Anda di halaman 1dari 6

IDENTIFIKASI FITUR DASAR LAUT DENGAN MENGGUNAKAN DATA SONAR

Khomsin1 and Musdiyana Talif2


1,2
Departemen Teknik Geomatika, FTSLK-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60111, Indonesia
e-mail: 1khomsin@geodesy.its.ac.id

Abstrak

Peta laut (nautical chart) merupakan representasi gambar objek permukaan dan bawah permukaan di wilayah laut
dan pesisir yang berisi informasi tentang kedalaman laut, topografi pantai, garis pantai, detil alami dan buatan
(pelabuhan, bangunan pantai), pasang surut air laut, arus laut, bahaya navigasi dan fitur dasar laut. Fitur dasar laut
(seabed features) merupakan salah satu informasi yang sangat penting yang harus disajikan dalam peta laut untuk
keselamatan navigasi di laut. Ada beberapa teknik dan metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi fitur dasar
laut yaitu dengan menggunakan single beam echosounder, multi beam echosounder, side scan sonar, fotografi dan
videografi dasar laut. Penggunaan gelombang suara (sonar) dalam hal pendeteksian fitur dasar laut direkomendasikan
oleh International Hydrographic Organizations yang dituangkan dalam Special Publication No. 44 Edisi Kelima Tahun
2008 (IHO, 2008). Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi fitur dasar laut di Perairan Kepulauan Riau dengan
menggunakan data Sonar yaitu multibeam echosounder, single beam echosounder dan side scan sonar. Identifikasi
dengan kedua data tersebut menunjukkan bahwa fitur dasar di Perairan Kepulauan Riau meliputi batuan dasar
(84,7%), galian (3,1%) dan gelombang pasir (12,2%). Objek buatan dasar laut yang teridentifikasi adalah pipa bawah
laut dengan total panjang pipa 1636,7 m.

Kata Kunci : fitur dasar laut, sonar, multi beam echo sounder, single beam echo sounder, side scan sonar

Abstract

Nautical charts represent images of surface and subsurface objects in marine and coastal areas containing information
on ocean depths, coastal topography, coastlines, natural and artificial details (harbors, coastal structures), sea tides,
ocean currents , navigation hazards and seabed features. Seafloor features are one of the most important information
that should be presented in nautical chart for marine navigation safety.There are several techniques and methods that
can be used to detect seabed features by using multi beam echo sounder, single beam echo sounder, side scan sonar,
seabed photography and videography. The use of sound waves (sonar) in terms of seabed features detection is
recommended by the International Hydrographic Organizations as outlined in Special Publication No. 44 Fifth Edition of
the Year 2008 (IHO, 2008).This study aims to detect the seabed features in the Riau Islands Water by using Sonar data:
single beam echo sounder and side scan sonar. Identification with both data indicates that the seabed features in the
Riau Islands waters comprise bedrock (84.7%), excavation (3.1%) and sand ripples (12.2%). The identified seabed
manmade object is an undersea pipeline with a total length of 1636.7 m.

Keywords : seabed features, sonar, single beam echo sounder, side scan sonar

PENDAHULUAN Berdasarkan peta batimetri Indonesia, pola


batimetri yang berkembang memperlihatkan
Fitur dasar laut merupakan bagian dari panorama morfologi dasar lautnya mengikuti garis pantai dan
permukaan dasar laut atau morfologi dengan pola hasil tektonik (Salahudin, 2010).
gambaran sebagaimana yang ada di daratan,
seperti kenampakkan dari pegunungan, gunung Data fitur dasar laut dibutuhkan untuk kegiatan
api, lereng, dataran, lembah, parit, dan channel. konstruksi lepas pantai seperti pembuatan
Bentuk morfologi tersebut, umumnya berkaitan anjungan, pemasangan pipa bawah laut, dan
dengan proses-proses geologi dalam pemasangan kabel. Sebelum melaksanakan
pembentukan dan perkembangannya baik secara kegiatan tersebut diperlukan proses identifikasi
individual maupun secara berkelompok.

