DALAM AL-QUR’AN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Oleh:
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi
ini tidak berisi materi yang telah ditulis orang lain dan di terbitkan. Demikian juga
skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang
terdapat dalam refrensi yang dijadikan bahan rujukan.
Deklarator,
ii
iii
iv
v
MOTTO
1
Q.S. al-Baqarah [2]: 126.
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN2
1. Konsonan
Huruf Arab Nama Huruf latin Nama
ا Alif - -
ب Ba B Be
ت Ta T Te
ث Sa Ṡ es dengan titik diatas
ج Jim J Je
ح Ha Ḥ ha dengan titik di bawah
خ Kha Kh Ka-ha
د Dal D De
ذ Zal Ż ze dengan titik diatas
ر ra’ R Er
ز Zai Z Zet
س Sin S Es
ش Syin Sy es-ye
ص Sad Ṣ es dengan titik di bawah
ض d{ad Ḍ de dengan titik dibawah
ط Ta Ṭ te dengan titik dibawah
ظ Za Ẓ ze dengan titik dibawah
ع ‘ain ‘ koma terbalik diatas
غ Ghain G Ge
ف Fa F Ef
ق Qaf Q Ki
ك Kaf K Ka
ل Lam L El
م Mim M Em
ن Nun N En
و Wau W We
ه Ha H Ha
ء Hamzah ' Apostrof
ي ya’ Y Ya
2
A. Hasan Asy’ari Ulama’i (ed), Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Ushuluddin IAIN
Walisongo Semarang, Semarang: 2013. hal. 130-139
vii
2. Vokal
a. Vokal Tunggal
Tanda Vokal Nama Huruf Latin Nama
َ fatḥah A A
َ Kasrah I I
َ ḍammah U U
b. Vokal Rangkap
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Contoh:
Contoh:
3. Ta Marbūṭah
a. Transliterasi Ta’ Marbūṭah hidup adalah “t”
b. Transliterasi Ta’ Marbūṭah mati adalah “h”
viii
c. Jika Ta’ Marbūṭah diikuti kata yang menggunakan kata sandang ““( ”ا لal-”)
dan bacaannya terpisah, maka Ta’ Marbūṭah tersebut ditranslitersikan dengan
“h”.
Contoh:
Contoh:
ّ
نزل nazzala
ّالبر al-birr
القلم al-qalamu
الشمس al-syamsu
6. Huruf Kapital
Meskipun tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital, tetapi dalam
transliterasi huruf kapital digunakan untuk awal kalimat, nama diri, dan sebagainya
seperti ketentuan dalam EYD. Awal kata sandang pada nama diri tidak ditulis
dengan huruf kapital, kecuali jika terletak pada permulaan kalimat.
Contoh:
ix
UCAPAN TERIMA KASIH
Bismilla>hirrahma>nirrahi>m
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, bahwa atas
taufiq dan hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
ini.
Skripsi berjudul Konsep Kota Layak Huni (Livable City) Dalam Al-
Qur’an disusun untuk mememenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Strata satu (S.1) Fakultas Ushuluddin Universitas Islam (UIN) Negeri
Walisongo Semarang.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
saran-saran dari berbagai pihak sehingga penyusun skripsi ini dapat terselesaikan.
Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Dr. H. M. Mukhsin Jamil, M.Ag, Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas
Islam Negeri Walisongo Semarang yang telah merestui pembahasan skripsi ini.
2. Dr. H. M. Mukhsin Jamil, M.Ag dan Hj. Sri Purwaningsih. M.Ag, Dosen
Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam
peyusunan skripsi ini.
3. KH. Ahmad Haris Shodaqoh, KH. Ubaidillah Shodaqoh dan Gus Sholahudin
Shodaqoh selaku pengasuh PP. Al-Itqon Semarang, yang senantiasa
memberikan ilmu, do’a dan pengajarannya.
4. Muhtarom, M.Ag, Selaku dosen wali studi sekaligus bapak yang tulus hati
membimbing dan mengarahkan penulis sampai perkuliahan ini selesai.
5. Tsuwaibah, M.Si sebagai Kepala Perpustakaan Fakultas Ushuludin Universitas
Islam Negeri Walisongo Semarang yang telah memberikan ijin dan layanan
kepustakaan yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Para Dosen Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Walisongo
Semarang, yang telah membekali berbagai pengetahuan sehingga penulis
mampu menyelesaikan penulisan skripsi.
x
7. Bapak Muh Khazin dan Ibu Endang Prihatin, dengan do’a dan restunya ikut
mendorong penulis dalam menyelesaikan skripsi, (kakak Nurrozi dan istri,
Istiqomah dan suami, adek Eko), terimaksih atas do’a yang kalian panjatkan.
8. Pimpinan Beasiswa Bidik Misi 2011 dan kawan-kawan (BMC) Bidik Misi
2011 yang membantu penulis dalam menyelesaikan perkuliahan baik dalam
dukungan finansial dan semangat berjuang ketika belajar bersama di
lingkungan Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.
9. Terkhusus kepada Mas Munji yang telah sedia membimbing dan membina
penulis dengan segala kesabarannya, serta Sahabat-sahabati di PMII Rayon
Ushuluddin, USC (ushuluddin sport club), kawan-kawan asrama PK Depag
(TP dan TH), saudara-saudara seperjuangan (Eri “salam leptop”, Sholekan,
alm. Imron, Zam, Kutub, Nadzif, Mas Arif, Takim, Sayid, Habib, Wicak,
Rozak, Tarom, Alim, almh. Dek Nafid “mutiara”, Mbk fikri, Puji S) dan
sahabat KKN (Lisa, Layina “impian”, Ana, Linda, Rozaq, Rohman, Huzen,
Nazib), yang selalu memberikan dorongan semangat dan motivasi.
10. Teman-teman di Fakultas Ushuludin angkatan 2011 dan semua pihak yang
tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan
motivasi.
11. Berbagai pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah
membantu, baik dukungan moral maupun material dalam penyusunan skripsi.
xi
DAFTAR ISI
xii
1. Penafsiran Ayat-ayat Balad ............................................. 37
2. Penafsiran Ayat-ayat Qaryah .......................................... 45
3. Penafsiran Ayat-ayat Madi<nah ....................................... 57
B. Kota Layak Huni Dengan Batasan Baldatun T{ayyibatun Wa
Rabbun G{afur ....................................................................... 59
BAB IV : ANALISIS KONSEP KOTA LAYAK HUNI (LIVABLE
CITY) DALAM AL-QUR’AN DAN RELEVANSI KONSEP
KOTA LAYAK HUNI BAGI KOTA-KOTA MOEDRN
A. Kota Layak Huni Dalam Al-Qur’an ...................................... 67
1. Kota Yang Mampu Memberikan Keamanan .................... 68
2. Kota Yang Mampu Memberikan Kenyamanan ................ 71
3. Tata Ruang Kota ............................................................. 73
B. Relevansi Ayat Kota Layak Huni Bagi Kota-Kota Modern.... 77
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 84
B. Saran..................................................................................... 86
C. Penutup ................................................................................. 87
Daftar Pustaka
Lampiran
xiii
ABSTRAK
Kota sekarang ini telah melampaui batas kewajaran yang mengakibatkan
ketidak nyamanan bagi penghuninya. Kota yang diharapkan mampu memberikan
hasil terbaik ternyata tidak mampu memberikan nilai-nilai yang diharapkan oleh
penghuninya. Al-Qur’an berfungsi sebagai penjelas diharapakan mampu
meberikan solusi terhadap keresahan masyarakat sekarang ini terhadap kelayakan
tempat hunian yang disebut kota dalam penelitian ini. Dengan adanya konsep kota
layak huni ini diharapkan mampu menjawab keresahan masyarakat terhadap
kebutuhan kenyamanan tinggal di kota. Dengan menelaah ayat-ayat term balad,
qaryah, madi>nah yang berindikasikan aman dan baik (t}oyyib). Sehingga dengan
penafsiran ayat-ayat tersebut diharapakan mampu menghadirkan konsep kota
layak huni yang berlandasakan pemahaman Qur’aniy.
Fokus penelitian ini adalah (1) Bagaimana konsep kota layak huni menurut
al-Qur’an? (2) Bagaimana relevansi dari konsep kota layak huni bagi kota-kota
modern saat ini?
Penelitian ini bersifat penelitian kepustakaan (library reasearch), sehingga
data yang diperoleh adalah berasal dari kajian teks atau buku-buku yang relevan
dengan pokok masalah di atas. Disini yang menjadi obyek kajian adalah kitab
tafsir (al-Mara>ghi, M.Quraish Shihab, dan Hamka) yang mengakaji ayat-ayat
balad, qaryah, madi>nah. Metode-metode yang digunakan adalah: motede madlu’i
dalam hal ini digunakan dalam pengumpulan data secara tematis dengan cara
pengumpulan ayat-ayat balad, qaryah, madi>nah. Kemudian menganalisis dengan
metode analisis konten isi sesuai dengan kategori (balad, qaryah, madi>nah) dan
kriteria (aman dan baik) serta dengan menggunakan metode deskriptif diharapkan
mampu memberikan penjelasan dalam bentuk teks naratif yang diuraikan secara
kritis.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dalam penafsiran term balad,
qaryah, madi>nah mensyaratakan kota layak huni harusnya ada tiga poin pokok
yaitu: Pertama, Kota yang mampu memberikan rasa aman, diistilahkan dengan
balad amii>n, mas|alan qaryatan ka>nat 'a>minatan mut}ma'inatan. Kedua, Kota yang
memberikan kenyamanan, kota yang nyaman diisitilahkan dengan al balad at}
t}ayyib. Ketiga. Tata ruang kota, (1) Penataan kota, melihat ayat “Wa ja’alna>
bainahum wa baina al qura> dan wa inna adkhulu haz|ihi al qaryah”. (2) Pemimpin
yang baik “good governance” melihat ayat “inna al mulu>k i\z|a> dakhalu> qaryatan
afsadu>ha> wa ja’alu> ‘a’izzatan ahliha> az|ilatan”.
Kota ada oleh sebab peradaban manusia di dalamnya, karena manusia
adalah makhluk sosial dan butuh kepada orang lain. Inilah yang membawa
manusia sebagai akhluk berperadaban dan butuh tempat tinggal. Sekarang ini
dipahami bahwa kota adalah tempat berkumpulnya manusia dengan ditandai
bangunan rumah-rumah sebagai tempat tinggal dan dibatasi oleh seperangakat
hukum peraturan pemerintah.
Pertama, pandangan al-Qur’an terhadap aspek non-fisik kota,
mensayaratkan kota harus memberikan rasa aman dan nyaman terhadap
penghuninya. Rasa aman: memberikan pengertian adanya pertahanan dan
pemenuhan kebutuhan melalui rizki dengan ditambahkan iman yang haq. Rasa
xiv
nyaman: memberikan penjelasan diharuskan kota dapat mengelola tanah dengan
pemanfaatan airnya. Kedua aspek ini terkait dengan adanya berkah dan murka
Tuhan sehubungan dengan tingkat kualitas keimanan manusia.
Kedua, aspek fisik kota, peraturan pemerintah dan peran aktif masyarakat
dalam penataan kota yang terpadu. Istilah modernnya adalah good governance.
Pandangan al-Qur’an terhadap pemimipin yang baik adalah Pemimpin yang tidak
serakah dan pongah terhadap kekuasaan dan kejayaan. Pemimpin yang
memperhatikan keberlangsungan lingkungan. al-Qur’an juga menambahkan
terhadap penataan kota, dimana kota-kota harusnya terbubung dengan kota-kota
lain dalam memudahkan jalinan perhubungan antar kota dan juga adanya batasan
sebagai sebuah identitas dari wilayah kota.
