Anda di halaman 1dari 13

TOLAK PELURU

Pengertian, Sejarah, Ukuran Lapangan


& Teknik Dasar
Pengertian Tolak Peluru

demandstudios.com

Tolak peluru adalah salah satu cabang olahraga lempar dalam atletik yang
dilakukan dengan cara menolak atau mendorong peluru atau bola yang terbuat
dari logam sejauh mungkin dari titik lempar menuju titik pendaratan
menggunakan teknik tertentu.

Tidak seperti olahraga cabang lempar lainnya, yaitu lempar cakram, lempar
lembing, dan lempar martil, tolak peluru dapat dilakukan di lapangan indoor
maupun outdoor. Hal ini disebabkan tolak peluru tidak membutuhkan area
pendaratan yang luas, tidak lebih dari 25 meter.
Meski terlihat mudah dilakukan, tolak peluru tergolong olahraga berat yang
tidak dapat dilakukan sembarangan. Ada dua faktor yang menentukan dalam
olahraga tolak peluru, yaitu postur tubuh atlet dan penguasaan tekniknya.

Atlet dengan postur tubuh besar cenderung memiliki energi yang lebih besar
pula sehingga cocok untuk olahraga ini. Baik laki-laki maupun perempuan,
para atlet juara dunia rata-rata memiliki postur tubuh besar dan energi yang
kuat untuk melakukan tolakan.

Meski demikian, ada juga atlet tolak peluru yang bertubuh sedang, bahkan
kecil, tetapi mampu melakukan tolakan dengan cukup jauh. Hal ini
dimungkinkan jika atlet tersebut mampu menguasai teknik-teknik dasar
dengan baik dan memilih gaya tolak peluru yang paling tepat.

Sejarah Tolak Peluru


Tolak peluru (the shot put) telah dikenal sejak dua ribu tahun yang lalu, yaitu
sejak masa Kerajaan Yunani kuno, tetapi dengan tata cara dan peraturan yang
berbeda. Menurut Homer, pada zaman dahulu, tolak peluru dikenal dengan
nama lempar beban atau weight throwing.

Sayangnya, tidak ditemukan catatan sejarah yang menjelaskan bentuk dan


bahan yang digunakan sebagai peluru pada waktu itu. Yang pasti, tolak peluru
menjadi salah satu bentuk latihan perang yang dilakukan para prajurit dari
Troya dan kemudian dipertandingkan antar-prajurit.

Catatan sejarah tentang olahraga tolak peluru yang berhasil ditemukan adalah
tentang diadakannya kompetisi di Skotlandia pada abad pertama. Kemudian,
pada abad ke-16, Raja Henry VII dari Inggris menyelenggarakan pertandingan
yang sama, yaitu lempar palu dan lempar beban.

Saat itu, kompetisi di kalangan masyarakat Inggris diadakan sebagai cara


untuk menguji kekuatan para pria. Peluru yang digunakan ketika itu masih
terbuat dari batu, bukan logam seperti sekarang.

Pertandingan pertama yang menggunakan alat seperti tolak peluru masa kini
adalah kompetisi yang diadakan pada era pertengahan. Pertandingan tersebut
diselenggarakan oleh kalangan militer dan diikuti para prajurit perang.
Mereka berlomba melempar bola besi sejauh-jauhnya.

Ide tersebut berawal dari kebiasaan para tentara perang yang sering
mengadakan lomba melempar cannon balls sejauh mungkin. Saat itu, meriam
besi dan cannon balls (peluru meriam) merupakan salah satu senjata yang
paling mematikan.

Pertandingan tolak peluru yang berhasil didokumentasikan pertama kali


adalah kompetisi yang diadakan pada tahun 1866 di Skotlandia. Namun,
kejuaraan yang diadakan pada tahun 1866 itu masih bersifat amatir dan
menjadi salah satu dari The British Amateur Championships.

Sejak saat itu, tolak peluru makin digemari di negara-negara di daratan Eropa.
Tiga puluh tahun kemudian, barulah tolak peluru diperlombakan secara resmi
di Olimipade Athena, Yunani. 

Salah satu catatan penting dari sejarah tolak peluru terjadi pada tahun 1950,
yaitu ketika Parry O’Brien memperkenalkan teknik lemparan tolak peluru.
Pada metode O’Brien, pelempar memulai tolakan dengan menghadap bagian
belakang ring.

