OLEH:
NAMA KELOMPOK 2:
YESTI K. TAFULY (1801060008)
MARIA K.E BARA (1801060009)
MIRANDA V. LASSA (1801060021)
ANGELA J. ANAPAH (1801060029)
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan kesehatan dan
kemampuan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada pada
waktunya dengan judul “DIMENSI dan TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN PESERTA
DIDIK’’.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan baik dalam segi substansi maupun tata bahasa. Oleh karena itu kritik dan saran
sangat diharapkan demi perbaikan makalah ini agar lebih baik lagi. Atas saran dan kritikannya
kami ucapkan banyak terima kasih.
Kupang, 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebuah kegiatan belajar-mengajar merupakan salah satu cara memenuhi fungsi pendidikan
nasional yang mana untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa dan martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang cerdas, beriman dan percaya kepada Tuhan
yang Maha Esa.
Usaha yang nantinya dapat dilakukan oleh seorang pendidik yang berkualitas adalah memahami
bagaimana peserta didiknya.
Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah subjek dan objek dari kegiatan pengajaran.
Kegiatan pengajaran akan tercapai bila peserta didik berusaha aktif untuk mencapainya.
Belajar-mengajar adalah sebuah proses interaksi antara peserta didik dan guru. Peranan guru
sebagai pembimbing mengacu pada banyaknya peserta didik yang bermasalah (Hamiyah dan
Jauhar, 2014:14).
Masing-masing peserta didik memiliki karakter yang berbeda antara satu dengan yang lain.
Peserta didik dapat dilihat dari perbedaan kemampuan masing-masing anak.
Perbedaan kemampuan ini ada yang menganggap disebabkan oleh kemampuan manusia yang
ditakdirkan tidak sama, ada pula yang beranggapan karena perbedaan cara menyerap informasi
dari suatu gejala (Bangsawan, 2006:4). Atau dengan kata lain kecerdasan menjadi salah satu
penyebab masing-masing peserta didik memiliki perbedaan. Entah pembawaan sejak lahir atau
pendidikan serta pengalaman.
Betapa tingginya nilai keberhasilan seorang pendidik, program pengajara yang dilakukan secara
baik dan sistematik tidak dapat berjalan dengan baik jika pendidik tidak mengetahui bagaimana
perkembangan peserta didik yang dihadapinya.
Oleh sebab itu, secara spesifik pendidik harus mengetahui bagaimana anak didiknya secara
mendalam. Perlu dilakukannya evaluasi terpusat dari bagaimana memahami dimensi, tugas-
tugas, tahapan perkembangan bahkan sampai pada problema peserta didik yang sering terjadi.
Sebagai pedoman dalam pencapaian setiap kegiatan belajar-mengajar, pengajar diwajibkan
mampu merumuskan tujuan pembelajarannya serta memahami karakteristik perilaku dan
kemampuan peserta didiknya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dalam mempelajari mengenai
faktor-faktor, prinsip-prinsip dan beberapa kebiasaan peserta didik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dimensi Perkembangan Peserta Didik
Perkembangan manusia dapat dilihat dari multidimensi, baik fisik maupun nonfisik.
Perkembangan itu umumnya berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkelanjutan. Dan
untuk hal-hal yang bersifat nonfisik, bisa saja sifat perkembangannya berlangsung secara acak.
Dimensi-dimensi perkembangan individu, termasuk peserta didik dapat digolongkan menjadi :
3. Perkembangan bahasa. Manusia memiliki potensi dasar berbahasa, tergantung pada dimana
dia bermukim dan berinteraksi dengan masyarakat disekitarnya.
Banyak versi teoritis mengenai tahap perkembangan kemampuan berpikir atau kognitif
anak. Teori tahap perkembangan kognitif dikemukakan oleh psikolog Swiss, Jean Piaget (1896-
1980). Menurut Piaget ada empat tahap perkembangan kognitif manusia :
b. Tahap praoperasional (praoperational stage), yang berlangsung sejak kira-kira anak berusia 2-7
tahun.
c. Tahap operasional kongkrit (cuncrete operational stage), yang berlangsung kira-kira pada usia
7-11 tahun.
d. Tahap operasional formal (formal operational stage), yang terjadi antara usia 11-15 tahun atau
seusia sekolah menengah pertama hingga kelas bawah sekolah menengah atas.
5. Perkembangan perilaku sosial. Manusia merupakan makhluk sosial, begitupula dalam perilaku
sosial tampak dalam peran yang ditampilkan, respon interpersoanal yang berkaitan dengan
kesukaan, kepercayaan terhadap individu lain ataun respon ekspresif yaitu ciri-ciri respon
interpersonal yang berkaitan dengan ekspresi diri, kebiasaan-kebiasaan yang khas dan
sebagainya.
