A. Pengertian
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,
proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur
pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut
diberikan (Ratna Sitorus & Yuli, 2006).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,
proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur
pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut
diberikan. Aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah
klien sesuai dengan derajat ketergantungan klien. Penetapan jumlah perawat sesuai
kebutuhan klien menjadi hal penting, karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan
jumlah tenaga yang dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat untuk melakukan
tindakan keperawatan.
Selain jumlah, perlu ditetapkan pula jenis tenaga yaitu PP dan PA, sehingga
peran dan fungsi masing-masing tenaga sesuai dengan kemampuan dan terdapat
tanggung jawab yang jelas. Pada aspek strukltur ditetapkan juga standar renpra,
artinya pada setiap ruang rawat sudah tersedia standar renpra berdasarkan diagnosa
medik dan atau berdasarkan sistem tubuh.
Pada aspek proses ditetapkan penggunaan metode modifikasi keperawatan primer
(kombinasi metode tim dan keperawatan primer)
B. Tujuan MPKP
1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan.
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap
tim keperawatan
b) Rencana bulanan
1. Rencana bulanan karu
Setiap akhir bulan Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil keempat pilar atau nilai
MPKP dan berdasarkan hasil evaluasi tersebut kepala ruangan akan membuat rencana
tindak lanjut dalam rangka peningkatan kualitas hasil. Kegiatan yang mencakup
rencana bulanan karu adalah:
- Membuat jadual dan memimpin case conference
- Membuat jadual dan memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga
- Membuat jadual dinas
- Membuat jadual dan memimpin rapat bulanan perawat
- Membuat jadual dan memimpin rapat tim kesehatan
- Membuat jadual supervisi dan penilaian kinerja ketua tim dan perawat pelaksana
- Melakukan audit dokumentasi
- Membuat laporan bulanan
c. Pengarahan
Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, menciptakan iklim motifasi,
manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan post conference, dan
manajemen konflik
Pengarahan yaitu penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan dalam rangka
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Istilah lain yang
digunakan sebagai padanan pengarahan adalah pengkoordinasian, pengaktifan.
Apapun istilah yang digunakan pada akhirnya yang bermuara pada ”melaksanakan”
kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya (Marquis & Houston, 1998).
Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang mampu kelola, jika
perlu dilakukan pendelegasian. Untuk memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan oleh
staf, seorang manajer harus melakukan upaya-upaya (Marquis & Houston, 1998)
sebagai berikut:
- Menciptakan iklim motivasi
- Mengelola waktu secara efisien
- Mendemonstarikan keterampilan komunikasi yang terbaik
- Mengelola konflik dan memfasilitasi kolaborasi
- Melaksanakan sistem pendelegasian dan supervisi
- Negosiasi
Di ruangan MPKP pengarahan diterapkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:
- Menciptakan budaya motivasi
- Manajemen waktu: Rencana Harian
- Komunikasi efektif melalui kegiatan:
- Operan antar shift
- Pre conference tim
- Post conference tim
- Manajemen konflik
- Pendelegasian dan supervisi
4. Supervisi
a. Pengertian
Supervisi atau pengawasan adalah proses memastikan kegiatan dilaksanakan sesuai
dengan tujuan organisasi dengan cara melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
kegiatan tersebut. Supervisi dilakukan untuk memastikan kegiatan dilaksanakan
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Supervisi dilaksanakan oleh orang yang memiliki kemempuan yang mumpuni dalam
bidang yang disupervisi. Dalam struktur organisisi, supervisi biasanya dilakukan oleh
atasan terhadap bawahan atau konsultan terhadap pelaksana. Dengan supervisi
diharapkan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan organisasi, tidak
menyimpang dan menghasilkan keluaran (produk) seperti yang diinginkan.