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan di dunia tampaknya selalu ada permasalahan yang
menjadi problem yang harus dipecahkan atau tantangan yang harus
dihadapi dan diselesaikan. Hal ini terjadi dari tingkat pribadi, keluarga,
tetangga, sampai organisasi, umat beragama, bangsa atau negara dan
bahkan dunia. Problemtika yang dihadapi sangatlah banyak; baik dalam
hal ekonomi, psikologis dan ekologis. Misalnya problematika kemiskinan
dan kebodohan, budaya, pluralisme agama, dan sampai konflik yang
terjadi pada tingkat pribadi maupun organisasi. 1
Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik
ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata
ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk mendukung kehidupan
warganya secara mandiri. Desa didominasi oleh lahan terbuka bukan
pemukiman. Kota dibedakan secara kontras dari desa berdasarkan
ukurannya, kepadatan penduduk, kepentingan, atau status hukum. 2
Sejak pemukiman manusia berkembang masyarakat merasa aman
dan puas tinggal di kota besar. Kota yang mencerminkan hasi-hasil terbaik
dari tingkat perkembangan yang dicapai manusia dan perasaan penduduk
terhadap nilai yang dicerminkan oleh penghidupan kota dari hasil
bangunan, produksi agama dan seni. Namun, akhir-akhir ini peranan kota
dalam pembangunan dipermasalahkan, kota sudah terlalu besar, kota
sudah melampaui ukuran manusiawi, terlalu banyak wilayah kota melarat,
terlalu banyak pencemaran dan sampah, terlalu banyak hingar-bingar,
1
Qodri Azizy, Membangun Fondasi Ekonomi Umat (Meneropong Prospek
Berkembangnya Ekonomi Islam), Cet I, Pustaka Pelajar, Yogjakarta: 2004. hal 7-9
2
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota diakses pada 11-03-2015, Pukul 18.30
1
2
banyak gedung pencakar langit segi empat, hubungan yang tidak rukun
antara manusia dan mesin (teknologi) selalu muncul sebagai suatu tema.3
Perkembangan kota yang semakin berkembang membuat
perubahan lingkungan yang dipengaruhi oleh tingkat dan jenis industrial,
kualitas perumahan, dan aksesibilitas kota.4 Kemajuan ini mengacu pada
tingkat modernisasi perkotaan. Keluarnya massa rakyat dari kawasan
pedesaan ke pusat-pusat perkotaan secara berduyun-duyun dan tidak siap
menghadapi kehidupan di perkotaan mengakibatkan dislokasi secara tiba-
tiba yang mempengaruhi keluarga dan kelompok pekerja. 5 Akibatnya
terlihat dari layanan kota yang semakin tidak efektif, kecuali jika kota
dapat memberikan fasilitas layanan yang dibutuhkan oleh masyarakat
secara keseluruhan yang tinggal di kota.6
Kota sebagai lingkungan hidup bukan hanya untuk manusia saja
tetapi juga segala makhluk lain seperti berbagai jenis hewan dan tumbuh-
tumbuhan serta benda fisik lainnya, saling terkait serta timbal balik
sebagai satu kesatuan sistem ekologi yang sering disebut sebagai
ekosistem.7 Hubungan manusia dengan alam berlangsung secara bertahap
dengan peradaban manusia di muka bumi ini. Proses perubahan terjadi
karena manusia sebagai makhluk dinamis yang berpikir dan bekerja, selalu
berusaha memperbaiki nasib, dan mempertahankan hidup. Timbulnya
perubahan hubungan interaksi manusia dengan lingkungan disebabkan
oleh faktor internal (pertambahan penduduk) dan eksternal (ekonomi
pasar, situasi politik, dan kebijakan pemerintah). Namun, perlu disadari
bahwa manusia secara fisik merupakan makhluk yang lemah.
3
Philip M. Hauser, et.al. Population And The Urban Future (Penduduk Dan Masa Depan
Perkotaan), Terj. Masri Maris. Sri Pamoedjo Rahardjo, Midas Surya Grafindo, Jakarta: 1985. hal.
70-71
4
Hans Dieter Evers, Sosiologi Perkotaan: Urbanisasi Dan Sengketa Tanah Di Indonesia
Dan Malaysia, Cet 3, LP3ES, Jakarta: 1986. hal. 49
5
M. Francis Abraham, Persepectives On Modernization: Toward A General Theory Of
Third Worid Development (Modernisasi Di Dunia Ketiga Suatu Teori Umum Pembangunan), Terj.
M. Rusli Karim, Tiarawacana, Yogjakarta: 1991. hal. 27
6
Hans Dieter Evers, op. cit., hal. 49
7
Sapari Imam Asy’ari, Sosiologi Kota Dan Desa, Cet I, Usaha Nasional, Surabaya: 1993.
hal. 37
3
8
Arif Zulkifli, Dasar-Dasar Ilmu Lingkungan, Salemba Teknika, Jakarta: 2014. hal. 7
9
Departemen Agama RI, Pelestarian Lingkungan Hidup (Tafsir Al-Qur’an Tematik), Cet
I, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Jakarta: 2009. hal. 309
10
Hadi S. Alikodra, Konservasi Sumberdaya Alam Dan Lingkungan (Pendekatan
Ecosophy Bagi Penyelamatan Bumi), Gadjah Mada University Prees, Yogjakarta: 2012. hal. 85-86
4
11
Munawir Kholil, Al-Qur’an Dari Masa Ke Masa, CV. Ramdhani, Semarang: tt, hal. 75
12
Mujiyono Abdillah, Fikih Lingkungan (Panduan Spiritual Hidup Berwawasan
Lingkungan), Cet I, Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, Yogjakarta: 2005. hal. 106
5
ض الَّ يذي َع يملُوا لَ َعلَّ ُه ْم ظَهر الْ َفساد يِف الْب ِّر والْبح ير يِبا َكسبت أَي يدي الن ي ي ي
َ َّاس ليُذي َق ُه ْم بَ ْع ْ ْ ََ َ ْ َ َ َ ُ َ ََ
يَ ْريج ُعو َن
Artinya: telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada
mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar). (ar-Ru>m [30]: 41)13
13
Departemen agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Qomari, Solo: 2007. hal. 576
14
Asep Usman Ismail, Al-Qur’an Dan Kesejahteraan Sosial (Sebuah Rintisan
Membangun Paradigma Sosial Islam Yang Berkeadilan Dan Berkesejahteraan), Lentera Hati,
Tanggerang: 2012. hal. 356
15
Departemen Agama RI, Etika Berkeluarga, Bermasyarakat, Dan Berpolitik (Tafsir Al-
Qur’an Tematik), Cet I, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Jakarta: 2009. hal. 358
6
ات َم ْن آَ َم َن يمْن ُه ْم بياللَّ يهب اجعل ه َذا ب لَ ًدا آَيمنًا وارز ْق أَهلَه يمن الثَّمر ي وإي ْذ قَ َ ي ي
ََ َ ُ ْ ُْ َ َ َ ْ َ ْ ِّ يم َر ُ ال إبْ َراه َ
ي ي ي ي ِّعهُ قَلي ًيل ُثَّ أ ْ ي ي
َ ََوالْيَ ْوم ْاْلَ يخ ير ق
ُس الْ َمصي َ َضطَُّرهُ إ َل َع َذاب النَّار َوبْئ ُ ال َوَم ْن َك َفَر فَأ َُمت
Artinya: “dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku,
Jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah
rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman
diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman:
“Dan kepada orang yang kafirpun aku beri kesenangan sementara,
kemudian aku paksa ia menjalani siksa neraka dan Itulah seburuk-
buruk tempat kembali”. (Al-Baqarah [2]: 126)16
16
Departemen agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Qomari, Solo: 2007. hal. 23
17
Departemen agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Qomari, Solo: 2007. hal. 351
7
...يم َوَم ْن َد َخلَهُ َكا َن آَيمنًا في ييه آَيات ب يِّ نات م َق ي ي
َ ام إبْ َراه
ُ َ ٌ ََ ٌ َ
Artinya: padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya)
maqam Ibrahim, Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi
amanlah dia. (Q.S. ‘Ali Imra>n [3]: 97).25
21
Ali Nurdin, Qur’anic Society (Menelususri Konsep Masyarakat Ideal Dalam Al-
Qur’an), Erlangga PT Gelora Akasara Pratama, Jakarta: 2006. hal. 115-118
22
Zainal Abidin Ahmad, op. cit., hal. 11-12
23
Departemen agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Qomari, Solo: 2007. hal. 903
24
Abdul Hadi Zakaria, Sejarah Lengakap Kota Makkah Madinah, Diva Press,
Yogjakarta: 2014. hal. 32
25
Departemen agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Qomari, Solo: 2007. hal. 78
9
26
Abdul Hadi Zakaria, op. cit., hal. 32-44
27
Vanessa Timmer Dan Nola Kate Seymoar, The World Urban Forum 2006 (Vancoover
Working Group Discussion Paper: Livable City), Majesty the Queen in Right of Canada and the
International Centre for Sustainable Cities 2004, Canada: 2005. hal. 2
10
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan diatas, permaslahan dalam penelitian ini
dirumuskan kedalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep kota layak huni dalam al-Qur’an?
2. Bagaimana relevansi dari konsep kota layak huni bagi kota-kota
modern saat ini?
28
https://missgayatripw.wordpress.com/2012/03/08/konsep-livable-city/ diakses pada 1-
02-2015, Pukul 20.00
11
D. Tinjauan Pustaka
Tema yang peneliti kaji dalam penelitaian ini memang bukan
kajian pertama. Sudah barang tentu sebelumnya telah banyak penelitian
yang membahas baik dalam kota ramah lingkungan, penataan kota
maupun terkait langsung dengan tema kota layak huni.
Kaitannya dalam pemeliharaan lingkungan hidup dalam
persepektif islam ada sebuah skripsi, Khuzainal Abidin Institut Agama
Islam Negeri Walisongo Semarang dengan judul “Konsep Pemeliharaan
Lingkungan Hidup Dalam Perspektif Islam (Studi Komparasi Antara
Yusuf Qordhawi Dengan Mujiyono Abdillah)”. Penulis dalam menulis
menggunakan metode studi komparatif antara al-Qardawi dengan
Mujiyono. Pentingnya pemeliharaan lingkungan demi menunjang
kesejahteraan dirasa penting oleh penulis untuk dikaji, dalam melestarikan
lingkungan hidup dipelukannya landasan teologis yang tertanam dalam
setiap insan, dibutuhkannya tindakan atau action dalam penanggulangan
lingkugan, dan tindakan etis terhadap lingkunan. Dengana hasil kesadaran
semua pihak akan terciptanya lingkungan di dunia ini terselamatkan dan
berumur panjang sehingga kelangsungan hidup manusia akan terjamin.
12
Dalam bidang konsep tata kota, ada sebuah skripsi Desta Amana
Shalikhah, mahasiswi Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan judul
“Rencana Strategis Dinas Tata Ruang Kota Dalam Merevitalisasi Alun-
Alun Utara Surakarta”. Dalam skripsi ini menggunakan jenis penelitian
kuantitatif dengan jalan pengambilan data secara kuisioner. Ulasan
mengenai alun-alun ini merupakan sebuah peninggalan sejarah (heritage)
dan memiliki nilai historis budaya dari sisi arsitektur. Penulis dalam
kepeduliannya; dalam bentuk skripsi memberikan sebuah opini revitalisasi
pembentukan alun-alun Surakarta dengan berlandaskan peraturan daerah
dalam UU tata ruang kota yang dipegang oleh Dinas tata ruang Surakarta
sebagai suatu organisai pemerintah.