28
IDENTIFIKASI FITUR DASAR LAUT DENGAN MENGGUNAKAN DATA SONAR

fitur dasar laut untuk menganalisa resiko dan dalam positioning tetapi tidak dengan kedalaman,
menentukan tempat yang aman dalam sedangkan single beam echo sounder memiliki
pemasangannya. Selain kegiatan konstruksi lepas keakuratan yang baik dalam postioning dan juga
pantai, fitur dasar laut juga dijadikan kedalaman.
pertimbangan untuk menentukan jalur pelayaran
yang aman. Oleh karena itu fitur dasar laut baik METODE
yang terbentuk secara alami karena proses alam
ataupun buatan yang terbentuk karena benda Data bathimetri yang digunakan pada penelitian ini
buatan manusia yang masuk ke dasar perairan, adalah data multi beam echo sounder Edgetech
dapat digambarkan dalam bentuk peta dan 6205, single seam echo sounder Odom Echotrack
diklasifikasikan agar posisi dan informasi dapat MKII, side scan sonar Edgetech 6205 dan
diketahui. positioning menggunakan DGPS Veripos LD 4 yang
bereferensi pada datum WGS 1984. Area survey
Metode akustik saat ini banyak digunakan untuk memiliki panjang sekitar 3000 meter dan lebar 250
mendeteksi keberadaan objek bawah laut. meter. Data-data tersebut dikalibrasi dengan
Sothall dan Nowacek (2011) menyatakan sistem gerakan kapal pitch, roll, yaw (heading) dan
akustik sangat efektif untuk mengeksplorasi latency. Selanjutnya data dikoreksi dari
lingkungan bawah laut. Prinsip dasar dari sonar pembersihan spike (loncatan nilai kedalaman),
adalah menggunakan gelombang suara untuk pasang surut yang digunakan untuk mereduksi
mendeteksi objek khususnya di dasar laut kedalaman dan kecepatan suara dalam air. Data
(Hansen, 2011). Teknologi akustik yang sangat terkoreksi selanjutnya di gridding dengan
berperan dalam survei hidrografi adalah multi menggunakan software Qinsy 8.1 dan selanjutnya
beam sonar (McGonigle, 2010). diplotting pada AutoCAD.

Menurut Calder dan Mayer (2003), multi beam HASIL DAN PEMBAHASAN
echo sounders (MBES) saat ini merupakan cara
terbaik untuk menentukan bathimetri dasar laut Peta batimetri lokasi penelitian mempunyai
dengan area yang sangat luas dengan akurasi rentang kedalaman mulai kedalaman paling
yang tinggi. Oleh karena itu MBES merupakan dangkal yaitu -1,5 meter dan untuk kedalaman
alat yang standar untuk survei hidrografi dan yang paling dalam adalah -22 meter. Kondisi dasar
dapat digunakan untuk studi geologi, eksplorasi laut area survei memiliki topografi bergelombang
mineral, dan investigasi scientifik deformasi kerak atau berbukit dikarenakan batuan dasar laut yang
bumi. Peningkatan data akan naik secara dominan (Gambar 1).
signifikan dalam hal delineasi morfologi dasar
laut. Akan tetapi MBES mempunyai kelemahan
dalam hal pemrosesan data dengan volume data
yang sangat besar.

Instrumen penunjang berikutnya untuk


melengkapi data hasil pengukuran adalah side
scan sonar (SSS). Hasil pengolahan data side scan
sonar adalah berupa citra sehingga dapat
melengkapi data multi beam echo sounder untuk
melakukan interpretasi objek atau fitur dasar
laut. Selain side scan sonar diperlukan juga data Gambar 1. Peta Batimetri di Perairan Kepulauan
single beam echo sounder sebagai data Riau
penunjang untuk memvalidasi data kedalaman Citra permukaan dasar laut dari side scan
yang dihasilkan oleh multi beam echo sounder. sonar EdgeTech 6205 setelah dikoreksi dengan
Hal ini dikarenakan multi beam echo sounder jarak miring (slant range correction) dan TVG
dapat melakukan perekaman data dengan (Time Varied Gain), hasil mozaik citra dasar
cakupan luas dan memiliki keakuratan yang baik perairan (Gambar 2).

29
GEOID Vol. 13, No. 1, 2017 (28-33)

reflektor yang kuat dan mempunyai jarak


dengan bayangannya yang disebut dengan free
span.

Gambar 2. Hasil Mosaic Citra Side Scan Sonar

Fitur dasar laut yang merupakan gabungan dari


side scan sonar dan multi beam echo sounder
dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 4. Jalur Survei ML-1 Terdapat Fitur


Gelombang pasir dan Batuan dasar

Jalur survei ML-1 memiliki gangguan sinyal (noise)


sehingga terdapat bagian citra yang berbentuk
hitam dengan garis-garis diagonal dan transparan
yang terdapat pada pojok kiri citra. Noise bisa
Gambar 3. Tampilan Fitur Dasar Laut Di Lokasi disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu nya
Penelitian adalah manuver kapal, gangguan gelombang dan
lainnya.
Keterangan :
Gelombang pasir Hasil verifikasi jalur survei ML-1 pada peta
Batuan dasar seabed features hasil akuisisi single beam echo
Pipa sounder ditemukan beberapa fitur, yaitu
Pipa tertimbun gelombang pasir, batuan dasar dan pipa. Setelah
Galian parit dilakukan mozaik citra ditemukan fitur yang sama
Galian di jalur yang berdekatan. Sehingga dapat
digabungkan untuk dimasukkan dalam klasifikasi.
Pada citra jalur survei ML-I terlihat beberapa Fitur gelombang pasir yang berada di radius jalur
anomali yang menampilkan tekstur yang tidak survei ML-1 diberikan ID SW 6 dengan area fitur
rata dan variasi pola yang terbentuk sehingga berwarna putih, batuan dasar diberikan ID BR 50
mengindikasikan adanya beberapa fitur dasar pada area berwarna merah dan pipa diberikan ID
laut yang ditemukan, diantaranya: PL 5 dengan tanda garis lurus berwarna hitam.
▪ Pasir bergelombang ditunjukkan dengan area
kotak berwarna orange memperlihatkan pola
bergelombang yang rapi dengan tekstur halus
serta mempunyai reflektor lemah.
▪ Batuan dasar pada area yang diberi tanda
lingkaran berwarna merah ditandai dengan
gambaran hasil citra yang terlihat mempunyai
tekstur kasar dengan reflektor yang kuat dan
membentuk pola berkelompok.
▪ Pipa ditandai dengan garis hitam yang terlihat
seperti garis lurus memanjang menghasilkan
bayangan yang memiliki dimensi serta Gambar 5. Verifikasi Jalur ML-1
30
IDENTIFIKASI FITUR DASAR LAUT DENGAN MENGGUNAKAN DATA SONAR