6. Perkembangan moralitas. Dalam tahap perkembangan moral ini adalah ukuran dari tinggi atau
rendahnya moral seseorang berdasarkan penalaran moralnya.
7. Perkembangan bidang keagamaan. Manusia meyakini bahwa ada kekuatan yang “Serba
Maha” di luar dirinya. Sehingga inilah penghayatan dibidang keagamaan, dalam apapun agama
yang dianutnya.
8. Perkembangan konatif. Konatif merupakan perilaku yang berkaitan dengan motivasi atau
faktor penggerak perilaku yang berkaitan dengan motivasi atau faktor penggerak perilaku
seseorang yang bersumber dari kebutuhan-kebutuhannya. Dan motivasi ini bisa bersumber dari
dorongan internal dan eksternal.
3. Belajar berbicara.
4. Belajar mengenali
perbedaan jenis kelamin.
5. Mancapai kestabilan
jasmaniah fisiologis.
6. Dll
4. Belajar mengembangkan
konsep-konsep sehari-hari.
4. Mencapai kemandirian
emosional dari orang tua dan
orang dewasa lainnya.
6. Memperoleh seperangkat
nilai sitem etika sebagai
Petunjuk atau pembimbing
dalam berperilaku.
4. Memelihara anak.
6. Mulai bekerja.
7. Menemukan suatu
kelompok yang serasi.
Dari berbagai sumber, berikut ini juga dikembangkan tugas-tugas perkembangan anak sejak
usia prasekolah sampai dengan sekolah menengah atas. Pemahaman ini penting bagi guru dalam
rangka memberikan layanan pembelajaran dan bimbingan konseling/karier:
b. Masa belajar pada tahun pertama dalam kehidupan individu atau masa oral (mulut) , karena
mulut dipandang sebagai sumber kenikmatan dan merupakan alat untuk melakukan eksplorasi
dan belajar.
c. Belajar berjalan sehungga anak belajar menguasai ruang, mulaidari yang paling dekat sampai
yang paling jauh.
e. Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak penting.
h. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran khusus sebagai
mulai menonjolnya bakat-bakat khusus.
i. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat mengenai prestasi
sekolahnya.
a. Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
b. Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik
dan psikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat.
c. Mencapai pada hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam peranannya sebagai pria atau
wanita.
d. Menatap nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan sosial yang lebih
luas.
e. Mengenal kemampuan bakat, dan minat serta arah kecenderungan karier dan apresiasi seni.
g. Mengenal sistem etika dan nilai-nilai sebagai, anggota masyarakat dan minat manusia.
a. Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Mencapai kematangan dalam hubungan teman sebaya, serta kematangan dalam perannya
sebagai pria atau wanita.
c. Mencapai kematangan pertumbuhan jasmaniah yang besar.
f. Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional,
sosial, intelectual dan ekonomi.
Problema yang dihadapi peserta didik atau anak usia sekolah esensinya sama dengan
anak-anak pada umumnya. Oleh karena mereka memiliki multiperhatian, sangat mungkin
masalah mereka lebih sedikit atau ssedikitnya dalam hal-hal tertentu berbeda dengan yang tidak
bersekolah. Masa usia sekolah, yang ketika mereka berada pada satuan pendidikan disebut
peserta didik, khususnya antara umur 12 tahun sampai dengan 18/20 tahun, atau disebut juga
masa remaja ditandai dengan adanya aneka perubahan.
Perubahan itu nampak pada dimensi fisik dan psikis, yang dapat menimbulkan
masalah tertentu bagi mereka yang sedang bersekolah.problema yang mungkin timbul pada diri
peserta didik atau masa sekolah disajikan berikut ini:
a. Problema fisik dan motorik. Pada usia sekolah khususnya setelah anak menyelesaikan
sekolah dasar, ditandai dengan pertumbuhan fisik yang cepat. Kitaka perkembangan fisik dan
motorik ini tidak sesuai harapan, dan menimulkan rasa tidak puas dan kurang perca diri. Rasa
tidak puas bisa melahirkan tindakan anti-sosial, mencari-cari perhatia dan sebagainya.
