Anda di halaman 1dari 25

Upaya Guru dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui

Imajinasi (Studi Kasus di TK ABA Pajangan, Berbah, Sleman)

Oleh:
Laila Hera Mayasari
Staf pengajar TK ABA Pajangan Berbah Sleman Yogyakarta
Email: Hera_Mayasari@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya pengembangan kreativitas


anak usia dini melalui imajinasi. Dengan imajinasi anak dapat mengembangkan daya
pikir dan daya ciptanya, tanpa dibatasi kenyataan dan realitas sehari-hari. Ia bebas
berpikir sesuai pengalaman dan khayalannya. Imajinasi akan membantu kemampuan
berpikir flexibility dan originality pada anak.
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif
deskriptif yang dilakukan di TK ABA Pajangan, Berbah, Sleman. Tujuan penelitian
ini adalah mendeskripsikan tentang: (1) cara guru mengembangkan kreativitas anak
usia dini melalui imajinasi, (2) media yang digunakan guru dalam mengembangkan
kreativitas anak usia dini melalui imajinasi, (3) dampak pengembangan kreativitas
anak usia dini melalui imajinasi terhadap anak didik di TK ABA Pajangan Berbah
Sleman. Teknik pengumpulan data dari penelitian ini adalah observasi, interview,
dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) cara guru mengembangkan
kreativitas anak usia dini melalui imajinasi di TK ABA Pajangan Berbah Sleman
adalah: sosio, drama, bermain peran, bercakap–cakap, tanya jawab, permainan, dan
nyanyian. (2) Media yang digunakan guru dalam mengembangkan kreativitas anak
usia dini melalui imajinasi di TK ABA Pajangan Berbah Sleman adalah: play dough,
plastisin, boneka tangan, boneka jari, balok–balok, balok pdk, miniset, puzzle,
miniatur, dan kertas lipat. (3) dampak pengembangan kreativitas anak usia dini
melalui imajinasi terhadap anak didik di TK ABA Pajangan Berbah Sleman adalah
beberapa aspek perkembangan anak didik dapat tercapai melalui kegiatan kreatif,
serta anak lebih terarah daya pikir dan daya nalarnya.

Kata Kunci: upaya guru, kreativitas, imajinasi, anak usia dini

A. Pendahuluan

Secara intelektual, perkembangan anak berbeda-beda, baik intelegensi, bakat, minat,


kreativitas, kematangan emosi, kepribadian, kemandirian jasmani dan sosialnya. Setiap anak
unik, berbeda dan memiliki kemampuan tak terbatas dalam kreatif dan produktif.1 Oleh
karena itu, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdasakan kehidupan bangsa,
serta bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

1
Martinis Yamin Dan Jamilah Sabri Sanan, Panduan PAUD, (Ciputat: Gaung Persada Press Group,
2013), hlm. 2.

1
beriman dan bertqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi
warga yang demokratis dan bertanggung jawab.2
Hidup adalah proses yang terus menerus dan sebuah ikhtiar untuk mencari kebaikan,
keindahan, dan kebenaran yang tak pernah usai atau final.3 Peran kreativitas semakin terasa
dan merupakan keniscayaan tatkala kita memasuki abad 21, yang antara lain ditandai oleh
perubahan yang sangat cepat dan tantangan yang semakin kompleks. Kreativitas dimiliki
semua individu walaupun dengan derajat yang berbeda-beda, dapat dipelajari, dimanipulasi
dengan sengaja, dan perlu dikembangkan. Hal ini berarti semua orang dapat menjadi kreatif
jika dikembangkan dengan cara-cara yang benar. Terkait dengan hal tersebut Parnes seorang
tokoh besar terkemuka kreativitas, menyatakan:
“… that creativity is a behavior or set of behaviors that can be learned. Creativity is
not an inborn, fixed characteristic, but is present to varying degrees in all
individuals. It can be deliberately manipulated, and cultived. … all person can
become more creative, and they can apply this creativity in all facets of their lives.4
Dalam kutipan tersebut, Parnes menyatakan bahwa kreativitas bukan potensi yang
dibawa sejak lahir (not an Born). Artinya bahwa kreativitas bukan semata-mata dari individu
tetapi individu dan lingkungan.5
Pada dasarnya manusia mempunyai potensi kreatif sejak awal ia diciptakan. Potensi
kreatif ini dapat kita lihat melalui keajaiban alamiah seorang bayi dalam mengeksplorasi
apapun yang ada disekitarnya. Berdasarkan realita tersebut, maka pendidikanlah yang
mengemban tugas untuk dapat mengembangkan potensi kreatif yang dimiliki manusia
tersebut. Dengan potensi kreativitas alami yang dimilikinya, maka anak akan senantiasa
membutuhkan aktivitas yang syarat dengan ide-ide kreatif. Mereka perlu mendapatkan
pembinaan yang tepat yang memungkinkan mereka untuk mengembangkan potensi dan
kemampuannya itu secara optimal, yang pada akhirnya diharapkan kemampuannya tersebut
dapat berguna bagi dirinya, keluarga, dan masyarakat pada umumnya.
Dunia cepat berubah, sehingga menuntut kita untuk mengikuti perubahan-perubahan
itu. Oleh karena itu, dalam perubahan itu harus ada pemikiran kreatif untuk bisa mengikuti
perubahan zaman tersebut. Dengan adanya pemikiran kreatif maka terdapatlah perubahan-
perubahan yang baru yang bisa memberikan sumbangan terutama terhadap dunia
pendidikan.
Ketika kreativitas dipadukan dengan imajinasi pada anak usia dini, maka akan
menghasilkan suatu karya atau ide yang berguna bagi kehidupannya di masa mendatang.
Berimajinasi bagi anak usia dini sangat penting, karena pada usia itu terjadi masa peka,
dimana anak memiliki potensi yang perlu dikembangkan. Usia TK menjadikan anak sensitif
untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi yang dimilikinya. Sehingga
imajinasi anak semakin berkembang dan terus berubah.
Imajinasi adalah kemampuan berpikir divergen seseorang yang dilakukan tanpa batas,
seluas-luasnya dan multi perspektif dalam merespon suatu stimulasi. Kemampuan ini sangat

2
Martinis Yamin Dan Maisah, Orientasi Baru Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Referensi, 2012), hlm. 24.
3
M. Arif Hakim, Mendidik Anak Secara Bijak, (Bandung: Marja, 2008), hlm. 73.
4
Parnes, S. (1963). Creative Problem Solving, Dalam Maker, C. J. Teaching Models In Education Of
The Gifted. Rockville, (Maryland: Am Aspen Publication, 1982), hlm. 178, Dalam Masnipal, Siap Menjadi
Guru Dan Pengelalola PAUD Professional, (Jakarta: PT Gramedia 2013), Hlm. 222-223.
5
Ibid., hlm. 223.

2
berguna untuk mengembangkan kreativitas anak. Dengan imajinasi anak dapat
mengembangkan daya pikir dan daya ciptanya, tanpa dibatasi kenyataan dan realitas sehari-
hari. Ia bebas berpikir sesuai pengalaman dan khayalannya. Imajinasi akan membantu
kemampuan berpikir flexibility dan originality pada anak.6
Berimajinasi bagi anak usia dini sangat penting, karena pada usia itu terjadi masa
peka, dimana anak memiliki potensi yang perlu dikembangkan. Menurut Yulianti
menyatakan usia TK menjadikan anak sensitif untuk menerima berbagai upaya
perkembangan seluruh potensi yang dimilikinya. Pada masa itu pula terjadi pematangan
fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespons stimulasi yang diberikan oleh lingkungan
sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan fisik, kognisi, bahasa, sosial
emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral dan nilai-nilai agama.7
Imajinasi akan nampak pada anak ketika anak mengalami masa peka dan kritis. Masa
peka merupakan periode dimana anak telah mencapai kesiapan untuk belajar. Betapa pun
banyaknya rangsangan yang diterima anak, mereka tidak dapat belajar sampai
perkembangan mereka siap untuk melakukannya. Adapun masa kanak-kanak awal
merupakan masa kreatif, bebas dan penuh imajinasi bagi anak.8 Salah satu upaya
memfasilitasi perkembangan anak pada aspek keterbukaan/ kreativitas/ daya pikir/ daya
cipta yakni mengembangkan kemampuan imajinatif/ daya cipta anak.
Berdasarkan latar belakang di atas dan mengingat pentingnya pengembangan
kreativitas anak usia dini melalui imajinasi, maka Penulis ingin melakukan penelitian lebih
mendalam tentang Upaya Guru dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini
Melalui Imajinasi di TK ABA Pajangan Berbah Sleman yang bertujuan untuk
mendeskripsikan cara guru mengembangkan kreativitas anak usia dini melalui imajinasi di
TK ABA Pajangan Berbah Sleman, mendeskripsikan media yang digunakan guru dalam
mengembangkan kreativitas anak usia dini melalui imajinasi di TK ABA Pajangan Berbah
Sleman, dan mendeskripsikan dampak pengembangan kreativitas anak usia dini melalui
imajinasi terhadap anak didik di TK ABA Pajangan Berbah Sleman.

