Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, hampir seluruh warga di dunia mengaku menjadi penganut paham
demokrasi. Demokrasi dipraktikkan di seluruh dunia secara berbeda-beda dari satu negara ke
negara lain. Konsep demokrasi diterima oleh hampir seluruh negara di dunia. Diterimanya
konsep demokrasi disebabkan oleh keyakinan mereka bahwa konsep ini merupakan tata
pemerintahan yang paling unggul menganut sistem demokrasi, demokrasi harus berdasarkan
pada suatu kedaulatan rakyat, artinya kekuasaan negara itu dikelola oleh rakyat, dari rakyat
dan untuk rakyat.

Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang berusaha untuk
membangun sistem politik demokrasi sejak menyatakan kemerdekaan dan kedaulatannya
pada tahun 1945. Sebagai sebuah gagasan, demokrasi sebenarnya sudah banyak dibahas atau
bahkan dicoba diterapkan di Indonesia. Pada awal kemerdekaan Indonesia berbagai hal
dengan negara masyarakat telah diatur dalam UUD 1945.

Para pendiri bangsa berharap agar terwujudnya pemerintahan yang melindungi bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Semua itu merupakan
gagasan-gagasan dasar yang melandasi kehidupan negara yang demokratis.

Sebagai bentuk kesungguhan negara Indonesia, landasan tentang demokrasi telah


tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 maupun Batang Tubuh UUD 1945. Seluruh
pernyataan dalam UUD 1945 dilandasi oleh jiwa dan semangat demokrasi. Penyusunan
naskah UUD 1945 itu sendiri juga dilakukan secara demokratis. UUD 1945 merangkum
semua golongan dan kepentingan dalam masyarakat Indonesia. Dengan demikian, demokrasi
bagi bangsa Indonesia adalah konsep yang tidak dapat dipisahkan.Budaya demokrasi di
Indonesia perlu dikembangkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
serta hendaknya mengacu kepada akar budaya nasionalisme yang memiliki nilai gotong
royong atau kebersamaan dan mementingkan kepentingan umum. Namun, budaya
individualisme dan budaya liberal yang masuk melanda masyarakat dengan melalui arus
globalisasi tidak mungkin bisa dibendung karena kemajuan teknologi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari demokrasi?
2. Bagaimana ciri-ciri dan unsur demokrasi?
3. Demokrasi apa yang digunakan di Indonesia dan bagaimana prinsipnya?
4. Bagaimana perkembangan dan pelaksanaan demokrasi di Indonesia?
5. Bagaimana situasi demokrasi di Indonesia saat ini?
6. Apa manfaat penggunaan sistem demokrasi di Indonesia dan apa saja
kekurangannya?
7. Apa landasan dekmokrasi yang digunakan Indonesia?
8. Apa saja dampak penggunaan sistem demokrasi?
9. Bagaimana penerapan demokrasi di lingkungan masyarakat , sekolah, dan negara?
10. Apa saja permasalah yang terjadi di Indonesia yang melanggar demokrasi?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari demokrasi.
2. Mengetahui ciri-ciri dan unsur demokrasi.
3. Mengetahui demokrasi apa yang digunakan di Indonesia dan bagaimana prinsipnya.
4. Mengetahui perkembangan dan pelaksanaan demokrasi di Indonesia.
5. Mengetahui situasi demokrasi di Indonesia saat ini.
6. Mengetahui manfaat penggunaan sistem demokrasi di Indonesia dan apa saja
kekurangannya.
7. Mengetahui landasan-landasan dekmokrasi yang digunakan Indonesia.
8. Mengetahui dampak penggunaan sistem demokrasi.
9. Mengetahui penerapan demokrasi di lingkungan masyarakat , sekolah, dan negara.
10. Mengetahui permasalah yang terjadi di Indonesia yang melanggar demokrasi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Demokrasi

Secara etimologis, istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani, “demos” berarti rakyat dan
“kratos” atau “kratein” berarti kekuasaan. Konsep dasar demokrasi dberarti “rakyat
berkuasa” (government of rule by the people). Istilah demokrasi secara singkat diartikan
sebagai pemerintahan atau kekuasaan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.