Supervisi tidak diartikan sebagai pemeriksaan atau mencari kesalahan, tetapi lebih
kepada pengawasan partisipatif yaitu dalam proses pengawasan dihargai dahulu
pencapaian atau hal positif yang dilakukan dan memberikan jalan keluar untuk hal
yang masih kurang agar meningkat. Dengan demikian bawahan tidak merasakan
bahwa ia sekedar dinilai akan tetapi dibimbing untuk melakukan pekerjaannya secara
benar.
5. Komunikasi efektif
a. Pengertian
Berkomunikasi merupakan salah satu fungsi pokok manajemen khususnya
pengarahan. Setiap orang berkomunikasi dalam suatu organisasi. Komunikasi yang
kurang baik dapat mengganggu kelancaran organisasi dalam mencapai tujuan
organisasi. Komunikasi adalah proses tukar menukar pikiran, perasaan, pendapat dan
saran yang terjadi antara 2 orang atau lebih yang bekerjasama.
6. Manajemen konflik
a. Pengertian
Konflik adalah perbedaan pandangan atau ide antara satu orang dengan orang yang
lain. Dalam organisasi yang dibentuk dari sekumpulan orang yang memiliki latar
belakang yang berbeda konflik mudah terjadi. Demikian juga di ruang MPKP konflik
pun bisa terjadi. Untuk mengantisipasi terjadinya konflik maka perlu dibudayakan
upaya-upaya mengantisipasi konflik dan mengatasi konflik sedini mungkin di ruang
MPKP.
b. Cara-cara penanganan konflik ada beberapa macam, meliputi :
- Bersaing
Mengatasi konflik dengan bersaing adalah penanganan konflik dimana seseorang atau
satu kelompok berupaya memuaskan kepentingannya sendiri tanpa mempedulikan
dampaknya pada orang lain atau kelompok lain. Cara inbi kurang sehat bila
diterapkan karena bisa menimbulkan potensi konflik yang lebih besar terutama pada
pihak yang merasa dikalahkan. Untuk itu organisasi sebaiknya menghindari metode
penyelesaian konflik jenis ini.
- Berkolaborasi
Berkolaborasi adalah upaya yang ditempuh untuk memuaskan kedua belah pihak yang
sedang berkonflik. Cara ini adalah salah satu bentuk kerjasama. Berbagai pihak yang
terlibat konflik didorong menyelesaikan masalah yang mereka hadapi dengan jalan
mencari dan menemukan persamaan kepentingan dan bukan perbedaan. Situasi yang
diinginkan adalah tidak ada satu pihakpun yang dirugikan. Istilah lain cara
penyelesaian konflik ini disebut juga win-win solution.
- Menghindar
Menghindar adalah cara menyelesaikan konflik dimana pihak yang sedang berkonflik
mengakui adanya konflik dalam interaksinya dengan orang lain tetapi menarik diri
atau menekan konflik tersebut (seakan-akan tidak ada konflik atau masalah). Cara ini
tidak dianjurkan dalam upaya penyelesaian konflik karena masalah mendasar tidak
diselesaikan, penyelasaian yang terjadi adalah penyelesaian semu. Untuk itu tidak
dianjurkan organisasi untuk menggunakan metode ini.
- Mengakomodasi
Akomodasi adalah upaya menyelesaikan konflik dengan cara salah satu pihak yang
berkonflik menempatkan kepentingan pihak lain yang berkonflik dengan dirinya lebih
tinggi. Salah satu pihak yang berkonflik mengalah kepada pihak yang lain. Ini suatu
upaya lose – win solution. Upaya penyelesaian konflik dengan akomodasi sebaiknya
juga tidak digunakan terlalu sering karena kepuasan tidak terjadi secara penuh dan
bisa menimbulkan potensi konflik di masa mendatang.
- Berkompromi
Kompromi adalah cara penyelesaian konflik di mana semua pihak yang berkonflik
mengorbankan kepentingannya demi terjalinnya keharmonisan hubungan dua belah
pihak tersebut. Dalam upaya ini tidak ada salah satu pihak yang menang atau kalah.
Ini adalah lose-lose solution di mana masing-masing pihak akan mengorbankan
kepentingannya agar hubungan yang dijalin tetap harmonis.
d. Pengendalian.
Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau pengontrolan. Fayol
mendefinisikan kontrol sebagai ”Pemeriksaan apakah segala sesuatunya terjadi sesuai
dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip
yang ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar
dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi”. Pengontrolan penting dilakukan untuk
mengetahui fakta yang ada, sehingga jika muncul isue dapat segera direspon dengan
cara duduk bersama.
Pengendalian adalah upaya mempertahankan kualitas, mutu atau standar. Output
(hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar memenuhi keinginan (standar) yang
telah ditetapkan. Pengendalian difokuskan pada proses yaitu pelaksanaan asuhan
keperawatan dan pada output (hasil) yaitu kepuasan pelanggan (pasien), keluarga,
perawat dan dokter. Indikator mutu yang merupakan output adalah BOR, ALOS, TOI,
audit dokumen keperawatan. Survei masalah keperawatan diperlukan untuk rencana
yang akan datang.
Kepala Ruangan akan membuat laporan hasil kerja bulanan tentang semua kegiatan
yang dilakukan terkait dengan MPKP. Data tentang indikator mutu dapat bekerja
sama dengan tim rumah sakit atau ruangan membuat sendiri.
Jadi pengendalian manajemen adalah proses untuk memastikan bahwa aktifitas
sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi untuk menjamin
kualitas serta pengevaluasian penampilan, langkah-langkah yang harus dilakukan
dalam pengendalian/pengontrolan meliputi :
- Menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur prestasi kerja
- Melakukan pengukuran prestasi kerja
- Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar
- Mengambil tindakan korektif
Peralatan atau instrumen dipilih untuk mengumpulkan bukti dan untuk menunjukkan
standar yang telah ditetapkan atau tersedia. Audit merupakan penilaian pekerjaan
yang telah dilakukan. Terdapat tiga kategori audit keperawatan yaitu :
- Audit struktur
Audit Struktur berfokus pada sumber daya manusia; lingkungan perawatan, termasuk
fasilitas fisik, peralatan, organisasi, kebijakan, prosedur, standar, SOP dan rekam
medik; pelanggan.
- Audit proses
Audit Proses merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan keperawatan untuk
menentukan apakah standar keperawatan tercapai. Pemeriksaan dapat bersifat
retropektif, concurrent, atau peer review. Retropektif adalah audit dengan menelaah
dokumen pelaksanaan asuhan keperawatan melalui pemeriksaan dokumentasi asuhan
keperawatan. Concurrent adalah mengobservasi saat kegiatan keperawatan sedang
berlangsung. Peer review adalah umpan balik sesama anggota tim terhadap
pelaksanaan kegiatan.
- Audit hasil
Audit hasil adalah audit produk kerja yang dapat berupa kondisi pasien, kondisi SDM,
dan indikator mutu.
Catatan :
- Jumlah hari perawatan adalah hasil penjumlahan lama hari rawat pasien yang keluar
hidup atau mati dalam satu periode waktu
- Jumlah hari per satuan waktu adalah jumlah hari dalam satu periode waktu
Catatan :
- Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari perawatan pasien keluar
hidup atau mati dalam satu periode waktu.
- Jumlah pasien keluar (hidup atau mati): jumlah pasien yang pulang atau meninggal
dalam satu periode waktu.
c. Survey Kepuasan
Menurut Philip Kotler, Survey kepuasan pelanggan adalah tingkat keadaan yang
dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan penampilan atau
outcome produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan seseorang
Survey kepuasan yang akan dilakukan di ruang MPKP adalah kepuasan pasien,
keluarga, perawat dan tenaga kesehatan lain.
Di MPKP survey kepuasan pasien dilakukan setiap pasien pulang, diberikan saat
selesai menyelesaikan administrasi atau saat mempersiapkan pulang dengan cara
pasien dan keluarga mengisi angket yang disediakan. Survey kepuasan dilakukan 6
bulan sekali.
