Pneumonia adalah peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh
1. Definisi bakteri, virus maupun parasit, kecuali Mycobacterium tuberculosis. Pneumonia komunitas adalah peradangan akut pada parenkim paru yang didapat di masyarakat. Berdasarkan kuman penyebabnya, pneumonia komunitas dibedakan menjadi pneumonia tipik dan atipik. Pnumonia atipik disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumoniae, Legionella Spp.
2. Anamnesis Batuk, perubahan karateristik sputum, demam menggigil, sesak napas
dan nyeri dada. 3. Pemeriksaan fisik Takipneu RR >20x/menit, takikardi Nadi >100x/menit, dan hipoxemia PaO2 <80mmHg atau Pulse oxymetri <95%.
Pemeriksaan Pulmo : Anterior / Posterior
Inspeksi : normal atau bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas Palpasi : fremitus raba mengeras ataupun normal Perkusi : redup atau normal Auskultasi: suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus, yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium resolusi.
Diagnosis pneumonia ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisis,
foto toraks dan laboratorium. Diagnosis pasti pneumonia komunitas ditegakkan jika pada foto toraks terdapat infiltrat/ air bronchograms ditambah dengan beberapa gejala berikut: 1. Batuk 2. Perubahan karateristik sputum 3. Suhu tubuh ≥ 38o C (aksila)/riwayat demam 4. Kriteria diagnosis 4. Nyeri dada 5. Sesak 6. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda konsolidasi, suara napas bronkial, dan ronki 7. Leukosit ≥ 10.000 atau < 4500 Tanda dan gejala P. Atipik P. Tipik ● Onset gradual Akut ● Suhu kurang tinggi tinggi, menggigil ● Batuk non produktif Produktif ● Dahak mukoid Purulen ● Gejala Lain nyeri kepala, mialgia, sakit tenggorokan, suara parau, nyeri telinga ● Gejala di luar paru Sering lebih jarang ● Pewarnaan gram flora normal atau Kokus Gram (+) atau (- spesifik ) ● Radiologis “patchy” atau normal konsolidasi lobar ● Laboratorium Leukosit normal Lebih Tinggi kadang Rendah ● Gangguan Fungsi Hati Sering jarang 5. Diagnosis Kerja Pneumonia komunitas
Tuberkulosis
6. Diagnosis banding Jamur paru
Tumor paru
7. Pemeriksaan 1. Pemeriksaan darah rutin dan analisa gas darah
penunjang 2. Pemeriksaan foto toraks PA dan lateral
3. Pemeriksaan apusan gram dan kultur sputum
4. Kultur darah
5. Kultur urin
6. Procalcitonin atau C-Reactive Protein (CRP)
7. Polymerase chain reaction (PCR) atau uji serologi
8. Bila ada efusi pleura dilakukan pemeriksaan kultur cairan pleura
9. Bronkoskopi bila perlu
Tatalaksana pengobatan pneumonia komunitas harus
8. Terapi mempertimbangkan beberapa faktor, seperti status pasien rawat jalan atau inap, derajad keparahan pneumonia, dan faktor-faktor lain.
