VITILIGO
VITILIGO
VITILIGO
Oleh:
Pembimbing:
dr. Diana Kartika Sari, Sp.KK
FAKULTAS KEDOKTERAN
Telah Disetujui
Untuk Memenuhi Persyaratan
Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala
, karena atas rahmat dan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
Referat ini disusun untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Kulit dan
Kelamin di RSUD Gambiran Kota Kediri. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dr. Diana Kartika Sari, Sp.KK yang telah membimbing penulis dalam
menyusun laporan kasus ini. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada semua pihak yang
telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penyusunan
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam laporan kasus ini. Akhir
kata, penulis mengharapkan semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
v
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Definisi
yang mana secara klinis mempunyai ciri khas makula hipopigmentasi (milky-white)
yang dapat dilihat langsung, dan mungkin dapat ditemukan rambut putih atau poliosis.1
1.2. Epidemiologi
Prevalensi vitiligo sangat sulit dideteksi, karena banyak orang dengan vitiligo
tidak berobat ke rumah sakit. Pada penelitian yang dilakukan di Denmark pada tahun
di India (8,8%) yang mana terjadi akibat paparan bahan kimia yang menyebabkan
seluruh dunia.1
ditemukan bahwa prevalensi vitiligo terendah berada di Asia dan Atlantik, dan yang
yang menunjukkan vitiligo sering terkena pada individu yang berkulit gelap.2
mengalami vitiligo pada usia sebelum 4 tahun, 42 – 49% pada usia 4 – 8 tahun, dan 35
1
– 40% pada usia 9 – 12 tahun. Sehingga diambil kesimpulan bahwa vitiligo pada anak-
1.3. Klasifikasi
Lesi vitiligo dapat berada dimana saja di tubuh, biasanya disertai dengan pola
distribusi yang simetris. Penyakit ini dapat mulai dimana saja, dapat di wajah, akral,
maupun genital. Ada beberapa lokasi yang sering itemukan yaitu, akrofasial, mukosa,
menyerang tangan, kaki, dan muka, khususnya mulut. Jenis ini dapat berlanjut menjadi
vitiligo generalisata. 1
2
Universal vitiligo bentukan yang jarang ditemukan. Biasanya ditemui pada
orang dewasa, tak jarang pula anak-anak. Dinamakan unversal karena mengenai
proporsi badan yang luas, lebih dari 80% dari permukaan tubuh. Walaupun
hasil dari penyakit lama yang berkembang hingga mencapai pemutihan kulit yang
komplit. 1
Pada vitiligo mukosa, oral dan genital mukosa banyak terkena. Vitiligo fokal
terdiri dari lesi kecil dan terisolasi. Pada laporan terbaru, follow-up jangka panjang pada
53 kasus menunjukkan bahwa 50% kasus membentuk lesi yang lebih luas tanpa adanya
Vitiligo segmental didapatkan pada 10% atau 15% pasien vitiligo yang datang
ke klinik. Dengan ciri khas unilateral dan segmental, atau bentukan seperti blok pada
distribusi lesi.1
Vitiligo campuran bentukan yang jarang ditemui dan jenis ini penggabungan
antara vitiligo segmental dengan makula atau plak yang tidak cocok pada segmen. plak
tambahan ini mungkin jauh dari segmental dan bersifat bilateral dan simetris,
1.4. Patofisiologi
Vitiligo adalah penyakit autoimun pada kulit yang dimana sel T CD8+
3
produksi pigmen, yang mana akan terlihat sebagai makula dan plak. Beberapa teori
mengenai terjadinya vitiligo hingga saat ini masih diperdebatkan. Salah satu teori
keracunan bahan kimia dapat menyebabkan melanosit mati, dan perubahan neural yang
a. Teori Autoimun
menunjukkan bahwa adanya respon imun pada patogenesis penyakit. Tetapi secara
melanosit yang mati, ditunjang dengan sel T sitotoksik yang menyebabkan vitiligo.