No Kriteria Sll Sr Kd Tp
1 BOR dihitung setiap satu bulan
2 ALOS diukur setiap bulan
3 TOI diukur setiap bulan
4 Angka Infeksi Nasokomial dicatat setiap bulan
5 Survey kepuasan pasien dilakukan setiap ada pasien
pulang atau meninggal
6 Survey kepuasan keluarga dilakukan setiap ada pasien
pulang atau meninggal
7 Survey kepuasan tenaga kesehatan dilakukan setiap
ada pasien pulang atau meninggal
8 Survey masalah keperawatan dilakukan tiap bulan
9 Audit dokumen dilakukan tiap bulan
Petunjuk :
Sll : selalu nilai 4
Sr : sering nilai 3
Kd : kadang-kadang nilai 2
Tp : tidak pernah nilai 1
Nilai :
Total nilai x 100%
b. Compensatory reward
1. Melakukan orientasi kepada perawat baru
2. Menilai kinerja Perawat Pelaksana
c. Hubungan Professional
1. Memimpin konfrensi kasus
2. Mengikuti visit dokter
d. Asuhan keperawatan
1. Menguasai asuhan keperawatan pada pasien sesuai masalah keperawatan yang ada
3. Perawat Pelaksana
a. Membuat rencana jangka pendek (rencana harian) tindakan keperawatan yang
ditugaskan oleh perawat primer
b. Melaksanakan tindakan keperawatan
c. Melakukan evaluasi serta dokumentasi keperawatan
d. Mengikuti ronde keperawatan, konferensi kasus, dan pre dan post conference.
e. Melakukan kerja sama dengan perawat pelaksana lain dibawah timnya.
Selama masa orientasi, dilakukan evaluasi atau penilaian terhadap kinerja perawat
dalam melaksanakan budaya MPKP. Selanjutnya bagi perawat yang telah menjalani
masa orientasi dilakukan penentuan apakah perawat tersebut diterima atau tidak di
ruang MPKP. Penentuan dilakukan oleh pimpinan keperawatan dan fasilitator
(konsultan).
d. Penilaian kinerja
Penilaian kinerja di ruang MPKP ditujukan pada kepala ruangan, perawat primer dan
perawat asosiet. Kemampuan tiap SDM dievaluasi dengan menggunakan supervisi
baik secara langsung (observasi) maupun tidak langsung (melalui dokumentasi).
Kinerja kepala ruangan disupervisi/ dievaluasi oleh kepala bidang perawatan dan
fasilitator/konsultan; kinerja perawat primer disupervisi/ dievaluasi oleh kepala
bidang perawatan, fasilitator/konsultan dan kepala ruangan; kinerja perawat pelaksana
disupervisi/ dievaluasi oleh kepala ruangan dan perawat primer. Kepala Bidang
Perawatan bertanggung jawab mengobservasi dan menilai keberlllangsungan seluruh
aktivitas di ruang MPKP. Dalam supervisinya didampingi oleh fasilitator atau
konsultan.
D. KOMPONEN-KOPMPONEN MPKP
Terdapat 4 komponen utama dalam model praktek keperawatan professional, yaitu
sebagai berikut :
1. Ketenagaan Keperawatan
2. Metoda pemberian asuhan keperawatan
3. Proses Keperawatan
4. Dokumentasi Keperawatan
1. Ketenagaan Keperawatan
Menurut Douglas (1984) dalam suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang
diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien.
Menurut Loveridge & Cummings (1996) klasifikasi derajat ketergantungan pasien
dibagi 3 kategori, yaitu :
1. Perawatan minimal : memerlukan waktu 1 – 2 jam/24 jam yang terdiri atas :
a. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
b. Makan dan minum dilakukan sendiri
c. Ambulasi dengan pengawasan
d. Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift.
e. Pengobatan minimal, status psikologis stabil.
f. Persiapan prosedur memerlukan pengobatan.