Karena merupakan cabang olahraga atletik, induk organisasi tolak peluru


menjadi satu dengan induk olahraga atletik. International Amateur Athletic
Federation (IAAF) adalah wadah olahraga atletik (termasuk tolak peluru)
seluruh dunia.

Indonesia mengenal olahraga tolak peluru melalui pemerintah kolonial


Belanda yang memasukkannya dalam kurikulum pelajaran di sekolah-sekolah
milik Belanda. Namun, tolak peluru hanya dimainkan oleh para siswa
bagsawan Belanda sehingga kaum pribumi tidak terlalu mengenal olahraga
ini.

Seiring waktu, tolak peluru kemudian juga menjadi bagian dari kurikulum di
sekolah-sekolah pribumi sehingga semakin dikenal di kalangan orang
Indonesia. Karena belum memiliki wadah sendiri, tolak peluru berada di
bawah organisasi NIAU yang bertanggung jawab mengadakan kejuaraan
atletik.

Kepopuleran tolak peluru kemudian melahirkan berbagai perkumpulan


olahraga tolak peluru di Jawa dan Sumatra. Sumatera Atletik Bond (SAB) di
Medan menyelenggarakan kompetisi atletik yang diikuti MULO, HBS, dan
sekolah lainnya. Salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan adalah
tolak peluru.

Meski keberadaan tolak peluru (dan cabang olahraga atletik lainnya) sudah
dikenal sejak masa penjajahan Belanda, Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
(PASI) baru terbentuk pada tanggal 3 September 1990. Dengan adanya PASI,
olahraga atletik, termasuk tolak peluru, makin berkembang.

Kegiatan pertama yang dilaksanakan PASI adalah pemilihan duta-duta atletik


yang akan mewakili Indonesia di ajang SEA Games. Selanjutnya, Indonesia
juga rutin mengirimkan delegasi untuk mengikuti kejuaraan regional dan
internasional serta terus melakukan pembinaan atlet tolak peluru.

Teknik Tolak Peluru

satujam.com

Pada dasarnya, hakikat tolak peluru adalah memegang, lalu menolakkan


peluru agar terlempar jauh. Karena itu, untuk dapat melempar peluru sejauh
mungkin, Anda harus memperhatikan beberapa teknik dasar tolak peluru yang
benar saat berlatih.

Teknik dasar tolak peluru sangat penting dikuasai para atlet tidak hanya agar
bisa menghasilkan lemparan yang jauh, tetapi juga untuk keselamatan atlet
sendiri. Perlu diingat bahwa kesalahan saat memegang dan melempar peluru
besi yang berat dapat mengakibatkan cedera serius.

Ada tiga teknik dasar tolak peluru yang harus Anda kuasai sebelum
melakukan olahraga yang satu ini, yaitu teknik memegang peluru, teknik
meletakkan peluru di leher, dan teknik melakukan tolakan. Penjelasan masing-
masing teknik tersebut dapat Anda simak di bawah ini.

1. Teknik Memegang Peluru


Peluru besi yang digunakan dalam olahraga tolak peluru memiliki bobot
cukup berat, yaitu antara 3 kg hingga 7 kg lebih. Karena itu, Anda harus
menguasai cara memegang peluru dengan benar agar jari tidak terluka atau
bahkan patah. Teknik memegang peluru yang aman dapat dilakukan dengan 3
cara berikut.

a. Letakkan peluru di telapak tangan. Pegang peluru dengan erat


menggunakaan jari-jari tangan dengan posisi jari-jari dikembangkan.
Gunakan jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis untuk meletakkan
peluru. Letakkan jari kelingking di bagian samping peluru dalam posisi
menekuk, sementara ibu jari berada pada posisi biasa untuk menjaga
keseimbangan peluru. Berikan tenaga lebih pada ibu jari agar bisa
menahan peluru lebih kuat sehingga tidak jatuh.

b. Rapatkan jari-jemari, termasuk kelingking, dan tempelkan pada bagian


belakang peluru. Letakkan ibu jari di bagian samping peluru agar
seimbang.
c. Cara ketiga hampir sama dengan cara kedua, yaitu dengan merapatkan
jari-jari, tetapi dengan posisi sedikit lebih renggang. Teknik ini cocok
untuk Anda yang memiliki telapak tangan kecil.