B. Landasan Teori

1. Pengertian Upaya Guru


Upaya menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai usaha
kegiatan yang mengarahkan tenaga, pikiran untuk mencapai suatu tujuan. Upaya juga
berarti usaha, akal, ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan
mencari jalan keluar.9 Pendidik atau guru adalah orang yang mengajar dan memberi
pengajaran yang karena hak dan kewajibannya bertanggung jawab tentang pendidikan

6
Yeni Rahmawati dan Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Anak Taman Kanak-Kanak,
(Jakarta: Dikti, 2010), hlm. 54.
7
Yuliani Nurani, Seri Pengembangan PAUD Berbasis Keluarga: Mengembangkan Keterampilan
Hidup Anak Usia Dini Melalui Kecerdasan Hati (Pola Pengasuhan Orang Tua dalam Mendidik Anak Usia
Dini), (Jakarta: Direktorat PAUD, Depdiknas, 2010), hlm. 10 .
8
John W. Santrock, Perkembangan anak, (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 114.
9
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm.,1250

3
peserta didik.10 Dalam penelitian ini, upaya dapat dipahami sebagai suatu kegiatan atau
aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu tujuan yang telah
direncanakan dengan mengarahkan tenaga dan pikiran. Guru bukan hanya mengajar,
tetapi guru lebih berfungsi kepada membimbing, menfasilitasi dan membantu proses
pembelajaran siswa. Dengan guru sebagai fasilitator, diharapkan siswa akan menjadi
lebih aktif untuk mendapatkan semua informasi yang ada pada saat proses belajar
mengajar.
Berdasarkan obsevasi dan wawancara kepada para guru di TK ABA, definisi
praktis upaya guru dalam penelitian ini adalah kegiatan guru dalam penggunaan
bermacam-macam metode pembelajaran bagi peserta didik.

2. Pengertian Kreativitas
Secara etimologi pengertian kreativitas dalam bahasa Inggris “creativity” artinya
daya cipta atau kesanggupan mencipta.11 Secara epistimologi kreativitas adalah
kemampuan untuk memproduksi komposisi dan gagasan-gagasan baru yang dapat
berwujud aktivitas imajinatif atau sintesis yang mungkin melibatkan pembentukan pola-
pola baru dan kombinasi dari pengalaman masa lalu yang dihubungkan dengan yang
sudah ada pada situasi sekarang.12
Kreativitas adalah suatu kondisi, sikap atau keadaan yang sangat khusus sifatnya
dan hampir tidak dapat dirumuskan secara tuntas. Kreativitas dapat didefinisikan dalam
beranekaragam pernyataan tergantung siapa dan bagaimana menyorotinya. Istilah
kreativitas dalam kehidupan sehari-hari selalu dikaitkan dengan prestasi yang istimewa
dalam menciptakan sesuatu yang baru, menemukan cara-cara pemecahan masalah yang
tidak dapat ditemukan oleh kebanyakan orang, ide-ide baru, dan melihat adanya
berbagai kemungkinan.13
Menurut J. Gallagher yang dikutip oleh Yeni dan Euis mengatakan “Creativity
is a mental process by which an individual creates new ideas or products, or recombines
existing ideal and product, in fashion that is novel to him or her” (kreativitas merupakan
suatu proses mental yang dilakukan individu berupa gagasan ataupun produk baru, atau
mengombinasikan antara keduanya yang pada akhirnya akan melekat pada dirinya). 14
Terdapat beberapa tokoh yang memiliki pendapat yang hampir sama tentang
kreativitas, diantaranya adalah: Santrock, berpendapat bahwa kreativitas adalah
kemampuan untuk memikirkan sesuatu dengan cara-cara yang baru dan tidak biasa serta
melahirkan solusi yang unik terhadap masalah-masalah yang dihadapi.15 Mayesty
menyatakan bahwa kreativitas adalah cara berfikir dan bertindak atau menciptakan

10
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,( Kalam Mulia: Jakarta, 2002).,h. 56.
11
Hasan Langulung, Kreativitas dan Pendidikan Islam (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1991), hlm. 45.
12
Desy Juliawati, Mengembangkan Kreativitas Minat dan Bakat Anak Usia Dini, 2013,
http://Desijulia17.Blogspot, diakses tanggal 09-24-2016.
13
Suhelayati dan Ausahfil Karimah, Penelitian Otentik dan Kreativitas Berpikir Anak Usia Dini,
(Yogyakarta: Prodi PAUD Pps UIN Sunan Kalijaga, 2012), hlm. 143.
14
Yeni Rahmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas (Jakarta: Kencana, 2012,
cet ke 3), hlm. 13.
15
Jhon W. Santrock, Life-Span Development, Terj. Juda Damanik dan Achmad Chusairi (Jakarta:
Erlangga, 2002), hlm. 327.

4
sesuatu yang original dan bernilai/berguna bagi orang tersebut dan orang lain.16 Angelau
berpendapat bahwa kreativitas ditandai dengan adanya kemampuan untuk menciptakan,
mengadakan, menemukan suatu bentuk baru dan atau menghasilkan sesuatu melalui
keterampilan imajinatif. Gallagher dalam Munandar menyatakan bahwa kreativitas
berhubungan dengan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, yang belum
ada sebelumnya.17
Menurut Jhonson yang dikutip oleh Dharma Kesuma dkk, berfikir kreatif sesuai
dengan namanya adalah berfikir dalam rangka menemukan ide orisinil atau hal-hal
baru.18 Dari beberapa definisi diatas penulis menginterpretasikan bahwa kreativitas
adalah suatu mental berupa gagasan atau produk baru yang dihasilkan oleh pemikiran
sendiri.
Salah satu konsep penting dalam bidang kreativitas adalah hubungan antara
kreativitas dan aktualisasi diri.19 Maslow membedakan antara kreativitas aktualisasi diri
dan kreativitas talenta khusus. Orang-orang dengan talenta khusus memiliki bakat atau
talenta kreatif yang luar biasa dalam bidang seni, sastra, musik, teater, sains, bisnis atau
bidang lainnya. Orang-orang ini bisa saja menunjukkan penyesuaian diri dan aktualisasi
diri yang baik tetapi mungkin juga tidak. Sejarah cukup banyak menunjukkan adanya
orang-orang yang unggul kreatif, tetapi neurotis, seperti pelukis Vincent Van Gogh,
sastrawan Edgar allan Poe, dan mungkin juga komponis musik Beethoven dan Mozart.
Pada umumnya orang-orang kreatif yang mengaktualisasikan dirinya adalah sehat
mental, hidup sepenuhnya dan produktif, cenderung menghadapi semua aspek
kehidupannya secara satu bidang khusus seperti seni atau sains.20
Dari pemaparan teori tersebut penulis menyimpulkan bahwa orang-orang kreatif
dengan talenta khusus itu belum tentu dapat mengaktualisasikan dirinya. Sebaliknya,
pada umumnya orang-orang kreatif yang dapat mengaktualisasikan dirinya cenderung
lebih fleksibel dalam aspek kehidupannya dan produktif, namun belum tentu
mempunyai bakat yang luar biasa seperti seni dan sains. Namun, terkadang anak yang
kreatif tidak mendapatkan fsilitas akibat orang tuanya tidak mampu sehingga dia tak
bisa mengaktualisasikan dirinya. Akan tetapi anak yg kreatif bisa menggunakan sarana
seadanya yang ada di rumah maupun di sekolah untuk berkreasi.
Menurut Rogers yang dikutip oleh Utami Munandar menekankan bahwa sumber
aktivitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri, mewujudkan potensi,
dorongan untuk berkembang dan menjadi matang, kecenderungan untuk
mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan organisme. Clark Moustakas,

16
Mary Mayesty, Creative Activities For Young Children 4 Ed: Play, Development, And Creativity
(New York: Delmar Publishers Inc., 1990), hlm. 9.
17
Yuliana Nurani Sujiono & Bambang Sujiono, Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak
(Jakarta: PT Indeks, 2010), hlm. 38.
18
Dharma Kesuma Dkk, Contextual and Learning (Yogyakarta: Rahayasa Research And Training,tt),
hlm. 30-31.
19
Menurut Psikologi Humanistic Abraham Maslow Dan Carl Rogers aktualisasi diri adalah apabila
seseorang menggunakan semua bakat dan talentanya untuk menjadi apa yang ia mampu menjadi
mengaktualisasikan atau mewujudkan potensinya.
20
Utami Munandar, Kreativitas dan Keberkatan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999, cet,
Ll), hlm. 24.

5
psikolog humanistik menyatakan bahwa kreativitas adalah pengalaman
mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu
dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain.21
Roger B. Yepsen Jr. mengatakan bahwa kreativitas merupakan kapasitas untuk
membuat hal yang baru, “creativity is the capacity for making something new”. Menurut
Mihaly Csikzentmihalyi bahwa orang yang kreatif adalah orang yang berfikir atau
bertindak mengubah suatu ranah dan atau menetapkan suatu ranah baru, “a create
person is someone whose thoughts or actions change a domain, or establish a new
domain”.
Terdapat banyak definisi tentang kreativitas, tetapi hampir semua sepakat bahwa
kreativitas merupakan aktivitas berfikir di luar kebiasaan cara berfikir orang pada
umumnya.22 Kreativitas menurut Stenberg yang dikutip oleh Utami Munandar adalah
merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis: intelegensi, gaya
kognitif, dan kepribadian/ motivasi. Bersama ketiga segi dari alam pikiran ini
membantu memahami apa yang melatarbelakangi individu yang kreatif.23

C. Gambaran Umum Tk ABA Pajangan


1. Sejarah Berdiri
Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas.
Menurut Undang–undang Sisdiknas Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut UNESCO pendidikan
hendaknya dibangun dengan empat pilar, yaitu learning to know, learning to do,
learning to be, dan learning to live together.
Pada hakikatnya belajar harus berlangsung sepanjang hayat. Untuk menciptakan
generasi yang berkualitas, pendidikan harus dilakukan sejak usia dini dalam hal ini
melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yaitu pendidikan yang ditujukan bagi anak
sejak lahir hingga usia 6 tahun. Sejak dipublikasikannya hasil–hasil riset mutakhir
dibidang neurosciencedan psikologi maka fenomena pentingnya PAUD merupakan
keniscayaan. PAUD menjadi sangat penting mengingat potensi kecerdasan dan dasar –
dasar perilaku seseorang terbentuk pada rentang usia ini. Sedemikian pentingnya masa
ini sehingga usia dini sering disebut the golden age (usia emas).
Dengan diberlakukannya UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab I, Pasal 1, Butir 14 dinyatakan bahwa “ Pendidikan Anak Usia Dini adalah
suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usai
enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

21
Utami Munandar, Kreativitas dan Keberbakatan(Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 24.
22
David A. Souse, Bagaimana Otak Belajar, Edisi Keempat (Jakarta: Indeks, 2012), hlm. 253.
23
Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta: Reneka Cipta, 2009), hlm.
20.

6
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut.”
Berdasarkan hal–hal tersebut diatas dan dari besarnya permintaan dari warga
disekitar untuk membuka Taman Kanak–kanak karena banyaknya anak usia TK yang
mau ke sekolah, tapi TK yang letaknya jauh dan ada yang harus menyeberang, maka
atas keputusan Musyawarah Pengurus Ranting Aisyiyah Sendangtirto Selatan
memutuskan pada tahun 1962 dirintis adanya TK sebagai realisasi program, beban dan
pertanggungjawaban Aisyiyah. Mulai tanggal 1 januari 1973 didirikan layanan
pendidikan dengan nama TK ABA Gandu dengan menempati rumah Ibu Suradi di
dusun Gandu. Kemudian, pada tahun 1974 dipindahkan ke Pajangan sampai sekarang.
Perpindahan ini disebabkan karena kekurangan murid dan disekitar Desa Pajangan
memang belum ada Taman Kanak–kanak. Sehingga, dengan pertimbangan inilah TK
ABA Pajangan secara resmi didirikan dengan memperoleh izin operasional dengan
nomor 0209/H/1987, tertanggal Mei 1987. Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan dan berlaku surut terhitung sejak tanggal 3 februari 1973.

2. Tujuan Pendidikan
Dalam Undang–Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dinyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah salah satu upaya
pembinaan yang ditujukan untuk anak sejak lahir sampai 6 tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan
lebih lanjut.
Pemerintah memandang perlu adanya program pendidikan yang dapat lebih
menyiapkan peserta didik agar memiliki kemampuan dalam mengikuti pendidikan dasar
serta jenjang–jenjang pendidikan berikutnya, yang ditujukan bagi usia 0–6 tahun, yang
salah satunya ialah program Pemerintah yang mendukung berkembangnya Kelompok
Bermain.
Taman Kanak–kanak ABA Pajangan berdiri pada tahun 1973 sebagai wujud
dukungan atas program Pemerintah terhadap pendidikan anak usia dini. Pada
pelaksanaanya Taman Kanak–kanak ABA Pajangan lebih menitik-beratkan pada
kegiatan bermain sambil belajar dimana dari kegiatan ini diharapkan kemampuan
kompetensi anak didik dapat berkembang sesuai dengan tahap perkembangan dengan
mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tenyiapkan generasi
yang berkepribadian Islami, cerdas dan visi.

3. Pembiyaan Pendidikan
Sumber pembiayaan pemyelenggaraan TK ABA Pajangan berasal dari biaya
pendidikan, Yayasan, masyarakat, Pemerintah, Daerah, Pemerintah Pusat dan
sumber lain yang sah. Seluruh anggaran yang ada dikelola secara terbuka, efisein,
dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang ada.

7
D. Hasil Penelitian Dan Pembahasan

1. Upaya Guru Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Imajinasi di TK


ABA Pajangan Berbah Sleman
Kreativitas merupakan kemampuan memunculkan dan mengembangkan
gagasan, ide-ide baru sebagai pengembangan dari ide-ide yang telah lahir
sebelumnya. Secara epistimologi kreativitas adalah kemampuan untuk memproduksi
komposisi dan gagasan-gagasan baru yang dapat berwujud aktivitas imajinatif atau
sintesis yang mungkin melibatkan pembentukan pola-pola baru dan kombinasi dari
pengalaman masa lalu yang dihubungkan dengan yang sudah ada pada situasi
sekarang. Lahirnnya kreativitas dalam bentuk gagasan maupun karya nyata pada
dasarnya merupakan perpaduan antara kedua fungsi belahan otak. 24
Kreativitas anak usia dini adalah kemampuan anak usia dini untuk
bereksplorasi dengan berbagai media.25 Menurut Ibu Siti Yumrodah, kreativitas anak
usia dini adalah daya pikir dan daya cipta anak untuk menghasilkan berbagai karya
yang baru.26Adapun menurut Ibu Erin Winarti kreativitas anak usia dini merupakan
cara berfikir anak usia dini yang bervariasi sehingga tercipta sebuah
karya.27Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat diketahui bahwa kreativitas anak
usia dini merupakan kemampuan, daya pikir, daya cipta, dan cara berfikir anak usia
dini untuk bereksplorasi dan menghasilkan karya dengan berbagai media.

Gambar 4.1 Konsep Kreativitas Anak Usia Dini

Imajinasi merupakan suatu gambaran (citra) yang dihasilkan oleh otak


seseorang. Dalam kenyataannya, imajinasi adalah sebuah kerja akal dalam
mengembangkan suatu pemikiran yang lebih luas dari apa yang pernah dilihat,
dengar, dan rasakan. Dengan imajinasi, manusia mengembangkan sesuatu dari
kesederhanaan menjadi lebih bernilai dalam pikiran. Imajinasi tidak lepas dari dunia
anak. Dengan imajinasinya, segala sesuatu menjadi mungkin bagi anak. Sebagai
orang dewasa, harusnya mampu memahami, menghargai, membimbing, dan

24
Desy Juliawati, Mengembangkan Kreativitas Minat dan Bakat Anak Usia Dini, 2013,
http://Desijulia17.Blogspot, diakses tanggal 09-24-2016.
25
Wawancara dengan Ibu Yuli Ernawati, Guru Kelas B2, pada tanggal 9 Januari 2018, Pukul: 10.45
WIB.
26
Wawancara dengan Ibu Siti Yumrodah, Guru Kelas A, pada tanggal 9 Januari 2018, Pukul: 10.00
WIB.
27
Wawancara dengan Ibu Erin Winarti, Guru Kelas B, pada tanggal 9 Januari 2018, Pukul: 09.00
WIB.

8
mendukung imajinasi anak serta mengajak untuk belajar mewujudkan imajinasinya
sehingga berguna bagi yang lain.
Seorang guru yang baik harus mengetahui konsep imajinasi yang
dikembangkan kepada anak didik seperti apa. Adapun konsep imajinasi menurut
gurudi TK ABA Pajangan Berbah Sleman adalah sebagai berikut:

Gambar 4.2 Konsep Imajinasi Menurut Guru di TK ABA Pajangan

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat diketahui bahwa imajinasi


merupakan kemampuan anak berfikir dan berkhayal dari yang abstrak namun terarah
tentang suatu simbol.
Dalam perkembangannya, kita sudah mengetahui bahwa fantasi atau
imajinasi merupakan bagian dari pengembangan kreativitas. Fantasi setiap anak
manusia telah muncul sejak dini, dan akan berkembang dalam rentang usia tiga
sampai enam tahun. Pengembangan kreativitas anak usiadini melalui imajinasi ini
sangat penting dikembangkan. Adapun yang menjadi tujuan dalam pengembangan
imajinasi, yaitu agar anak dapat memperagakan suatu situasi, memainkan
peranannya dengan cara tertentu. Anak menciptakan pengetahuannya sendiri ketika
dia bebas berpartisipasi dalam permainan imajinatif. Imajinasi bagi anak usia dini
sangat penting terutama dalam mengembangkan bakat dan minat dalam
pembelajaran.
Guru merupakan aktor dalam proses pembelajaran, sehingga baik dan
buruknya mutu pembelajaran tidak lepas dari peran guru. Seorang guru di PAUD
memerlukan wawasan dan pengetahuan yang cukup luas karena berperan sebagai
orang tua sekaligus teman bermain bagi anak didiknya. Proses perkembangan
kreativitas dan kemampuan berpikir anak akan berhasil ketika seorang guru dapat
mengarahkan dan memberikan motivasi bagi anak didik untuk mengembangkan diri
sesuai dengan kecerdasan yang ada dalam dirinya. Peran guru dalam membentuk
imajinatif bagi anak, memerlukan persiapan yang sistematis dan berkesinambungan
dalam merancang pembelajaran serta kejelasan tema pembelajaran, serta media-
media pembelajaran yang digunakan.
Pada kegiatan selanjutnya, guru hendaknya memberi penguatan pada anak
yang berhasil menunjukkan imajinasinya.28 Beberapa upaya guru dalam

28
Nugroho, Kebijakan Pendidikan yang Unggul, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 7.

9
mengembangkan kreativitas anak usia dini melalui imajinasi di TK ABA Pajangan
Berbah Sleman, diantaranya:
a. Kegiatan sosio-drama, bermain peran, bercakap–cakap, tanya jawab.29
b. Melalui permainan fisik, seperti: Jamuran, Ular Naga, Njagong Tamu, dan lain-
lain. Selain itu juga dengan senam fantasi berdasarkan cerita.30
c. Dengan Nyanyian, misalnya: Lagu Aku Anak Sholeh, Gembala Sapi, dan
Kapiten.31

Gambar 4.3 Upaya Guru dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini
Melalui Imajinasi di TK ABA Pajangan

Berdasarkan observasi dilakukan di TK ABA Pajangan Berbah Sleman ini,


terdapat beberapa cara atau metode pengembangan kreativitas anak usia dini melalui
imajinasi, seperti: Pertama, percakapan, hal ini dilakukan oleh Guru kepada anak
didik untuk mengembangkan kreativitas anak didik melalui imajinasi. Percakapan
yang dilakukan adalah percakapan yang ringan, seperti: pekerjaan orang tua, cita-
cita, mata pencaharian lingkungan sekitar, minat anak. Kedua, tanya jawab, metode
ini dilakukan untuk melihat sejauh mana anak mampu menjawab peetanyaan Guru
berdasarkan imajinasi yang sedang dikembangkannya. Kadang jawaban yang
diberikan anak didik kepada Guru di luar nalar orang dewasa. Hal ini dikarenakan
mereka menjawab secara spontan tentang apa yang sedang dipikirkannya. Ketiga,
bermain peran, metode ini sangat bagus untuk mengembangkan kreativitas anak
didik melalui imajinasi. Banyak pembelajaran yang dapat diambil maknanya dalam
kegiatan pembelajaran ini. Anak menjadi mampu berperan sebagaimana yang
dipandu oleh Guru. Misalnya: anak mampu berperan sebagai Dokter, Polisi, dan lain-

29
Wawancara dengan Ibu Yuli Ernawati, Guru Kelas B2, pada tanggal 9 Januari 2018, Pukul: 10.45
WIB.
30
Wawancara dengan Ibu Siti Yumrodah, Guru Kelas A, pada tanggal 9 Januari 2018, Pukul: 10.00
WIB.
31
Wawancara dengan Ibu Erin Winarti, Guru Kelas B, pada tanggal 9 Januari 2018, Pukul: 09.00
WIB.

10
lain. Keempat, Sosiodrama, metode ini hampir sama dengan metode bermain peran.
Biasanya anak-anak melakukan kegiatan sosio drama untuk bermain peran dengan
temannya. Drama yang dimainkan biasanya masih sederhana, seperti: Lakon Kancil
Mencuri Timun, Ande-Anade Lumut, Malin Kundang, dan lain-lain. Kelima,
eksperimen, metode ini sangat bagus dikembangkan kepada anak didik untuk melatih
kreativitasnya melalui imajinasi. Anak diajak berimajinasi tentang eksperimen yang
akan dilakukannya. Contohnya adalah eksperimen atau percobaan membuat roket
air, pigura, helm, topeng, kamera, padi,dan lain-lain. Keenam, Karya Wisata,
kegiatan ini sangat diminati anak-anak. Anak diajak pergi ke tempat wisata agar
menambah pengetahuannya terkait dunia luar. Selain itu, kegiatan ini juga dapat
meningkatkan kreativitas anak usia dini melalui imajinasi. Adapun contohnya adalah
sebagai berikut: Out bond, karya wisata ke Monumen, candi, kebun binatang, , dan
Field Trip ke pabrik tahu tempe, batu bata, kerupuk. Ketujuh, Penugasan, metode ini
diberikan kepada anak didik untuk mengetahui kemampuannya dalam
mengembangkan kreativitas melalui imajinasi. Pada metode ini, anak-anak didik
diajak membuat pola batik, gambar pemandangan, dan lain-lain. Kedelapan, Unjuk
Kerja, metode ini diberikan kepada anak didik untuk mengembangkan kreativitasnya
melalui imajinasi. Ada beberapa yang bisa dilakukan oleh anak didik, seperti: praktek
menyanyi, deklanasi, pantonim, dan lain-lain.32
Berikut adalah bagan dan contoh dari metode pengembangan kreativitas anak
usia dini melalui imajinasi yang dilakukan oleh gurudi TK ABA Pajangan Berbah
Sleman.

Gambar 4.4 Metode Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini


Melalui Imajinasi

32
Observasi Kegiatan Pembelajaran di TK ABA Pajangan Berbah Sleman, pada bulan Agustus-
Desember 2018.

11
Dalam pengembangan kreativitas anak usia dini melalui imajinasi dilakukan
berbeda-beda oleh setiap guru yang ada di TK ABA Pajangan Berbah Sleman. Ada
guru yang mengembangkan kreativitas anak usia dini melalui imajinasi setiap hari,
ada juga yang sesuai dengan materi pembelajaran. Hal ini sebagaimana yang
diungkapkan oleh Ibu Yuli Ernawati sebagai berikut:
“Secara teori atau materi memang tidak selalu dilakukan. Ada dalam materi
pembelajaran, namun pada prakteknya di TK hampir disemua aspek perkembangan
selalu melibatkan imajinasi anak”
Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat diketahui bahwa imajinasi anak
selalu dikembangkan dengan berbagai aspek perkembangan anak, seperti aspek
perkembangan kognitif, fisik-motorik, sosial-emosional, dan moral-agama. Jadi,
secara teori, pembelajaran kreativitas anak usia dini tidak dilakukan setiap hari,
namun, secara praktek, imajinasi anak terintegrasi dengan berbagai aspek
perkembangan anak. Akan tetapi, pengembangan kreativitas anak usia dini melalui
imajinasi dilakukan setiap hari oleh Ibu Siti Yumrodah. Beliau mengatakan bahwa
walaupun tidak tertulis, namun dalam pengembangan kreativitas anak setiap hari
membutuhkan kemampuan imajinasi anak.33 Hal serupa juga dilakukan oleh Ibu Erin
Winarti yang mengatakan bahwa Beliau selalu melibatkan imajinasi anak dalam
pengembangan kreativitas anak setiap hari.34
Dari hasil wawancara di atas, maka dapat Penulis simpulkan bahwa
pengembangan kreativitas anak usia dini melalui imajinasi di TK ABA Pajangan
Berbah Sleman secara prakteknya dilakukan setiap hari oleh guru melalui berbagai
macam kegiatan yang dilakukan di . TK ABA Pajangan Berbah Sleman.
Pengembangan kreativitas anak usia dini melalui imajinasi di TK ABA
Pajangan Berbah Sleman dilakukan melalui langkah-langkah pembelajaran.
Tujuannya agar guru memiliki acuan atau pedoman dalam mengajar dalam upaya
pengembangan kreativitas anak usia dini melalui imajinasi di TK ABA Pajangan
Berbah Sleman . Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dalam
pengembangan kreativitas anak didik melalui imajinasi adalah sebagai berikut:
Pertama, kegiatan Sosiodrama/Bermain Peran. Langkah-langkah kegiatan
Sosiodrama terdiri dari 3 (tiga) tahapan, yaitu: persiapan, pelaksanaan, dan
penutupan.
Tahap persiapan terdiri dari: Memilih tokoh, menyiapkan tempat, menyiapkan
properti, menyiapkan kostum sesuai peran, dan malatih atau memberi gambaran pada
anak tentang isi cerita yang akan dilakoni.
Tahap pelaksanaan tediri dari: Anak bermain sesuai dengan tokoh yang diperankan,
anak bercakap–cakap tanpa teks, bermain peran sesuai lakon, guru cukup
mengarahkan alur cerita agar tidak melenceng, dan guru mengarahkan anak agar
dalam bercakap–cakap sesuai lakon.

33
Wawancara dengan Ibu Siti Yumrodah, Guru Kelas A, pada tanggal 9 Januari 2018, Pukul: 10.00
WIB.
34
Wawancara dengan Ibu Erin Winarti, Guru Kelas B, pada tanggal 9 Januari 2018, Pukul: 09.00
WIB.

12
Tahap Penutupan terdiri dari: Guru merapikan properti, menarik kesimpulan dari isi
cerita tersebut, dan melakukan tanya jawab pada anak tentang perasaan anak menjadi
lakon tersebut.35
Kegiatan sosio Drama/ Bermain Peran di TK ABA Pajangan Berbah Sleman
ditunjukkan oleh 4.5 berikut

Gambar 4.5 Kegiatan Sosiodrama/ Bermain Peran

Kedaua Senam Fantasi Berdasarkan Cerita, langkah-langkah kegiatan senam fantasi


berdasarkan cerita terdiri dari 3(tiga) tahap, yaitu: persiapan, pelaksanaan, dan
penutupan.
Tahap persiapan terdiri dari: Menyiapkan cerita, membagi anak menjadi beberapa
lakon, menyiapkan tempat, memberi gambaran pada anak tentang isi cerita yang akan
dilakoni.
Tahap Pelaksanaan terdiri dari: Guru berada ditengah lingkaran anak–anak menjadi
senter, Guru mulai menceritakan isi suatu cerita, guru mengajak anak untuk
melakukan gerakan sesuai isi cerita, anak menyimak dan bergerak sesuai isi cerita
guru, dan guru memotivasi anak untuk aktif dalam sesuai imajinasi anak.
Tahap Penutupan terdiri dari: Guru mengajak anak untuk melakukan teknik
pendinginan, guru menanyai anak tentang peran yang telah dilakoni, dan guru aktif
menstimulus daya imajinasi anak.36
2. Media yang Digunakan Guru dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini
Melalui Imajinasi di TK ABA Pajangan Berbah Sleman
Salah satu hal yang penting dalam mengembangkan kreativitas anak usia dini
melalui imajinasi di TK ABA Pajangan Berbah Sleman adalah memanfaatkan media
pembelajaran. Memanfaatkan media pembelajaran ini dapat membuat pembelajaran

35
Wawancara dengan Ibu Yuli Ernawati, Guru Kelas B2, pada tanggal 9 Januari 2018, Pukul: 10.45
WIB.
36
Wawancara dengan Ibu Siti Yumrodah, Guru Kelas A, pada tanggal 9 Januari 2018, Pukul: 10.00
WIB.

13
menjadi lebih menyenangkan dan mudah diterima oleh anak didik. Guru yang baik harus
mampu memanfaatkan media pembelajaran yang ada, baik itu media pembelajaran APE
(Alat Permainan Edukatif) atau media pembelajaran lainnya. Media dan sumber belajar
dapat diambil dari lingkungan sekitar anak. Semua yang terdapat di lingkungan sekitar
dan telah disediakan oleh alam menjadi media dan sumber belajar dalam berbagai
kegiatan belajar anak. Media dan sumber belajar dapat berupa APE pabrikan dan buatan
guru sesuai dengan jumlah, minat, kebutuhan anak, serta tema dan materi pembelajaran.
Media pembelajaran yang digunakan guru dalam mengembangkan kreativitas
anak didik melalui imajinasi antara lain : Pertama, buku-buku Perustakaan,
perpustakaan sekolah bisa diisi dengan buku-buku cerita anak dan beberapa APE
pelengkap. Perpustakaan merupakan tempat bagi anak mengeksplore pengetahuannya
melalui daya kreasi anak salah satunya lewat imajinasi tersebut. Perpustakaan bisa
diletakkan pada sudut baca / pojok baca, bisa juga disetting dalam suatu ruangan yang
memang khusus untuk menyimpan buku-buku. Buku-buku perpustakaan diurutkan
sesuai dengan nomor yang telah diatur dalam buku panduan kearsipan/perpustakaan dari
Dinas Kearsipan Daerah sehingga bisa tertata rapi. Kedua, APE Bahan Alam dan barang
bekas (Foto), alat permainan edukatif pada TK diletakkan di sudut-sudut kelas agar
setelah anak selesai mengerjakan tugas, bisa memilih permainan apa yang disukai.
Sudut alam sekitar biasanya yang dipilih anak untuk bermain, mengembangkan
kreativitasnya melalui imajinasi. Isi dari sudut alam sekitar antara lain : Biji-bijian,
barang-barang bekas, alat permainan tradisional, maket hewan, miniatur tanaman dan
binatang yang semua itu tentunya harus bersih, aman dan nyaman untuk anak. Ketiga,
Gambar Dinding (Pengenalan Angka) , gambar hiasan dinding TK hendaknya dibuat
semenarik mungkin, dengan warna-warna terang. Konsep gambar yang jelas dan ada
nilai edukasinya misalkan pengenalan bilangan dengan gambar yang sesuai jumlahnya,
pengenalan huruf dengan konsep gambar yang jelas. Dengan melihat setiap hari gambar
yang ada di dinding, maka secara tidak langsung memori anak akan melekat, daya
imajinasi anak juga aktif sehingga anak menjadi kreatif ukurannya pun hendaknya
dibuat agak lebar sehingga nampak jelas untuk penglihatan anak. Selain itu bisa
dimasukan pesan moral lewat kata-kata ataupun gambar misal : gambar anak sedang
membunga sampah di tempat sampah, anak sedang mencuci tangan dengan sabun dll.
Tanpa kalimat pun anak akan faham dengan pesan moral yang disampaikan.
Keempat, pola dan bola (Pengenalan Geometri), pola-pola binatang, benda-
benda alam sekitar dan geometri juga bisa mengembangkan kreativitass anak melalui
imajinasinya. Misalkan dengan memola binatang anak kreatif dan berimajinasi seluas-
luasnya dengan membayangkan ciri binatang tersebut. Dengan pola geometri anak akan
kreatif mencari contoh benda 3 dimensinya misalkan segitiga seperti rambu lalulintas,
lingkaran (seperti roda, bola, persegi empat seperti bentuk meja. Bola warna-warni
dengan berbagai ukuran juga bisa mengembangkan kreativitas anak (seriasi) misal anak
mengurutkan warna sesuai perintah guru, mengurutkan ukuran bola dari besar ke kecil
atau sebaliknya. Kelima, kubus-kubus (Huruf dan angka), kubus yang ada huruf, kosa
kata, bilangan dan jumlah bilangan juga merupakan salah satu media yang digunakan
sekolah untuk dapat mengembangkan kreativitas anak melalui imajinasi.

14
Penggunaannya hampir sama ketika bermain rubik, bisa menggabungkan beberapa
kubus menjadi kata, bisa juga mencari jumlah gambar yang sesuai dengan bilangan yang
melambangkan. Tidak hanya berbentuk kubus, bisa juga berbentuk geometri lain yang
lebih menarik. Penggunaannya bisa secara kelompok, bisa juga klasikal atau
pembelajaran terpimpin. Guru menjelaskan terlebih dahulu cara bermainnay karena
bagi anak usia TK masih harus dibimbing untuk pengenalan huruf dan angkanya.
Keenam, urutan metamorfosis kupu-kupu, sesuai indikator bahwa salah satu cara untuk
mengembangkan kreativitas anak melalui imajinasi bisa dengan menyebutkan asal mula
suatu peristiwa dan sebab akibat suatu kejadian. Metamorfosis kupu-kupu bisa sebagai
contoh indikator diatas, bisa disampaikan lewat gambat dinding, bisa juga disampaikan
dengan puzzle. Selain itu juga proses tumbuh kembangnya suatu tanaman juga bisa
dipaparkan. Ketujuh, gambar dinding (keagamaan), poster gambar dinding bisa menjadi
salah satu media untuk pembelajaran anak terutama untuk mengembangkan imajinasi.
Semisal gambar dinding tentara macam-macam jenis pekerjaan bisa mengembangkan
imajinasi anak. Poster tentang macam-macam gejala alam, contoh banjir, kemarau,
gunung meletus, gempa bumi. Poster atau hiasan dinding hendaknya dibuat semenarik
mungkin dari segi warna, bentuk dan ukuran juga harus besar agar nampak jelas oleh
anak. Selain bisa mengembangkan daya imajinasi anak, hiasan dinding juga bisa
mengembangkan 6 (enam) aspek perkembangan anak secara tidak langsung, karena
setiap hari anak melihat dan terbiasa dengan bentuk yang ada di gambar dinding tersebut
akan lebih efektif bila pengenalan huruf dan angka lewat media hiasan dinding tersebut.
Kedelapan, APE boneka tangan, Ape lain yang sangat berpengaruh dalam
pengembangan imajinasi anak yaitu boneka tangan. Ada banyak macamnya misal
bentuk binarang, tanaman, manusia, benda-benda, wayang. Penggunaannya bisa guru
menyampaikan suatu ketika lewat media tersebut. Sesuai dengan bentuknya sehingga
pesan yang akan disampaikan ke anak bisa tersampaikan dengan efektif dan efisien.
Atau bila guru ingin melihat kemampuan berbahasa anak, guru bisa memberi tugas
kepada siswa untuk bercerita dengan menggunakan media boneka tangan. Saat ini ada
pula produk yang lebih kecil yaitu boneka jari yang penggunaannya sama dengan
boneka tangan namun dipakai di jari-jemari. Kesembilan, miniset, miniset adalah APE
dalam ruangan yang terbuat dari plastik bisa dibongkar pasang beraneka warna dan
bentuk. Miniset ini melatih motorik halus anak dan kemampuan kognitifnya. Butuh
ketelitian dan kesabaran dalam bermain. Karena bentuknya cenderung rumit sehingga
bisa diberikan kepada anak sesuai kelompok. Misal TK besar bentuk minisetnya kecil
dan TK kecil bentuk minisetnya lebih besar. Miniset aman digunakan untuk bermain
karena ringan dan resiko cideta anak dari pemakaian media anak sangatlah kecil.
Dengan miniset anak dapat mengkoordinasikan antara jari-jari tangan, mata dan
konsentrasi anak juga mampu menseriasi antara bentuk, warna dan ukuran sehingga
dengan media ini kemampuan kognitif anak lebih optimal. Kesepuluh, APE dalam
berupa Lego, alat permainan edukatif ini bermakna lego terbuat dari plastik dengan
warna-warni dan bisa dibongkat pasang sesuai keinginan anak-anak dapat bermain
dengan lego secara berkelompok maupun sendiri bisa dibuat jembatan, bangunan. Lego
bisa mengkoordinasikan mata, tangan dan konsentrasi anak sehingga perkembangan

15
anak lebih optimal. Lego juga menjadi alternatif untuk anak ketika berada di sudut
pengaman. Kegiatan pengayaan bisa dilakukan dengan bermain lego.
Kesebelas, maket keagamaan (wudlu dan sholat), maket keagamaan bisa dipakai
oleh guru untuk mengembangkan imajinasi anak terutama ketika anak harus latihan
sholat dan wudlu melalui contoh gambar tanpa praktek langsung. Maket juga bisa
diletakkan pada sudut keagamaan sehingga pada saat bermain di sudut keagamaan anak
bisa langsung berimajinasi seolah-olah sedang melakukan praktek wudlu dan sholat
dengan mengurutkan maket tersebut sesuai dengan rukun wudlu dan rukun sholat.
Maket tidak hanya tentang keagamaan namun banyak sekali jenisnya antara lain : Maket
binatang, keluarga, tanaman, pekerjaan, alat transportasi, rambu-rambu lalu lintas dan
masih banyak lagi sesuai dengan kebutuhan yang akan diajarkan. Maket juga ringan dan
aman sehingga cenderung mudah digunakan sebagai media dalam pembelajaran
terutama saat pengembangan imajinasi anak. Keduabelas, puzzle, puzzle merupakan
selain satu alat / media pembelajaran yang dapat mengembangkan kreatifitas anak
melalui imajinasi. Misal, ketika anak akan membentuk suatu gambar beraturan dari
puzzle itu maka anak akan berimajinasi seolah-olah. Bentuk puzzle tersebut nyata
sehingga anak langsung mendapatkan gambaran dari bentuk puzzle tersebut. Puzzle juga
ada tingkatan kerumitannya dari bentuk yang sederhana sampai bentuk yang lebih rumit.
Tekstur bahan dasarnya juga dibuat dari kepingan kayu yang rumit. Sehingga aman
digunakan anak saat membongkar dan memasangkannya. Puzzle juga di gambar dengan
bentuk yang jelas, mendekati bentuk aslinya, sehingga konsep yang tertanam pada
kognitif anak pun jelas.
Ada beberapa media pembelajaran yang digunakan guru dalam mengembangkan
kreativitas anak didik melalui imajinasi. Beberapa media pembelajaran sebagaimana
yang diungkapkan oleh Ibu Yuli Ernawati yaitu: PlayDough, Plastisin, Boneka tangan,
Boneka Jari, dan Balok – Balok.37
Media pembelajaran yang disiapkan oleh Ibu Siti Yumrodah adalah sebagai
berikut: Pertama, balok PDK, balok terbuat dari kayu yang dibuat kepingan-kepingan
berbentuk geometri ada persegi empat, segi tiga, lingkaran, persegi panjang, setengah
lingkaran dan bentuk lainnya. Balok tersebut dicat berwarna warni dengan tujuan agar
anak tertarik memainkannya dan tentunya aman karena dirancang memang untuk
kebutuhan di PAUD. Balok tersebut biasanya digunakan dalam sudut pembangunan.
Bisa dibuat istana, rumah, jembatan, menara, sesuai dengan kreatifitas anak. Balok juga
bisa digunakan sebagai media untuk mengenal bentuk-bentuk geometri dan
mengembangkan imajinasi anak untuk mencari sebanyak-banyaknya bentuk 3 dimensi
dari balok tersebut. Pertama, segitiga : rambu lalu lintas, gunungan rumah, hiasan
dinding. Kedua, segiempat : papan pengumuman, penghapus, meja, alas kursi, ketiga,
segipanjang : papan tulis, jendela, pintu, locker, keempat, lingkaran : bolas/kipas angin,
pada kendaraan, hiasan dinding dan beberapa bentuk lain yang bisa dicari bentuk 3
dimensinya disekitar anak. Kedua, miniset, miniset adalah APE dalam ruangan yang
terbuat dari plastik bisa dibongkar pasang beraneka warna dan bentuk. Miniset ini

37
Wawancara dengan Ibu Yuli Ernawati, Guru Kelas B2, pada tanggal 9 Januari 2018, Pukul: 10.45
WIB.

16
melatih motorik halus anak dan kemampuan kognitifnya. Butuh ketelitian dan kesabaran
dalam bermain. Karena bentuknya cenderung rumit sehingga bisa diberikan kepada
anak sesuai kelompok. Misal TK besar bentuk minisetnya kecil dan TK kecil bentuk
minisetnya lebih besar. Miniset aman digunakan untuk bermain karena ringan dan
resiko cideta anak dari pemakaian media anak sangatlah kecil. Dengan miniset anak
dapat mengkoordinasikan antara jari-jari tangan, mata dan konsentrasi anak juga mampu
menseriasi antara bentuk, warna dan ukuran sehingga dengan media ini kemampuan
kognitif anak lebih optimal. Ketiga, puzzle, puzzle merupakan selain satu alat / media
pembelajaran yang dapat mengembangkan kreatifitas anak melalui imajinasi. Misal,
ketika anak akan membentuk suatu gambar beraturan dari puzzle itu maka anak akan
berimajinasi seolah-olah, bentuk puzzle tersebut nyata sehingga anak langsung
mendapatkan gambaran dari bentuk puzzle tersebut. puzzle juga ada tingkatan
kerumitannya dari bentuk yang sederhana sampai bentuk yang lebih rumit. Tekstur
bahan dasarnya juga dibuat dari kepingan kayu yang rumit. Sehingga aman digunakan
anak saat membongkar dan memasangkannya. Puzzle juga di gambar dengan bentuk
yang jelas, mendekati bentuk aslinya, sehingga konsep yang tertanam pada kognitif anak
pun jelas.
Kempat, miniatur.38, maket keagamaan bisa dipakai oleh guru untuk
mengembangkan imajinasi anak terutama ketika anak harus latihan sholat dan wudlu
melalui contoh gambar tanpa praktek langsung. Maket juga bisa diletakkan pada sudut
keagamaan sehingga pada saat bermain di sudut keagamaan anak bisa langsung
berimajinasi seolah-olah sedang melakukan praktek wudlu dan sholat dengan
mengurutkan maket tersebut sesuai dengan rukun wudlu dan rukun sholat. Maket tidak
hanya tentang keagamaan namun banyak sekali jenisnya antara lain : Maket binatang,
keluarga, tanaman, pekerjaan, alat transportasi, rambu-rambu lalu lintas dan masih
banyak lagi sesuai dengan kebutuhan yang akan diajarkan.

Tabel 4.1 Media Pembelajaran dalam Mengembangkan Kreativitas Anak


Didik Melalui Imajinasi

No Media Keterangan
Pembelajaran
1 Playdough Media pembelajaran yang terbuat dari bahan-bahan aman,bisa
dibentuk berbagai pola,mengembangkan imajinasi anak
dalam mengembangkan motorik halus bahan tersebut bisa
diremas,dipotong-potong sesuai keinginan anak dan
warnanya bermacam-macam
2 Plastisin Alat tersebut terbuat dari bahan yang alami dan nyaman
ketika dipakai anak bermain dan plastisin ini bisa
memaksimalkan perkembangan motorik halus anak
penggunaannya bisa diremas,dibentuk,sesuai keinginan anak

38
Wawancara dengan Ibu Siti Yumrodah, Guru Kelas A, pada tanggal 9 Januari 2018, Pukul: 10.00
WIB.

17
misal dibust contoh binatang,benda sekitar anak,miniatur
alam semesta dll

3 Boneka Tangan Boneka ini terbuat dari kain misal kain flanel,kain blaco,kain
batik dll berbentuk sesuai bentuk tangan,sehingga
penggunaannya memaksimalkan gerakan tangan dan efek
suara dari pengguna peraga tersebut.anak bisa berimajinasi
dengan bentuk-bentuk boneka tersebut misal:boneka
binatang,tmbuhan ,benda-benda sekitar anak dll

4 Balok–Balok Balok-balok terbuat dari kayu yang ringan dan aman,sehingga


anak nyaman ketika bermain.balok-balok tersebut bisa
berwarna –warni dan berwarna alami kayu,anak bisa
brimajinasi membuat istana, rumah, pagar, sirkuit dll sesuai
kinginan anak
5 Miniset Miniset yaitu sejenis permaianan yang bisa dipasang dan
dicopot bisa dibentuk berbagai macam pola
misal:pedang,sepeda,pesawat dll
6 Puzzle Puzzle adalah bentuk media permainan yang kecil-kecil dan
bisa dibentuk berbagai macammisal: bentuk binatang,
pepohonan, pedang, pistol, pagar ll
7 Miniatur Miniatur berbagai benda bisa terbuat dari bahan alam,bahn
plastik,cat air, plastisin, playdough, plastisin, balok, miniset,
puzzle, pasir, tanah liat dll
8 Boneka Boneka bisa berbentuk boneka jari,boneka tangan dan boneka
biasa.bisa berbentuk karakter anak,binatang,bentuk-bentuk
benda dll yang menarik dan dapat mengekspresikan berbagai
imajinasi anak
9 Kertas Lipat Kertas lipat bisa memngembangkan imajinasi anak karena
bisa dibentuk berbagai macam pola sehingga anak bisa
memaksimalkan kemampuannya melaui motorik halus anak

Media-media pembelajaran yang diberikan kepada anak didik tersebut tidak


mengandung unsur-unsur yang berbahaya. Ada beberapa media pembelajaran yang
disediakan oleh guru dan ada yang sudah disedikan oleh pihak sekolah.39

3. Dampak Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Imajinasi Terhadap


Anak Didik di TK ABA Pajangan Berbah Sleman

39
Wawancara dengan Ibu Yuli Ernawati, Guru Kelas B2, pada tanggal 9 Januari 2018, Pukul: 10.45
WIB.

18
1. Dampak Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Imajinasi
Terhadap Anak Didik
Pengembangan kreativitas anak usia dini melalui imajinasi di TK ABA
Pajangan memberikan beberapa dampak kepada anak didik. Berdasarkan hasil
observasi Penulis dengan guru-guru di TK tersebut dapat diketahui bahwaanak didik
sangat senang, merasa tertarik dan antusias dalam kegiatan pembelajaran yang dapat
mengembangkan kreativitas mereka melalui imajinasi.40Berikut merupakan cuplikan
hasil wawancara dengan guru-gurudi TK ABA Pajangan terkait dampak
pengembangan kreativitas anak usia dini melalui imajinasi: Dampaknya luar biasa
karena anak terlihat enjoy dalam kegiatan tersebut.41 Dampaknya sangat baik karena
beberapa aspek perkembangan anak dapat tercapai melalui kegiatan kreatif.42
Dampaknya sangat baik karena anak lebih terarah daya pikir dan daya nalarnya.43
Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat diketahui bahwa dampak
pengembangan kreativitas anak usia dini melalui imajinasi terhadap anak didik di TK
ABA Pajangan Berbah Sleman Yogyakarta adalah sebagai berikut:

Gambar 4.8 Dampak Pengembangan Kreativitas Anak Melalui Imajinasi

Menurut Ibu Yuli Ernawati, pengembangan kreativitas melalui imajinasi


terhadap anak didik sangat perlu dikembangkan.44
Ada beberapa perilaku anak didik saat guru mengembangkan kreativitas anak
usia dini melalui imajinasi di TK ABA Pajangan adalah sebagai berikut:

40
Observasi Kegiatan Pembelajaran di TK ABA Pajangan Berbah Sleman, pada bulan Agustus-
Desember 2018.
41
Wawancara dengan Ibu Yuli Ernawati, Guru Kelas B2, pada tanggal 9 Januari 2018, Pukul: 10.45
WIB.
42
Wawancara dengan Ibu Siti Yumrodah, Guru Kelas A, pada tanggal 9 Januari 2018, Pukul: 10.00
WIB.
43
Wawancara dengan Ibu Erin Winarti, Guru Kelas B, pada tanggal 9 Januari 2018, Pukul: 09.00
WIB.
44
Wawancara dengan Ibu Yuli Ernawati, Guru Kelas B2, pada tanggal 9 Januari 2018, Pukul: 10.45
WIB.

19
a. Anak antusias mengikuti semua kegiatan yang saya kembangkan melalui
imajinasi.45
b. Beberapa anak nampak kurang tertarik, namun sebagian besar mengikuti dengan
baik.46
c. Beberapa anak nampak kurang tertarik, namun sebagian besar mengikuti dengan
baik.47
Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat diketahui bahwa dalam
mengikuti pembelajaran yang dapat mengembangkan kreativitas anak usia dini
melalui imajinasi di TK ABA Pajangan, maka ada anak yang antusias dalam proses
pembelajaran dan ada yang kurang tertarik. Namun, sebagian besar anak didikdi TK
ABA Pajangan dapat mengembangkan kreativitas melalui imajinasi dengan baik.
2. Dampak Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Terhadap Guru
Pengembangan kreativitas anak usia dini melalui imajinasi di TK ABA
Pajangan memberikan beberapa dampak kepada guru. Berdasarkan hasil observasi
Penulis dengan guru-guru di TK tersebut dapat diketahui bahwa guru menjadi
antusias dalam mengajar, beban guru menjadii berkurang, dan optimisme guru
meningkat pada anak. berikut adalah hasl wawancaranya:
guru-guru di sini menjadi lebih semngat dan energik dalam mengajar.48
gini buk, dalam kirikulum 2013 kan lebih mengedepankan kreativitas anak,
jadi dengan implementasi metode untuk pengembangan kreativitas anak
menjadikan guru optimis pada anak.49

Gambar 4.9 Dampak Pengembangan Kreativitas bagi Guru

Antusias guru dalam mengajar terlihat ketika guru menyampaiakan pelajran,


hal ini dapat diamati beberapa guru banyak yang datang lebih awal, selain itu antusias
guru dapat dilihat dari guru yang sering memberikan permainan-permainan yang

45
Wawancara dengan Ibu Yuli Ernawati, Guru Kelas B2, pada tanggal 9 Januari 2018, Pukul: 10.45
WIB.
46
Wawancara dengan Ibu Siti Yumrodah, Guru Kelas A, pada tanggal 9 Januari 2018, Pukul: 10.00
WIB.
47
Wawancara dengan Ibu Erin Winarti, Guru Kelas B, pada tanggal 9 Januari 2018, Pukul: 09.00
WIB.
48
Wawancara dengan ibu Erni Winarti, guru kelas, pada tanggal 9 januari 2018, Pukul: 11:15 WIB.
49
Wawancara dengan ibu Erni Winarti, guru kelas, pada tanggal 9 januari 2018, Pukul: 11:15 WIB.

20
mendidik, hal ini berdampak pada semangat murit-murit yang meningkat dan guru
menjadi lebih mudah dalam menyampaikan materi.
3. Dampak Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Terhadap Orang Tua
Pengembangan kreativitas anak usia dini melalui imajinasi di TK ABA
Pajangan memberikan beberapa dampak kepada orang tua. Berdasarkan hasil
observasi Penulis dengan orang tua di TK tersebut dapat diketahui bahwa orang tua
menjadi antusias dalam mengajar, beban guru menjadii berkurang, dan optimisme
guru meningkat pada anak. berikut adalah hasl wawancaranya:

Gambar 4.10 Dampak Pengembangan Kreativitas bagi Oran Tua

Dampak Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini menjadikan anak lebih


lebih pandai dalam kehidupan sehari-hari sehinga orangtua murit menjadi semangat
menyekolahkan anaknya. Tumbuh berkebangnya anak dengan baik menjadikan
orangtua percaya dengan pihak sekolah dan hal inilah yang mengakibatkan hubungan
sekolah dengan orangtua dapat terbangun harmonis.

E. Kesimpulan

Upaya guru dalam mengembangkan kreativitas anak usia dini melalui imajinasi di
TK ABA Pajangan Berbah Sleman dengan menggunakan beberapa metode antara
lain : Pertama, metode sosiodrama, yaitu metode yang melibatkan keaktifan guru dan
anak didik terutama dalam penentuan judu, tema, peran/tokoh, latar , perlengkapan
dll. Metode sosiodrama sangat baik untuk mengembangkan aspek bahasa, sosial
emosional dan kognitif anak. Dalam aspek bahasa, anak dapat berkomunikasi
melalui percakapan yang dilakoninya dan dengan tanpa sadar kosakata anak akan
bertambah. Kedua, metode bermain peran, yaitu metode yang membantu anak untuk
berimajinasi dalam mencapai peran atau cita-cita yang diinginkan misalkan berperan
sebagai dokter, guru, pilot dll hampir sama dengan sosiadrama, Ketiga, metode
bercakap-cakap, yaitu metode yang melatih konsentrasi dan keaktifan anak dalam
merespon suatu percakapan terutama dari guru, keempat, metode tanya jawab, yaitu
metode yang melatih konsentrasi dan daya ingat anak untuk merecall suatu jawaban
atas suatu peristiwa atau suatu pertanyaan. Jawaban dari anak diharapkan sesuai

21
dengan pernyataan guru dan pertanyaan guru bersifat divergen bukan kovergen,
kelima, metode unjuk kerja
Yaitu metode yang melibatkan keberanian dan rasa percaya diri anak untuk tampil.
Bisa dalam kegiatan bersyair, bernyanyi, berpantomim. Keenam, metode penugasan,
yaitu metode yang metugas pada anak untuk menyelesaikannya baik secara individu
maupun kelompok. Guru dapat mengamati selama metode penugasan ini
berlangsung, dan bisa dibantu dengan alat peniaian checklist. Ketujuh, metode
eksperimen, yaitu metode yang melatih kognitif anak dalam membuktikan suatu
pecobaan (scientific) misalkan balon ditiup lalu dilepaskan, warna dicampur, benda
dimasukan ke dalam air. Kedelapan, metode karyawisata, yaitu metode yang
mengajak anak untuk berkarya wisata, mengekspor alam, keluar dari rutinitas kelas
bisa juga dengan kegiatan outbond atau field trip.

Media yang digunakan guru dalam mengembangkan kreatifitas anak usia dini
melalui imajinasi di TK ABA Pajangan Berbah Sleman dengan menggunakan media
antara lain : Buku-buku perpustakaan, video animasi, audio suara-suara binatang,
bahan-bahan alam, barang bekas, hiasan dinding tematik, miniatur bangunan, maket
ibadah, balok-balok geometri, plastisin, boneka tangan, boneka jari, Puzzle, bola
berbagai warna dan ukuran Miniset. Semua alat permainan edukatif/media tersebut
harus aman dan nyaman saat digunakan anak. Dari suatu alat permainan tersebut
akan mengembangkan kreativitas anak karena anak akan berimajinasi dan
mengembangkan seluruh aspek perkembangannya. Tentunya semua tidak terlepas
dari peran serta guru dalam menentukan dan memilih media sesuai tema pada
pembelajaran anak.

Pengembangan kreativitas anak usia dini melalui imajinasi terhadap anak didik di
TK ABA Pajangan Berbah Sleman memiliki beberapa dampak yang positif sebagai
berikut : pertama, dampak positif untuk anak, dapat menembangkan daya nalar dan
pikirnya lebih terarah dan optimal dalam mengembangkan aspek-aspek
perkembangan yang dimiliki. Kedua, dampak positif untuk guruk, dapat melatih guru
untuk lebih kreatif dalam menentukan media dan metode yang menarik dalam
mengembangkan kreativitas anak melalui imajinasi. Ketiga, dampak positif untuk
orang tua dan masyarakat dapat membantu orang tua dalam memonitor
perkembangan anak , mengarahkan imajinasinya agar lebih terarah secara optimal
sehingga kreativitas anak akan meningkat. Begitu juga untuk masyarakat dapat
membantu masyarakat dalam mengkondisikan situasi terutama dalam mengigiatkan
jam belajar anak sehingga dengan kegiatan yang tinggal dirumah dan bermain
dengan teman seusianya dilingkungan yang kondusif.

22
DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Pengembangan Model Pembelajaran Anak Usia Dini, Bandung: Kencana,


2009.
Adzim, Muhammad Faudzil, Saat anak Kita Lahir, Jakarta: GIP, 2010.
Andrian, Tuhana Taufik, Cara Cerdas Melejitkan IQ Kreatif, Jogjakarta: Katahati, 2013.
Arikunto, Suharsimi, Menejemen Pengajaran Secara Manusiawi, Yogyakarta: Rineka
Cipta, 1980.
Britton, Lesley, Montessori Play Group and Learn a Parents Guide to Porposeful Play From
Two to Six, New York: Crown Publisers, Inc, 1992.
Dalam Masnipal, Siap Menjadi Guru Dan Pengelalola PAUD Professional, Jakarta: PT
Gramedia 2013.
Danim, Sudarwan, Menjadi Penelitian Kualitatif: Rancangan Metodologi, Presentasi, dan
Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Peneliti Pemula Bidang Ilmu-ilmu
Sosial, Pendidikan, dan Humaniora, Bandung: Pustaka Setia, 2002.
Hakim, M. Arif, Mendidik Anak Secara Bijak, Bandung: Marja, 2008.
Hasan, M. Iqbal, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya Bogor: Ghali
Indonesia, 2002.
Holis, Ade, “Belajar Melalui Bermain untuk Pengembangan Kreativitas dan Kognitif Anak
Usia Dini”, Jurnal Pendidikan Universitas Garut, Vol. 09, No. 01, 2016.
Juliawati, David A. Souse, Bagaimana Otak Belajar, Edisi Keempat, Jakarta: Indeks, 2012.
Keraf, Groys, Komposisi, Semarang: Bina Putera, 2004.
Kesuma, Dharma, Dkk, Contextual and Learning, Yogyakarta: Rahayasa Research And
Training,tt.
Langulung, Hasan, Kreativitas dan Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Alhusna, 1991.
Mariyana, Rita, “Pembelajaran Kreativitas Untuk Anak Usia Dini”, Diktat, Program Guru
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Fakultas Ilmu Pendidikan
UniversitasPendidikan Indonesia, 2008.
Mayesty, Mary, Creative Activities For Young Children 4 Ed: Play, Development, And
Creativity, New York: Delmar Publishers Inc., 1990..
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012.
Montessori, Maria, The Absorbent Mind, Pikiran yang Mudah Menyerap (Terj) Dariyatno,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Mulyasa, E., Manajemen PAUD, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012, cet ke 2.
, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: PT. Rosda
Karya, 2006.
, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kratif dan
Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.
Munandar, Utami, Kreativitas dan Keberkatan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999.

23
, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Jakarta: Reneka Cipta, 2009.
Nugroho, Kebijakan Pendidikan yang Unggul, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Nurani, Yuliani, Seri Pengembangan PAUD Berbasis Keluarga: Mengembangkan
Keterampilan Hidup Anak Usia Dini Melalui Kecerdasan Hati (Pola Pengasuhan
Orang Tua dalam Mendidik Anak Usia Dini), Jakarta: Direktorat PAUD,
Depdiknas, 2010.
Nurani, Yuliani, Sujiono & Bambang Sujiono, Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan
Jamak, Jakarta: PT Indeks, 2010.
Patmonodewo, Soemiarti, Pendidikan Anak Pra Sekolah, Jakarta: Rhineka Cipta, 2003.
Priyanto, Aris, “Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia Dini Melalui Aktivitas
Bermain”, Jurnal Ilmiah Guru “COPE”, No. 02, November 2014.
Rahmawati, Yeni, dan Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Anak Taman Kanak-
Kanak, Jakarta: Dikti, 2010.
Rukhiyat, Adang, dkk, Panduan Penelitian Bagi Remaja, Jakarta: Dinas Olahraga dan
Pemuda, 2003.
S., Parnes, Creative Problem Solving, Dalam Maker, C. J. Teaching Models In Education Of
The Gifted. Rockville, Maryland: Am Aspen Publication, 1982.
Santrock, John W., Life-Span Development, Terj. Juda Damanik dan Achmad Chusairi,
Jakarta: Erlangga, 2002.
, Perkembangan Anak, Jakarta: Erlangga, 2007.
Sari, Dynna Wahyu Perwita, “Pengaruh Bermain Plastisin Terhadap Kreativitas Anak Usia
5-6 Tahun Ditinjau dari Bermain Secara Individu dan Kelompok (The Influence of
Playing Playdough Toward 5-6 Years Old Child Creativity Viewed from
Individually and Grouply Playing)”, Jurnal Psikologi Pendidikan dan
Perkembangan Vol. 2, No. 03, Desember 2013.
Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian, Bandung: Mandar Maju,
2011.
Semiawan, Conny, Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini: Pendidikan
Prasekolah dan Dasar, Jakarta: Prenhalindo, 2002.
Sudjana, Nana dan Ibrohim, Penelitian dan Penelitian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru,
1989.
Sugiyono, Memahami Peneitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, cet. ke- 5, 2009.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,
Bandung: Alfabeta, 2016.
Suharsaputra, Uhar, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan Bandung:
Refika Aditama, 2012.
Suhelayati dan Ausahfil Karimah, Penelitian Otentik dan Kreativitas Berpikir Anak Usia
Dini, Yogyakarta: Prodi PAUD Pps UIN Sunan Kalijaga, 2012.
Sukmadina, Nana Syaodih, Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006.
Suyadi, Manajemen PAUD, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.

24
, Psikologi Belajar PAUD, Yogyakarta: Pedagogia, 2010.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.
Yamin, Martinis dan Jamilah Sabri Sanan, Panduan PAUD, Ciputat: Gaung Persada Press
Group, 2013.
Yamin, Martinis dan Maisah, Orientasi Baru Ilmu Pendidikan, Jakarta: Referensi, 2012.
Yus, A., Penilaian Perkembangan Belajar Taman Kanak-kanak, Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, 2005.
Yus, Anita, Model Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Kencana, 2011.
Yusuf, Yumar, Psikologi Antar Budaya, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.
Zuriah, Nurul, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori dan Aplikasi Jakarta:
PT.Bumi Aksara, 2006.

25

Anda mungkin juga menyukai