Dalam bidang kota layak huni, Buku penelitian tentang Indonesia
Most Livable City Index 2009, karya Bernardus Djonoputro, Irwan
Prasetyo, Teti Armati Argo, Djoko Muljanto, Dhani Muttaqin. Buku ini
membahas tentang index kota-kota terkait dengan beberapa kota besar di
indonesia, diantaranya: Semarang, Yogjakarta, Jakarta, Bandung, Medan,
Surabaya, Banjarmasin, Palangkaraya, Pontianak, Sulawesi Utara,
Sulawesi Selatan, Dan Jayapura. Metode yang digunakan adalah survey
dengan sebanyak responden 100 di setiap kota dengan total keseluruhan
1200 reponden. hasil survey di olah dengan teknik skoring (pembobotan),
hal ini ditentukan oleh peneliti dan selanjutnya skor untuk setiap jawaban
pada satu variabel yang sama akan dijumlahkan dan dikalikan dengan
bobot variabel tersebut. Dari keseluruhan nilai akan dicari angka rata-rata
(mean) yang dijadikan acuan index tingkat kenyamanan untuk setiap kota.
Degan hasil kota Palangkaraya di atas rata-rata dalam segi penataan kota,
tingkat kenyamanan di peroleh kota Yogjakarta, ketersediaan lapangan
pekerjaan terendah adalah Jakarta, dalam hal penyediaan fasilitas
perkotaan semua kota kurang memadai, dan persepsi kenyamanan paling
rendah diperoleh kota Pontianak.
Sejauh sepengatuhan penulis, dalam mengeksplorasi buku, skripsi,
artikel, jurnal, tesis. Dari sekian penelitian yang ada banyak ditemukan
13
tentang kajian kota tertentu dalam menuju kota layak huni namun tidak di
temukan penelitian tentang konsep kota layak huni dalam al-Qur’an.
Kajian yang dilakukan di atas cukup informatif dalam memberikan data
dan analisa. Namun, hasil yang diberikan masih terbatas dan dilakukan
kajian penelitian secara metodologis dan aplikatif. Penelitian ini juga
berbeda dengan penelitian yang ada, sebab kebanyakan menggunakan
teknik kuantitatif sedangkan dalam penelitian ini menggunakan teknik
kualitatif dengan jalan kajian menganalisa penafsiran ayat-ayat al-Qur’an
terkait dengan tema kota layak huni.
E. Metodologi Penelitian
Kajian dalam penelitian ini bersifat literer murni, maka
penulusuran data semata-mata hanya dilakukan terhadap sumber-sumber
tertulis dengan penekanan aspek kualitatif.
1. Jenis Penelitian Dan Sumber Data
Penelitian ini bersifat kepustakaan (library research), sehingga
data yang diperoleh adalah berasal dari kajian teks atau buku-buku yang
relevan dengan pokok atau rumusan masalah di atas.29 Maka data yang
penulis ambil adalah dari sumber tertulis yaitu:
a. Sumber Data Primer: ayat-ayat al-Qur’an term balad, madi>nah, qaryah
untuk memudahkan pelacakan ayat-ayat al-Qur’an yang diperlukan
dalam membahas topik-topik tertentu, maka dibantu dengan al-mu’jam
al-mufahras li alfaz} al-qur’an al-karim susunan Muhammad Fu’a>d
’Abdul Baqi sebagai pegangan.30
Selain dengan kitab mu’jam mufahras al-Qur’an peneliti juga
menggunakan beberapa kitab-kitab tafsir, diantaranya yaitu tafsir al-
Misbah karya Quraish Shihab, tafsir al-Mara>ghi karya Ah}mad Must}afa
al-Mara>ghi, dan tafsir al-Azhar karya Hamka.
29
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I, Andi Offset, Yogyakarta: 1995. hal. 9
30
Muhammad Fu’a>d ’Ab dul Baqi, al-Mu’jam al-Mufahras li alfaz al-Qur’an al-Karim,
Dar al-Fikr, Beirut: 1981
14
31
Penafsirn yang menetapkan topik tertentu dengan jalan pengumpulan ayat-ayat untuk
mencari kesimpulan menyeluruh. (Nasruddin Baidan, Metodelogi Penafsiran al-Qur’an, Cet I,
Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta: 1998. hal. 151)
32
Analisis bentuk ini menggunakan objek kajian pesan-pesan bentuk teks. Analisis ini
pada dasarnya merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi dengan cara
mengklasifikasi sesuai kriteria dan kategori tertentu. (Noeng Mahadjir, Metode Penelitian
Kualitatif, Bayu Idra Grafika, Yogyakarta: 1996. hal.188)
15
F. Sistematika Penelitian
Pembahasan skripsi nantinya akan penulis bagi kedalam lima bab,
secara garis besarnya sebagai berikut:
Bab pertama merupakan pendahuluan, yang mencakup latar
belakang masalah sebagai titik tolak penelitian bagi peneliti untuk
membahas tema ini. Selanjutnya dirumuskan kedalam rumusan masalah
sebagai pembatasan dalam penelitian yang akan dilaksanakan. Dalam bab
ini penulis juga menyertakan tujuan dan manfaat penelitian. Sebagai
langkah untuk menunjukan aspek kebaharuan dari penelitian ini, peneliti
juga menyertakan kajian pustaka sebelumnya, metode penelitian yang
digunakan dan sistematika dalam penulisan laporan penelitian.
Bab kedua memuat tentang teori-teori yang dijadikan sebagai
landasan penulisan. Yaitu berupa tinjauan umum mengenai pengertian
kota, karakteristk dan fungsinya. Kemudian dijelaskan konsep kota layak
huni yang dijadikan sebagai acuan dalam melakukan penelitian.
Bab ketiga berupa penyajian data berupa kajian penafsiran ayat-
ayat balad, qaryah, madi>nah dan karakteristik batasan baldatun t}ayyibatun
wa rabbun g}afur. Sehingga dengan adanya teori-teori pada Bab II dan
penyajian data pada bab III diharapkan nantinya dapat memberikan nilai
33
Metode yang bertujuan memberikan gambaran terhadap suatu objek penelitian yang
diteliti melalui data yang telah terkumpul dan membuat kesimpulan yang berlaku umum. (Sudarto,
Metodologi Penelitian Filsafat, Rajawali, Jakarta: 1996. hal. 65)
16
terhadap apa yang menjadi pokok masalah yang ingin dijawab dalam bab
IV.
Bab keempat berisi tentang analisis konsep kota layak huni dalam
al-Qur’an dan relevansinya terhadap kota-kota modern saat ini. Sehingga
diharapkan mampu menghadirkan konstribusi terhadap konsep yang
baru/grand teori mengenai kota layak huni bernuansa pemahaman
Qur’aniy.
Selanjutnya, beberapa kesimpulan studi ini akan dibahas dalam bab
kelima. Bab ini akan memberikan kesimpulan terhadap tema yang
dipaparkan dari bab-bab sebelumya, sehingga nantinya ditemukan sebuah
jawaban dari permasalahan yang menjadi fokus penelitian. Bab terakhir ini
dilengkapi dengan saran-saran dan penutup guna untuk perbaikan jika
diperlukan untuk penelitian yang lebih lanjut.
Daftar pustaka merupakan halaman pencantuman referensi yang
digunakan oleh penulis. Hal ini sangat penting demi menjaga validitas dan
otentitas sumber rujukan yang digunakan dalam penulisan penelitian.
BAB II
KONSEP LIVABLE CITY
A. Kota
1. Pengertian Kota
Kata kota (city) menunjukkan kata benda, sedangkan kata
perkotaan (urban) mencerminkan sifat. Meskipun dua kata tersebut
berbeda, kadang dipakai sebagai sebuah sinonim, misalnya dalam
pengertian city planning dan urban planning. Dalam prakteknya, kata kota
dalam arti municipality (kotapraja) dipakai untuk tempat dengan batas
yurisdiksi administratif (pemerintah kota), sedangkan kata perkotaan
(urban) menunjukkan tempat kumpulan pemukiman yang terkonsentrasi,
relatif padat dan memerlukan infrastruktur yang lebih intensif dari pada
pedesaan. 1 Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik
ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata
ruangnya secara mandiri. Pengertian kota sebagaimana diterapkan di
indonesia mencakup pengertian town dan city dalam bahasa inggris.2
Kota dilihat dari kata benda, secara umum adalah tempat
bermukimnya warga kota, tempat bekerja, tempat kegiatan dalam bidang
ekonomi, pemerintah dan lain-lain. Kata kota berasal dari kata urban yang
mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kota adalah suatu entitas
yang utuh. Ada relasi fungsi sosial, ekonomi, politik, budaya, dan lainnya,
yang prosesnya bukan serta merta ada begitu saja melainkan ada suatu
proses kultural yang panjang. 3 Kota itu tidak berbeda dengan desa, atau
kota terjadi dari desa, sebagai tempat pemukiman manusia. kota
merupakan suatu ciptaan peradaban umat manusia, kota lahir dari
1
Achmad Djunaedi, Proses Perencanaan Wilayah Dan Kota, Gadjah Mada University
Prees, Yogyakarta: 2012. hal. 3
2
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota diakses pada 11-03-2015, pukul 18.30
3
Rinaldi Mirsa, Elemen Tata Ruang Kota, Cet I, Graha Ilmu, Yogjakarta: 2012. hal. 9
17
18
4
Sapari Imam Asy’ari, Sosiologi Kota Dan Desa, Cet I, Usaha Nasioanl, Surabaya: 1993.
hal. 17
5
Zoer’aini Djamal Irwan, Tantangan Lingkungan Dan Lansekap Hutan Kota, Bumi
Aksara, Jakarta: 2005. hal. 31
6
Hadi Sabari Yunus, Megapolitan (Konsep, Problematika Dan Prospek), Cet I, Pustaka
Pelajar, Yogjakarta: 2006. hal. 7-10
19
7
Munawir Sjadzali, Islam Dan Tata Negara (ajaran, sejarah dan pemikiran), edisi 5, UI-
Press, Jakarta: 1993. hal. 99
8
Ibid, hal. 43-44
9
Muzairi, Filsafat Umum, Teras, Yogjakarta: 2009. hal. 64-65
20
10
Kosmopolitan; 1 mempunyai wawasan dan pengetahuan yang luas; 2 terjadi dari orang-
orang atau unsur-unsur yang berasal dari pelbagai bagian dunia (http://kbbi.web.id/kosmopolitan,
diakses, 01-02-2015, Pukul 15.30)
11
Sapari Imam Asy’ari, op.cit., hal. 21-23
21
3. Fungsi Kota
Hidupnya kota karena dapat memberikan pelayanan yang penting,
artinya bagi mereka yang ada di dalam kota maupun yang tinggal di
wilayah sekeliling kota, atau juga bagi mereka yang melakukan perjalanan
dan harus singgah serta berdiam untuk sementara. Kegiatan fisik dalam
kota memerlukan perhatian dan perancangan sesuai fungsi masing-masing.