2. Teknik Meletakkan Peluru di Leher

Sebelum meletakkan peluru di leher, Anda harus sudah memutuskan teknik


memegang peluru yang paling disukai, nyaman, dan bisa menghasilkan tenaga
tolakan yang paling besar. Penggunaan tangan kanan sangat dianjurkan untuk
memegang peluru, kecuali bagi Anda yang kidal.

Setelah peluru dipegang dengan teknik yang benar, tempelkan peluru pada
leher samping kanan. Ibu jari menempel di atas tulang yang ada di bagian
bahu atau tulang selangka. Posisikan siku lurus dan sejajar dengan bahu dan
miringkan kepala ke arah peluru supaya kedudukan peluru lebih stabil dan
mantap.

3. Teknik Menolak Peluru

Selain teknik memegang peluru dan meletakkannya di leher, teknik melempar


atau menolak peluru juga perlu diperhatikan agar menghasilkan lemparan
sejauh mungkin. Berikut penjelasannya.
a. Persiapan Tolak Peluru

Sikap tubuh yang terbaik ketika akan melempar peluru adalah berdiri
dengan tegak dan rileks dengan posisi menghadap ke samping lapangan.
Untuk memudahkan menolak, kaki direnggangkan selebar bahu dengan
kaki kanan sedikit ditekuk dan berat badan menumpu di kaki kanan.

Tangan kanan yang memegang peluru diletakkan menempel di bahu,


tepat di bawah rahang dengan siku membentuk sudut 900 dan tangan kiri
ditekuk dengan siku menghadap arah tolakan.

b. Gerakan Tubuh

Saat memegang peluru, kaki yang dekat dengan sektor lemparan


digerakkan dengan cara diayun sebagai persiapan untuk menolak peluru.
Sementara itu, pinggang diputar ke sisi sektor lemparan sehingga pinggul
membantu mendorong, tubuh condong ke depan, dan pandangan fokus
ke arah lemparan. 

c. Akhir Tolak Peluru

Sebelum menolak, posisi tubuh harus siap dengan kaki kanan yang akan
digerakkan ke depan sebagai tumpuan, menggantikan kaki kiri yang
digunakan untuk berisiap. Kaki kiri lurus ke belakang dan tidak tegang,
lutut kanan sedikit ditekuk agar lebih kuat mendorong lemparan, dan
pandangan tetap fokus.

Pada saat melakukan tolakan, putar badan ke arah sektor pendaratan. Kaki
kanan menolak dan melonjak agar tenaga yang cukup besar untuk mendorong
peluru seluruhnya berada di tangan kanan yang memegang peluru. Setelah itu,
lontarkan peluru dengan sudut dolakan 40 derajat ke arah atas.

Setelah peluru dilontarkan, kaki mendarat kembali ke tanah dengan posisi


sedikit menekuk. Sementara itu, posisi badan adalah ke arah depan dengan
pandangan melihat ke posisi jatuhnya peluru.
Peraturan Tolak Peluru
Setiap cabang olahraga tentu memiliki peraturan sendiri, termasuk tolak
peluru. Ada sembilan poin peraturan dalam cabang olah raga tolak peluru
yang wajib ditaati para atlet.

1. Atlet diperbolehkan memasuki lingkaran tolakan dari arah mana saja.


Biasanya, para atlet memilih untuk memasuki lingkaran dari samping
dan belakang.
2. Atlet tolak peluru hanya diberi waktu selama 60 detik untuk
menyelesaikan pertandingan, dihitung sejak namanya dipanggil. Jika
dalam waktu 3 menit belum juga melakukan tolakan, atlet dikenakan
diskualifikasi.
3. Atlet dilarang menggunakan sarung tangan, tetapi boleh menggunakan
pelindung ruas jari (taping) selama pertandingan.
4. Atlet boleh memegang bagian dalam wilayah lemparan berupa
lingkaran besi.
5. Atlet harus menahan peluru menggunakan leher selama melakukan
gerakan tolakan.
6. Atlet akan didiskualifikasi jika meletakkan peluru tidak sesuai dengan
peraturan, misalnya di belakang kepala atau di depan perut.
7. Peluru hanya boleh ditolak dengan menggunakan satu tangan dengan
posisi lebih tinggi dari bahu.
8. Gerakan tolakan hanya boleh dilakukan di dalam lingkaran. Sedikit saja
kakinya berada di luar batas lingkaran, atlet tersebut dinyatakan
didiskualifikasi.
9. Peluru harus mendarat di sektor area pendaratan yang disediakan (34,92
derajat). Atlet akan didiskualifikasi jika peluru jatuh di luar sektor
pendaratan atau tiga kali melakukan kegagalan.
10.Pengukuran dilakukan mulai dari lokasi tempat peluru pertama kali
jatuh sampai ke tengah lingkaran.
11.Setelah melakukan lemparan, atlet harus meninggalkan lingkaran
melelui sisi belakang lingkaran.
12.Atlet baru boleh meninggalkan lingkaran setelah peluru mendarat.
Lapangan Tolak Peluru

