demandstudios.com
Tolak peluru adalah salah satu cabang olahraga lempar dalam atletik yang
dilakukan dengan cara menolak atau mendorong peluru atau bola yang terbuat
dari logam sejauh mungkin dari titik lempar menuju titik pendaratan
menggunakan teknik tertentu.
Tidak seperti olahraga cabang lempar lainnya, yaitu lempar cakram, lempar
lembing, dan lempar martil, tolak peluru dapat dilakukan di lapangan indoor
maupun outdoor. Hal ini disebabkan tolak peluru tidak membutuhkan area
pendaratan yang luas, tidak lebih dari 25 meter.
Meski terlihat mudah dilakukan, tolak peluru tergolong olahraga berat yang
tidak dapat dilakukan sembarangan. Ada dua faktor yang menentukan dalam
olahraga tolak peluru, yaitu postur tubuh atlet dan penguasaan tekniknya.
Atlet dengan postur tubuh besar cenderung memiliki energi yang lebih besar
pula sehingga cocok untuk olahraga ini. Baik laki-laki maupun perempuan,
para atlet juara dunia rata-rata memiliki postur tubuh besar dan energi yang
kuat untuk melakukan tolakan.
Meski demikian, ada juga atlet tolak peluru yang bertubuh sedang, bahkan
kecil, tetapi mampu melakukan tolakan dengan cukup jauh. Hal ini
dimungkinkan jika atlet tersebut mampu menguasai teknik-teknik dasar
dengan baik dan memilih gaya tolak peluru yang paling tepat.
Catatan sejarah tentang olahraga tolak peluru yang berhasil ditemukan adalah
tentang diadakannya kompetisi di Skotlandia pada abad pertama. Kemudian,
pada abad ke-16, Raja Henry VII dari Inggris menyelenggarakan pertandingan
yang sama, yaitu lempar palu dan lempar beban.
Pertandingan pertama yang menggunakan alat seperti tolak peluru masa kini
adalah kompetisi yang diadakan pada era pertengahan. Pertandingan tersebut
diselenggarakan oleh kalangan militer dan diikuti para prajurit perang.
Mereka berlomba melempar bola besi sejauh-jauhnya.
Ide tersebut berawal dari kebiasaan para tentara perang yang sering
mengadakan lomba melempar cannon balls sejauh mungkin. Saat itu, meriam
besi dan cannon balls (peluru meriam) merupakan salah satu senjata yang
paling mematikan.
Sejak saat itu, tolak peluru makin digemari di negara-negara di daratan Eropa.
Tiga puluh tahun kemudian, barulah tolak peluru diperlombakan secara resmi
di Olimipade Athena, Yunani.
Salah satu catatan penting dari sejarah tolak peluru terjadi pada tahun 1950,
yaitu ketika Parry O’Brien memperkenalkan teknik lemparan tolak peluru.
Pada metode O’Brien, pelempar memulai tolakan dengan menghadap bagian
belakang ring.
Seiring waktu, tolak peluru kemudian juga menjadi bagian dari kurikulum di
sekolah-sekolah pribumi sehingga semakin dikenal di kalangan orang
Indonesia. Karena belum memiliki wadah sendiri, tolak peluru berada di
bawah organisasi NIAU yang bertanggung jawab mengadakan kejuaraan
atletik.
Meski keberadaan tolak peluru (dan cabang olahraga atletik lainnya) sudah
dikenal sejak masa penjajahan Belanda, Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
(PASI) baru terbentuk pada tanggal 3 September 1990. Dengan adanya PASI,
olahraga atletik, termasuk tolak peluru, makin berkembang.
satujam.com
Teknik dasar tolak peluru sangat penting dikuasai para atlet tidak hanya agar
bisa menghasilkan lemparan yang jauh, tetapi juga untuk keselamatan atlet
sendiri. Perlu diingat bahwa kesalahan saat memegang dan melempar peluru
besi yang berat dapat mengakibatkan cedera serius.
Ada tiga teknik dasar tolak peluru yang harus Anda kuasai sebelum
melakukan olahraga yang satu ini, yaitu teknik memegang peluru, teknik
meletakkan peluru di leher, dan teknik melakukan tolakan. Penjelasan masing-
masing teknik tersebut dapat Anda simak di bawah ini.
Setelah peluru dipegang dengan teknik yang benar, tempelkan peluru pada
leher samping kanan. Ibu jari menempel di atas tulang yang ada di bagian
bahu atau tulang selangka. Posisikan siku lurus dan sejajar dengan bahu dan
miringkan kepala ke arah peluru supaya kedudukan peluru lebih stabil dan
mantap.
Sikap tubuh yang terbaik ketika akan melempar peluru adalah berdiri
dengan tegak dan rileks dengan posisi menghadap ke samping lapangan.