Perhitungan skor Pneumonia severity index (PSI)
Karakteristik penderita jumlah poin Faktor Demografi ● Usia : laki-laki Umur (tahun) Perempuan Umur (tahun) ● Perawatan di Rumah + 10 ● Penyakit Penyerta Keganasan + 30 Penyakit Hati + 20 Penyakit Jantung Kongestif + 10 Penyakit serebrovaskular + 10 Penyakit ginjal + 10 Pemeriksaan fisis ● Perubahan status mental + 20 ● Pernapasan > 30 kali/menit + 20 ● Tekanan darah sitolik < 90 mmHg + 20 ● Suhu Tubuh >35⁰C atau > 40⁰C + 15 ● Nadi > 125 kali/menit + 10 Hasil Laboratorium / radiologi ● Analisis gas darah arteri : pH < 7,35 + 30 ● BUN > 30 mg/dl. + 20 ● Natrium < 130 mEq/liter + 20 ● Glukosa > 250 mg/dl. + 10 ● Hematokrit < 30% + 10 ● PO₂ < 60 mmHg + 10 ● Efusi Pleura + 10
Derajat skor risiko PSI
Total poin Risiko Kelas risiko Perawatan Tidak diprediksi Rendah I Rawat jalan ≤70 II Rawat jalan 71-90 III Rawat inap/jalan 91-130 Sedang IV Rawat inap >130 Berat V Rawat inap Indikasi rawat inap adalah: 1. Skor PSI lebih dari 70 2. Bila skor PSI kurang dari 70, pasien tetap perlu rawat inap bila dijumpai salah satu dari kriteria dibawah ini Frekuensi napas >30 kali permenit PaO2/FiO2 kurang dari 250 mmHg Foto toraks menunjukkan infiltrat multilobus Tekanan sistolik <90 mmHg Tekanan diastolik <60 mmHg 3. Pneumonia pada pengguna NAPZA Kriteria pneumonia berat bila dijumpai salah satu atau lebih kriteria di bawah ini Kriteria minor: Frekuensi napas ≥ 30 kali/menit PaO2/FiO2 ≤ 250 mmHg Foto toraks menunjukkan infiltrat multilobus Uremia (BUN ≥20 mg/dl) Leukopenia (leukosit < 4000 sel/mm3) Trombositopenia (trombosit <100.000 sel/mm3) Hipotermia (suhu<36°C) Hipotensi yang memerlukan resusitasi cairan agresif Kriteria mayor: Membutuhkan ventilasi mekanik Syok septik yang membutuhkan vasopresor Pasien yang memerlukan perawatan langsung di ruang rawat intensif (ICU) adalah: Pasien syok septik yang membutuhkan vasopresor atau ARDS yang membutuhkan intubasi dan ventilasi mekanis Pasien dengan 3 gejala minor pneumonia berat Tatalaksanan secara umum: 1. Oksigenasi sesuai kebutuhan (SpO2 >95% atau PaO2 >80mmHg) 2. Infus cairan kristaloid (NaCl 0,9%, RL, D5%) 3. Antibiotika sesuai pola kuman setempat atau empiris, selanjutnya antibiotika disesuaikan hasil kultur sensitivitas, terapi sulih bila keadaan umum stabil 4. Mukolitik (N-Acetyl cystein, glyceril guaicolas, ambroxol 5. Ventilator mekanik bila terjadi gagal napas
Pemilihan Antibiotik Empiris
Rawat Jalan Pasien yang sebelumnya sehat atau tanpa riwayat pemakaian antibiotik selama 3 bulan sebelumnya - Golongan β laktam atau β laktam + anti β laktamase Atau - Makrolid baru (klaritromisin,azitromisin) Pasien dengan komorbid atau tanpa riwayat pemakaian antibiotik selama 3 bulan sebelumnya - Fluorokuinolon respirasi (levofloksasin, moksifloksasin, gatifloksasin) atau - Golongan β laktam + anti β laktamase Atau - Golongan β laktam + makrolid Bila dicurigai pneumonia atipik : makrolid baru (roksitromisin, klaritromisin, azitromisin)
Rawat Inap Fluorokuinolon respirasi ( levofloksasin 750 mg IV,
non ICU moksifloksasin) Atau Golongan β laktam + makrolid Ruang rawat Bila ada faktor risiko infeksi pseudomonas intensif - Antipneumokokal,antipseudomonas β laktam (piperacillin-tazobaktam, sefepim, imipenem atau meropenem) + levofloksasin 750 mg IV Atau - β laktam seperti diatas ditambah aminoglikosida dan azitromisin Atau - β laktam seperti diatas ditambah aminoglikosida dan Antipneumokokal fluorokuinolon (untuk pasien yang alergi penisilin, β laktam diganti aztreonam) Bila curiga disertai infeksi MRSA - tambahkan vankomisin atau linezolid 9 Kompetensi Spesialis Paru
1. Penjelasan tentang penyakit
10. Edukasi 2. Prognosis penyakit 3. Prosedur diagnostik dan terapi yang akan dilakukan
Ad Vitam : dubia ad bonam
11. Prognosis Ad sanationam : dubia ad bonam Ad fungsionam : dubia ad bonam
Diagnosis : A 12. Tingkat evidens Terapi : A
13. Penelaah kritis 1. Dr. Ari Kuncoro Widodo, SpP, M. Biomed
1. Vital sign membaik (Tekanan darah sistolik ≥ 90 mmHg, Suhu ≤