Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga makalah Epidemiologi Gizi tentang “ Surveilans Gizi ” ini dapat penyusun
selesaikan. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dalam Mata Kuliah Epidemiologi Gizi.

Makalah ini berisi tentang surveilans gizi sehingga melalui penjelasan dalam makalah
tersebut dapat berguna, ulasan yang penyusun sediakan ini semoga dapat menambah wawasan
sehingga memperjelas pembahasan materi.

Dengan tersusunnya makalah ini penyusun harap, makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua. Tidak lupa penyusun sampaikan terima kasih kepada Bapak Rudolf B. Purba,
SKM, M.Kes selaku Dosen Mata Kuliah Epidemiologi Gizi atas bimbingannya selama ini dan
teman-teman yang telah memberikan dukungan serta saran demi terselesaikannya makalah ini.
Makalah ini masih jauh dari sempurna. Saran dan kritik yang membangun akan sangat
membantu penyusun dalam memperbaiki makalah selanjutnya.

Manado, 27 Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 1

DAFTAR ISI............................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 3

1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 3

1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4

1.3. Tujuan........................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 5

2.1 Definisi Surveilans Gizi ............................................................................ 5

2.2 Fungsi Melakukan Surveilans Gizi ........................................................... 6

2.3 Indikator Yang Di Pergunakan Dalam Surveilans Gizi ............................ 6

2.4 Siklus Gizi Kesehatan Masyarakat ............................................................ 7

2.5 Kegiatan Surveilans Gizi ........................................................................... 7

2.6 Pemanfaatan Informasi Hasil Surveilans Gizi .......................................... 9

BAB III PENUTUP ............................................................................................... 11

3.1 Kesimpulan................................................................................................... 11

3.2 Saran ............................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 12


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Upaya perbaikan gizi masyarakat sebagaimana disebutkan dalam Undang – Undang No 36
Tahun 2009 Tentang Kesehatan, bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan
masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola komsumsi makanan, perbaikan perilaku sadr gizi,
peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi serta kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan
teknologi.

Status gizi anak balita telah mengalami perbaikan yang ditandai dengan menurunnya
prevalensi gizi kurang dari 24,5% menjadi 18,4% di tahun 2007 dan tahun 2010 turun menjadi
17,9% walaupun demikian masalah balita pendek (stunting) masih tinggi yaitu sebesar 36,8%
pada tahun 2007 dan 35,6% pada tahun 2010.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) bidang kesehatan


ditetapkan salah satu sasaran pembangunan yang akan dicapai adalah menurunkan prevelansi
gizi kurang menjadi menjadi setinggi – tingginya 15% dan menurunkan prevalensi balita pendek
menjadi setinggi – tingginya 32%. Untuk mencapai RPJMN tersebut, dalam Rencana Aksi
Pembinaan Gizi Masyarakat telah ditetapkan 8 indikator kinerja, yaitu :

a) Balita ditimbang berat badannya


b) Balita gizi buruk mendapat perawatan
c) Balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A
d) Bayi usia 0 – 6 bulan mendapat ASI Eksklusif
e) Ibu hamil mendapat 90 tablet Fe
f) Rumah tangga mengonsumsi garam beriodium
g) Kabupaten/kota melaksanakan surveilans gizi
h) Penyediaan stok cadangan (buffer stock) makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) untuk
daerah bencana.
Untuk memperoleh informasi pencapaian kinerja pembinaan gizi masyarakat secara cepat,
akurat, teratur dan berkelanjutan, perlu dilaksanakan surveilans gizi di seluruh wilayah provinnsi
dan kabupaten/kota. Pelaksanaan surveilans gizi akan memberikan indikasi perubahan
pencapaian indikator kegiatan pembinaan gizi masyarakat. Selain itu, pelaksanaan surveilans gizi
diperlukan untuk memperoleh tambahan informasi lain yang belum tersedia dari laporan rutin,
seperti komsumsi garam beriodium, pendistribusian MP-ASI dan Pemberian Makanan
Tambahan (PMT), pemantauan status gizi anak dan ibu hamil resiko Kurang Energi Kronis
(KEK) atau studi yang berkaitan dengan masalah gizi mikro dan lain – lain.