Untuk memudahkan menolak, kaki direnggangkan selebar bahu dengan
kaki kanan sedikit ditekuk dan berat badan menumpu di kaki kanan.
b. Gerakan Tubuh
Sebelum menolak, posisi tubuh harus siap dengan kaki kanan yang akan
digerakkan ke depan sebagai tumpuan, menggantikan kaki kiri yang
digunakan untuk berisiap. Kaki kiri lurus ke belakang dan tidak tegang,
lutut kanan sedikit ditekuk agar lebih kuat mendorong lemparan, dan
pandangan tetap fokus.
Pada saat melakukan tolakan, putar badan ke arah sektor pendaratan. Kaki
kanan menolak dan melonjak agar tenaga yang cukup besar untuk mendorong
peluru seluruhnya berada di tangan kanan yang memegang peluru. Setelah itu,
lontarkan peluru dengan sudut dolakan 40 derajat ke arah atas.
texassports.com
Sekilas, lapangan untuk tolak peluru mirip dengan lapangan untuk cabang
olahraga lempar cakram. Perbedaannya terletak pada papan batas tolakan
yang terdapat pada lingkaran tolak peluru. Adapun ketentuan untuk lapangan
tolak peluru adalah sebagai berikut.
Lapangan tolak peluru terdiri dari dua bagian, yaitu lingkaran tolakan
dan sektor pendaratan.
Lingkaran tolakan memiliki diameter 2,235 meter dan dikelilingi ring
besi dengan ketebalan 66 mm dan tinggi 2 cm sebagai batas lingkaran.
Bagian depan lingkaran tolakan dipasangi balok atas tolakan dengan
panjang 1,22 meter, tinggi 10 cm, dan tebal 11,4 cm.
Sektor pendaratan berupa tanah yang ditandai garis batas (sector line)
sekaligus garis ukur standar yang terletak di tengah sektor pendaratan.
Panjang sektor pendaratan minimal 25 meter dengan sudut 40 derajat.
Peralatan Tolak Peluru
deman
dstudios.com
1. alat pengukur;
2. bendera;
3. peluit; dan
4. Bola Peluru
Untuk peluru yang digunakan, terdapat beberapa ketentuan sebagai berikut.
1. Peluru dapat dibuat dari besi, pasir, logam solid, stainless steel, material
sintetis, atau polivinil.
2. Ukuran peluru disesuaikan dengan jenis lapangan yang digunakan.
Untuk pertandingan yang diadakan di lapangan indoor, ukuran peluru
yang digunakan sedikit lebih besar dari pertandingan
3. Ketentuan untuk berat peluru adalah sebagai berikut.
pixfeeds.com
Dalam sejarahnya, dikenal tiga gaya tolak peluru, yaitu gaya meluncur (glide),
gaya samping atau klasik, dan gaya berputar (spin). Namun, hanya gaya
meluncur dan berputar yang masih tetap digunakan hingga saat ini.
Memilih gaya tolak peluru yang paling sesuai dengan kemampuan atlet sangat
penting dilakukan karena akan memengaruhi jauhnya lontaran peluru. Agar
Anda bisa menentukan gaya yang paling sesuai, simak penjelasan mengenai
masing-masing gaya tersebut di bawah ini.
1. Gaya Meluncur (Glide)
Gaya meluncur (glide) merupakan gaya tolak peluru yang pertama kali
diperkenalkan. Gaya ini sering disebut juga teknik O’Brien, sesuai nama
penemunya, Parry O’Brien dari Amerika Serikat. Meski demikian, gaya ini
bukanlah gaya yang paling populer.
Pada gaya ini, atlet akan melakukan gerakan setengah putaran terlebih dahulu
sebelum melontarkan peluru. Pada persiapan awal, atlet menghadap ke arah
belakang, kemudian mendorong tubuhnya ke arah belakang, lalu segera
menghadap ke depan dan melontarkan peluru.
Gaya berputar diperkenalkan pertama kali pada tahun 1972 oleh Alexander
Baryshnikov, seorang atlet tolak peluru asal Rusia. Pada tahun tersebut, ia
berhasil memecahkan rekor baru untuk nomor putra dengan jarak 22 meter.
Ciri khas gaya spin adalah pelempar melakukan gerakan memutar sebesar 360
derajat sebelum melakukan lemparan. Dengan cara ini, diharapkan atlet
memiliki momentum untuk melakukan lemparan sejauh mungkin.
Gaya berputar ini merupakan gaya yang paling sulit karena selain fokus pada
tolakan, atlet juga harus menguasai teknik berputar dengan benar. Gaya ini
hampir sama dengan gaya lempar cakram yang berputar dalam melakukan
lemparan.
Untuk tolak peluru dengan gaya ini, berikut tahapan yang harus Anda
lakukan.
Gaya samping atau klasik merupakan gaya tolak peluru yang paling tua dan
tidak diketahui penemunya. Pada gaya ini, atlet menggunakan awalan
menyamping, yaitu tubuh menghadap ke samping dalam posisi siap sebelum
melakukan tolakan.