Pengertian demokrasi menurut para ahli adalah sebagai berikut.

© Abraham Lincoln, “the government from the people, by the people, and for the
people”, yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

© Charles Costello, Demokrasi adalah sistem social dan politik pemerintahan diri
dengan kekuasaan-kekuasaan pemerintah yang dibatasi hukum dan kebiasaan untuk
melindungi hak-hak perorangan warga negara.

© Koentjoro Poerbopranoto, Demokrasi adalah negara yang pemerintahannya dipegang


oleh rakyat. Hal ini berarti suatu sistem dimana rakyat diikut sertakan dalam pemerintahan
negara.

© Harris Soche, Demokrasi adalah pemerintahan rakyat karena itu kekuasaan melekat
pada rakyat.

2.2 Ciri-ciri dan Unsur Demokrasi

Ciri Ciri Pemerintahan Demokrasi


Ciri-ciri suatu pemerintahan demokrasi adalah sebagai berikut:

 Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan politik, baik
langsung maupun tidak langsung (perwakilan).
 Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak asasi rakyat (warga
negara).
 Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang.
 Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen sebagai alat
penegakan hukum
 Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.
 Adanya pers (media massa) yang bebas untuk menyampaikan informasi dan mengontrol
perilaku dan kebijakan pemerintah.
 Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan
rakyat.
 Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan (memilih) pemimpin
negara dan pemerintahan serta anggota lembaga perwakilan rakyat.
 Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan (suku, agama, golongan, dan
sebagainya).

Unsur-unsur Budaya Demokrasi


Kebebasan, adalah keleluasaan untuk membuat pilihan terhadap beragam pilihan atau
melakukan sesuatu yang bermamfaat untuk kepentingan bersama atas kehendak sendiri tanpa
tekanan dari pihak manapun. Bukan kebebasan untuk melakukan hal tanpa batas. Kebebasan
harus digunakan untuk hal yang bermanfaat bagi masyarakat, dengan cara tidak melanggar
aturan yang berlaku.

Persamaan, adalah Tuhan menciptakan manusia dengan harkat dan martabat yang sama. Di
dalam masyarakat manusia memiliki kedudukan yang sama di depan hukum,politik,
mengembangkan kepribadiannya masing-masing, sama haknya untuk menduduki jabatan
pemerintahan.

Solidaritas, adalah kesediaan untuk memperhatikan kepentingan dan bekerjasama dengan


orang lain. Solidaritas sebagai perekat bagi pendukung demokrasi agar tidak jatuh kedalam
perpecahan.

Toleransi, adalah sikap atau sifat toleran. Toleran artinya bersikap menenggang (menghargai,
membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan,
kelakuan, dll) yang bertentangan atau berbeda dengan pendirian sendiri.

Menghormati Kejujuran, adalah keterbukaan untuk menyatakan kebenaran, agar hubungan


antar pihak berjalan baik dan tidak menimbulkan benih-benih konplik di masa depan.

Menghormati penalaran, adalah penjelasan mengapa seseorang memiliki pandangan tertentu,


membela tindakan tertentu,dan menuntut hal serupa dari orang lain. Kebiasaan
memberipenalaran akan menumbuhkan kesadaran bahwa ada banyakalternatif sumber
informasi dan ada banyak cara untuk mencapai tujuan.

Keadaban, adalah ketinggian tingkat kecerdasan lahir-batin atau kebaikan budi pekerti.
Perilaku yang beradab adalah perilaku yang mencerminkan penghormatan terhadap dan
mempertimbangkan kehadiran pihak lain yang tercermin dalam sopan santun, dan beradab.