2. Perawatan intermediet : memerlukan waktu 3 – 4 jam/24 jam yang terdiri atas :
a. Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
b. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
c. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
d. Voley kateter/intake output dicatat
e. Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan, memerlukan prosedur
3. Perawatan maksimal/total : memerlukan waktu 5 – 6 jam/24 jam :
a. Segala diberikan/dibantu
b. Posisi yag diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
c. Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena
d. Pemakaian suction
e. Gelisah/disorientasi
Menurut Douglas (1984) ada beberapa kriteria jumlah perawat yang dibutuhkan
perpasien untuk dinas pagi, sore dan malam.
Sebagai contoh :
Ruang perawatan bedah terdapat 30 pasien, yang terdiri dari 10 pasien minimal, 15
pasien partial, dan 5 pasien total. Maka jumlah perawat yang diperlukan untuk jaga
pagi adalah :
10 x 0,17 = 1,7
15 x 0,27 = 4,05
5 x 0,36 = 1,8
--------------------
Jumlah = 7,55 dan dibulatkan menjadi 8 orang perawat yang dibutuhkan untuk dinas
pagi.
Untuk mengetahui kebutuhan aktual tenaga keperawatan diruang perawatan sebaiknya
dilakukan setiap hari selama minimal 22 hari, dan dalam waktu yang sama.
Misalnya rata-rata perawat yang diperlukan di Ruang Bedah menurut perhitungan
Douglas adalah 10 orang perawat, maka jumlah yang diperlukan pada ruang tersebut
adalah :
a. Perawat shift : 10 orang
b. Libur cuti : 5 orang
c. Ketua tim : 3 orang
d. Kepala Ruangan : 1 orang
Jumlah = 19 orang
Terdapat pula cara lain dalam perhitungan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan
yang diperlukan yaitu dengan menggunakan rumus yang dikembangkan Arndt dan
huckabay, 1975 (Gillies, 1994) yang selanjutnya secara populer disebut Formula
Gillies, yaitu dengan komponen yang dipertimbangkan dalam perhitungan :
a. Penentuan Rata-rata jam perawatan yang diperlukan pasien setiap hari
b. Rata-rata sensus harian pasien.
c. jumlah hari/tahun = 365 hari
d. Rata-rata hari libur perawat setiap tahun = 140 hari.
e. Jumlah jam kerja perawat setiap hari
f. Jam perawatan yang dibutuhkan pertahun
g. Jam perawatan yang diberikan oleh masing-masing perawat pertahun
h. Jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang rawat.
Rumus :
AXBXC F
------------- = ----- = H.
(C-D) E G
Contoh :
A=4
B = 20
E=8
4 x 20 x 365 29.200
--------------- = ---------- = 16.20 dibulatkan 16 Perawat shift (pagi, sore, malam)
(365 – 140) 8 1800
Contoh :
Berdasarkan soal pada klasifikasi tingkat ketergantungan pasien pada Ruang Rawat
yaitu terdapat 30 orang pasien, yang terdiri dari 10 minimal care, 15 partial care dan 5
total care. Maka jumlah rata-rata jam perawatan adalah :
Keuntungan :
a. Menyelesaikan banyak pekerjaaan dalam waktu singkat.
b. Tepat metoda ini bila ruang rawat memiliki keterbatasan/kurang tenaga keperawatan
professional.
c. Perawat lebih terampil, karena orientasi pada tindakan langsung dan selalu berulang-
ulang dikerjakan.
Kerugian :
a. Memilah-milah asuhan keperawatan oleh masing-masing perawat.
b. Menurunkan tanggung gugat dan tanggung jawab.
c. Hubungan perawat-pasien sulit terbentuk.
d. Pelayanan tidak professional.
e. Pekerjaan monoton, kurang tantangan.
Keuntungan :
a. Melibatkan semua anggota tim dalam asuhan keperawatan pasien.
b. Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapaty dipertanggung
jawabkan.
c. Membutuhkan biaya lebih sedikit/murah, dibanding sistem penugasan lain.
d. Pelayanan yang diperoleh pasien adalah bentuk pelayanan professional.