Surveilans gizi ini dimaksudkan sebagai acuan petugas kesehatan di provinsi dan
kabupaten/kota dalam melaksanakan surveilans gizi untuk meningkatkan efektifitas kegiatan
pembinaan gizi masyarakat dengan mempertajam upaya penanggulangan masalah gizi secara
tepat waktu, tempat, sasaran dan jenis tindakannya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa Definisi dari Surveilans Gizi?
2. Bagaimana Fungsi melakukan Surveilans Gizi?
3. Apa saja Indikator yang di pergunakan dalam melakukan Surveilans Gizi?
4. Bagaimana Siklus Gizi Kesehatan Masyarakat?
5. Apa saja Kegiatan dari Surveilans Gizi?
6. Apa saja yang menjadi Pemanfaatan Infornasi dari Hasil Surveilans Gizi?

1.3. Tujuan
 Mengetahui Definisi dari Surveilans Gizi.
 Mengetahui Fungsi melakukan Surveilans Gizi.
 Mengetahui Indikator yang di pergunakan dalam melakukan Surveilans Gizi.
 Mengetahui Siklus Gizi Kesehatan Masyarakat.
 Mengetahui Kegiatan dari Surveilans Gizi.
 Mengetahui Pemanfaatan Informasi dari Hasil Surveilans Gizi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Surveilans Gizi


Surveilans Gizi merupakan salah satu bagian dari surveilans epidemiologi masalah kesehatan.
Menurut Depkes RI (2008) Surveilans gizi adalah proses pengamatan berbagai masalah yang
berkaitan dengan upaya perbaikan gizi masyarakat secara terus-menerus baikpada situasi normal
maupun darurat dan informasi yang dihasilkan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan
dalam rangka mencegah memburuknya status gizi masyarakat, menentukan intervensi yang
diperlukan, manajemen program, dan evaluasi dari program yang sedang dan telah dilaksanakan.

Sedangkan menurut NAS (National Academy of Science) dalam Adi dan Mukono (2000)
surveilans gizi adalah kegiatan pengamatan terhadap status gizi yang bertujuan agar pengambilan
keputusan dalam penentuan kebijakan dan program dapat terarah kepada perbaikan gizi
masyarakat golongan miskin. Informasi harus dikumpulkan secara teratur dan harus digunakan
oleh para penentu kebijakan dan perencana program. Institusi yangterlibat harus mempunyai
hubungan yang erat dengan mekanisme perencanaan dan intervensi.

Surveilans gizi berbeda dengan surveilans penyakit pada umumnya. Meskipun antara keduanya
memiliki kesamaan dalam hal kegiatan mengumpulkan informasi untuk kebijakan program dan
tindakan, tetapi terdapat beberapa perbedaan yang menjadi ciri tersendiri dari surveilans gizi.
Beberapa perbedaan tersebut antara lain (Adi dan Mukono 2000):

1. Masalah yang dihadapi oleh kegiatan surveilans gizi lebih rumit dari surveilans penyakit. Hal
ini disebabkan masalah gizi mempunyai penyebab yang multi faktor dan sangat erat kaitannya
dengan masalah kemiskinan.
2. Identifikasi gejala dan cara penanggulangan masalah gizi lebih sulit dari pada masalah
penyakit
3. Dalam penanganan masalah gizi jauh lebih sulit dibandingkan dengan masalah penyakit
karena dalam penggulangan masalah gizi melibatkan lintas sektor yang lebih luas.
Syarat pertama dari kegiatan surveilans adalah pengumpulan informasi secara teratur. Dengan
demikian, suatu pengkajian yang tidak didasarkan atau dikaitkan dengan data yang dikumpulkan
secara periodik tidak disebut sebagai suatu surveilans. Syarat kedua adalah data yang
dikumpulkan secara periodik dan setelah dianalisis harus dapat digunakan sebagai bahan
pengambilan keputusan dalam pengelolaan program perbaikan gizi masyarakat.