2.3 Prinsip Demokrasi

Prinsip-prinsip demokrasi dikemukakan oleh beberapa pendapat, diantaranya :

a) Almadudi, prinsip-prinsip demokrasi sebagai “soko guru demokrasi” yaitu :


Prinsip demokrasi dan prasyarat dari berdirinya negara demokrasi telah terakomodasi dalam
konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Prinsip-prinsip demokrasi, dapat ditinjau
dari pendapat Almadudi yang kemudian dikenal dengan “soko guru demokrasi”. Menurutnya,
prinsip-prinsip demokrasi adalah:

1. kedaulatan rakyat

2. pemerintah berdasarkan persetujuan dari yang diperintah

3. kekuasaan mayoritas

4. hak-hak minoritas

5. jaminan hak asasi manusia

6. pemilihan yang bebas

7. persamaan di depan hukum

8. proses hukum wajar

9. pembatasan pemerintah secara konstitusional

10. pluralisme sosial,ekonomi, dan politik

11. nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama, dan mufakat

Prinsip-prinsip negara yang telah disebutkan di atas kemudian dituangkan kedalam


konsep yang lebih praktis sehingga dapat di ukur dan dicirikan. Cirri-ciri ini yang kemudian
dijadikan parameter untuk mengukur tingkat pelaksanaan demokrasi yang berjalan di suatu
negara. Parameter tersebut meliputi 4 aspek, aspek itu adalah

1. Masalah pembentukan negara.


Proses pembentukan kekuasaan akan sangat menentukan bagaimana kualitas, watak dan pola
hubungan yang akan terbangun. Pemilihan umum dipercaya sebagai salah satu instrument
penting yang dapat mendukung proses pembentukan pemerintahan yang baik

2. Dasar kekuasaan negara


Masalah ini menyangkut konsep legitimasi kekuasaan serta pertanggungjawabannya langsung
kepada rakyat.

3. Susunan kekuasaan negara


Kekuasaan negara hendaknya dilaksanakan secara distributive. Hal ini dilakukan untuk
menghindari pemusatan kekuasaan dalam satu tangan

4. Masalah control rakyat


Control masyarakat dilakukan agar kebijakan yang diambil oleh pemerintah atau negara
sesuai dengan keinginan rakyat.
b) Prinsip demokrasi yang didasarkan pada konsep di atas (rule of law), antara lain
sebagai berikut :
a. Tidak adanya kekuasaan yang sewenang-wenang;
b. Kedudukan yang sama dalam hukum;
c. Terjaminnya hak asasi manusia oleh undang-undang
c)

2.4 Perkembangan dan pelaksanaan demokrasi di Indonesia

1) Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia dibagi menjadi beberapa periodesasi:


Pelaksanaan demokrasi pada masa revolusi ( 1945 – 1950 ).
Tahun 1945 – 1950, Indonesia masih berjuang menghadapi Belanda yang ingin kembali ke
Indonesia. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi belum berjalan dengan baik. Hal itu
disebabkan oleh masih adanya revolusi fisik. Pada awal kemerdekaan masih terdapat
sentralisasi kekuasaan hal itu terlihat Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 yang berbnyi
sebelum MPR, DPR dan DPA dibentuk menurut UUD ini segala kekuasaan dijalankan oleh
Presiden denan dibantu oleh KNIP. Untuk menghindari kesan bahwa negara Indonesia adalah
negara yang absolut pemerintah mengeluarkan :
• Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945, KNIP berubah menjadi lembaga
legislatif.
• Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945 tentang Pembentukan Partai Politik.
• Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 tentang perubahan sistem pemerintahn
presidensil menjadi parlementer

2) Pelaksanaan demokrasi pada masa Orde Lama

a) Masa demokrasi Liberal 1950 – 1959


Masa demokrasi liberal yang parlementer presiden sebagai lambang atau berkedudukan
sebagai Kepala Negara bukan sebagai kepala eksekutif. Masa demokrasi ini peranan
parlemen, akuntabilitas politik sangat tinggi dan berkembangnya partai-partai politik.
Namun demikian praktik demokrasi pada masa ini dinilai gagal disebabkan :
• Dominannya partai politik
• Landasan sosial ekonomi yang masih lemah
• Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti UUDS 1950
Atas dasar kegagalan itu maka Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :
• Bubarkan konstituante
• Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUD S 1950
• Pembentukan MPRS dan DPAS

b) Masa demokrasi Terpimpin 1959 – 1966


Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No. VII/MPRS/1965 adalah kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang
berintikan musyawarah untuk mufakat secara gotong royong diantara semua kekuatan
nasional yang progresif revolusioner dengan berporoskan nasakom dengan ciri:
1. Dominasi Presiden
2. Terbatasnya peran partai politik
3. Berkembangnya pengaruh PKI

Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain:


1. Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang dipenjarakan
2. Peranan Parlemen lembah bahkan akhirnya dibubarkan oleh presiden dan presiden
membentuk DPRGR
3. Jaminan HAM lemah
4. Terjadi sentralisasi kekuasaan
5. Terbatasnya peranan pers
6. Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok Timur)
Akhirnya terjadi peristiwa pemberontakan G 30 September 1965 oleh PKI.

c) Pelaksanaan demokrasi Orde Baru 1966 – 1998

Pelaksanaan demokrasi orde baru ditandai dengan keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966,
Orde Baru bertekad akan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekwen. Awal Orde baru memberi harapan baru pada rakyat pembangunan disegala
bidang melalui Pelita I, II, III, IV, V dan pada masa orde baru berhasil menyelenggarakan
Pemilihan Umum tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.

Namun demikian perjalanan demokrasi pada masa orde baru ini dianggap gagal sebab:
1. Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada
2. Rekrutmen politik yang tertutup
3. Pemilu yang jauh dari semangat demokratis
4. Pengakuan HAM yang terbatas
5. Tumbuhnya KKN yang merajalela

Sebab jatuhnya Orde Baru:


1. Hancurnya ekonomi nasional ( krisis ekonomi )
2. Terjadinya krisis politik
3. TNI juga tidak bersedia menjadi alat kekuasaan orba
4. Gelombang demonstrasi yang menghebat menuntut Presiden Soeharto untuk turun jadi
Presiden
5. Pelaksanaan demokrasi pada masa Reformasi 1998 s/d sekarang.
Berakhirnya masa orde baru ditandai dengan penyerahan kekuasaan dari Presiden Soeharto
ke Wakil Presiden BJ Habibie pada tanggal 21 Mei 1998.
d) Pelaksanaan demokrasi Orde Reformasi 1998 – sekarang
Demokrasi yang dikembangkan pada masa reformasi pada dasarnya adalah
demokrasi dengan mendasarkan pada Pancasila dan UUD 1945, dengan
penyempurnaan pelaksanaannya dan perbaikan peraturan-peraturan yang tidak
demokratis, dengan meningkatkan peran lembaga-lembaga tinggi dan tertinggi negara
dengan menegaskan fungsi, wewenang dan tanggung jawab yang mengacu pada
prinsip pemisahan kekuasaan dan tata hubungan yang jelas antara lembaga-lembaga
eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Demokrasi Indonesia saat ini telah dimulai dengan terbentuknya DPR – MPR hasil
Pemilu 1999 yang telah memilih presiden dan wakil presiden serta terbentuknya
lembaga-lembaga tinggi yang lain.

Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis antara lain:
1. Keluarnya Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok reformasi
2. Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang Referandum
3. Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang bebas dari KKN
4. Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil
Presiden RI
5. Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV

Pada Masa Reformasi berhasil menyelenggarakan pemiluhan umum sudah dua kali yaitu
tahun 1999 dan tahun 2004

2.5 Situasi Demokrasi di Indonesia Saat Ini

Demokrasi Indonesia pasca kolonial, kita mendapati peran demokrasi yang makin luas.
Di zaman Soekarno, kita mengenal beberapa model demokrasi. Partai-partai Nasionalis,
Komunis bahkan Islamis hampir semua mengatakan bahwa demokrasi itu adalah sesuatu
yang ideal. Bahkan bagi mereka, demokrasi bukan hanya merupakan sarana, tetapi demokrasi
akan mencapai sesuatu yang ideal. Bebas dari penjajahan dan mencapai kemerdekaan adalah
tujuan saat itu, yaitu mencapai sebuah demokrasi. Oleh karena itu, orang makin menyukai
demokrasi.