Kematangan organ reproduksi pada masa usia sekolah, secara alami pasti membutuhkan upaya
pemuasan. Jika orang tua dan guru tidak memberi bimbigan serta norma-norma tidak dimiliki,
hal ini dapat menjurus pada penyimpangan perilaku seksual.
b. Problema perkembangan kognitif dan bahasa. Ketika memasuki bangku sekolah, anak tidak
mampu atau tidak berkesempatan mengoptimasi perkembangan intelektual, sangat mungkin
potensi intelektuanya tidak akan berkembang optimal. Dengan serba keterbatasan yang ada,
bukan tidak mungkin potensi anak tidak berkembang, yang kemudian memuramkan masa
depannya atau menimbulkan frustasi.
c. Problema perkembangan prilaku sosial, moralitas dan keagamaan. Pada usia sekolah
disebut pula sebagai masa kehausan sosial. Hal ini ditandai dengan timbulnya keinginan bergaul
dan diterima oleh anggota kelompoknya. Penolakan dari kelompok mereka dapat menimbulkan
frustasi dan terisolasi, bahkan merusak diri. Problem itu juga sering muncul pada dimensi
moralitas dan keagamaan. Karena pada usia ini mereka sangat rentah kehilangan identitas.
d. Problema perkembangan kepribadian dan emosional. Masa usia sekolah merupakan waktu
yang tepat untuk menemukan identitas dirinya. Usah menemukan identias ini dapat berupa
tindakan coba-coba, mengidentifikasikan diri, atau melakukan imitas. Anak yang gagal
menemukan identitasnya, kelak akan mengalami krisis identias, akan gagal menjasdi diri sendiri.
Usia ini pun kondisi emosionalnya msih sangat labil dan belum terkendali. Hal ini dapat
berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya.
Tidak cukup mudah bagi prikolog pedidikan, guru BP/BK, apa lagi guru pada umumnya
untuk memberikan layanan pendidikan dan pembelajaran sesuai dengan rentang usia
karakteristiknya. Beberapa implikasi perkembangan anal bagi praktik pendidikan dan
pembelajaran di sekolah.
· Implikasi Pralayanan
Ø Guru harus memahami teori perkembangan peserta didik menurut rentang usia.
Ø Guru tidak boleh berputus asa ketika berhadapan dengan peserta didik yang perilakunya
menyimpang.
Ø Guru dan orang tua harus berusaha menciptakan lingkungan fisik, lingkungan sosial dan
psikis yang sebaik-baiknya bagi proses perkembangan peserta didik.
Ø Layanan pendidikan kepada peserta didik oleh orang tua dan guru harus sesuai dengan tingkat
kematangan intelektual, sosial, emosional, serta kemampuan jasmaiah.
Ø Tuntutan gerakan fisik kepada peserta didik harus disesuaikan dengan karakteristik khusus
dan kematangan jasmani peserta didik.
Ø Guru hendaklah memperhatikan keterkaitan antara berbagai segi kematangan jasmani dan
rohani peserta didik dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif.
Ø Orientasi dan tujuan pembelajaran harus mengarah ke multiranah, seperti kognitif, afektif dan
psikomotorik peserta didik.
Ø Guru harus mengemas kegiatan yang memungkinkan peserta didiknya untuk mengalami
dunia realitas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
· perkembangan manusia dapat dilihat dari multidimensi, baik fisik maupun nonfisik.
Dimensi-dimensi perkembangan individu, termasuk peserta didik dapat digolongkan menjadi:
perkembangan fisik, perkembangan perilaku psikomotorik, perkembangan bahasa,
perkembangan kognitif, perkembangan perilaku sosial, perkembangan moralitas, perkembangan
bidang keagamaan, perkembangan konatif dan perkembangan emosional.
· Problema yang dihadapi peserta didik atau anak usia sekolah esensinya sama dengan anak-
anak pada umumnya. Oleh karena mereka memiliki multiperhatian, sangat mungkin masalah
mereka lebih sedikit atau ssedikitnya dalam hal-hal tertentu berbeda dengan yang tidak
bersekolah. Masa usia sekolah, yang ketika mereka berada pada satuan pendidikan disebut
peserta didik, khususnya antara umur 12 tahun sampai dengan 18/20 tahun, atau disebut juga
masa remaja ditandai dengan adanya aneka perubahan.
B. Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, hal ini karena banyak hal yang
merupakan keterbatasan dari penyusun, untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
penyusun harapkan demi perbaikan – perbaikan selanjutnya.
Kemudian penyusun berharap makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan informasi yang
berguna bagi para civitas pendidikan hususnya pada pendidikan anak usia dini, serta dapat
dijadikan bagian dari secercah cahaya dalam gemerlapnya sinar keilmuan di dunia ini.
DAFTAR PUSTAKA
Sunarto, & Agung, H. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.