Oleh karena itu, data yang dikumpulkan harus merupakan data yang bersifat tetap dan siap
untuk digunakan sesuai tujuan tersebut. Disamping itu harus terdapat hubungan yang erat antara
instansi-instansi yang bertanggung jawab dalam hal surveilans dan perencanaan atau penentu
kebijakan (Adi dan Mukono 2000).
2.2 Fungsi Melakukan Surveilans Gizi

Sebagai sebuah sistem, surveilans gizi merupakan suatu proses berkelanjutan yang
mempunyai fungsi sebagai berikut (Adi dan Mukono 2000):

1. Menentukan status gizi penduduk dengan merujuk secara khusus pada kelompok penduduk
yang diketahui sedang dalam keadaan menderita atau berisiko. Penentuan status gizi tersebut
meliputi tanda-tanda dan luasnya masalah gizi yang ada dan gambaran tentang trend
kejadian. Menyediakan informasi yang dapat digunakan untuk menganalisa tentang sebab-
sebab dan faktor-faktor yang terkait. Hasil kajian tersebut digunakan dalam menentukan
tindakan pencegahan yang dilaksanakan.
2. Menyediakan informasi bagi pemerintah untuk menentukan prioritas yang sesuai dengan
tersedianya sumber daya dalam memperbaiki status gizi penduduk baik dalam situasi normal
maupun darurat.
3. Memberikan peramalan tentang perkembangan masalah gizi yang akan datang berdasarkan
analisis perkembangan (trend) yang telah dan sedang terjadi dan dilengkapi dengan
informasi tentang potensi kemampuan dan sumber daya yang tersedia. Hasil dari peramalan
tersebut akan membantu perumusan kebijakan yang tepat.Melakukan pemantauan
(monitoring) program-program gizi serta menilai (evaluasi) tentang efektifitasnya.

2.3 Indikator Yang Di Pergunakan Dalam Surveilans Gizi


Setelah dilaksanakan penilaian pendahuluan tentang masalah gizi yang akan dihadapi
oleh suatu sistem surveilans gizi, maka langkah berikutnya adalah mempertimbangkan dan
memilih indikator-indikator yang akan digunakan dalam sistem tersebut.

Dalam menentukan suatu indikator darus dipertimbangkan beberapa hal :

a. Mudah dalam melakukan pengukuran


Data yang dapat dikumpulkan dengan mudah dengan peralatan yang minimal dan sedikit
memerlukan pengolahan serta dapat dianalisis dengan mudah lebih baik dari pada data yang
memerlukan metode yang rumit dalam pengumpulan maupun interpretasinya.
b. Kecepatan dan frekuensi ketersediaan data
Bila data yang dihasilkan bersifat berkesinambungan, maka indikatornya mempunyai
kelebihan dalam hal waktu. Hal ini sangat penting bagi penemuan dini perubahan yang
mungkin terjadi. Nilai indikator dapat ditingkatkan dengan semakin seringnya frekuensi
pengumpulan data, tetapi harus dipertimbangkan tambahan biaya yang diperlukan.
c. Biaya
Biaya dalam pengumpulan data merupakan salah satu hal yang harus dipertimbangkan
dalam memilih indikator yang akan dipergunakan. Dana berkaitan erat dengan sifat-sifat
indikator diatas. Oleh karena itu harus diperhatikan dengan seksama keseimbangan antara
nilai data dan biaya untuk mencapainya.
2.4 Siklus Gizi Kesehatan Masyarakat
Siklus gizi kesehatan masyarakat menyeruapi siklus kebijakan umum. Beberapa
organisasi internasional dan pemerintah (misalnya UNICEF dan Depertemen Kesehatan
Afrika Selatan) menggunakan siklis perencanaan “TRIPEL A” (assessment, analysis dan
action).
Siklus tripel A memiliki sejumlah langkah :
Assessment (pengkajian) : menganalisis situasi, mengidentifikasi permasalahan dan memilih
peluang bagi perbaikan (dimana kita berada sekarang).
Mengidentifikasi masalah secara oprasional (kemana kita pergi ?), tujuan umum (goal),
indicator dan tujuan khusus (objektif).