Demokrasi yang berjalan di Indonesia saat ini dapat dikatakan adalah Demokrasi Liberal.
Dalam sistem Pemilu mengindikasi sistem demokrasi liberal di Indonesia antara lain sebagai
berikut:

1. Pemilu multi partai yang diikuti oleh sangat banyak partai. Paling sedikit sejak
reformasi, Pemilu diikuti oleh 24 partai (Pemilu 2004), paling banyak 48 Partai
(Pemilu 1999). Pemilu bebas berdiri sesuka hati, asal memenuhi syarat-syarat yang
ditetapkan KPU. Kalau semua partai diijinkan ikut Pemilu, bisa muncul ratusan
sampai ribuan partai.
2. Pemilu selain memilih anggota dewan (DPR/DPRD), juga memilih anggota DPD
(senat). Selain anggota DPD ini nyaris tidak ada guna dan kerjanya, hal itu juga
mencontoh sistem di Amerika yang mengenal kedudukan para anggota senat
(senator).
3. Pemilihan Presiden secara langsung sejak 2004. Bukan hanya sosok presiden, tetapi
juga wakil presidennya. Untuk Pilpres ini, mekanisme nyaris serupa dengan pemilu
partai, hanya obyek yang dipilih berupa pasangan calon. Kadang, kalau dalam sekali
Pilpres tidak diperoleh pemenang mutlak, dilakukan pemilu putaran kedua, untuk
mendapatkan legitimasi suara yang kuat.
4. Pemilihan pejabat-pejabat birokrasi secara langsung (Pilkada), yaitu pilkada gubernur,
walikota, dan bupati. Lagi-lagi polanya persis seperti pemilu Partai atau pemilu
Presiden. Hanya sosok yang dipilih dan level jabatannya berbeda. Disana ada
penjaringan calon, kampanye, proses pemilihan, dsb.
5. Adanya badan khusus penyelenggara Pemilu, yaitu KPU sebagai panitia, dan
Panwaslu sebagai pengawas proses pemilu. Belum lagi tim pengamat independen
yang dibentuk secara swadaya. Disini dibutuhkan birokrasi tersendiri untuk
menyelenggarakan Pemilu, meskipun pada dasarnya birokrasi itu masih bergantung
kepada Pemerintah juga.
6. Adanya lembaga surve, lembaga pooling, lembaga riset, dll. yang aktif melakukan
riset seputar perilaku pemilih atau calon pemilih dalam Pemilu. Termasuk adanya
media-media yang aktif melakukan pemantauan proses pemilu, pra pelaksanaan, saat
pelaksanaan, maupun paca pelaksanaan.
7. Demokrasi di Indonesia amat sangat membutuhkan modal (duit). Banyak sekali biaya
yang dibutuhkan untuk memenangkan Pemilu. Konsekuensinya, pihak-pihak yang
berkantong tebal, mereka lebih berpeluang memenangkan Pemilu, daripada orang-
orang idealis, tetapi miskin harta.Akhirnya, hitam-putihnya politik tergantung kepada
tebal-tipisnya kantong para politisi.

Semua ini dan indikasi-indikasi lainnya telah terlembagakan secara kuat dengan payung
UU Politik yang direvisi setiap 5 tahunan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem
demikian telah menjadi realitas politik legal dan memiliki posisi sangat kuat dalam kehidupan
politik nasional.

Pesta demokrasi yang kita gelar setiap 5 tahun ini haruslah memiliki visi kedepan yang
jelas untuk membawa perubahan yang fundamental bagi bangsa Indonesia yang kita cintai
ini, baik dari segi perekonomian, pertahanan, dan persaiangan tingkat global. Oleh karena itu,
sinkronisasi antara demokrasi dengan pembangunan nasional haruslah sejalan bukan malah
sebaliknya demokrasi yang ditegakkan hanya merupakan untuk pemenuhan kepentingan
partai dan sekelompok tertentu saja.

Jadi, demokrasi yang kita terapkan sekarang haruslah mengacu pada sendi-sendi bangsa
Indonesia yang berdasarkan filsafah bangsa yaitu Pancasila dan UUD 1945.

