuti
efek lemparan sehingga seluruh tubuh akan ikut melepaskan energi lemparan dan bukan
sebaliknya, menjadi penghambat lemparan.

Teknik Lempar Lembing


Berikut ini merupakan salah satu contoh teknik dalam lempar lembing yang menggunakan
gaya hop step dan pegangan Finlandia:
1. Awalan
Posisi tubuh pada awal persiapan adalah tegak lurus, tangan kanan memegang lembing
pada posisi horizontal di atas pundak sehingga siku lengan pembawa lembing tertekuk.
Bernafas rileks dan dalam. Kepala tegak lurus dengan pandangan mata ke depan sejauh
mungkin. Setelah siap dan terdengar aba-aba wasit, maka kaki mulai berlari dengan
sedikit berjingkat untuk menegaskan gaya ini, disusul dengan lari normal dengan
kecepatan tinggi sambil masih mempertahankan posisi lengan membawa lembing. Pada
6 langkah terakhir, gerakan kaki kembali berjingkat dan bersiap untuk melakukan
lemparan.
2. Melempar
Pada empat langkah sebelum terakhir, lembing ditarik ke belakang dan menghadap ke
atas dengan sudut 45 derajad, tatapan mata fokus pada titik lempar terjauh, energi fokus
untuk melempar dan langkah ke tiga sebelum terakhir kaki kanan berjingkat dan badan
sedikit terangkat, kaki kiri menjadi tumpuan jatuh, kemudian kaki kanan sedikit
menekuk kebawah dan langsung melakukan tolakan kedepan sembari melemparkan
lembing.
3. Pasca Melempar
Kadangkala tolakan yang besar dan lemparan yang kuat ke arah depan membuat
seluruh tubuh juga seolah terlempar kedepan sehingga tak jarang lemparan semacam ini
membuat atlet jatuh ke depan karena menahan tubuh untuk mengarah ke depan justru
akan menghambat lemparan.
Oleh karenanya, posisi kepala tak boleh sedikitpun menunduk meski telah melempar
lembing karena jika kepala menunduk dan tubuh jatuh kedepan, dikhawatirkan akan
membuat wajah cidera karena terbentur tanah.
Jikalau tubuh jatuh, usahakan jatuh dengan tumpuan dada dan kedua tangan pada saat
bersamaan.

Sejarah Lempar Lembing


Lempar lembing atau lempar tombak merupakan salah satu aktivitas dan ketrampilan
sehari-hari yang dimiliki oleh manusia sejak zaman purba dimana manusia masih hidup
dengan cara berburu.Lembing merupakan salah satu alat berburu yang sederhana dan efisien
sehingga alat ini disinyalir sebagai salah satu alat pertama dalam berburu (selain dengan cara
menangkap buruan tanpa alat, melempar dengan batu dan benda-benda sederhana lainnya).
Keberadaan lembing ini menunjukkan adanya kemajuan proses berfikir pada manusia
purba, yakni mereka mulai bisa menciptakan alat yang berguna untuk bertahan hidup selain
ada juga peralatan dari batu seperti kapak perimbas, pisau (batu dengan permukaan samping
yang tajam), dan pemukul (pentungan). Aktivitas melempar lembing ini tetap bertahan lama
meski manusia mulai berkembang dan telah mengenal logam untuk membuat berbagai sejata
canggih seperti pedang, panah, rantai, dan lain sebagainya.
Tombak atau lembing ini selain merupakan senjata yang bisa dilemparkan hingga
mengenai sasaran, juga bisa dipergunakan sebagai sejata dengan jangkauan yang lebih
panjang jika dibandingkan dengan pedang. Maka tak heran jika sejak masa purba hingga era
logam, manusia berlatih untuk bisa melempar lembing atau tombak. Yup, hal ini perlu
latihan.
Konon, olahraga lempar lembing bermula dari aktivitas lempar lembing pada zaman
dahulu. Bagaimanapun juga bisa melempar lembing hingga mengenai sasaran pada jarak
yang jauh merupakan suatu hal yang mengagumkan dan tak jarang hal itu menjadi hal
menarik untuk dilihat. Mula-mula orang hanya berlatih, namun kemudian mulai berlomba
untuk menunjukkan kebolehannya hingga akhirnya aktivitas ini menjadi ajang perlombaan
tersendiri yang telah diadakan sejak zaman dahulu.
Di era awal peradaban tinggi, yakni peradaban yunani kuno, lempar lembing telah
diperlombakan dalam olimpiade kuno, yakni pada tahun 776 SM. Namun belum diketahui
secara pasti mengenai peraturan dan segala hal tentang pertandingan lempar lembing pada
waktu itu jika dibandingkan dengan lempar lembing pada saat ini. Namun yang jelas,
pertandingan lempar lembing atau lempar tombak pada masa lalu tak hanya mengejar poin
sebagai pelempar dengan lemparan terjauh karena ada juga perlombaan lempar lembing
dengan target tertentu sebagaimana pertandingan memanah. Pada waktu itu, ideal lempar
lembing adalah bisa melempar dengan jarak yang jauh sekaligus bisa mengenai sasaran.
Konon, Achiiles merupakan prajurit Sparta yang sekaligus merupakan pelempar lembing
yang tak terkalahkan pada waktu itu karena ia tak hanya dikenal kepiawaiannya dalam
pertandingan namun juga dalam medan perang.
Lempar lembing mulai masuk dalam cabang atletik olimpiade modern pada tahun
1908 dan hanya diikuti oleh atlet laki-laki saja. Peraturannya sederhana, atlet melempar
tongkat panjang dengan ujung runcing yang disebut sebagai lembing pada batas lemparan
yang disediakan untuk mencapai jarak lempar sejauh-jauhnya. Kemenangan diperoleh jika
sang atlet mampu melempar dengan jarak terjauh diantara peserta lainnya. Pada tahun
olimpiade 1932, olahraga lempar lembing akhirnya juga diperuntukkan untuk perempuan dan
tentu saja dengan menggunakan lembing yang berbeda dengan laki-laki. Sejak saat itu,
olahraga lempar lembing dibuka untuk dua kelas, yakni laki-laki dan perempuan.