Mengidentifikasikan siapa yang akan bekerja menangani permasalahan itu.

Menganalisis dan mempelajari permasalahan untuk mengidentifikasi penyebab utama.

Mengembangakn solusi dan tindakan bagi perbaikan kualitas (bagaimana kita akan sampai
disana ?)

Mengimplementasikan dan mengevalusai upaya memperbaiki kualitas (bagaimana kita tau


kita sampai ?)

Siklus gizi kesehatan masyarakat digunakan disini untuk meringkas sebuah proses
berulang dan kontinu yang dimulai dariidentifikasi permasalahan kesehatan masyarakat
dalam suatu populasi (tingkat local, nasional atau regional) dan menghasilkan program kerja
yang didesain untuk memecahkan permasalahan tersebut. Kemajuan mealui setiap langkah
dalam siklus tersebut harus berbasis evidens. Ini meliputi pendekatan berbasis evidens dalam
menetapkan sasaran, mengembangkan program dan mengevaluasinya. Siklus ini memberikan
paduan yang berguna melalui aspek-aspek gizi kesehatan masyarakat yang berhubungan
tetapi beragam.

2.5 Kegiatan Surveilans Gizi


Kegiatan surveilans gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan data, penyajian
serta diseminasi informasi bagi pemangku kepentingan. Informasi dan surveilans gizi
dimanfaatkan oleh para pemangku kepentingan untuk melakukan tindakan segera maupun
untuk perencanaan program jangka pendek, menengah maupun jangka panjang serta untuk
perumusan kebijakan.

a. Pengumpulan data
Pengumpulan data secara cepat, akurat, terartur dan berkelanjutan dari berbagai kegiatan
surveilans gizi sebagai sumber informasi , yaitu :
a) Kegiatan rutin yaitu penimbangan bulanan, pemantauan dan pelaporan kasus gizi buruk,
pendistribuasian tablet Fe ibu hamil, pendistribusian kapsul vitamin A balita, dan
pemberian ASI eksklusif.
b) Kegiatan survei khusus yang dilakukan berdasarkan kebutuhan, seperti komsumsi garam
beriodium, pendistribusian MP-ASI dan PMT, pemantauan status gizi anak dan ibu hamil
dan wanita usia subur (WUS) risiko kurang energi kronis (KEK) atau studi yang berkaitan
dengan masalah Gizi lainnya.

Tabel berikut menunjukkan berbagai data dan sumbernya pada kegiatan surveilans gizi.
Rekapitulasi Data di Tingkat Kabupaten/Kota
Data Sumber data Instrumen Pengumpulan Waktu
data
Gizi Buruk Laporan R.S Form laporan Tenaga Setiap bulan
Laporan puskesmas kewaspadaan pelaksana gizi dan sewaktu-
Laporan KLB-Gizi di (TPG) RS waktu bila ada
masyarakat/media R.S TPG kasus.
Form laporan Puskesmas
bulanan
kasus gizi
buruk
Hasil Laporan puskesmas LB3 atau FII TPG Setiap bulan
penimbangan Gizi Puskesmas
(D/S)
Asi Eksklusif Laporan puskesmas Form ASI TPG Setiap 6 bulan
Eksklusif Puskesmas (februari dan
agustus)
Garam Laporan Puskesmas Form Guru sekolah Minimal 1 kali
Beriodium pemantauan dasar dan TPG dalam setahun
garam puskesmas
beriodium
Distribusi Laporan puskesmas LB3 dan FII TPG Setiap 6 bulan
kapsul Gizi Puskesmas (februari dan
vitamin A agustus)
Balita
Distribusi Laporan puskesmas LB3 dan FII Bidan Setiap bulan
tablet tambah Gizi kordinator dan
darah (TTD) TPG
Puskesmas
Dalam pelaksanaan pengumpuan data, bila ada puskesmas yang tidak melapor atau
melapor tidak tepat waktu, data laporan tidak lengkap dan atu tidak akurat maka petugas
Dinkes Kabupaten/Kota perlu melakukan pembinaan secara aktifuntuk melengkapi data.
Kegiatan ini dapat dilakukan melalui telepon. SMS atau kunjungan langsung ke puskesmas.