2.6 Manfaat Penggunaan Sistem Demokrasi di Indonesia dan Kekurangannya

Kelebihan Demokrasi

1. Melindungi kepentingan rakyat

Demokrasi merupakan sistem yang melindungi kepentingan rakyat. Kekuasaan yang


sesungguhnya terletak di tangan orang-orang yang mewakili rakyat banyak.
Para wakil rakyat dipilih dan harus bertanggung jawab kepada rakyat yang memilihnya.
Dengan cara ini, kepentingan sosial, ekonomi dan politik rakyat menjadi lebih terjamin di
bawah demokrasi.

2. Berdasarkan prinsip kesetaraan

Demokrasi didasarkan pada prinsip kesetaraan. Semua warga negara memiliki kedudukan
sama di mata hukum.

Semua rakyat memiliki hak sosial, politik dan ekonomi yang sama dan negara tidak boleh
membedakan warga negara atas dasar kasta, agama, jenis kelamin, atau kepemilikan.

3. Stabilitas dan tanggung jawab dalam pemerintahan

Demokrasi dikenal sebagai sistem yang stabilitas dan efisien. Pemerintahan berjalan stabil
karena didasarkan pada dukungan publik.

Dalam demokrasi perwakilan, wakil rakyat mendiskusikan masalah negara secara


menyeluruh dan mengambil keputusan berdasarkan aspirasi rakyat.

Di bawah sistem monarki, elit kerajaan mengambil keputusan sesuai keinginannya sendiri.
Sedangkan di bawah kediktatoran, diktator tidak melibatkan rakyat sama sekali dalam
pengambilan keputusan.

4. Pendidikan politik kepada rakyat

Demokrasi bisa berfungsi sebagai sekolah pendidikan politik bagi rakyat. Rakyat akan ikut
terdorong untuk mengambil bagian dalam urusan negara.

Pada saat pemilihan umum, partai politik mengusulkan kebijakan dan program untuk dinilai
oleh rakyat. Hal ini pada akhirnya menciptakan kesadaran politik di kalangan masyarakat.

5. Sedikit peluang revolusi

Karena demokrasi didasarkan pada kehendak publik, terdapat kemungkinan kecil terjadi
pemberontakan rakyat. Para wakil dipilih oleh rakyat untuk melakukan urusan negara dengan
dukungan rakyat.

Jika mereka tidak bekerja dengan baik atau tidak memenuhi harapan rakyat, para wakil bisa
saja tidak dipilih lagi dalam pemilu berikutnya. Dengan cara ini, rakyat tidak perlu
melakukan pemberontakan saat menginginkan perubahan.

6. Pemerintahan stabil
Demokrasi didasarkan pada kehendak rakyat sehingga penyelenggaraan negara berjalan
didasarkan atas dukungan rakyat.

Oleh karena itu, demokrasi dianggap lebih stabil daripada bentuk pemerintahan lain.

7. Membantu membentuk rakyat menjadi warga negara yang baik

Keberhasilan demokrasi terletak pada bertumbuhnya warga negara yang baik.

Demokrasi menciptakan lingkungan yang tepat untuk pengembangan kepribadian dan


menumbuhkan kebiasaan yang baik. Dalam demokrasi, rakyat dilatih untuk memahami hak
dan kewajiban mereka.

8. Berdasarkan opini publik

Pemerintahan demokrasi didasarkan pada keinginan publik dan tidak didasarkan pada
ketakutan pada penguasa.

Demokrasi berdiri di atas konsensus, bukan pada kekuasaan; dengan warga negara memiliki
kesempatan mengambil bagian aktif dalam pemerintahan.

2.6.2 Kekurangan Demokrasi

1. Lebih menekankan pada kuantitas daripada kualitas

Demokrasi tidak didasarkan pada kualitas tetapi pada kuantitas. Partai mayoritas memiliki
wewenang memegang pemerintahan.

Selain itu, orang yang tidak memiliki kecerdasan, visi dan korup bisa saja terpilih menjadi
penyelenggara negara.

2. Pemerintahan oleh orang tidak kompeten

Demokrasi bisa saja dijalankan oleh orang-orang yang tidak kompeten. Dalam demokrasi,
setiap warga negara diperbolehkan untuk mengambil bagian, sedangkan tidak semua orang
cocok dengan peran itu.