Kerugian :
a. Dapat menimbulkan pragmentasi dalam keperawatan.
b. Sulit untuk menentukan kapan dapat diadakan pertemuan/konferensi, karena
anggotanya terbagi-bagi dalam shift.
c. Ketua tim lebih bertanggung jawab dan memiliki otoritas, dibandingkan dengan
anggota tim.
Keuntungan :
a. Otonomi perawat meningkat, karena motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat
meningkat.
b. Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
c. Meningkatnya hubungan antara perawat dan pasien.
d. Terciptanya kolaborasi yang baik.
e. Membebaskan perawat dari tugas-tugas yang bersifat perbantuan.
f. Metoda ini mendukung pelayanan professional.
g. Penguasaan pasien oleh seorang perawat primer.
Kerugian :
a. Ruangan tidak memerlukan bahwa semua perawat pelaksana harus perawat
professional.
b. Biaya yang diperlukan banyak.
3. Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan yang dilakukan
perawat dalam menyusun kegiatan asuhan secara bertahap. Kebutuhan dan masalah
pasien merupakan titik sentral dalam pengambilan keputusan. Pendekatan ilmiah yang
fragmatis dalam pengambilan keputusan adalah :
1. Identifikasi masalah
2. menyusun alternatif penyelesaikan masalah
3. pemilihan cara penyelesaian masalah yang tepat dan melaksanakannya
4. evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah.
4. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem pelayanan
keperawatan, karena melalui pendokumentasian yang baik, maka informasi mengenai
keadaan Kesehatan pasien dapat diketahui secara berkesinambungan. Disamping itu,
dokumentasi merupakan dokumen legal tentang pemberian asuhan keperawatan.
Secara lebih spesifik, dokumentasi berfungsi sebagai sarana komunikasi antar profesi
Kesehatan, sumber data untuk pemberian asuhan keperawatan, sumber data untuk
penelitian, sebagai bahan bukti pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan asuhan
keperawatan.
Dokumen dibuat berdasarkan pemecahan masalah pasien. Dokumentasi
berdasarkan masalah terdiri dari format pengkajian, rencana keperawatan, catatan
tindakan keperawatan, dan catatan perkembangan pasien.
Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan di berbagai rumah sakit, Hoffart &
Woods (1996) menyimpulkan bahwa MPKP tediri lima komponen yaitu nilai – nilai
professional yang merupakan inti MPKP, hubungan antar professional, metode
pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam perubahan
pengambilan keputusan serta sistem kompensasi dan penghargaan.
Lima subsistem dalam pengembangan MPKP adalah sebagai berikut :
MPKP telah diterapkan di berbagai rumah sakit jiwa di Indonesia (Bogor, Lawang,
Pakem, Semarang, Magelang, Solo, dan RSUD Duren Sawit). Bentuk MPKP yang
dikembangkan adalah MPKP transisi dan MPKP pemula. Hasil penerapan
menunjukkan hasil BOR meningkat, ALOS menurun, angka lari pasien menurun. Ini
menunjukkan bahwa dengan MPKP pelayanan kesehatan jiwa yang diberikan
bermutu baik.
Pada modul ini akan dikembangkan penatalaksanaan kegiatan keperawatan
berdasarkan 4 pilar nilai profesional yaitu management approach, compensatory
reward, professional relationship dan patient care delivery.
Pilar-pilar professional diaplikasikan dalam bentuk aktivitas-aktivitas pelayanan
professional yang dipaparkan dalam bentuk 4 modul. Modul-modul tersebut adalah:
1. Modul I : Manajemen Keperawatan
2. Modul II : Compensatory Reward
3. Modul III : Professional Relationship
4. Modul IV : Patient Care Delivery
Kegiatan yang ditetapkan pada tiap pilar merupakan kegiatan dasar MPKP dengan
model MPKP pemula. Kegiatan tersebut dapat dikembangkan jika tenaga
keperawatan yang bekerja lebih berkualitas atau model MPKP telah meningkat ke
bentuk MPKP Profesional.