b. Pengolahan data dan penyajian informasi.


Pengolahan data dapat dilakukan secara deskriptif maupun analitik, yang disajikan dalam
bentuk narasi,tabel,grafik dan peta, atau bentuk penyajian informasi lainnya.
c. Diseminasi Informasi
Diseminasi informasi dilakukan untuk menyebarluaskan informasi surveilans gizi masyarakat
kepada pemangku kepentingan. Kegiatan diseminasi informasi dapat dilakukan dalam bentuk
pemberian umpan balik, sosialisasi atau advokasi.
Umpan balik merupakan respon tertulis mengenai informasi surveilans gizi yang dikirimkan
kepada pemangku kepentigan pada berbagai kesempatan baik pertemuan lintas program
maupun lintas sektor.
Sosialisasi merupakan penyajian hasil surveilans gizi dalam forum koordinasi atau forum –
forum lainnya sedangkan advokasi merupakan penyajian hasil surveilans gizi dengan harapan
memperoleh dukungan dari pemangku kepentingan.

2.6 Pemanfaatan Informasi Hasil Surveilans Gizi


Hasi surveilans gizi dimanfaatkan oleh pemangku kepentingan sebagai tindak lanjut atau
respon terhadap informasi yang diperoleh. Tindak lanjut atau respon dapat berupa tindakan
segera, perencanaan jangka pendek, menengah dan panjang serta perumusan kebijakan
pembinaan gizi masyarakat baik di kabupaten/kota, provinsi dan pusat.

Contoh tindak lanjut atau respon yang perl dilakukan terhadap pencapaian indikator adalah
sebagai berikut. Jika hasil analisis menunjukkan peningkatan kasus gizi buruk, respon yang
perlu dilakukan adalah :