texassports.com

Sekilas, lapangan untuk tolak peluru mirip dengan lapangan untuk cabang
olahraga lempar cakram. Perbedaannya terletak pada papan batas tolakan
yang terdapat pada lingkaran tolak peluru. Adapun ketentuan untuk lapangan
tolak peluru adalah sebagai berikut.

 Lapangan tolak peluru terdiri dari dua bagian, yaitu lingkaran tolakan
dan sektor pendaratan.
 Lingkaran tolakan memiliki diameter 2,235 meter dan dikelilingi ring
besi dengan ketebalan 66 mm dan tinggi 2 cm sebagai batas lingkaran.
Bagian depan lingkaran tolakan dipasangi balok atas tolakan dengan
panjang 1,22 meter, tinggi 10 cm, dan tebal 11,4 cm.
 Sektor pendaratan berupa tanah yang ditandai garis batas (sector line)
sekaligus garis ukur standar yang terletak di tengah sektor pendaratan.
Panjang sektor pendaratan minimal 25 meter dengan sudut 40 derajat.
Peralatan Tolak Peluru

deman
dstudios.com

Dalam sebuah pertandingan tolak peluru, diperlukan beberapa peralatan yang


wajib disediakan penyelenggara, yaitu

1. alat pengukur;
2. bendera;
3. peluit; dan
4. Bola Peluru
Untuk peluru yang digunakan, terdapat beberapa ketentuan sebagai berikut.

1. Peluru dapat dibuat dari besi, pasir, logam solid, stainless steel, material
sintetis, atau polivinil.
2. Ukuran peluru disesuaikan dengan jenis lapangan yang digunakan.
Untuk pertandingan yang diadakan di lapangan indoor, ukuran peluru
yang digunakan sedikit lebih besar dari pertandingan
3. Ketentuan untuk berat peluru adalah sebagai berikut.

 Untuk senior putra : 7,257 kg


 Untuk senior putri : 4 kg
 Untuk junior putra : 5 kg
 Untuk junior putri : 3 kg

Gaya Tolak Peluru

pixfeeds.com

Dalam sejarahnya, dikenal tiga gaya tolak peluru, yaitu gaya meluncur (glide),
gaya samping atau klasik, dan gaya berputar (spin). Namun, hanya gaya
meluncur dan berputar yang masih tetap digunakan hingga saat ini.

Memilih gaya tolak peluru yang paling sesuai dengan kemampuan atlet sangat
penting dilakukan karena akan memengaruhi jauhnya lontaran peluru. Agar
Anda bisa menentukan gaya yang paling sesuai, simak penjelasan mengenai
masing-masing gaya tersebut di bawah ini.
1. Gaya Meluncur (Glide)

Gaya meluncur (glide) merupakan gaya tolak peluru yang pertama kali
diperkenalkan. Gaya ini sering disebut juga teknik O’Brien, sesuai nama
penemunya, Parry O’Brien dari Amerika Serikat. Meski demikian, gaya ini
bukanlah gaya yang paling populer.

Pada gaya ini, atlet akan melakukan gerakan setengah putaran terlebih dahulu
sebelum melontarkan peluru. Pada persiapan awal, atlet menghadap ke arah
belakang, kemudian mendorong tubuhnya ke arah belakang, lalu segera
menghadap ke depan dan melontarkan peluru.

Gaya meluncur dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.