Alat Lempar Lembing


Beberapa peralatan yang diperlukan oleh seorang atlet lempar lembing adalah
lembing, serbuk untuk tangan agar tidak basah karena keringat sehingga nyaman untuk
melakukan lemparan, pakaian yang nyaman digunakan untuk pertandingan, dan sepatu.
Lembing dalam lempar lembing bukanlah sembarang lembing, melainkan lembing dengan
tiga bagian khusus, yakni tongkat yang terbuat dari metal ringan (dahulu merupakan kayu),
mata lembing yang terbuat dari logam dan berujung runcing, dan tali yang dililitkan di
lembing sebagai pegangan.
Lembing ini dibuat sedemikian rupa dengan standart yang ditetapkan sebagaimana akan
dijelaskan pada bagian selanjutnya.

Ukuran Lempar Lembing


Lembing yang digunakan dalam pertandingan lempar lembing memiliki standard
internasional yang mana lembing untuk atlet putra dan atlet putri berbeda. Lembing untuk
atlet putra memiliki panjang 2,60 meter-2,70 meter dengan berat 800 gram, sedangkan
lembing untuk atlet putri berukuran panjang 2,20 meter-2,30 meter dengan berat 600 gram.
Peraturan Lempar Lembing
Dalam pertandingan berskala internasional seperti olimpiade, semua lembing
disediakan oleh panitia penyelenggara dan semua yang dipergunakan telah diperiksa
sedemikian rupa hingga masing-masing 99% identik satu sama lain berdasarkan kelasnya.
Namun untuk pertandingan berskala kecil seperi pertandingan tingkat lokal atau
daerah, atlet boleh membawa lembing sendiri asalkan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan
oleh panitia. Ketika dalam pertandingan, atlet lempar lembing hanya boleh menggunakan
awalan hingga melempar pada tempat yang disediakan. Melempar melebihi batas yang
ditentukan merupakan lemparan yang tidak sah.
Pendaratan lembing bisa dinyatakan sah dan dapat dinilai apabila bagian lembing
yang jatuh terlebih dahulu merupakan mata lembing pada area yang disediakan dengan posisi
menancap tanah atau hanya menggores tanah. Pada saat awalan, lembing sama sekali tidak
boleh menyentuh tanah karena hal itu akan dinyatakan sebagai diskualifikasi yang setara
dengan apabila atlet melempar di luar area yang disediakan, misalnya melebihi batas awalan.
Semua atlet akan bertanding untuk memperoleh jarak terjauh dari lembing yang telah
terlempar dan masing-masing atlet hanya memiliki 1 kali kesempatan untuk melempar
lembing.