Sebuah kota mempunyai fungsi majemuk antara lain menjadi pusat
populasi, maupun pusat budaya dari suatu wilayah. Untuk melakukan
fungsi itu maka semua kota perlu ditunjang adanya sarana dan prasarana
12
Rinaldi Mirsa, op. cit., hal. 15-16
22
13
Zoer’aini Djamal Irwan, op.cit., hal. 33-34
23
d) Cultural center, kota sebagai pusat kebudayaan. Dalam hal ini potensi
kulturnya lebih menonjol dibanding dengan fungsi lainnya. Contohnya
kota Makkah sebagai kota religius bagi umat Islam, Vatikan Roma
bagi umat kristiani, dan Yerusalem bagi kaum Yahudi yang menganut
ideologi Zionisme.
e) Health and recreation, kota sebagai pusat pengobatan dan rekreasi
(wisata) yang di dalamnya mengandung sesuatu yang menarik bagi
orang luar untuk dituju sebagai tempat untuk dikunjungi dalam rangka
rekreasi. Misalnya kota Monte Carlo, Monaco, Florida, puncak Bogor,
Kaliurang, Denpasar.
f) Divercified cities, kota-kota yang berfungsi ganda atau beraneka. Kota-
kota pada masa setelah perang ke II. Kota ini merupakan kota-kota
yang usianya masih sangat muda atau baru, biasanya kota kecil dengan
fungsi-fungsinya sangat kompleks sehingga penonjolan pada sesuatu
masih terlihat lemah akibat dari belum mampu mengembangkan diri.
Kota berfungsi ganda misalnya kota Surabaya yang mencanangkan
“kota indarmadi” (kota industri, perdagangan, maritim, pendidikan),
disamping juga sebagai pusat pemerintahan. Kota yang masih muda
misalnya kota Philladelpia, Pitsburg. 14
B. Livable City
1. Pengertian Livable City
Gagasan “livable city” berasal dari adanya degradasi kota yang
kronis sebagai ruang hidup dalam mencapai pertumbuhan ekonomi dan
dari ini membutuhkan perhatian khusus yang diberikan kepada persaingan
ekonomi antar kota misalnya. Masalah perkotaan sering kali di kaitkan
dengan masalah migrasi ke kota dengan dampak sosial-ekonominya
14
Sapari Imam Asy’ari, op.cit., hal. 29
24
15
Philip M. Hauser, at.all. Population And The Urban Future (Penduduk Dan Masa
Depan Perkotaan), Terj. Masri Maris. Sri Pamoedjo Rahardjo, Midas Surya Grafindo, Jakarta:
1985. hal. IX
16
Vanessa Timmer Dan Nola Kate Seymoar, The World Urban Forum 2006 (Vancoover
Working Group Discussion Paper: Livable City), Majesty the Queen in Right of Canada and the
International Centre for Sustainable Cities 2004, 2005. hal. 2
25
17
Bernardus Djono Putro, at.all, Indonesia Most Livable City Index, ttp, 2009. hal. 4
18
Ibid,
26
19
Cristina Oon Khar Ee Dan Khoo Suet Leng, Geografia Online Malaysian Journal Of
Society And Sapace (Issues And Challengs Of Livable City And Creative City : The Chase Of
Penag, Malaysia), 2014. hal. 33
20
Vanessa Timmer dan Nola Kate Seymoar, op. cit., hal. 3
27
21
Anthony G. Bagio dan Bharat Dahiya, Urban Environment And Infrastructure: Toward
Livable Cities, World Bank, Waisngton: 2004. hal. 7-8
28
22
Bernardus Djono Putro, at all, op.cit., hal. 5
29
23
Bernardus Djono Putro, at all, op.cit., hal. 9-10
24
Rinaldi Misza, op.cit., hal. 75
31
antar komunitas. Sehingga kota itu dapat mempersatukan dari orang yang
tingkat pendapatan berbeda-beda dan memberikan kesempatan
berinteraksi bagi orang-orang yang berlatar belakang berbeda.25
Aspek Ekonomi, dilihat dari berkembangnya daerah perkotaan
yang semakin memprihatinkan perlunya dibuatkan perencanaan untuk
membangun aset ekonomi dan industri sukses yang sudah ada di kawasan
kota, seperti perusahaan teknologi tinggi yang mengkhususkan diri dalam
sel bahan bakar dan transportasi alternatif, industri bio-teknologi,
perhotelan, film dan manufaktur ringan. Ada juga proyek percontohan
aktif yang menunjukkan manfaat menciptakan eco-industri kelompok di
dalam wilayah yang berbeda di wilayah tersebut. Ini menunujuk pada
persyaratan dasar dari salah satu pusat kegiatan seperti klaster industri dan
infrastruktur, sumber daya input dan sistem pembuangan limbah. Hal ini
diperluknnya organisasi non-pemerintah provinsi yang ditujukan untuk
menciptakan pemimpin dalam suatu aliansi kerjasama regional demi
keuntungan ekonomi. 26
Aspek ekologi, bagian penting dari livablility suatu daerah dimana
diberikan akses ke ruang hijau dan taman rekreasi, seperti barang dan jasa
yang menyediakan sistem alam seperti lahan pertanian, taman, jalur hijau,
udara bersih, air, dan makanan bagi warga kota. Membutuhkan strategi
ruang hijau yaitu “bidang perbaikan termasuk mempertahankan (atau
membuat) koneksi antar wilayah Zona Hijau dan ruang hijau lainnya di
daerah perkotaan, mengembangkan pemahaman yang lebih baik dari
keanekaragaman hayati di kawasan kota, dan mengembangkan strategi
konservasi yang terkoordinasi”.27
Aspek kebudayaan, yaitu pentingnya nilai estetika fisik dan
bangunan bersejarah teruntuk kebudayaan penduduk. Pentingnya ekspresi
fisik dan estetika dari nilai-nilai umum dan esensi pada sebuah kota tidak
dapat diremehkan. Kualitas hidup warga secara langsung terkait dengan
25
Vanessa Timmer dan Nola Kate Seymoar, op.cit., hal. 26-27
26
Ibid, hal. 28
27
Ibid, hal. 28-29
32
28
Ibid, hal. 29-31
33
29
Douglass, Mike and Ooi Giok Ling, “Industrializing Cities And The Environment In
Pacific Asia: Toward A Policy Framework And Agenda For Action”, 2000. hal. 104-127.
30
Dalam ilmu biologi dan ekologi, organisme (bahasa Yunani: organon yang berarti alat)
adalah kumpulan molekul-molekul yang saling memengaruhi sedemikian sehingga berfungsi
secara stabil dan memiliki sifat hidup. http://id.wikipedia.org/wiki/Makhluk_hidup diakses 22-03-
2015, Pukul 13.40
34
METAFORA
KOMPONEN DESKRIPSI
LIVABLE CITY
Sistem otak dan Pemerintahan dan Kota layak huni memerlukan
saraf dari kota partisipasi keterlibatan aktif dari warga dalam
layak huni pembentukan visi, perencanaan,
pelaksanaan dan pemantauan rencana
Monitoring, regional dan tantangan yang berbasis
pengukuran, solusi untuk kota.
pembelajaran Kemampuan monitoring kota layak
huni setara dengan sistem saraf dalam
organisme hidup.
Sebuah kota layak huni
mengembangkan kemampuan untuk
mengukur kemajuan menuju tujuan,
untuk mendorong eksperimentasi dan
menguji ide-ide baru.
Belajar dari pengalaman, untuk
menyesuaikan strategi dalam
memperhatikan laporan dinamik suatu
keadaan dan pergeseran prioritas, dan
dengan cepat untuk merespon peluang
dan penolakan.
Jantung dari kota Nilai umum, rasa Kota layak huni berisi ruang publik
layak huni identitas dan yang aktif berfungsi untuk
tempat mencerminkan esensi dari dirinya
sendiri.
Untuk menciptakan dan memperkuat
identitas bersama, untuk berdiaolog
tentang nilai-nilai bersama.
Mengingat sejarah, perayaan dan
festival, dan untuk sosialisai oleh
anak-anak dan remaja.
Organ dari kota Seluruh Kota layak huni berfungsi campuran
layak huni masyarakat, ruang yang melingkupi seluruh masyarakat.
pusat Perumahan yang terjangkau dekat
perdagangan kota, dengan tempat belanja, pekerjaan,
35
31
Vanessa Timmer dan Nola Kate Seymoar, op.cit., hal. 4-6
BAB III
PENAFSRIRAN AYAT-AYAT TERM BALAD, QARYAH, MADI<NAH
DAN BATASAN BALDATUN T{AYYIBATUN WA RABBUN G{AFUR
A. Penafsiran Ayat-Ayat Term Balad, Qoryah, Madi<nah
Dalam al-Qur’an kota praja (kota yang dibatasi oleh peraturan
pemerintah) diperkenalkan dengan berbagai istilah yaitu term balad,
madi>nah, dan qaryah. kata madi>nah dan derivasinya muncul dalam al-
Qur’an sebanyak 14 1 kali yang berkonotasi “tempat bermukim”. Kata
madi>nah sendiri memiliki arti kota, maju dan berperadaban, sehingga
madi>nah lazim dipahami sebagai kota yang maju tertata dengan baik,
nyaman dan aman sebagai tempat tinggal. Sedangkan term balad dan
derivasinya diungkapkan dalam al-Qur’an sebanyak 19 2 kali yang
berkonotasi negara, kota, city, state. Bahwa yang dimaksud negara dalam
al-Qur’an adalah kota sebab saat turun al-Qur’an lazim dipahami sebagai
kota dengan negara adalah semakna. Adapun kata qaryah dan derivasinya
diungkapkan dalam al-Qur’an sebanyak 563 kali yang berkonotasi tempat
tinggal. Hanya saja pada umumnya qaryah cenderung dimaknai sebagai
desa tempat tinggal yang masih sederhana, sedangkan term madi>nah, kota
dipahami sebagai tempat tinggal yang sudah maju. Namun demikian
1
[ Yaitu: (al-‘A’ra>f [7]: 123), (at-Taubah [9]: 101 dan 120), (Yu>suf [12]: 30), (al-H{ijr
[15]: 67), (al-Kahfi [18]: 19 dan 82), (al-Naml [27]: 48), (al-Qas}as} [28]: 15, 18 dan 20), (al-
‘Ah}za>b [33]: 60), (Ya>-Si>n [36]: 20), (al-Muna>fiqu>n [63]: 8) ]
2
[ Yaitu: (al-‘A’ra>f [7]: 57 dan 58), (‘Ibra>hi>m [14]: 35), (an-Nah}l [16]: 7), (Fa>t}hir [35]:
9), (al-Balad [90]: 1 dan 2), (at-Ti>n [95]: 3), (al-Baqarah [2]: 126), (‘A>li-‘Imra>n [3]: 196), (Ga>fir
[40]: 4), (Qa>f [50]: 11 dan 36), (al-Fajr [89]: 8 dan 11), (al-Furqa>n [25]: 49), (al-Naml [27]: 91),
(Saba’ [34]: 15), (az-Zukhruf [43]: 11) ]
3
[ Yaitu: (al-Baqarah [2]: 58 dan 295), (an-Nisa’ [4]: 75), (al-‘An’a>m [6]: 92, 123 dan
131), (al-‘A’ra>f [7]: 4, 94, 161, 163, 82, 88, 96, 97dan 98), (Yu>nus [10]: 98), (Yu>suf [12]: 82 dan
109), (al-H{ijr [15]: 4), (an-Nah}l [16]: 112), (al-’Isra>’[17]: 16 dan 58), (al-Kahfi [18]: 59 dan 77),
(al-‘Anbiya>’[21]: 6, 11, 74 dan 95), (al-H{aj [22]: 45 dan 48), (al-Furqa>n [25]: 40 dan 51), (asy-
Syu’ara‘ [26]: 208), (al-Naml [27]: 34 dan 56), (al-Qas}as} [28]: 58 dan 59), (al-‘Ankabu>t [29]: 31
dan 34), (Saba’ [34]: 34 dan 18), (Ya>-Si>n [36]: 13), (az-Zukhruf [43]: 23 dan 31), (Muh}ammad
[47]: 13), (at}-T{ala>q [65]: 8), (Hud [11]: 100, 102 dan 117), (asy-Syu>raa [42]: 7), (al-‘Ah}qa>f [46]:
27), (al-H{asyr [59]: 7 dan 14) ]
36
37
4
Mujiyono Abdillah, Fikih Lingkungan (Panduan Spiritual Hidup Berwawasan
Lingkungan), Cet I, Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, Yogjakarta: 2005. 106-107
5
Departemen agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Qomari, Solo: 2007. hal.24
38
ِ ِِ ِ ِ
ورا
ً ُك ََْمظ َ ُِّك اًل ُُن ُّد َه ُؤََلء َوَه ُؤََلء م ْن َعطَاء َرب
َ ِّك َوَما َكا َن َعطَاءُ َرب
Artinya: kepada masing-masing golongan baik golongan ini
maupun golongan itu. Kami berikan bantuan dari kemurahan
Tuhanmu. dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi. (al-isra’
[17]: 20)7
Kenikmatan yang diberikan kepada kaum kafir itu akan terbatas
pada umur mereka. Kemudian, mereka akan dikembalikan ke neraka,
tempat yang paling jelek. Kami pun memberi rizki kepada kaum kafir,
tetapi kami hanya memberi kenikmatan kepada mereka dalam batas
tertentu, yakni selama mereka di dunia. Kemudian akan kami giring
6
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Qomari, Solo: 2007. hal. 552
7
Ibid., hal. 387
39
ِ ف ْاْلَتاَي ِ ِ ِ
اتَ ُ صِّر َ ُك ن َ ُب َيَُْر ُج نَبَاتُهُ بِِإ ْذ ِن َربِِّه َوالَّذي َخب
َ ث ََل َيَُْر ُج إََِّل نَك ًدا َك َذل َّ
ُ َِّواْلبَ لَ ُد الطي
لَِق ْوٍم تاَيَ ْش ُك ُرو َن
Artinya: dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur
dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-
tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi
tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.