a. Melakukan konfirmasi laporan kasus gizi buruk


b. Menyiapkan puskesmas perawatan dan rumah sakit untuk pelaksanaan tatalaksana gizi
buruk.
c. Meningkatkan kemampuan petugas kesehatan puskesmas dan rumah sakit dalam melakukan
surveilans gizi.
d. Memberikan PMT pemulhan untuk balita gizi buruk rawat jalan dan apska rawat inap.
e. Meakukan pemantauan kasus yang lebih intensif pada daerah dengan resiko tinggi terjadinya
kasus gizi buruk.
f. Melakukan penyelidikan kasus bersama dengan lintas program dan lintas sektor terkait.
Jika hasil analisis menunjukkan cakupan ASI eksklusif 0-6 bulan rendah, respon yang dilakukan
adalah :
a. Meningkatkan promosi dan advokasi tentang peningkatan Pemberian air susu ibu.
b. Meningkatkan kemampuan petugas puskesmas dan rumah sakit dalam melakukan
konseling ASI
c. Membina puskesmas untuk memberdayakan konselor dan motivator ASI yang telah
dilatih.
Jika hasil analisis menunjukkan masih banyak ditemukan rumah tangga yang
belummengomsumsi garam beriodium, respon yang dilakukan adalah:
a. Melakukan kordinasi dengan dinas perindustrian dan perdagangan kabupaten/kota untuk
melakukan operasi pasar garam beriodium.
b. Melakukan promosi/kampanye peningkatan penggunaan garam beriodium
Jika hasil analisi menunjukkan cakupan distribusi vitamin A rendah maka respon yang harus
dilakukan adalah :
a. Bila ketersediaan kapsul vitamin A di puskesmas tidak mencukupi maka perlu mengirim
kapsul vitamin A ke puskesmas.
b. Bila kapsul vitamin A, masih tersedia, maka perlu meminta puskesmas untuk melakukan
sweeping
c. Melakukan pembinaan kepada puskesmas dengan cakupan rendah.
d. Jika hasil analisis menunjukkan cakupan distribusi TTD (Fe) rendah, respon yang dilakukan
adalah meminta puskesmas agar lebih aktif lagi mendistribusikan TTD pada ibu hamil,
dengan beberapa alternatif.
e. Bila ketersediaan TTD di puskesmas dan bidan di desa tidak mencukupi maka perlu
mengirim TTD ke puskesmas.
f. Bila TTD masih tersedia, maka perlu meminta puskesmas untuk melakukan peningkatan
integrasi dengan program KIA khususnya kegiatan Ante Natal Care (ANC)
g. Melakukan pembinaan kepada puskesmas dengan cakupan rendah.
Jika hasil analisi menunjukkan D/S rendah dan atau cenderung menurun, respon yang perlu
dilakukan adalah pembinaan kepada puskesmas untuk:
a. Melakukan kordinasi dengan camat dan PKK tingkat kecamatan untuk menggerakkan
masyrakat datang ke posyandu.
b. Memanfaatkan kegiatan pada forum – forum yang ada di desa, yang bertujuan untuk
menggerakkan masyarakat datang ke posyandu.
c. Melakukan promosi tentang manfaat kegiatan di posyandu.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Surveilans gizi adalah suatu proses pengumpulan, pengolahan dan diseminasi informasi
hasil pengolahan data secara terus menerus dan teratur tentang indikator yang terkait dengan
kinerja pembinaan gizi masyarakat.

Kegiatan surveilans gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan data, penyajian
serta diseminasi informasi bagi pemangku kepentingan. Informasi dan surveilans gizi
dimanfaatkan oleh para pemangku kepentingan untuk melakukan tindakan segera maupun untuk
perencanaan program jangka pendek, menengah maupun jangka panjang serta untuk perumusan
kebijakan.
Hasi surveilans gizi dimanfaatkan oleh pemangku kepentingan sebagai tindak lanjut atau
respon terhadap informasi yang diperoleh. Tindak lanjut atau respon dapat berupa tindakan
segera, perencanaan jangka pendek, menengah dan panjang serta perumusan kebijakan
pembinaan gizi masyarakat baik di kabupaten/kota, provinsi dan pusat.

3.2 Saran
Dengan adanya surveilans gizi, kesehatan masyarakat di indonesia bisa diperbaiki
sehingga status gizi masyarakat indonesia baik. Pemangku –pemangku jabatan juga dapat lebih
memperhatikan status kesehatan masyarakat di negara indonesia sehingga boleh mendukung
setiap programn yang akan dilaksanakan

Untuk mengetahui informasi yang lebih dari surveilans gizi kami mengharapkan pembaca
mencari lebih banyak lagi info, berhubung keterbatasan informasi yang ada di makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

http://gizi.depkes.go.id/download/pedoman%2520gizi/new-buku-surveilans

http://www.dinkesprovkepri.org/beranda/2-berita/150-surveilans-gizi-untuk-gizi-masyarakat

http://nurulsakamolejourday.blogspot.com/2015/06/makalah-gizi-kesehatan-masyarakat.html

http://makikamavescaren.blogspot.com/2016/11/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html

Anda mungkin juga menyukai