Melanosit pada vitiligo mempunyai jumlah abnormal dan lebih sensitif terhadap proses
melanogenesis dan komsumsi energi. Hasil pada produksi dari oksigen reaktif dan
aktivasi respon protein, yang mana menginisiasi sinyal sekresi dari melanosit sebagai
sinyal bahaya untuk mengingatkan sistem imun tubuh. Selanjutnya, sistem imun tubuh
aktif dan mengerahkan sel T CD8+ ke kulit, yang mana ditemukan melanosit abnormal
dan membunuhnya. Jadi, stres sel dari melanosit dan autoimun bekerja bersama yang
Sel T CD8+ mempunyai peran selama terjadinya vitiligo, yang mana menjadi
manusia dan tikus yang terkena vitiligo ditemukan adanya sitokin interferon (IFN)-
4
CD8+, dan menginduksi produksi dari CXCL10 dan kemokin dari keratinosit, yang
mana mengajak sel T tambahan untuk secara progresif menghancurkan melanosit, dan
kemokin IFN- pada serum dan kulit vitiligo dapat menjadi biomarker yang berguna
kronik karena suatu trauma, biasanya trauma yang menyebabkannya adalah garukan
pada kulit yang sehat. Konsep ini dinamakan “teori melanositoragi”. Karena dilaporkan
dapat terjadi karena adanya deteksi sel dendrit atau sel T memori selama melanositoragi
c. Teori Biokimia
redoks dalam kulit pasien vitiligo yang menyebabkan kerusakan melanosit dan
mempunyai level H2O2 yang meningkat. Peningkatan ini karena Nitrat Oksida Sintase
5
menyebabkan sitotoksik dan meningkatkan produksi katekolamin. Ini menjelaskan
mengapa stres mental juga dapat menimbulkan vitiligo, karena aktifnya siklus
menginduksi respon stres seluler pada melanosit dengan berperan sebagai analog dari
tirosin. Jadi bahan kimia ini berperan sebagai agen eksogen yang meginduksi vitiligo
Vitiligo mempunyai ciri khas yaitu lesi depigmentasi yang terlihat jelas dan
dapat terdistribusi pada seluruh bagian tubuh, tetapi predileksi tersering adalah wajar
(terutama periorificial), genital dan akral. Pemeriksaan dengan wood lamp di ruang
Vitiligo juga mempunyai gejala klinis yang dapat membantu diagnosis vitiligo, yaitu
adanya multipel nevi halo dan poliosis. Pada area depigmetasi pula dapat ditemukan
rambut yang mengalami depigmentasi atau pigmen pola konveks pada pinggir lesi di
kulit glabrous. Pada segmental vitiligo, lesi biasanya unilateral, dan tidak mencapai
garis tengah tubuh, dan terlihat seperti blok, berbeda dengan dermatom dari zoster dan
blaschkoid line. Pola depigmentasi ini menunjukkan zona kulit yang mengalami mutasi
6
Perkembangan vitiligo segmental dapat dilihat dengan onset akut dengan progresi
cepat antara 6 – 12 bulan sebelum mencapai stabilitas dan tidak ada perubahan selama
hidup.1
Selain itu menurut penelitian Van Geel, pada vitiligo dapat ditemukan
Koebner dilaporkan berhubungan dengan peningkatan serum IFN- dan gatal. Selain
itu adanya makula depigmentasi pinpoint, atau bisa disebut confeetti-like depigmentasi
sel T dan sitokin dalam jumlah banyak pada lesi aktif. Lesi hipokromik juga dapat
1.6. Diagnosis
1) Faktor pencetus
d. Penyakit kulit lainnya yang nampak terlebih dahulu seperti halo nevus.6
2) Faktor eksogen
pembengkakan, benturan, laserasi dan luka bakar. Mekanisme Koebner mendasari hal
7
ini terjadi. Obat-obatan seperti, betadrenergik blocking agent dan 19% berkaitan
3) Histopatologi
DOPA. Diperiksa dibawah mikroskop maka akan nampak bagian pinggir makula
hipopigmentasi, melanosit dengan inti piknotik dan sitoplasma bervakuol. Kelainan ini
juga dapat ditemukan pada keratinosit dengan adanya sitoplasma bervakuol dan materi
granuler yang berasal dari sitoplasma keratinosit yang berubah. Kelainan ini dapat
ditemui pada kulit yang tampak normal, yang berdekatan dengan lesi dan jarang di
daerah lesi.6
kelainan pigmen autosomal dominan, yang terlihat saat lahir. Biasanya berlokasi pada
garis tengah tubuh termasuk forelock yang dapat dilihat pada rambut. Pitiriasis
versikolor adalah infeksi pada kulit superfisial yang disebabkan jamur yang mengalami
kehilangan pigmen pada individu berkulit gelap. Menyerang bagian atas tubuh dan
dada berupa makula putih dengan skuama halus diatasnya. Hipomelanosis adalah
makula hipopigmentasi multipel di daerah batang tubuh dan daerah yang terpapar sinar
matahari.6
8
1.8. Penatalaksanaan
Perlu ditanyakan pula, riwayat sosial, keluarga, riwayat penyakit yang berhubungan
dengan pasien. Fototipe dari kulit, ada atau tidaknya nevu halo, durasi penyakit dan
perkembangannya.
a. Terapi topikal
permukaan tubuh yang terkena, bagaimanapun tak jarang dilakukan bersamaan dengan
fototerapi. Dua jenis obat topikal yang diberikan adalah steroid topikal dan inhibitor
kalsineurin topikal.1
pengaplikasian, dan harga yang murah. Tetapi efek samping yang dapat terjadi adalah
atrofi kulit, telengiektasis, hipertirkosis, erupsi akneiform, dan striae. Jenis yang dapat
Diaplikasikan dua kali sehari dan dapat digunakan siklus seperti satu minggu
pengobatan diikuti satu minggu berhenti pengobatan hingga enam bulan, untuk
menghindari efek samping. Untuk vitiligo pada anak kecil, potensi kelas II seperti
mometason adalah pilihan yang tepat. Steroid dengan potensi lemah tidak mempunyai
menunjukkan efikasi tanpa memberikan efek yang berkepanjangan. Agen ini tidak
9
atropogenik dan dapat diaplikasikan dalam waktu yang lama pada wajah, regio
takrolimus 0,1% pada 100 anak-anak dengan vitiligo wajah dan non-wajah klobetasol
propionat dan takrolimus menunjukkan efikasi yang sama pada lesi wajah maupun non-
wajah. Pada lesi non-wajah 49% dan 23% anak-anak menunjukkan > 50%
hasil yang bagus pada lesi vitiligo, terutama di wajah. Pada percobaan komparatif
perbedaan efikasi krim topikal mometason dengan krim primekrolimus pada 40 anak-
anak dengan vitiligo lokalis, rata-rata mengalami repigmentasi 65% pada grup
mometason dan 42% pada grup primekrolimus pada akhir 3 bulan, tetapi perbedaannya
topikal kortikosteroid menjadi lini pertama pada vitiligo anak-anak dengan lesi
terbatas. Poten topikal kortikosteroid seperti mometason furoat lebih dipilih karena
memiliki efek samping yang lebih sedikit. Sehari sekali pengaplikasian topikal
kortikosteroid untuk batas waktu tidak lebih dari 3 bulan, atau sekali sehari selama 15
hari tiap bulan selama 6 bulan, memberikan toleransi yang bagus dan efektif untuk
10
diberikan dua kali sehari untuk lesi aktif yang menyebar pada area wajah dan leher.
efikasi yang baik dan aman. Dapat dilakukan pada area yang tidak ideal untuk
PUVA adalah fototerapi pertama yang dilaporkan efektif untuk vitiligo, tetapi
memiliki efek lainnya seperti mual, kerusakan okular, dan reaksi fototoksik, dan
melaporkan efikasi PUVA lebih rendah bila dibandingkan dengan nbUVB, maka dari
itu PUVA bukan merupakan terapi lini pertama untuk vitiligo, dan tergantikan oleh
nbUVB. 1
repigmentasi dan (b) stabilisasi yang mana sangat penting pada pasien yang memiliki
dengan nbUVB dilakukan 2 – 3 kali seminggu, dimulai dengan dosis 200 milijoules
minimal eritema. 1
Fototerapi target UVB dilakukan dengan laser excimer dan lampu. Mempunyai
11
diindikasikan pada orang-orang yang mempunya fokal vitiligo, segmental vitiligo pada
Bedah terapi dapat dilakukan pada vitiligo, tetapi pada pasien-pasien dengan
penyakit yang stabil, stabil disini adalah tidak adanya lesi baru atau pertumbuhan lesi
yang lama untuk 1 – 2 tahun. Beberapa teknik dapat dilakukan pada vitiligo, yaitu graft
jaringan dan graft sel. Graft jaringan termasuk thin and ultrathin split-thickness skin
graft, suction blister epidermal graft, mini punch graft, dan graft folikel rambut.
Modalitas ini dilakukan pada semua graft jaringan yang berukuran sesuai dengan
tempat donor dengan rasio 1:1. Graft seluler termasuk noncultured epidermal cell
noncultured extracted hair follicle suspension. Modalitas ini dapat dilakukan untuk
transplantasi keratinosit dan melanosit dan dapat menutupi area permukaan kulit yang
luas dengan perbandingan rasio hingga 1:10 donor kepada resipien. Tetapi, graft seluler
menjadi lini pertama pada terapi bedah vitiligo. Teknik yang paling sering digunakan
melanosit dari epidermis donor yang dapat dicerna enzimnya dan secara mekanik
bergabung menjadi satu. Dibagi menjadi dua tahap, yang pertama mencukur kulit yang
sangat tipis pada donor, yang mana setelah itu dicuci dan di inkubasi pada 0,25% tripsin
selama 30 menit pada suhu 37 derajat celcius sebelum secara manual menghilangkan
epidermis dari dermis, memisahkan epidermis, dan sentrifus fragmen epidermal untuk
membuat palet sel. Palet ini di resuspensi pada larutan RL pada 1 mL spuit. Langkah
kedua adalah mengaplikasikan suspensi sel ini kepada resipien yang sebelumnya
12
didermadasi atau dilaser untuk menghilangkan epidermis. Tempat resipien di tutup
1.9. Prognosis
Perjalanan penyakit vitiligo pada seseorang tidak dapat diduga, dapat stabil
selama beberapa tahun, tetapi dapat pula membesar, sementara lesi lain muncul atau
menghilang. Repigmentasi spontan dapat terjadi terutama pada anak-anak, tetapi juga
tidak menghilang sempurna, terutama pada daerah terpajan matahari. Pada kenyataan
repigmentasi berlangsung lambat, tidak sempurna dan tidak permanen, keadaan ini
13
terutama bila menggunakan fototerapi. Ketiadaan rambut sebagai sumber pigmen
diperkirakan terjadi kegagalan terapi, misalnya pada jari-jari tangan dan kaki.6
14
BAB II
TINJAUAN KASUS
Nama : An. DN
Umur : 8 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Siswa SD
2.2. Anamnesis
Keluhan Utama
An. DN pada tanggal 5/12/2019 datang ke poli kulit dan kelamin, datang
dengan keluhan sejak dua bulan ini muncul ruam warna keputihan di
jari sebelah kiri dan punggung tangan kiri. Tidak muncul di tempat lainnya.
15
Dari awal ruam muncul, pasien tidak merasa gatal, tidak merasa nyeri, dan
tidak merasa panas pada ruam. Sebelumnya, pasien tidak demam, tidak
Riwayat Alergi
Riwayat Sosial
(-)
Status Generalis
GCS : 456
BB : 25 kg
Tensi :-
Nadi : 76x/menit
16
Suhu : 36,8 C
RR : 19x/menit
Status Lokalis
batas tegas
2.4.Pemeriksaan Penunjang
DL, GDA, RFT, LFT, BGA, Kultur bakteri dan jamur, Histo PA (Tidak
dilakukan)
2.5.Diagnosis
Vitiligo
17
2.6.Diagnosis Banding
Pitiriasis versikolor
2.7. Planning
Terapi
Medikamentosa : Topikal
Monitoring
- Keluhan pasien
Luas lesi semakin luas atau tidak, muncul lesi baru atau tidak
Edukasi
-Menjelaskan kepada pasien bahwa terapi yang diberikan berupa obat jenis
seperti telengiektasis, atrofi kulit, dan striae, sehingga pasien harus sering
kembali kontrol.
18
2.8. Prognosis
Perjalanan penyakit vitiligo pada seseorang tidak dapat diduga, dapat stabil
selama beberapa tahun, tetapi dapat pula membesar, sementara lesi lain muncul
tetapi juga tidak menghilang sempurna, terutama pada daerah terpajan matahari.
19
2.9. Foto Pasien
20
21
22
BAB III
PEMBAHASAN
warna putih. Ruam muncul sejak dua minggu yang lalu, ruam awalnya muncul
di lengan kiri dengan ukuran sebesar uang koin 500 rupiah, tetapi semakin lama
semakin meluas. Ruam merambah ke bagian sela-sela jari sebelah kiri dan
punggung tangan kiri. Tidak muncul di tempat lainnya. Dari awal ruam muncul,
pasien tidak merasa gatal, tidak merasa nyeri, dan tidak merasa panas pada ruam.
Sebelumnya, pasien tidak demam, tidak mengalami trauma, area ruam juga tidak
penyakit.
Status Generalis
GCS : 456
BB : 25 kg
Tensi :-
Nadi : 76x/menit
Suhu : 36,8 C
RR : 19x/menit
23
Kepala/Leher : a/i/c/d -/-/-/-
Status Lokalis
batas tegas
klinis berupa anamnesis 1) ruam keputihan, 2) tidak gatal, tidak nyeri, tidak panas, 3)
Pemeriksaan fisik 1) lesi pada tangan kiri, 2) lesi kulit berupa makula
ditemukan disamping melanosit yang mati, ditunjang dengan sel T sitotoksik yang
menyebabkan vitiligo. Selain proses autoimun, vitiligo juga dapat terjadi karena
24
bahan kimia dapat menyebabkan melanosit mati, dan perubahan neural yang
manusia dan tikus yang terkena vitiligo ditemukan adanya sitokin interferon
melanosit-sel T CD8+, dan menginduksi produksi dari CXCL10 dan kemokin dari
dengan inti piknotik dan sitoplasma bervakuol. Kelainan ini juga dapat ditemukan
pada keratinosit dengan adanya sitoplasma bervakuol dan materi granuler yang
Tetapi Fitzpatrick menyebutkan karena pada kasus ini adalah anak-anak maka
25
efektifitas yang sama dengan topikal kortikosteroid superpoten dan memiliki
kortikosteroid untuk batas waktu tidak lebih dari 3 bulan, atau sekali sehari
selama 15 hari tiap bulan selama 6 bulan, memberikan toleransi yang bagus dan
kalsineurin dapat diberikan dua kali sehari untuk lesi aktif yang menyebar pada
area wajah dan leher. Diberikan selama 6 bulan, tetapi, bila efektif dapat lebih
Fototerapi yang dapat digunakan adalah PUVA dan nbUVB. Tetapi sejak tahun
keuntungan: (a) repigmentasi dan (b) stabilisasi yang mana sangat penting pada
kali seminggu, dimulai dengan dosis 200 milijoules (mJ) dengan meningkatkan
dengan penyakit yang stabil, stabil disini adalah tidak adanya lesi baru atau
26
pertumbuhan lesi yang lama untuk 1 – 2 tahun. Beberapa teknik dapat dilakukan
pada vitiligo, yaitu graft jaringan dan graft sel. graft seluler menjadi lini pertama
pada terapi bedah vitiligo. Teknik yang paling sering digunakan adalah
melanosit dari epidermis donor yang dapat dicerna enzimnya dan secara
mekanik bergabung menjadi satu. Dibagi menjadi dua tahap, yang pertama
mencukur kulit yang sangat tipis pada donor, yang mana setelah itu dicuci dan
di inkubasi pada 0,25% tripsin selama 30 menit pada suhu 37 derajat celcius
epidermis, dan sentrifus fragmen epidermal untuk membuat palet sel. Palet ini
27
BAB IV
KESIMPULAN
1. Vitiligo adalah penyakit kulit akibat kehilangan melanosit secara progresif, yang
mana secara klinis mempunyai ciri khas makula hipopigmentasi (milky-white) yang
2. Vitiligo adalah penyakit autoimun pada kulit yang dimana sel T CD8+ menargetkan
3. Lesi vitiligo dapat berada dimana saja di tubuh, biasanya disertai dengan pola
distribusi yang simetris. Penyakit ini dapat mulai dimana saja, dapat di wajah, akral,
maupun genital. Ada beberapa lokasi yang sering itemukan yaitu, akrofasial,
4. Perjalanan penyakit vitiligo pada seseorang tidak dapat diduga, dapat stabil selama
beberapa tahun, tetapi dapat pula membesar, sementara lesi lain muncul atau
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Sewon, Kang, et al. Fitzpatrick’s Dermatology 9th Edition Volume I Chapter 115:
Vitiligo. MC Graw Hill Education; 2019; Halaman 1330-1346.
2. Yuhui Zang et al. The Pravelance of Vitiligo: A Meta-Analysis. Department of
Dermatology, Hospital of China Medical University. PLOS ONE. 2016. DOI:
10.1371/journal.pone.0163806.
3. Van Geel, N et al. Clinical Visible Sign of Disease Activity in Vitiligo: A Systemic
Review and Meta-Analysis. Amsterdam Public Health Reasearch Institute. JEADV.
2019. DOI: 10.1111/jdv.15604.
4. Giannicola Iannella et al. Vitiligo: Pathogenesis, Clinical Variants, and Treatment
Approaches. ElSevier B.V. 2015. DOI: 10.1016/j.autrev.2015.12.006
5. Electra Nicolaidou et al. Childhood Vitiligo. Journal of Clinical Dermatology. 2019.
DOI: 10.1007/s40257-019-00430-0.
6. Jacoeb, Tjut Nurul Alam. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketujuh: Vitligo.
FKUI. 2019. Halaman 352 – 358.
29