(Q.S. al-‘A’ra>f [7]: 58)10
8
Ah}mad Must}afa Al-Mara>ghi, Tafsir Al-Mara>ghi, (Ed). Basil Uyun al-sud, Jil.I (1, 2, 3),
Dar al-Kotob al-Ilmiyah, Beirut: 2006. hal. 177-178
9
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz I, Pustaka Panjimas, Jakarta: 1982. hal. 306-307
10
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Qomari, Solo: 2007. hal. 212
11
Ah}mad Must}afa Al-Mara>ghi, Tafsir Al-Mara>ghi, (Ed). Basil Uyun Al-Sud, Jil. III
(7,8,9), Dar Al-Kotob Al Ilmiyah, Beirut: 2006. hal. 329-330
40
ِ ِ ِ َ َوإِ ْذ ق
َصنَ َام َّ َِاجنُْب ِن َوب
ْ ن أَ ْن نَ ْعبُ َد ْاْل ْ اج َع ْل َه َذا الْبَ لَ َد آَمنًا َو
ْ بِّ يم َر
ُ ال إبْ َراه َ
12
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz VIII, Pustaka Panjimas, Jakarta: 1982. hal. 268
13
M. Quraish Shihab, Tafsif Al-Misbah (Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an), Vol.
5, Lentera Hati, Jakarta: 2002. hal. 128
14
Ah}mad Must}afa Al-Mara>ghi, op.cit., hal. 330
41
ي َوِِشَ ٍال ُكلُوا ِم ْن ِرْزِق َربِّ ُك ْم َوا ْش ُك ُروا لَهُ بَ ْل َدة ِ َلَ َق ْد َكا َن لِسبٍإ ِف مس َكنِ ِهم آَتاَية جنَّت
ٍ ِان َع ْن ََي َ َ ْ ْ َ ََ
طَيِّبَة َوَرب َغ ُفور
Artinya: Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan
Tuhan) di tempat kediaman mereka Yaitu dua buah kebun di
sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan):
“Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan
bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang
baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun. (Q.S.
Saba’ [35]: 15)20
21
Ah}mad Must}afa Al-Mara>ghi, Tafsir Al-Mara>ghi, (Ed). Basil Uyun Al-Sud, Jil. VIII
(22,23,24), Dar Al-Kotob Al Ilmiyah, Beirut: 2006. hal. 116-117
22
M. Quraish Shihab, Tafsif Al-Misbah (Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an), Vol.
11, Lentera Hati, Jakarta: 2002, hal. 363
44
diampuni Tuhan. Asal saja dalam segala gerak-gerik hidup itu Tuhan tidak
dilupakan. 23
ٍ اس َق
ات ََلَا طَْلع ِ ِ ْ ب
ِ والنَّخل ب. يد ٍ السم ِاء ماء مبارًكا فَأَنْبْت نَا بِِه جن ِ
َ َ ْ َ اْلَص َّ َّات َو َح َ َ َ َُ ً َ َ َّ َونََّزلْنَا م َن
. ِرْزقًا لِْلعِبَ ِاد َوأ َْحيَ ْي نَا بِِه بَْل َد ًة َمْيتًا َك َذلِ َك ْاْلُُر ُوج. نَ ِضيد
Artinya: dan Kami turunkan dari langit air yang banyak
manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan
biji-biji tanaman yang diketam,
dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang
yang bersusun- susun,
untuk menjadi rezki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami
hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). seperti Itulah
terjadinya kebangkitan.(Q.S. Qa>f [50]: 9-11)26
23
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz XXII, Pustaka Panjimas, Jakarta: 1982. hal. 152
24
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Qomari, Solo: 2007. hal. 903
25
Ah}mad Must}afa Al-Mara>ghi, Tafsir Al-Mara>ghi, (Ed). Basil Uyun Al-Sud, Jil. X
(28,29,30), Dar Al-Kotob Al Ilmiyah, Beirut: 2006. hal. 453
26
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Qomari, Solo: 2007. hal. 748
27
Ah}mad Must}afa Al-Mara>ghi, Tafsir Al-Mara>ghi, (Ed). Basil Uyun Al-Sud, Jil. IX
(25,26,27), Dar Al-Kotob Al Ilmiyah, Beirut: 2006. hal. 258
45
ت بِأَنْعُ ِم ٍ ت آَِمنَةً مطْمئِنَّةً تاَيأْتِيها ِرْزقُها ر َغ ًدا ِمن ُك ِّل م َك
ْ ان فَ َك َفَر ْ َب اللَّهُ َمثًًَل قَ ْرتاَيَةً َكان
َ ْ َ َ َ َ َ ُ َ ضَر
َ َو
ِ ِ ْ وع و ِ َّ ِ َّ
صنَ ُعو َن
ْ َاْلَْوف ِبَا َكانُوا تاَي َ َالله فَأَذَاقَ َها اللهُ لب
َ ِ ُاس ا ْْل
Artinya: dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan)
sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang
kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi
28
M. Quraish Shihab, Tafsif Al-Misbah (Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an), vol.
13, Lentera Hati, Jakarta: 2002, Hal. 286
29
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Qomari, Solo: 2007. hal. 748
30
Ah}mad Must}afa Al-Mara>ghi, op.cit., hal. 259
46
31 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Qomari, Solo: 2007. hal. 381
32
Ah}mad Must}afa Al-Mara>ghi, Tafsir Al-Mara>ghi, (Ed). Basil Uyun Al-Sud, Jil. V
(13,14,15), Dar Al-Kotob Al Ilmiyah, Beirut: 2006. hal. 265
33
M. Quraish Shihab, Tafsif Al-Misbah (Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an), Vol.
7, Lentera Hati, Jakarta: 2002, Hal. 369
47
dari setiap penjuru, dari langit tersebab hujan yang teratur, dari bumi
tersebab ikannya banyak, dari negeri lain karena mudah perhubungan,
“rimbah ripah loh jinawi”. Semuanya itu mudah saja tuhan mencabutnya,
bertukar dengan kelaparan dan ketakutan. Kering dan kemarau, hujan
tidak membawa subur tetapi membawa banjir. Panas tidak memasak padi,
tetapi mengahancurkan benih. Kelaparan akan datang menimpa, akan
terjadi apa yang kita namai “busung lapar” akan merampas kepunyaan
orang yang berada. Orang jadi ketakutan selalu, takut dirampok, takut
garong dan takut serangan dari luar. Yang kuat menganiaya yang lemah,
sehingga tempat berlindung tidak ada lagi. Sebab-musabanya telah jelas
dalam ayat ini, yaitu karena penduduk telah kufur, atau tidak menyambut
dengan sepantasnya nikmat yang telah ada dan tidak sanggup memlihara
sumber nikmat itu. Semua berebut untuk mencari keuntungan sendiri,
lantaran itu maka kutuk laknat yang didatangkan Tuhan adalah satu hal
yang sewajarnya sebab kesalahan mereka sendiri. 37
Dapat disimpulkan bahwa ayat ini adalah undang-undang yang
tetap dari Tuhan bahwasannya dosa suatu msayarakat dari satu negeri bisa
menyebabkan datangnya kutuk tuhan kepada negeri itu. Mungkin dalam
negeri itu ada juga orang baik-baik, namun mereka telah terbawa rendong
dan menjad korban dari kesalahan yang berbuat durjana. 38
ِ ِ ِ ِ
َ وك إِذَا َد َخلُوا قَ ْرتاَيَةً أَفْ َس ُد
َ وها َو َج َعلُوا أَعَّزةَ أ َْهل َها أَذلَّةً َوَك َذل
ك تاَيَ ْف َعلُو َن َ ُت إِ َّن الْ ُمل
ْ َقَال
Artinya: Dia berkata: "Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki
suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan
penduduknya yang mulia Jadi hina; dan demikian pulalah yang
akan mereka perbuat. (Q.S. al-Naml [27]: 34)39
37
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz XIV, Pustaka Panjimas, Jakarta: 1982. hal. 308
38
Ibid.,
39
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Qomari, Solo: 2007. hal. 534
49
ِ
َ َِوقَالُوا ََْن ُن أَ ْكثَ ُر أ َْم َو ًاَل َوأ َْوََل ًدا َوَما ََْن ُن ِبَُع َّذب
ي
42
M. Quraish Shihab, Tafsif Al-Misbah (Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an), Vol.
10, Lentera Hati, Jakarta: 2002. hal. 221
43
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Qomari, Solo: 2007. hal. 203
44
Ah}mad Must}afa Al-Mara>ghi, Tafsir Al-Mara>ghi, (Ed). Basil Uyun Al-Sud, Jil. III
(7,8,9), Dar Al-Kotob Al Ilmiyah, Beirut: 2006. hal. 260-261
51
45
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Qomari, Solo: 2007. hal. 612
46
M. Quraish Shihab, Tafsif Al-Misbah (Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an), Vol.
5, Lentera Hati, Jakarta: 2002. hal. 12
47
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz VIII, Pustaka Panjimas, Jakarta: 1982. hal.176
48
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Qomari, Solo: 2007. hal. 218
52
49
Ah}mad Must}afa Al-Mara>ghi, Tafsir Al-Mara>ghi, (Ed). Basil Uyun Al-Sud, Jil. III
(7,8,9), Dar Al-Kotob Al Ilmiyah, Beirut: 2006. hal. 361-362
50
M. Quraish Shihab, Tafsif Al-Misbah (Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an), Vol.
5, Lentera Hati, Jakarta: 2002. Hal. 182-183
51
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Qomari, Solo: 2007. hal. 609
54
52
Ah}mad Must}afa Al-Mara>ghi, Tafsir Al-Mara>ghi, (Ed). Basil Uyun Al-Sud, Jil. VIII
(22,23,24), Dar Al-Kotob Al Ilmiyah, Beirut: 2006. hal. 60
53
M. Quraish Shihab, Tafsif Al-Misbah (Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an), vol.
11, Lentera Hati, Jakarta: 2002. hal. 366
55
اب ُس َّج ًدا َوقُولُوا ِحطَّة ِ ُ وإِ ْذ قُ ْلنَا ْادخلُوا ه ِذهِ الْ َقرتاَيةَ فَ ُكلُوا ِمْن ها حي
َ َث شْئتُ ْم َر َغ ًدا َو ْاد ُخلُوا الْب َْ َ َْ َ ُ َ
ي ِ ِ ِ
ُ نَ ْغف ْر لَ ُك ْم َخطَاتاَيَا ُك ْم َو َسنَ ِز
َ تاَيد اْل ُم ْحسن
Artinya: dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: "Masuklah kamu
ke negeri ini (Baitul Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya,
yang banyak lagi enak dimana yang kamu sukai, dan masukilah
pintu gerbangnya sambil bersujud, dan Katakanlah: "Bebaskanlah
Kami dari dosa", niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu,
dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada orang-
orang yang berbuat baik". (Q.S. Al-Baqarah [2]: 58).55
54
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz XXII, Pustaka Panjimas, Jakarta: 1982. hal. 156
55
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Qomari, Solo: 2007. hal. 11
56
56
Ah}mad Must}afa Al-Mara>ghi, Tafsir Al-Mara>ghi, (Ed). Basil Uyun Al-Sud, Jil. I
(1,2,3), Dar Al-Kotob Al Ilmiyah, Beirut: 2006. hal. 107-108
57
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz I, Pustaka Panjimas, Jakarta: 1982. hal. 206
57
ال فِْر َع ْو ُن آَ َمْنتُ ْم بِِه قَ ْب َل أَ ْن آَ َذ َن لَ ُك ْم إِ َّن َه َذا لَ َمكْر َم َك ْرُتُُوهُ ِف اْل َم ِدتاَينَ ِة لِتُ ْخ ِر ُجوا ِمْن َها
َ َق
ف تَ ْعلَ ُمو َن َ أ َْهلَ َها فَ َس ْو
Artinya: Fir'aun berkata: "Apakah kamu beriman kepadanya
sebelum aku memberi izin kepadamu?, Sesungguhnya (perbuatan
ini) adalah suatu muslihat yang telah kamu rencanakan di dalam
kota ini, untuk mengeluarkan penduduknya dari padanya; Maka
kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu ini). (Q.S. al-
A’ra>f [7]: 123)58
58
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Qomari, Solo: 2007. hal. 221
59
Ah}mad Must}afa Al-Mara>ghi, Tafsir Al-Mara>ghi, (Ed). Basil Uyun Al-Sud, Jil. III
(7,8,9), Dar Al-Kotob Al Ilmiyah, Beirut: 2006. hal. 376-377
58
apa yang terjadi adalah makar. Boleh jadi juga -dan kemungkinan ini lebih
kuat- merupakan dalih untuk menutupi kekalahan para penyihir yang
sangat diandalkan serta untuk menghalangi para hadirin yang
mennyaksikan peristiwa tersebut beriman kepada nabi Musa.60
Sedangkan Hamka, Fir’aun menuduh Musa sebagai guru mereka,
itulah tuduhan yang ditimpakan Fir’aun kepada ahli-ahli sihirnya sendiri.
Hal yang nyata telah diputar-balikan, mereka telah dituduh berkhianat,
padahal duduk soal bukan demikian. Tapi karena dia berkuasa,
tuduhannya itulahlah yang dianggap benar.61
ِ ض وََل تاَي ِ ٍ ِِ ِ
حو َن ْ ُ َ ِ َوَكا َن ِف الْ َمدتاَينَة ت ْس َعةُ َرْهط تاَيُ ْفس ُدو َن ِف ْاْل َْر
ُ صل
Artinya: dan adalah di kota itu sembilan orang laki-laki yang
membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat
kebaikan. (Q.S. al-Naml [27]: 48)62
60
M. Quraish Shihab, Tafsif Al-Misbah (Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an), Vol.
5, Lentera Hati, Jakarta: 2002, hal. 208
61
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz IX, Pustaka Panjimas, Jakarta: 1982. hal. 35
62
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Qomari, Solo: 2007. hal. 536
63
Ah}mad Must}afa Al-Mara>ghi, Tafsir Al-Mara>ghi, (Ed). Basil Uyun Al-Sud, Jil. VII
(19,20,21), Dar Al-Kotob Al Ilmiyah, Beirut: 2006. hal. 121
64
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz XIX, Pustaka Panjimas, Jakarta: 1982. hal. 223
59
65
M. Quraish Shihab, Tafsif Al-Misbah (Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an), Vol.
10, Lentera Hati, Jakarta: 2002, hal. 237
66
Ibid, hal. 113-115
60
hanya terulang sekali dalam al-Qur’an, yaitu terdapat dalam Q.S. Saba’
[34]: 15, Ayat ini diartikan dengan negeri yang baik, bisa diartikan sebagai
tempat bukan kepada kumpulan orang. Ayat ini menjelaskan tentang
pemimpin Saba’ yang diinformasikan oleh al-Qur’an disebut sebagai
negeri yang baik disamping faktor geografis (adanya bendungan ‘Arim),
ada juga tentang prinsip musyawarah (an-Naml [27]: 32), hal ini bisa
dilihat dari sikap ratu Bilqis, sebagai penguasa kerajaan Saba’ yang selalu
meminta pendapat terhadap bawahannya apabila ingin memutuskan
permasalahan yang penting. 67 Lebih lanjut, dengan anti kekerasan (an-
Naml [27]: 34), hal ini dapat dilihat dari tanggapan ratu Bilqis terhadap
usulan yang diajukan bawahannya, untuk mengirim pasukan perang guna
menyerang kerajaan Sulaiman68.
Dalam bunkunya Komarudin Hidayat dan Ahmad Gaus AF,
mengatakan bahwa dalam al-Qur’an terdapat prinsip atau nilai yang harus
dipraktikan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, yang juga
merupakan prinsip universal didukung oleh negara-negara yang beradab
pada umumnya, meskipun substansinya tidak sama persis antara konsep
islam dengan konsep lain itu.69 Hal ini juga dijelaskan oleh Ibnu Khaldun
dalam bukunya Munawir Sjadzali. Jelasnya, ada pengaruh geografis
terhadap kehidupan kota, keanekaragaman keadaan fisik, watak, mental
dan perilaku manusia yang disebabkan oleh faktor geografi, iklim, cuaca
yang ada pada wilayah itu. Di mana watak, kepribadian, wawasan dan
perilaku manusia dan masyarakat dapat beragam sebagai akibat dari
pengaruh lingkungan, iklim dan cuaca di kawasan tempat mereka hidup,
oleh sebagian ahli islam ini digunakan sebagai dasar argumentasi bahwa
pelaksanaan ajaran dan hukum islam yang universal itu dapat berbeda
67
Ali Nurdin, Quranic Society (Menulusuri Konsep Masyarakat Ideal Dalam Al-Qur’an),
Erlangga PT Gelora Aksara Pratama, Jakarta: 2006. hal. 117
68
Ibid, hal. 117
69
Komarudin Hidayat Dan Ahmad Gauf AF, Islam Negara Dan Civil Society (Gerakan
Dan Pemikiran Islam Kontemporer), Paramadina, Jakarta: 2005, hal. 74
61
70
Munawir Sjadzali, Islam Dan Tata Negara (Ajaran, Sejarah Dan Pemikiran), UI-Press,
Jakarta: 1993, hal. 103-104
71
Komarudin Hidayat Dan Ahmad Gaus AF, op. cit., hal, 89-90
62
72
Ali Nurdin, op.cit., hal. 247
73
Shalahuddin Sanusi, Integrasi Umat Islam (Pola Pembinaan Kesatuan Ummat Islam),
Iqamatuddin, Bandung: 1967, hal. 71
74
Ali Nurdin, op.cit., Hal. 270
75
Shalahuddin Sanusi, op.cit., hal. 47
63
76
Ali Nurdin, op.cit., hal. 279
77
Shalahuddin Sanusi, op.cit., hal. 121
78
Ali Nurdin, op.cit., hal. 226
79
Ibid, hal. 247
64
Tuhan itu tidak hanya uma islam. Banyak umat agama-agama lain juga
percaya akan ke-Esa-an Tuhan, termasuk umat Yahudi. Diantara umat-
umat itu ada yang meng-Esa-kan Tuhan dengan jelas, tetapi juga terdapat
mereka yang percaya ke-Esa-an Tuhan itu secara impilisit. Maka dengan
tauhid itu dapat dipergunakan sebagai keyakinan dasar untuk landasan
hubungan bermasyarkat antar umat-umat dari berbagai agama. 83
Masyarakat yang diiedalkan oleh al-Qur’an adalah sebuah
masyarakat yang anggotanya adalah orang-orang yang sepenuhnya
beriman. Iman diperlukan untuk meletakkan timbangan yang benar
tentang nilai dan pengenalan yang benar tentang ma’ruf dan munkar.
Artinya amar ma’ruf dan nahi munkar saja belum cukup untuk menjadikan
sebuah masyarakat yang ideal, diperlukan ukuran yang jelas dan kokoh
yang tak lain itu adalah iman.84
2. Amar Ma’ruf Dan Nahi Munkar
Kata ma’ruf diartikan sebagai suatu yang diketahui, yang dikenal,
atau yang diakui. Adakalanya juga diartikan sebagai menurut nalar
(reason), sepantasnya dan secukupnya. Al-As}fahaniy mengartikan sebagai
“apa yang dianggap baik oleh syariat dan akal”. 85
Al-Mara>ghi dalam mengartikan ma’ruf yaitu sesuai dengan
ketentuan syara’ dan tidak diingkari oleh orang-orang yang mempunyai
harga diri, juga bukan termasuk penghiyanatan atau ketamakan. Hal ini
hampir sama dengan yang dikatakan oleh Abdullah Yusuf Ali yang
mengartikan dengan just and reasonable (adil dan dapat diterima akal
sehat).86 Konsep ma’ruf ini dalam al-Qur’an mengindikasikan adanya
kesepakatan umum (common sense) yang berlaku dalam masyarakat.
Karena sifatnya yang lokalistik, praktis, dan temporal maka sangat
mungkin terjadi perbedaan ma’ruf antara satu masyarakat muslim dengan
83
Munawir Sjadzali, Islam Dan Tata Negara (Ajaran Sejarah Dan Pemikiran), UI-Press,
Jakarta: 1990. hal. 187
84
Ali Nurdin, op cit., 165
85
Ibid, hal. 165
86
Ibid, hal. 168
66
msayarakat muslim lainnya, bahkan juga dalam satu waktu dengan waktu
lain dalam satu masyarakat.87 Nahi Munkar, dapat dipahami dengan arti
mencegah perbuatan yang munkar, dapat diartikan sebagai segala sesuatu
yang dipandang buruk, baik dari norma syari’at maupun norma akal yang
sehat. Atau dalam syariat bisa dikatakan sebgai segala sesuatu yang
melanggar norma-norma agama dan budaya atau adat istiadat.88
Menurut Hamka, seperti dalam surat Saba’: 34 dan sayaratnya
ditunjukkan dalam surat al-A’ra>f: 96 yang berbicara kesejahteraan.