Segerombolan manipulator yang dapat mengumpulkan suara bisa mendapatkan kekuasaan


dalam demokrasi. Hasilnya, demokrasi dijalankan oleh orang bodoh dan tidak kompeten.

3. Berdasarkan kesetaraan yang tidak wajar

Konsep kesetaraan dalam demokrasi dianggap bertentangan dengan hukum alam. Alam
memberi setiap individu dengan kecerdasan dan kebijaksanaan yang berbeda.
Faktanya, kemampuan tiap orang berbeda. Sebagian orang berani, lainnya pengecut.
Sebagian sehat, yang lain tidak begitu sehat. Sebagian cerdas, yang lain tidak.

Kritik berpendapat bahwa akan bertentangan dengan hukum alam untuk memberikan status
yang sama kepada semua orang.

4. Pemilih tidak tertarik pada pemilu

Pemilih tidak selalu menunaikan hak pilihnya sebagaimana seharusnya. Umum ditemukan
tingkat partisipasi pemilih hanya berada pada kisaran angka 50 sampai 60 persen saja.

5. Menurunkan standar moral

Satu-satunya tujuan kandidat adalah memenangkan pemilihan. Mereka sering menggunakan


politik uang dan praktik bawah tangan lainnya agar terpilih.

Kekuatan otot dan uang bekerja bahu-membahu untuk memastikan kemenangan seorang
kandidat.

Dengan demikian, moralitas adalah korban pertama dalam pemilu. Apa yang bisa diharapkan
setelah moralitas dikorbankan?

6. Demokrasi adalah pemerintahan orang kaya

Demokrasi modern pada kenyataannya adalah kapitalistik. Pemilu dilakukan dengan uang.
Para calon kaya membeli suara. Pada akhirnya, rakyat mendapatkan pemerintahan plutokrasi
yang berbaju demokrasi.

Pada kondisi ini, orang kaya menguasai media untuk keuntungan mereka sendiri.
Kepentingan pemilik modal bisa saja mempengaruhi keputusan politik yang diambil
pemerintah.

7. Penyalahgunaan waktu dan dana publik

Demokrasi bisa terjerumus pada pemborosan waktu dan sumber daya. Dibutuhkan banyak
waktu dalam perumusan undang-undang. Banyak uang yang dihabiskan selama pemilu.

8. Tidak terjadi pemerintahan yang stabil

Ketika tidak ada partai yang manjadi mayoritas mutlak, pemerintahan koalisi harus dibentuk.
Koalisi partai politik dengan pembagian kekuasaan hanya merupakan perkawinan semu.

Setiap kali terjadi benturan kepentingan, koalisi hancur dan pemerintahan runtuh. Dengan
demikian, pemerintah stabil di bawah demokrasi bisa sulit dicapai.
9. Kediktatoran mayoritas

Demokrasi dikritik karena menjadi legitimasi kediktatoran mayoritas. Mayoritas diharuskan


melindungi kepentingan minoritas tetapi dalam praktiknya tidak selalu demikian.

Mayoritas setelah mendapatkan kesuksesan saat pemilu terkadang melupakan minoritas dan
menjalankan pemerintahan sesuai dengan kehendak mereka sendiri.

10. Pengaruh buruk dari partai politik

Partai politik merupakan dasar demokrasi. Partai politik bertujuan merebut kekuasaan dengan
cara yang sah.

Namun terkadang, anggota partai politik lebih mendahulukan kepentingan partai dibanding
kepentingan negara

2.7 Landasan-Landasan Dekmokrasi yang digunakan Indonesia

Secara yuridis pelaksanaan demokrasi di Indonesia merupakan impelentasi sistem


pemerintahan berdasarkan UUD 1945 terutama dalam rangka penerapan konsep ”kedaulatan
ada di tangan rakyat.” Oleh karena itu yang menjadi landasan pokok pelaksanaan demokrasi
di Indonesia adalah:

a) Pembukaan UUD 1945


Dalam pembukaan UUD 1945 khususnya alinea ke empat, terdapat kalimat: “maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang – undang dasar
Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dan berdasar kepada: Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dari pembukaan UUD 1945 tersebut telah jelas disebutkan bahwa landasan dari hukum
demokrasi Pancasila menitik beratkan pada jalannya demokrasi yang berlandas pada nilai
kerakyatan yang dikandung oleh Pancasila.

