DISUSUN OLEH :
DOSEN PEMBIMBING :
ENNY PUSPITA,SST.,M.Kes
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
segala limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kelompok kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah tentang “KEBIJAKAN NASIONAL TERKAIT
PERAWATAN PALIATIF ” tepat pada waktunya.
Kelompok kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini tak luput dari
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
untuk penyempurnaan penyusunan makalah kami ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimanakebijakan nasional terkait perawatan paliatif?
C. Tujuan
a. mengetahuikebijakan nasional terkait perawatan paliatif
1
BAB II
PEMBAHASAAN
1. Gejalafisik
2. Kemampuanfungsional (aktivitas)
3. Kesejahteraankeluarga
4. Spiritual
5. Fungsisocial
6. Kepuasanterhadappengobatan (termasukmasalahkeuangan)
7. Orientasi masa depa
8. Kehidupanseksual, termasukgambaranterhadapdirisendiri\
9. Fungsidalambekerja
2
Sarana (fasilitas) kesehatan adalah tempat yang menyediakan layanan
kesehatan secara medis bagi masyarakat. Kompeten adalah keadaan kesehatan
mental pasien sedemikian rupa sehingga mampu menerima dan memahami
informasi yang diperlukan dan mampu membuat keputusan secara rasional
berdasarkan informasi tersebut.Tujuankebijakan
1. Tujuan umum :
2. Tujuan khusus :
a. Terlaksana nya perawatan paliatif yang bermutu sesuai standar yang
berlaku di seluruh Indonesia
b. Tersusunnyapedoman-pedomanpelaksanaan/juklakperawatanpaliatif.
c. Tersedianyatenagamedis dan non medis yang terlatih.
d. Tersedianyasarana dan prasarana yang diperlukan.
3
dilakukan terhadapnya apabila kompetensinya kemudian menurun
(advanced directive). Pesan dapat memuat secara eksplisi
ttindakan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, atau dapat
pula hanya menunjuk seseorang yang nantinya akan mewakilinya
dalam membuat keputusan pada saat ia tidak kompeten.
Pernyataan tersebut dibuat tertulis dan akandijadikan panduan
utama bagi tim perawatan paliatif.
f. Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, tim
perawatan paliatif dapat melakukan tindakan kedokteran yang
diperlukan, dan informasi dapat diberikan pada kesempatan
pertama.
4
C. Sasaran kebijakan pelayanan paliatif
1. Seluruhpasien (dewasa dan anak) dan anggotakeluarga, lingkungan yang
memerlukanperawatanpaliatif di mana pun pasienberada di seluruh
Indonesia
2. Pelaksanaperawatanpaliatif : dokter, perawat, tenagakesehatanlainnya
dan tenagaterkaitlainnya.
3. Institusi-institusiterkait, misalnya:
a. Dinaskesehatanpropinsi dan dinaskesehatankabupaten/kot
b. RumahSakitpemerintah dan swasta
c. Puskesmas
d. Rumahperawatan/hospis
e. Fasilitaskesehatanpemerintah dan swastalain.
5
F. Tempat Dan Organisasi Perawatan Paliatif
6
I. Pendanaan
Pendanaan yang diperlukanuntuk:
7
e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1045 /
Menkes / Per / XI / 2006 tentang Pedoman Organisasi RS di
Lingkungan Departemen Kesehatan;
f. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 0588 / YM / RSKS / SK /
VI / 1992 tentang Proyek Panduan Pelaksanaan Paliatif dan Bebas
Nyeri Kanker;
g. Surat Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Nomor
319 / PB / A.4 / 88 tentang Informed Consent;
h. Surat Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Nomor
336 / PB / A.4 / 88 tentang MATI.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/388777208/Kelompok-2-etik-dan-kebijakan-nasional-
perawatan-paliatif-docx
https://iisandani11.wordpress.com/2018/04/19/perawatan-paliatif-palliative-care-di-
indonesia/
10