Lapangan Lempar Lembing


Ada tiga bagian lapangan lempar lembing, yakni jalur awalan, sudut lemparan dan sektor
lemparan lembing. Berikut penjelasannya
1. Jalur awalan merupakan trak dengan panjang minimal 30 meter dan maksimal 36,5
meter. Jalur ini memiliki lebar 4 meter.
2. Sementara pada area gambar sudut merupakan area untuk melemparkan lembih
setelah berlari dalam trak awalan. Dari poros tengah menuju pojok busur, sudut yang
terbentuk adalah 30 derajad. Sudut ini merupakan petunjuk garis batas luar kanan dan
kiri area sektor lemparan. Jarak antara titik A atau titik ancang-ancang untuk melempar
hanyalah 8 meter dari bibir busur, yakni garis akhir yang tak boleh dilewati oleh atlet
ketika melempar. Namun boleh disentuh jika sudah melempar, misalnya untuk
menjatuhkan tubuh.
3. Sektor lemparan merupakan lapangan yang berbentuk kerucut dengan sudut
sebagaimana telah ditetapkan di area sudut. Panjang lepangan pendaratan ini minimal
100 meter karena sejauh ini belum ada atlet yang bisa melempar lembing sejauh 100
meter.

Atletik Lempar Lembing


Lempar lembing menjadi salah satu cabang atletik sejak tahun 1908 dan sekaligus ikut
terdaftar dalam IAAF (International Amateur Athletic Federation). Pertandingan ini tak
pernah absen dalam olimpiade sejak pertama kali diperlombakan dalam ajang olimpiade
modern. Dari masa ke masa, teknik dan rekor terus berkembang. Salah satu atlet lempar
lembing terbaik dunia dan belum terpatahkan rekornya hingga kini adalah Jan Železný, satu-
satunya orang yang bisa melempar lembing hingga sejauh 98,48 meter pada tahun 1996.
Ia memenangkan medali emas pada olimpiade tahun 1992, 1996, dan 2000. Setelah
itu pada tahun 2006 ia pensiun dan menjadi inspirasi bagi banyak atlet lempar lembing.
Selain itu, Johannes Vetter menjadi atlet nomor dua yang bisa melemparkan lembing dengan
jarak yang fantastis, yaitu 94,44 meter pada tahun 2017. Sedangkan Thomas Rohler
merupakan atlet ketiga yang bisa melemparkan lembing hingga sejauh 93,90 meter. Ketiga
nama itu menjadi legenda dalam dunia lempar lembing.

Faktor Penentu Prestasi Dalam Lempar Lembing


Untuk menjadi atlet lempar lembing yang berprestasi tidaklah mudah dan butuh waktu
lama untuk terus menerut latihan. Atlet hebatpun akan latihan secara rutin untuk menjaga
tubuhnya agar selalu luwes dan tetap mahir dalam melakukan lemparan. Namun demikian,
pada sebuah pertandingan, prestasi atlet tak hanya ditentukan oleh kualitas latihan, namun
juga hal-hal berikut ini:
1. Cuaca dan Angin
Lembing yang terlempar pada ketinggian tertentu pada akhirnya akan bergesekan
dengan angin. Hembusan angin sedikit banyak akan mengubah sudut hasil lemparan
dan sekaligus bisa mengurangi atau menambah kecepatan lembing dan berpengaruh
pada jarak yang dihasilkan sehingga cuaca dan angin menjadi faktor penting yang
berpengaruh pada skor dalam lempar lembing.
2. Dukungan Tim dan Supporter
Dukungan, sorak sorai dari penonton merupakan energi yang secara tidak langsung
akan terserap oleh atlet dan bahkan mempengaruhi semangatnya. Semakin besar energi
yang disalurkan oleh suporter, maka semakin besar pula semangat dan energi atlet
untuk tampil di gelanggang pertandingan
3. Stamina, Kesehatan Fisik dan Psikis
Stamina, kesehatan fisik dan psikis merupakan salah satu faktor penting yang
menentukan performa pertandingan. Sebaiknya selama musim pertandingan
berlangsung, atlet terus menerus menjaga kesehatan tubuh, pikiran dan perasaannya
agar bisa tampil dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai