Anda di halaman 1dari 8

Farmaka

Suplemen Volume 16 Nomor 1 55

POTENSI SELEDRI (Apium graveolens) UNTUK PENGOBATAN:


REVIEW ARTICLE

Fillah Muty Syahidah dan Rr. Sulistiyaningsih


Program Studi Sarjana Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran,
Jl. Raya Bandung Sumedang km 21 Jatinangor 45363
fillah15001@mail.unpad.ac.id

ABSTRAK

Perkembangan pengobatan herbal menjadi semakin populer dan banyak diteliti. Seledri
(Apium graveolens var. dulce), selain sebagai penyedap masakan juga memiliki banyak
potensi untuk pengobatan. Tujuan penulisan review artikel ini adalah untuk memberikan
informasi tentang potensi seledri, serta evaluasi ilmiah dan klinis terbaru tentang pemanfaatan
seledri dalam pengobatan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa senyawa metabolit pada
seledri seperti ftalid, kumarin dan apigenin diketahui memiliki sifat sebagai antiinflamasi dan
pereda nyeri, antioksidan, antiulser, antibakteri, antimalaria dan larvasidal, antikanker,
antijamur, antikalkuli, antihipertensi, peningkat kesuburan, antitiroid, dan antidiabetes.
Kata Kunci: seledri, pengobatan, ftalid, kumarin, flavonoid, apigenin

ABSTRACT

The development of herbal medicine is becoming increasingly popular and widely studied.
Celery (Apium graveolens var Dulce), in addition to being used as a seasoning dish also has
a lot of potential for treatment. The purpose of this article review is to provide information
about the potential of celery, as well as the latest scientific and clinical evaluations of the use
of celery in medicine. Various studies have shown that metabolite compounds in celery such
as phthalide, coumarin and apigenin are known to have anti-inflammatory properties and
pain relievers, antioxidants, antiulcers, antibacterial, antimalarial and larvicidal, anticancer,
antifungal, anti-calculi, antihypertensive, fertility enhancers, antithyroid and antidiabetic.
Keywords: celery, medicine, phthalide, coumarin, flavonoids, apigenin

Diserahkan: 03 Juli 2018, Diterima 03 Agustus 2018

Pengobatan herbal semakin populer


PENDAHULUAN
digunakan karena memiliki efek samping
Pengaruh tumbuhan untuk kesehatan
yang minimum dengan mekanisme kerja
manusia telah diteliti sejak lama.
yang perlahan. Salah satu tumbuhan yang
Penggunaan tumbuhan untuk pengobatan
sering digunakan dalam pengobatan herbal
baik secara tradisional maupun non-
adalah seledri, baik secara langsung dalam
tradisional telah diteliti sejak 5000 tahun
bentuk sayuran atau sebagai ekstrak dari
yang lalu (Koehn, F. E. & Carter, G. T,
tanaman Apium graveolens L. Selain
2005).
karena efek samping yang minimum,
perkembangan penelitian yang signifikan
56

terhadap obat herbal diduga berkaitan HASIL


dengan ketersediannya yang tinggi di alam, Seledri (Apium graveolens L.)
sehingga sangat berpotensi untuk merupakan anggota keluarga Apiaceae
dikembangkan sebagai alternatif (sinonim dengan Umbellifereae). Spesies
pengobatan yang lebih aman dan seledri dibagi menjadi dua varietas, yakni
terjangkau dibandingkan terhadap obat- A. graveolens var. dulce atau yang lebih
obat sintetik. dikenal dengan sebutan seledri batang,
Di Indonesia, seledri (Apium varietas ini banyak digunakan sebagai
graveolens) menjadi tumbuhan yang penyedap makanan terutama pada bagian
mudah ditemukan, salah satunya karena batang dan daunnya. Variestas lain ialah A.
iklim yang sesuai untuk pertumbuhan graveolens var. rapaceum, seledri jenis ini
seledri. Seledri tumbuh dengan baik di sering disebut dengan seledri umbi,
tanah lempung berpasir yang sangat lebat varietas ini memiliki akar yang berbonggol
serta di bawah kondisi iklim yang ringan menyerupai akar umbi besar yang dapat
(Sowbhagya, H. B, 2014). Tujuan dari dimasak dan dimakan (Kurobayashi et al,
review ini adalah memberikan informasi 2006). Seledri sebaiknya dipanen ketika
tentang penggunaan dan potensi seledri, tingginya mencapai 15 cm terhadap daun
serta evaluasi ilmiah dan klinis terbaru pertama dan sebelum petiole menjadi keras
tentang potensinya dalam pengobatan dan berserat (Yommi, Alejandra Karina et
berbagai penyakit manusia. al, 2013).
Seledri merupakan salah satu herbal
METODE
yang sering digunakan untuk dioalah
Artikel ini ditulis menggunakan
dalam makanan dan juga sebagai tanaman
metode studi literatur. Terlebih dahulu
untuk pengobatan. Seledri memiliki sedikit
dikumpulkan jurnal untuk dijadikan
rasa pedas dan aroma yang khas sehingga
sumber primer dalam penulisan. Jurnal
banyak digunakan sebagai bumbu
yang digunakan diakses dari berbagai situs
penyedap pada berbagai produk makanan
penyedia jurnal secara daring, seperti
(Kolarovic et al, 2010). Aroma khas pada
scopus, research gate, scholar dan lain lain.
seledri berasal dari turunan ftalid. Ftalid
Pencarian jurnal dilakukan dengan
dikenal memiliki sifat antiinflamasi,
menggunakan kata kunci, seperti seledri,
antitumor dan insektisida. Sebesar 74,6-
seledri untuk pengobatan, potensi seledri
76,6% ftalid terdapat di daun, bagian
dan efektivitas seledri. Sebanyak 29 Jurnal
batang sebesar 56,8-74,1%, dan bagian
nasional dan internasional yang terbit pada
akar sebesar 57,7-79,7% (Sellami,
tahun 2005-2018 dijadikan sebagai acuan
Ibtissem Hamrouni et al, 2012).
dalam pembuatan review artikel ini.
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 1 57

Berdasarkan pengujian menggunakan heksana dan dalam air. Telinga tikus


gas chromatography and mass terlebih dahulu diinduksi edema dengan
specrtroscopy (GC-MS), diketahui bahwa mengadministrasikan formalin dan silen.
73.72% minyak esensial pada seledri Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik
berasal dari daun , yakni sebanyak 28 ekstrak air atau heksana dari seledri
komponen. Empat komponen utama memiliki efek potensial sebagai
berupa etil 4,4-D2-N-heksileter (4.11%), 9- atiinflamasi, namun hanya ekstrak heksana
oktadecen-12-asam ynoic, metil ester yang memiliki aktivitas pereda nyeri. Saat
(4.93%), 1-dodecanol (16.55%), dan 4- ini banyak peneliti yang berfokus pada
kloro-4,4-dimetil-3-(1-imidazolil)-valero- senyawa hidrofilik seledri (flavonoid).
fenon (19.90%) (Nagella et al , 2012). Penelitian dengan ekstrak heksana
Daun seledri mengandung vitamin A, menunjukkan bahwa senyawa hidrofobik
B1, B2, B6, C, E, K, P dan mineral lain dalam seledri dapat berpotensi lebih baik
seperti Fe, Ca, P, Mg dan Zn. Kandungan sebagai anti inflamasi dan pereda nyeri.
vitamin C dalam seledri efektif untuk Berdasarkan hasil analisis fitokimia
menguatkan sistem imun sehingga tubuh diperkirakan bahwa pada ekstrak heksana
menjadi resisten terhadap penyakit. Begitu kedua aktivitas tersebut dapat disebabkan
juga dengan Ca, P dan Mg yang dapat oleh adanya kandungan senyawa ftalid dan
memperkuat tubuh. Selain itu, Mg dan Fe kumarin (Ramezani et al, 2009).
dalam seledri mampu meringankan efek
Antioksidan
anemia. Jumlah yang ideal antara Fe dan
Aktivitas antioksidan minyak
Mg pada seledri merupakan jumlah (rasio)
esensial pada seledri diuji menggunakan
yang ideal untuk dapat membantu
metode 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH)
menghentikan perkembangan penyakit
dibandingkan terhadap tokoferol.
kanker (Tyagi, Satyanand et al, 2013)
Tokoferol digunakan sebagai pembanding
Selain itu, seledri memiliki kandungan
karena memiliki karakteristik antioksidan
kalori yang rendah dengan nilai gizi yang
yang kuat11. Senyawa polifenol pada
tinggi, hal tersebut berkenaan dengan
seledri memiliki aktivitas antioksidan
senyawa antioksidan yang terkandung
karena dapat bereaksi reduksi-oksidasi
dalam seledri (Rizzo, V. and G. Muratore.
(redoks) yang berperan penting dalam
2009).
absorbsi dan netralisasi radikal bebas
Bioaktivitas
(Nagella et al, 2012). Aktivitas
Antiinflamasi dan pereda nyeri
antioksidatif bergantung terhadap
Pengujian dilakukan terhadap tikus
konsentrasi antioksidan yang digunakan.
menggunakan ekstrak seledri dalam
Semakin tinggi konsentrasi minyak
58

esensial maka semakin tinggi aktivitas Antibakteri


antioksidan yang ditunjukkan (Figueiredo Minyak esensial
et al, 2008). Ekstrak metanol seledri seledrimemiliki efek inhibisi yang tinggi
memiliki daya reduksi paling tinggi terhadap Escherichia coli dan efek inhibisi
dibandingkan dengan ekstrak air, etil asetat moderat terhadap Pseudomonas
dan butanol. Tingkat aktivitas aeruginosa dan Staphylococcus aureus.
antioksidatif dari ekstrak bergantung pada Pengujian dilakukan terhadap tikus dengan
jumlah fenolik yang ada dalam ekstrak dosis 300 mg/kg BB menggunakan metode
tersebut. Daun seledri kaya senyawa fenol paper disc-diffusion, konsentrasi hambat
dapat menjadi sumber antioksidan yang minimal, dan konsentrasi bakterisidal
baik (W. S. Jung, 2011). minimal (Baananou, Sameh et al, 2013).
Minyak esensial seledri juga diketahui
Antiulser
dapat menghambat pertumbuhan
Pengujian pada tikus menunjukkan
Staphylococcus aureus, Listeria
bahwa ekstrak seledri secara signifikan
monocytogenes dan L. ivanovii (Mišić,
dapat melindungi mukosa lambung dan
Dušan et al, 2008).
menekan sekresi lambung. Pemberian
ekstrak seledri pada hewan uji mencegah Antimalaria dan Larvasidal
terjadinya penurunan non-protein sulfhy- Minyak daun seledri memiliki efek
dryls (NPSH). NPSH berperan dalam toksik yang signifikan untuk membunuh
melindungi mukosa lambung terhadap larva A. aegypti dengan LC50 sebesar 59.32
paparan senyawa kimia berbahaya. ppm dan LC90 sebesar 127.69 ppm.
Senyawa flavonoid pada ekstrak seledri Aktivitas imunotoksisitas yang dihasilkan
juga dapat menurunkan alondialdehyde bergantung terhadap konsentrasi minyak
(MDA) dengan cara menghambat seledri yang digunakan. Pada konsentrasi
peroksidase lipid (Alqasoumi et al, 2008). 12.5 ppm, kematian hewan uji hanya
MDA merupakan salah satu produk akhir mencapai 8%, sedangkan pada konsentrasi
yang dihasilkan dari peroksidasi asam 200 ppm kematian hewan uji dapat
lemak tidak jenuh (Al-Howiriny, Tawfeq mencapai nilai maksimum, yakni 98%
et al, 2010) . Ekstrak metanol seledri pada (Nagella et al, 2012).
dosis 300 mg/kg menunjukkan efek
Antikanker
penghambatan yang signifikan terhadap
lesi lambung (91-95%), hal tersebut setara Apigenin (4',5,7-trihydroxyflavone)
dengan efek yang diberikan oleh menjadi salah satu senyawa golongan
omeprazol (94%) (Baananou, Sameh et al, flavonoid yang banyak terkandung dalam
2013) seledri. Dalam banyak penelitian, terjadi
peningkatan potensi apigenin sebagai agen
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 1 59

kemopreventif. Sifat antikanker apigenin ovale merupakan khamir penyebab


terjadi melalui pengaturan respon seluler ketombe, mikroorganisme ini banyak
terhadap stres oksidatif, perusakan DNA, ditemukan di rambut kepala, wajah
pengurangan peradangan, angiogenesis, maupun kulit sebagai tempat yang
penghambatan proliferasi sel, serta induksi memiliki banyak kelenjar keringat
autofagi dan apoptosis. Salah satu (Niharika et al, 2010). Selain sebagai
mekanisme apigenin yang paling dikenal antiketombe, penggunaan jus herba seledri
adalah kemampuannya dalam bermanfaat dalam meningkatkan aktivitas
meningkatkan cell cycle arrest dan induksi pertmbuhan dan penebalan rambut
apoptosis melalui jalur p53 (Sung et al, (Kuncari et al, 2014).
2016). Penelitian lain (Gao, Lin-Lin et al. Antikalkuli
2011) berusaha menemukan potensi Empat dari 27 herbalis
ekstrak biji seledri sebagai anti tumor memasukkan seledri ke dalam golongan
dengan melihat mekanisme apoptosis yang tumbuhan yang berpotensi dapat
diinvestigasi pada sel BGC-823. Hasil mengobati batu ginjal (Bahmani et al,
penelitian menunjukkan ekstrak biji seledri 2016). Selain untuk batu ginjal, seledri
memiliki efek antiproliferasi pada sel juga berpotensi sebagai terapi alternatif
kanker lambung BGC-823. Mekanisme untuk pengobatan batu empedum
antiproliferasi sel dan apoptosis berkaitan (Bijauliya RK et al, 2017).
dengan pengaturan siklus sel pada fase S
Antihipertensi
dan beberapa protein yang berkaitan
Pemberian masing-masing 300
dengan apoptosis, seperti siklin A, CDK2
mg/kg ekstrak heksana, metanol dan etanol
dan bcl-2.
biji seledri dapat menurunkan tekanan
Antijamur darah sebesar 38, 24, dan 23 mmHg dan
Isolasi minyak esensial seledri menaikkan denyut jantung sebesar 60, 25,
dilakukan dengan menggunakan metode dan 27 denyut per menit. Hasil analisis
distilasi uap. Hasil identifikasi dengan GC- dengan high performance liquid
MS menunjukkan 3-isobutylidenphalide chromatography (HPLC) menunjukkan
sebagai minyak esensial utama pada bahwa kandungan senyawa n-butylphtalide
seledri. Hasil uji bioaktivitas menunjukkan (NBP) pada ekstrak heksana seledri 3.7-4
minyak seledri dalam bentuk murni atau kali lebih besar dibandingkan pada ekstrak
dalam bentuk formulasi memiliki aktivitas metanol dan etanol. Senyawa NBP pada
yang tinggi dalam menghambat seledri menjadi konstituen hidrofobik yang
pertumbuhan Pityrosporum ovale aktif sebagai antihipertensi (Moghadam et
(Ningrum et al, 2017). Pityrosporum al, 2013).
60

Peningkat kesuburan SIMPULAN


Tumbuhan yang memiliki Seledri (Apium graveolens var.
antioksidan tinggi efektif untuk dulce) telah lama digunakan dalam
meningkatkan kesuburan dan mengobati pengobatan herbal, masih populer hingga
beberapa penyakit seperti saat ini, dan mungkin akan terus digunakan
ketidakseimbangan hormon, impotensi, di masa depan, karena mengandung
oligospermia, dan immotile sperma (Kooti, berbagai zat fitokimia bioaktif yang
Wesam et al, 2014). Selain memiliki memberikan efek terapeutik. Berbagai
senyawa antioksidan yang tinggi, seledri senyawa metabolit pada seledri seperti
juga memiliki senyawa protektif seperti ftalid, kumarin dan apigenin diketahui
natrium valproat, propilen glikol, dan dietil memiliki sifat sebagai antiinflamasi dan
ftalat yang dapat melawan senyawa pereda nyeri, antioksidan, antiulser,
perusak struktur testis dan spermatogenesis antibakteri, antimalaria dan larvasidal,
(Kooti, Wesam et al, 2017). antikanker, antijamur, antikalkuli,
antihipertensi, peningkat kesuburan,
Antitiroid
antitiroid, dan antidiabetes.
Ekstrak daun seledri efektif untuk
menurunkan hipertiroid. Seledri bekerja
KONFLIK KEPENTINGAN
dengan mengatur kadar hormon tiroid,
Penulis menyatakan tidak terdapat
seperti triidothyronine (T3), thyroxine (T4)
potensi konflik kepentingan dengan
dan thyroid-stimulating hormone (TSH).
penelitian, kepenulisan dan atau publikasi
Konversi T4 menjadi T3 dapat dicegah
artikel ini.
dengan adanya kumarin sebagai salah satu
senyawa aktif dalam tumbuhan seledri DAFTAR PUSTAKA
(Wassam Kooti et al, 2014).
Al-Howiriny, Tawfeq et al. 2010. “Gastric
Antiulcer, Antisecretory and
Antidiabetes Cytoprotective Properties of Celery
Pengujian terhadap lansia dengan (Apium Graveolens) in Rats.”
Pharmaceutical Biology 48(7):786–
status pre-diabetes menunjukkan bahwa 93.
ekstrak daun seledri dapat menurunkan Alqasoumi, S., Al-Yahya, M., Al-
Howiriny, T., dan Rafatullah, S. 2008.
kadar glukosa darah preprandial dan post “Gastroprotective Effect of Radish ‘
prandial secara signifikan. Namun Raphanus Sativus ’ L . on
Experimental Gastric Ulcer Models in
ditemukan pengaruh tidak signifikan Rats.” Farmacia 56(2):204–14.
terhadap hubungan seledri dengan kadar Baananou, Sameh et al. 2013. “Natural
Product Research Formerly Natural
insulin plasma (Yusni et al, 2018). Product Letters Antiulcerogenic and
Antibacterial Activities of Apium
Graveolens Essential Oil and Extract
Antiulcerogenic and Antibacterial
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 1 61

Activities of Apium Graveolens in Rat.” Jundishapur Journal of


Essential Oil and Extract.” Natural Natural Pharmaceutical Products
Product Research 2712(10):37–41. 9(4):1-6.
Bahmani, Mahmoud, Babak Baharvand- Kooti, Wesam et al. 2017. “The Effect of
Ahmadi, Pegah Tajeddini, Mahmoud Celery (Apium Graveolens L.) on
Rafieian-Kopaei, and Nasrollah Fertility: A Systematic Review.”
Naghdi. 2016. “Identification of Journal of Complementary and
Medicinal Plants for the Treatment of Integrative Medicine 1–12.
Kidney and Urinary Stones.” Journal Kuncari, Emma Sri and Iskandarsyah.
of Renal Injury Prevention 5(3):129– 2014. “Uji Iritasi Dan Aktivitas
33. Pertumbuhan Rambut Tikus Pitih :
Bijauliya RK, Alok S, Jain SK Singh VK, Efek Sediaan Gel Apigenin Dan
Singh D. and Singh M. 2017. “Herbal Perasan Herba Seledri (Apium
and Allopathic Medicine for Kidney , Graveolens L.).” Universitas
Gallbladder and Urinary Stones : A Indonesia 25(1):15–22.
Review.” International Journal of Kurobayashi, Yoshiko, Emi Kouno, Akira
Pharmaceutical Sciences and Fujita, Yasujiro Morimitsu, And
Research 8(5):1935–52. Kikue Kubota. 2006. “Potent
Figueiredo, Cristina, José Barroso, Luis Odorants Characterize the Aroma
Pedro, and Johannes Scheefeer. 2008. Quality of Leaves and Stalks in Raw
“Factors Affecting Secondary and Boiled Celery.” Bioscience,
Metabolite Production in Plants: Biotechnology, and Biochemistry
Volatile Components and Essential 70(4):958–65.
Oils.” Flavour and Fragrance Mišić, Dušan et al. 2008. “Antimicrobial
Journal 22:213-226. Activity of Celery Fruit Isolates and
Gao, Lin-Lin et al. 2011. “Molecular SFE Process Modeling.” Biochemical
Mechanisms of Celery Seed Extract Engineering Journal 42(2):148–52.
Induced Apoptosis via s Phase Cell Moghadam, Maryam Hassanpour, Mohsen
Cycle Arrest in the BGC-823 Human Imenshahidi, and Seyed Ahmad
Stomach Cancer Cell Line.” Asian Mohajeri. 2013. “Antihypertensive
Pacific Journal of Cancer Effect of Celery Seed on Rat Blood
Prevention : APJCP 12(10):2601–6. Pressure in Chronic Administration.”
Koehn, F. E. & Carter, G. T. 2005. "The Journal of Medicinal Food
evolving role of natural products in 16(6):558–63.
drug discovery. Nat. Rev. Drug Nagella, Praveen, Ateeque Ahmad, Sun-Jin
Discov. : 4:206–220. Kim, and Ill-Min Chung. 2012.
Kolarovic, Jovanka, Mira Popovic, Janka “Chemical Composition, Antioxidant
Zlinská, Svetlana Trivic, and Matilda Activity and Larvicidal Effects of
Vojnovic. 2010. “Antioxidant Essential Oil from Leaves of Apium
Activities of Celery and Parsley Graveolens.” Immunopharmacology
Juices in Rats Treated with and Immunotoxicology 34(2):205–9.
Doxorubicin.” Molecules 15(9):6193– Niharika, Anand, Johnson M. Aquicio, and
6204. Arulsamy Anand. 2010. “Antifungal
Kooti, Wesam and Nahid Daraei. 2017. “A Properties of Neem (Azardirachta
Review of the Antioxidant Activity of Indica) Leaves Extract To Treat Hair
Celery (Apium Graveolens L).” Dandruff.” E-International Scientific
Journal of Evidence-Based Research Journal 2(3):244-252.
Complementary and Alternative Ningrum, R.S., Prasetyo, A.B., dan
Medicine 22(4):1029–34. Kristanti, A. N. 2017. “Celery Herb
Kooti, Wesam et al. 2014. “The Effects of Essential Oil in The Formulation.”
Hydroalcoholic Extract of Apium Jurnal Kimia Riset 2(2):93–97.
Graveolens Leaf on the Number of Ramezani, Mina, Sima Nasri, and
Sexual Cells and Testicular Structure Narguess Yassa. 2009.
62

“Antinociceptive and Anti- (Celery Herb).” Journal of Drug


Inflammatory Effects of Isolated Discovery and Therapeutics 1(5):36–
Fractions from Apium Graveolens 38.
Seeds in Mice.” Pharmaceutical W. S. Jung. 2011. “In Vitro Antioxidant
Biology 47(8):740–43. Activity, Total Phenolics and
Rizzo, V. and G. Muratore. 2009. “Effects Flavonoids from Celery (Apium
of Packaging on Shelf Life of Fresh Graveolens) Leaves.” Journal of
Celery.” Journal of Food Engineering Medicinal Plants Research
90(1):124–28. 5(32):7022–30.
Sellami, Ibtissem Hamrouni et al. 2012. Wassam Kooti , Akram Ahangarpoor ,
“Essential Oil and Aroma Maryam Ghasemiboroon , Sahar
Composition of Leaves, Stalks and Sadeghnezhadi , Zahra Abbasi , Ziba
Roots of Celery (Apium Graveolens Shanaki , Zahra Hasanzadeh-Noohi,
Var. Dulce) from Tunisia.” Journal of Majid Asadi-Samani. 2014. “Effect of
Essential Oil Research 24(6):513–21. Apium Graveolena Leaf on Serum
Sowbhagya, H. B. 2014. “Chemistry, Level of Thyroid Hormones in Male
Technology, and Nutraceutical Rat.” Babol Univ Med Sci 16:44–50.
Functions of Celery (Apium Yommi, Alejandra Karina et al. 2013.
Graveolens L.): An Overview.” “Morphological, Physicochemical and
Critical Reviews in Food Science and Sensory Evaluation of Celery
Nutrition 54(3):389–98. Harvested from Early to Late
Sung, Bokyung, Hae Young Chung, and Maturity.” 31 (2):236–41.
Nam Deuk Kim. 2016. “Role of Yusni, Yusni, Hendra Zufry, Firdalena
Apigenin in Cancer Prevention via the Meutia, and Krishna W. Sucipto.
Induction of Apoptosis and 2018. “The Effects of Celery Leaf
Autophagy.” Journal of Cancer (Apium Graveolens L.) Treatment on
Prevention 21(4):216–26. Blood Glucose and Insulin Levels in
Tyagi, Satyanand et al. 2013. “Medical Elderly Pre-Diabetics.” Saudi Med
Benefits of Apium Graveolens Journal 39(2):154–60.

Anda mungkin juga menyukai