1. Alinea pertama : Kemerdekaan ialah hak segala bangsa.

2. Alinea kedua : Mengantarkan rakyat Indonesia kepintu gerbang kemerdekaan


Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

3. Alinea ketiga : Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan didorong oleh
keinginan luhur supaya berkehidupan dan kebangsaaan yang bebas.

4. Alinea keempat : Melindungi segenap bangsa.


b) Pasal 1 ayat (2) UUD 1945
Selain itu, landasan dari hukum demokrasi Pancasila juga tercantum pada UUD 1945
pasal 1 ayat 2 yang berisi “kedaulatan ada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut
Undang – Undang Dasar”. Sekali lagi konstitusi negara ini menjunjung tinggi nilai
kerakyatan dalam sistem politik. Hal ini karena Indonesia sangat mengutamakan
kepentingan rakyat dibanding kepentingan pemimpin. Pemimpin hanyalah orang bertugas
menjalankan keputusan – keputusan yang dibuat atau dipilih oleh rakyat. Dengan kata
lain, pemimpin juga merupakan abdi masyarakat.

c) Pasal 2 :” Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan


Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum
dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang.” Hal ini berkaitan dengan majelis
Permusyawaratan Rakyat.
d) Pasal 6 : “Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus seorang warga negara
Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain
karena kehendaknya sendiri, tidak pernah mengkhianati negara, serta mampu secara
rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan
Wakil Presiden.” Yang berisi tentang pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.

e) Pasal 24 dan Pasal 25 : “Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka


untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.”
“Syarat-syarat untuk menjadi dan untuk diperhentikan sebagai hakim ditetapkan
dengan undang—undang.” Yang berisi tentang peradilan yang merdeka.
f) Pasal 27 ayat 1 : “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum
dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
ada kecualinya.” yang berisi tentang persamaan kedudukan di dalam hukum.
g)

h) Pasal 28 UUD 1945


Pasal 28 dalam UUD 1945 menjelaskan bahwa rakyat atau warga negara mempunyai
kebebasan untuk berkumpul, bertukar pikiran mengeluarkan pendapat baik dengan
tulisan, lisan, atupun bentuk lain. Hal itu dimaksudkan memberi akses pada rakyat untuk
ikut berpartisipasi dalam pemerintahan dan pembangunan negara. Kebebasan
mengeluarkan pendapat tersebut juga dimaksudkan agar Indonesia bisa menjadi lebih
baik lagi dengan menerima dan mengoreksi kritik dari masyarakat. Adapun bunyi dari
pasal tersebut adalah “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dalam undang – undang”.

i) Pasal 28E UUD 1945 ayat 3


Rincian dari pasal 28 UUD 1945 sebagai landasan hukum demokrasi Pancasila
memberikan landasan tertulis yang lain dalam pasal 28E UUD 1945 ayat 3 yang berbunyi
“Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat”.
Tidak seperti pada masa kolonialisme bangsa asing saat rakyat harus melakukan
pertemuan dengan sembunyi – sembunyi, bahkan tidak berani menyuarakan aspirasinya,
masa setelah kemerdekaan telah memberikan kemerdekaan bagi rakyat untuk
mengutarakan pendapat atau bermusyawarah dalam kelompok
Selain landasan di atas, pelaksanaan demokrasi di Inonesia juga didasarkan atas UU
Pemilu, UU Pers, UU Kebebasan Mengeluarkan Pendapat di muka umum, dan berbagai
Undang-Undang lain yang secara subtansial mengandung muatan sebagai implementasi
sistem pemerintahan berdasarkan kedaulatan rakyat.

2.8 Dampak Penggunaan Sistem Demokrasi


2.9 Penerapan Demokrasi di Lingkungan Masyarakat , Sekolah, dan Negara
2.10 Permasalah yang Terjadi di Indonesia yang Melanggar Demokrasi

Anda mungkin juga menyukai