Mengisahkan tentang penduduk negeri saba’ yang makmur, “baldatun
t}ayyibatu wa rabbun g}afur”, tanah yang subur dan Allah pengampun.
Terdapat pedoman hidup yang jelas, bahwasannya hidup beriman dan
bertakwa semata-mata karena hendak mengejar masuk surga di akhirat,
bahkan terlebih dahulu menuju berkat dan melimpah-ruah dalam dunia ini.
Kemakmuran ekonomi kait terkait, tali bertali dengan kemakmuran iman.
Betapapun melimpahnya kekayaan bumi yang telah dapat dibongkar
manusia, tidaklah dia akan membawa berkat kalau iman dan takwa tidak
ada dalam jiwa, maka segala bencana yang menimpa suatu umat, bukanlah
dari salah orang lain, melainkan dari sebab usaha yang salah. Timbul
kesalahan karena iman dan takwa tidak ada lagi. 89
87
Ibid, hal. 175
88
Ibid, hal. 203
89
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz IX, Pustaka Panjimas, Jakarta: 1982. Hal. 17
BAB IV
ANALISIS KONSEP KOTA LAYAK HUNI (LIVABLE CITY) DALAM
AL-QUR’AN DAN RELEVANSI KONSEP KOTA LAYAK HUNI BAGI
KOTA-KOTA MOEDRN
A. Kota Layak Huni Menurut al-Qur’an
Ash-fahaniy dalam kitabnya mufrada>t fi ghari>b al-Qur’an, kota
dalam term Qoryah, Madi>nah, Balad diartikan nama suatu tempat
berkumpulnya manusia atau pun perkumpulan manusia. Kota adalah
tempat yang diukur, dibatasi dan diwujudkan dengan kesepakatan yang
menempati dan yang mendirikanya.1
Kota sebagaimana digagas oleh Markuz Zahnd (1999), mengatakan
bahwa kota adalah salah satu ungkapan kehidupan manusia yang mungkin
paling kompleks. Kebanyakan ilmuwan berpendapat bahwa, dari segi
budaya dan antropologi, ungkapan kota sebagai ekspresi kehidupan orang
sebagai pelaku dan pembuatnya adalah paling penting dan sangat perlu
diperhatikan. Hal tersebut karena pemukiman perkotaan tidak memiliki
makna yang berasal dari dirinya sendiri, melainkan dari kehidupan di
dalamnya. 2
Kota layak huni merefleksikan pada pendapat yang dikemukakan
oleh Mujiono Abdillah, bahwa kota ideal adalah kota yang mampu
memenuhi trisula kebutuhan yaitu kebutuhan biologis, psikologis dan
ekologis. Kebutuhan biologis meliputi papan dan pangan yang yang
diringkas dalam term kota aman. Sedangkan kebutuhan psikologis
diungkapkan dengan term nyaman yakni tentram, damai dan sentausa.
Adapun kebutuhan ekologi diungkapkan dengan kehidupan kota yang baik
dan bagus.
1
Abi Al-Qa>sim al-Husain, Al-Mufrada>tu Fi> Gari>bi Al-Qur’a>n, Maktabah Nazar Mustafa
Al-Bani, Juz I-II, tt. hal. 76, 521, 601
2
Markuz Zahnd, Perancangan Kota Secara Terpadu; Teori Perancangan Kota Dan
Penerapannya, Kanisius, Yogyakarta: 1999. hal. 2
67
68
manusia terdiri atas dua hal: (a) kebutuhan fisiologis berupa makan,
minum, pakaian dan tempat tinggal (b) kebutuhan psikologis berupa rasa
aman, loyalitas.
Permohonan nabi Ibrahim yang mengaharapkan agar baitul haram
dijadikan sebagai tempat yang aman dan selamat dari keserakahan yang
ingin menguasai. Selain itu, memohon agar tempat itu terbebas dari
siksaan Allah, tidak seperti negara-negara lain yang sering tertimpa agin
topan, gempa bumi, banjir dan bencana alam lainnya yang merupakan
pertanda kemurkaan Allah dan siksaan-Nya. Ibrahim juga memohonkan
agar penghuninya mendapatkan rizki buah-buahan. Ada kalanya ditanam
sendiri di tempat yang dekat, atau didatangkan dari tempat yang jauh.
Pemberian nikmat Tuhan tidak terbatas oleh orang mu’min dan
namun orang kafir pun akan mendapatkan hak yang sama. Namun, nikmat
yang diberikan kepada orang kafir hanya sebatas ketika hidup dunia dan
nanti di akhirat akan mendapatkan balasannya. Dapat dipermisalkan orang
yang kaya kebendaan tetapi miskin jiwa gersang dan sunyi dari pada iman
maka neraka yang jadi tempatnya.
Melihat Do’a nabi Ibrahim dalam surat ‘Ibra>hi>m [14]: 35,
dimaksudkan sebagai peringatan terhadap pengabulan berita tentang
Ibrahim, ketika dia berdo’a, “Jadikanlah Mekah sebagai negeri yang
aman”. Dijadikan kota Mekah sebagai tanah suci, tidak boleh terjadi
pertumpahan darah; seorang tidak boleh berbuat zalim, binatangnya tidak
boleh diburu dan rerumputannya tidak boleh dipotong, jangan ada hura-
hura dan siapa yang masuk kesana terjaminlah kiranya keselamatannya.
Kota yang aman ini, harusnya bisa berkesinambungan hingga akhir masa
dalam memberikan keamanan dan kententraman.
Setelah digambarkan mengenai keadaan dari keamanan dan
pemberian rizki oleh Allah terhadap kota Mekah. Kemudian dalam surat
al-A’ra>f [7]: 96-98, dijelaskan bagaiman cara penduduk Mekah (‘Ahlu al
Qura< ) untuk mendapatkan rasa aman dan tentram, yaitu berupa Iman yang
benar dan agama yang haq sebagai jalan datangnya kebahagiaan duniawi,
70
dan dalam soal materi selain orang mukmin, orang kafir pun ikut pula
merasakannya. Syarat didatangkan nikmat dan rahmat Tuhan terhadap
penduduk kota Mekah dan kota-kota lain ialah mau beriman dengan
beribadah kepada Allah dan mereka mau meninggalkan segala yang
dilarang seperti syirik dan berbuat kerusakan di bumi dengan melakukan
kekejian dan dosa-dosa. Dapat dijelaskan melalui:
a) Dengan tidak berbuat kerusakan di bumi, maka akan dibukakan untuk
mereka bermacam-macam berkah dari langit dan bumi yang belum
mereka ketahui sebelumnya. Berkat ini secara hakiki adalah berupa
hujan membawa kesuburan bumi dengan adanya tumbuhan dan hasil
bumi yang tak lain ialah harta dan kekayaan yang terpendam dalam
bumi yaitu besi, emas, perak, dan logam yang lain, atau mengatur
perkebunan yang luas. Sedangkan secara ma’nawi ialah timbulnya
fikiran yang baru dari petunjuk Allah, baik berupa wahyu yang
dibawakan oleh rasul atau ilham yang ditumpahkan Tuhan kepada
orang-orang yang berjuang dan ikhlas dengan didatangkannya
bermacam-macam ilmu pengatahuan dan kepahaman tentang sunah-
sunah alam semesta yang belum pernah dicapai oleh umat manusia
sebelumnya.
b) Dengan beriman dan takwa, akan terbuka fikiran dan ilham pun
datang, dengan hasil kerjasama (silaturrahmi) sesama manusia.
Keimanan menjadikan seorang selalu merasa aman dan optimis, dan
ini mengantarnya hidup tenang dan dapat berkonsentrasi dalam usaha.
Ketakwaan penduduk suatu negeri menjadikan mereka bekerja sama
dalam kebajikan dan tolong menolong, dalam mengelola bumi untuk
tujuan bersama. Keimanan kepada Allah harus selalu ditekankan
dalam segala hal, termasuk dalam upaya memperoleh rezeki.
Pemenuhan kebutuhan keamanan dan rizki dengan didasari iman
menurut al-Qur’an merupakan salah satu syarat kota layak huni. Atas
dasar iman dan takwa ini membawa kerjasama antar manusia dan
hubungan kepada Tuhannya. Di mana dapat dipahami kota harus mampu
71
4
Mujiono Abdilah, Fikih Lingkungan (Panduan Spiritual Hidup Berwawasan
Lingkungan), Cet I, Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, Yogjakarta: 2005. hal. 115
75
5
Komarudin Hidayat dan Ahmad Gaus AF, Islam Negara Dan Civil Society, Paramadina,
Jakarta: 2005. hal. 330
76
keadilan terhadap orang lain ini terbagi kedalam tiga bagian; Pertama,
keadilan terhadap bawahan. Kedua keadilan terhadap atasannya. Ketiga
keadilan terhadap mereka yang setingkat.
4. Keamanan yang merata, Dengan meratanya keamanan, rakyat dapat
menikmati ketenangan bathin, dan dengan tidak adanya rasa takut akan
berkembang inisiatif dan kegiatan serta daya kreasi rakyat. Meratanya
keamanan adalah akibat dari menyeluruhnya keadilan.
5. Kesuburan tanah yang berkesinambungan, Dengan kesuburan tanah,
kebutuhan rakyat akan bahan makanan dan kebutuhan materi lain dapat
dipenuhi, dan dengan demikian dapat dihindarkan perbuatan dengan
segala akibat buruknya.
6. Harapan keberlansungan hidup, Dalam kehidupan manuisa terdapat
kaitan yang erat antara satu generasi dengan genarasi yang lain.
Generasi sekarang adalah pewaris dari generasi yang lalu, dan yang
mempersiapkan sarana-sarana dan wahana-wahana hidup bagi generasi
yang akan datang.6
Dari gagasan al-Mawardi ini, sangat erat sekali kaitannya dengan
konsepsi dari kota layak huni yaitu tujuannya pada peningkatan kualitas
hidup dan kenyaman rakyat menjadi kunci dari kota menuju kelayakan
huni. Kesamaan ini terlihat dari kriteria penataan kota yang melibatkan
peran pemerintah dan warganya, keamanan merata demi menjaga
ketenangan kota, kesuburan tanah demi menjaga kenyamanan kota dengan
bentuk pemenuhan materi.
6
Munawir Sjadali, Islam Dan Tata Negara (Ajaran, Sejarah Dan Pemikiran), Edisi 5,
UI-Press, Jakarta: 1993. hal. 61
78
Dalam menuju kota layak huni hal yang paling urgen adalah nilai
kenyamanan dari masyarakat kota. Dalam menanggapi ini al-Qur’an
memberikan gagasannya “baldatun t}ayyibatun wa rabbun gafur”, bahwa
kota yang nyaman di mana kota diharapkan mampu memberikan
kenyamanan warganya dalam hal konservasi dan pembangunan
lingkungan dengan melihat kota yang baik harus memiliki nilai
kenyamanan sebagai upaya dalam melestarikan lingkungan dengan
memperhatikan aspek tanah dan airnya. Di mana tanah yang baik adalah
tanah yang dapat menumbuhkan taman-taman dan tumbuhan. Dengan
taman-taman kota akan terlihat estetis dan enak di pandang. Perhatian
khusus al-Qur’an terlihat pada sistem pelestarian tanah dengan adanya
sistem sanitasi yang sekarang merupakan nilai ukur dari pelestarian
lingkungan, sanitasi lingkungan (cara menyehatkan lingkungan hidup
manusia terutama lingkungan fisik, yaitu tanah, air, dan udara) sangat
dibutuhkan dalam memberikan kesejahteraan masyarakat kota.