 Posisikan tubuh menghadap ke arah belakang atau membelakangi


sektor pendaratan.
 Pegang peluru dan tempelkan ke bagian leher kanan dengan posisi
kepala sedikit miring sesuai posisi peluru.
 Posisikan badang sedikit menunduk dan condong ke sisi kanan
sehingga bahu kiri lebih tinggi.
 Tempatkan lengan kiri di depan wajah.
 Tekuk kaki kanan untuk memberikan daya tolakan dan posisikan kaki
kiri di daerah belakang, bisa sedikit ditekuk atau lurus dengan ujung
kaki menyentuh lantai/tanah.
 Saat akan melakukan tolakan 180 derajat, condongkan badan sedikit ke
depan sehingga ujung kaki kiri terangkat dari lantai, kaki kanan
melakukan tolakan, dan kaki kiri terdorong sampai balok batas lempar.
 Bersamaan dengan gerakan tersebut, lakukan dorongan tangan dengan
cara memutar badan ke arah sektor pendaratan dan tangan kanan
melakukan tolakan sekuat tenaga.
 Saat tangan kanan melakukan tolakan, geser posisi kepala supaya tidak
menghalangi peluru menuju sektor pendaratan.
 Untuk atlet kidal, lakukan cara di atas dengan menggunakan anggota
tubuh yang berlawanan.
Dalam sejarah olahraga lempar peluru, lemparan terjauh dengan
menggunakan gaya meluncur ini adalah lemparan dari atlet Ulf Timmermann
dari Jerman Timur, yaitu dengan jarak lempar sejauh 23,06 meter.
2. Gaya Berputar (Spin)

Gaya berputar diperkenalkan pertama kali pada tahun 1972 oleh Alexander
Baryshnikov, seorang atlet tolak peluru asal Rusia. Pada tahun tersebut, ia
berhasil memecahkan rekor baru untuk nomor putra dengan jarak 22 meter.

Ciri khas gaya spin adalah pelempar melakukan gerakan memutar sebesar 360
derajat sebelum melakukan lemparan. Dengan cara ini, diharapkan atlet
memiliki momentum untuk melakukan lemparan sejauh mungkin.

Gaya berputar ini merupakan gaya yang paling sulit karena selain fokus pada
tolakan, atlet juga harus menguasai teknik berputar dengan benar. Gaya ini
hampir sama dengan gaya lempar cakram yang berputar dalam melakukan
lemparan.

Untuk tolak peluru dengan gaya ini, berikut tahapan yang harus Anda
lakukan.

 Untuk awalan, posisikan tubuh sama seperti gaya glide, yaitu


menghadap ke belakang, tangan kanan memegang peluru dan
menempelkannya ke leher kanan. Badan dalam posisi tegak dan kepala
miring.
 Sejajarkan kedua kaki, jadikan kaki kiri sebagai tumpuan supaya kaki
kanan bisa diayun menuju tengah lingkaran.
 Kaki kanan menuju area tengan lingkaran dengan tetap membelakangi
area pendaratan dan sudah bersiap menjadi poros.
 Sebelum kaki kanan menapak tengah lapangan, kaki kiri yang
sebelumnya menjadi poros diangkat dan diayunkan dengan gerakan
melingkar sehingga pada akhir putaran tubuh, kaki kananlah yang
menjadi poros.
 Tapakkan kaki kiri di daerah belakang kaki kanan, sejajar dengan jarak
sebahu lebih sedikit dan posisi tubuh serong ke arah samping belakang.
 Setelah kaki kiri menapak, tubuh dihadapkan ke sektor pendaratan,
bersamaan dengan tangan sebelah kanan melakukan tolakan ke arah
depan dengan kekuatan penuh. Putaran tumit, pinggul, lutut, dan dada
ke arah depan akan memberikan tambahan daya dorong.
 Setelah peluru terlempar, kemungkinan besar tubuh masih akan
berputar karena energi yang dilepaskan membentuk garis putaran tubuh.

3. Gaya Samping (Klasik)

Gaya samping atau klasik merupakan gaya tolak peluru yang paling tua dan
tidak diketahui penemunya. Pada gaya ini, atlet menggunakan awalan
menyamping, yaitu tubuh menghadap ke samping dalam posisi siap sebelum
melakukan tolakan.

Tidak seperti gaya lainnya, peluru dipegang menggunakan kedua tangan.


Tangan kanan menyangga peluru di atas bahu, sedangkan tangan kiri
memegang peluru bagian atas. Akan tetapi, pada saat melempar, atlet hanya
menggunakan satu tangan.

Anda mungkin juga menyukai