Dalam mencapai keamanan dan kenyaman ini, al-Qu’an sering kali
melibatkan peran Tuhan sebagai pencipta alam dengan segala bentuk
sunah-sunah alam, dengan begitu hubungan Tuhan seringkali diikut
sertakan dalam pengembangan kualiatas hidup manusia di bumi dengan
dikaitkan nilai keimanan manusia sebagai tolok ukur dari terbentuknya
pribadi manusia sebagai khalifah Tuhan di bumi. Dimana Tuhan akankah
memberi berkat kepada penghuni bumi, atau malah memberikan murka
kepada penduduk bumi yang tidak beriman dan bertakwa sehingga mereka
suka berbuat kerusakan dan keonaran di bumi.
Sebagaimana dalam menjaga lingkungan ini, dalam buku Islam
Ramah Lingkunga karya Nadjamudin Ramli, yang mengambil pendapat
dari tafsir al-Misbah M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa terjadinya
kerusakan merupakan akibat dari dosa dan pelanggar yang dilakukan oleh
manusia sehingga mengakibatkan gangguan keseimbangan di darat dan di
laut. Sebaliknya, ketidak seimbangan itu mengakibatkan siksaan kepada
manusia. Semakin banyak perusakan terhadap lingkungan semakin besar
82
7
Nadjamudin Ramly, Islam Ramah Lingkungan (Konsep Dan Strategi Islam Dalam
Pengelolaan, Pemeliharaan Dan Penyelamatan Lingkungan), Grafindo Khazanah Ilmu, Jakarta:
2007. hal. 20
8
Ibid., 27
83
kesejahteraan bersama. Pemimipin yang baik ini sesuai pandangan dari al-
Qur’an adalah pemimpin tidak memikirkan kebutuhan pribadinya tapi
lebih memikirkan kebutuhan rakyatnya. Pemimpin yang tidak serakah dan
pongah terhadap kekuasaan dan kejayaan. Pemimipin yang tidak
melakukan makar terhadap rakyatnya demi kekuasaan dan
kedigdayaannya. Pelestarian lingkungan di mana peran masyrakat dan
pemimpin ini harusnya ketika sudah mengkonsusmsi penghasilan dari
lingkungan diharapkan juga melakukan pembaruan dengan mengadakan
perbaikan, bukan hanya membiarkannya bagitu saja yang nantinya
berdampak pada ketidak stabilan lingkungan dan berakibat bencana alam
yang akan terjadi.
Dalam bentuk penataan kota, di mana kota-kota yang dibangun
harusnya terbubung dengan kota lain dengan terhubungnya ini diharapkan
kota dapat memberikan pelayanann kepada pengunujug dengan
diperlihatkannya kenyamanan kota dari bentuk fisik kota berupa taman-
taman dan penghijauan sebagai nilai estetis kota dan keperluan dalam
perhubungan ekonomi antar kota. Dengan terhubungnya kota satu dangan
kota yang lain diharapkan dapat memberikan jalur perekonomian yang
efektif sebab dengan jalur ini roda perekonomian dapat berjalan.
Senada dengan pendapat yang oleh Rukmanto dengan mengambil
pemikiran Alan Dacon (2002, 4 persepective on walfare), berpendapat
bahwa mental kesejahteraan suatu negara atau kota, dimana kehidupan
suatu masyarakat dengan pemerintahnya yang bertanggung jawab
menjamin bahwa setiap warganya menerima pendapatan minimum dan
mempunyai akses sebesar mungkin yang ia mampu meraih (untuk
memenuhi kebutuhan hidpunya) pada bidang perawatan kesehatan,
perumahan, pendidikan dan pelayanan sosial personal melalui berbagai
macam layanan sosial (social servise).9
9
Isbandi Rukminto Adi, Kesejahteraan Sosial: Pekerjaan Sosial, Pembangunan Sosial
Dan Kajian Pembangunan, Rajawali Pers, Jakarta: 2013. hal. 248
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Uapaya terakhir dalam penulisan ini adalah meyimpulkan atau
menjawab pokok permasalahan di atas sebagai berikut:
1. Kota Layak Huni Menurut al-Qur’an
Kota layak huni dari pandangan al-Qur’an ada 3 poin penting
sabagai syarat kota dapat diidentifikasikan sebagai kota yang layak huni.
Pertama, Kota yang mampu memberikan rasa aman, kota aman ini di
istilahkan dengan ungkapan balad amii>n, mas|alan qaryatan ka>nat
'a>minatan mut}ma'inatan. Terpenuhinya rasa aman; kota yang terlepas dari
serangan musuh, peperangan, kelaparan, dan perampokan, rizki yang
banyak datang kepadanya dari seluruh negeri. Selain itu ditambahkan
bahwa kota yang aman terikat dengan iman yang baik dan haq, karena
dengan iman manusia akan selalu merasa diawasi oleh Tuhan dan
bersyukur terhadap berkat, rahmat dan nikmat-Nya dengan balasan kita
beribadah dan ke-taatan kepada rasul yang membawa hukum Tuhan.
Kedua, Kota yang memberikan kenyamanan, kota yang nyaman
diisitilahkan dengan al balad at} t}ayyib kebalikannya ialah baladun
mayyitun, kota nyaman ini dimaksudkan ialah kota yang tanahnya subur
dan dapat menumbuhkan taman-taman dan buah-buahan serta penghijauan
lainnya. Kota yang tidak nyaman itu adalah baladun mayyitun, di mana
kota yang tidak adanya penghijuan seperti yang ada pada kota nyaman,
berarti bahwa kota mati di dalamnya tidak ada taman-taman dan
penghijuan. Meskipun ada tapi sedikit dan sulit untuk tumbuh. al-qur’an
menunjukka kota nyaman itu tergantung pada pengolahan lahan di mana
dapat dilihat bahwa kota yang memeperhatikan lingkungan dengan adanya
taman-taman, tumbuhan dan tanaman sebagai bahan untuk penghijauan
dan mendapatkan rizki tengantung dari pemanfaatan tanah dan air. Selain
itu pula dengan penghijuan akan dapat memberikan dampak kesehatan
84
85
B. Saran-Saran
Penelitian ini berusaha mendeskripsikan gagasanm konsep kota
layak huni menurut pemahaman al-Qur’an yang diambil dari penafsiran
ayat-ayat balad, qoryah dan madi>nah, relevansinya terhadap kota modern
saat ini adalah untuk memperkaya wawasan tentang topik perencanaan
kota dalam pandangan al-Qur’an.
87
C. Penutup
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah Swt, Tuhan yang
telah memberikan rahamat, taufik dan hidayah-Nya maka penyusun dapat
menyelesaikan tugas skripsi ini dengan lancar. Tidak lupa shalawat dan
salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda rasul kita Nabi
Muhammad Saw.
Penyusun menyadari sepenuhnya, bahwa skripsi ini tentunya masih
banyak kekurangan dan keterbatasan di dalamnya, dikarenakan lemahnya
diri penyusun dalam proses penyusunannya. Untuk itu, penyusun sangat
mengharapakan kritik, saran, dan masukan yang membangun agar lebih
meningkatkan kualiatas penyusun skripsi ini ke depannya. Namun, penulis
tetap berharap semoga dengan skripsi yang tidak sempurna ini, sedikit
banyak dapat memberikan kontribusi ilmiah maupun akademik bagi diri
penyusun pada khususnya, serta bagi para pembaca dan kalangan
akademisi pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdilah, Mujiono, Fikih Lingkungan (Panduan Spiritual Hidup Berwawasan
Lingkungan), Cet I, Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, Yogjakarta:
2005.
Abraham, M. Francis, Persepectives On Modernization: Toward A General
Theory Of Third Worid Development (Modernisasi Di Dunia Ketiga Suatu
Teori Umum Pembangunan), Terj. M. Rusli Karim, Tiarawacana,
Yogjakarta: 1991.
Adi, Isbandi Rukminto, Kesejahteraan Sosial: Pekerjaan Sosial, Pembangunan
Sosial Dan Kajian Pembangunan, Rajawali Pers, Jakarta: 2013.
Ahmad, Zainal Abidin, Membangun Negara Islam, Pustaka Iqra, Yogjakarta:
2001.
Al-Husain, Abi Al-Qa>sim, Al-Mufrada>tu Fi> Gari>bi Al-Qur’a>n, Maktabah Nazar
Mustafa Al-Bani, Juz I-II, tt.
Alikodra, Hadi S., Konservasi Sumberdaya Alam Dan Lingkungan (Pendekatan
Ecosophy Bagi Penyelamatan Bumi), Gadjah Mada University Prees,
Yogjakarta: 2012.
Al-Mara>ghi, Ah}mad Must}afa, Tafsir Al-Mara>ghi, (Ed). Basil Uyun al-Sud, Dar
al-Kotob al-Ilmiyah, Beirut: 2006.
Asy’ari, Sapari Imam, Sosiologi Kota Dan Desa, Cet I, Usaha Nasioanl,
Surabaya: 1993.
Azizy, Qodri, Membangun Fondasi Ekonomi Umat (Meneropong Prospek
Berkembangnya Ekonomi Islam), Cet I, Pustaka Pelajar, Yogjakarta: 2004.
Bagio, Anthony G. dan Bharat Dahiya, Urban Environment And Infrastructure:
Toward Livable Cities, World Bank, Waisngton: 2004.
Baidan, Nasruddin, Metodelogi Penafsiran al-Qur’an, Cet I, Pustaka Pelajar
Offset, Yogyakarta: 1998.
Baqi, Muhammad Fu’a>d ’Ab dul, al-Mu’jam al-Mufahras li alfaz al-Qur’an al-
Karim, Dar al-Fikr, Beirut: 1981.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Qomari, Solo: 2007.
88
89
Putro, Bernardus Djono, at.all, Indonesia Most Livable City Index, ttp, 2009.
Ramly, Nadjamudin, Islam Ramah Lingkungan (Konsep Dan Strategi Islam
Dalam Pengelolaan, Pemeliharaan Dan Penyelamatan Lingkungan),
Grafindo Khazanah Ilmu, Jakarta: 2007.
Sanusi, Shalahuddin, Integrasi Umat Islam (Pola Pembinaan Kesatuan Ummat
Islam), Iqamatuddin, Bandung: 1967.
Shihab, M. Quraish, Tafsif Al-Misbah (Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an),
Lentera Hati, Jakarta: 2002.
Sjadzali, Munawir, Islam Dan Tata Negara (Ajaran, Sejarah Dan Pemikiran),
Edisi 5, UI-Press, Jakarta: 1993.
Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, Rajawali, Jakarta: 1996.
Timmer, Vanessa Dan Nola Kate Seymoar, The World Urban Forum 2006
(Vancoover Working Group Discussion Paper: Livable City), Majesty the
Queen in Right of Canada and the International Centre for Sustainable
Cities 2004, Canada: 2005.
Ulama’i, A. Hasan Asy’ari (ed), Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas
Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang, Semarang: 2013.
Yunus, Hadi Sabari, Megapolitan (Konsep, Problematika Dan Prospek), Cet I,
Pustaka Pelajar, Yogjakarta: 2006.
Zahnd, Markuz, Perancangan Kota Secara Terpadu; Teori Perancangan Kota
Dan Penerapannya, Kanisius, Yogyakarta: 1999.
Zakaria, Abdul Hadi, Sejarah Lengakap Kota Makkah Madinah, Diva Press,
Yogjakarta: 2014.
Zulkifli, Arif, Dasar-Dasar Ilmu Lingkungan, Salemba Teknika, Jakarta: 2014.
Pendidikan Formal
Pendidikan Nonformal