Kedalaman fitur gelombang pasir ID SW 6 berada


di range antara -4,99 dan -10,48 meter gambaran
tekstur pada fitur tidak jauh berbeda dengan citra
side scan sonar yang memiliki pola bergelombang
akibat arus air laut. Letak koordinat fitur berada
di posisi (368312,942367); (119962,101226)
dengan luasan 42378,73 m2.

Fitur batuan dasar mempunyai tekstur yang kasar


dengan perbedaan kedalaman yang lebih rendah Gambar 7. Jalur Survei ML-4 Terlihat Fitur Pipa dan
dibandingkan dengan area sekitar. Kedalaman ID Pipa Tertimbun
BR 50 ini berada di rentang antara -3,05 sampai
-9,7 meter dengan bentuk topografi yang tidak Berbeda dengan jalur-jalur survei sebelumnya dari
rata atau berbukit. Letak koordinat fitur berada di hasil deteksi fitur dasar laut. Pada jalur survei ML-4
posisi (368518,246829); (119897,459581) dengan memperlihatkan sebuah fitur dengan garis
luasan 61379,489 m2. memanjang dan membentang yang telah ditandai
dengan garis hitam. Fitur-fitur tersebut adalah pipa
Untuk verifikasi pipa jalur ML-1 dikarenakan grid ditandai dengan garis berwarna hitam yang terlihat
jarak titik batimetri tidak berdekatan maka sulit dengan pola seperti garis berbentuk gundukan
untuk mengidentifikasi pipa menggunakan titik memanjang. Dapat diidentifikasi juga dari
multi beam echo sounder pada peta batimetri. bayangan yang dihasilkan dari reflektor yang kuat
Untuk itu digunakan single beam echo sounder dan mempunyai jarak antara objek yang berwarna
dalam melakukan verifikasi sesuai dengan letak hitam, yang diindikasikan sebagai free span akibat
koordinat (358268;199542) dengan rentang tinggi pipa yang menggantung sehingga
kedalaman -9,3 sampai -10 meter dengan membentuk bayangan dan adanya jarak dengan
panjang pipa 25,940 meter. objek. Pipa tertimbun yang ditandai dengan garis
berwarna coklat, bentukan atau pola yang
dihasilkan sama dengan pipa akan tetapi pipa
tertimbun tidak mempunyai bayangan seperti pipa
yang terdeteksi dari instrumen side scan sonar
pada umumnya. Hal ini dikarenakan pipa tertutupi
ole sedimen yang ada di dasar laut.

Terdapat indikasi pipa dan pipa tertimbun pada


jalur survei ML-4 dengan ID masing-masing PL 9
dan 11 pada peta diberikan tanda garis berwarna
hitam serta BP 1 dan 2 yang memiliki tanda garis
berwarna kuning. Pola panjang membentang dan
seperti gundukan merupakan beberapa
Gambar 6. Verifikasi Pipa dengan profil melintang karakteristik dan ciri khas pipa pada semua
instrumen Singlebeam Echosounder instrumen.

31
GEOID Vol. 13, No. 1, 2017 (28-33)

Verifikasi fitur terakhir berada di jalur ML-1A


dengan ID DR 1 ditandai dengan area berbentuk
lingkaran berwarna biru muda memiliki perbedaan
kedalaman dengan area sekitar fitur. Posisi dari
fitur ini terletak pada (370971,489957);
(119117,603106) dan luasan 1312,337 m2.

Gambar 8. Verifikasi Jalur Survei ML-4

Berdasarkan dengan akuisisi multi beam


echo sounder terdapat pipa di jalur yang
sama dengan hasil interpretasi pada citra
side scan sonar. Posisi dan panjang pipa
dapat dilihat pada tabel analisa fitur pipa
dan pipa tertimbun. Tidak ada perbedaan Gambar 10. Verifikasi Jalur ML-1A
yang mencolok dari kedua fitur ini, jika
dilihat dari tampilan seabed features. Untuk melihat profil kedalaman maka dibutuhkan
verifikasi dari hasil akuisisi single beam echo
sounder sehingga dapat terlihat perbedaan
kedalaman pada fitur galian dengan ID DR 1. Dari
Gambar 11 memperlihatkan bentuk profil fitur
galian dengan range kedalaman yaitu antara -11
hingga -15 meter. Akan tetapi untuk area disekitar
galian yang berbentuk datar kedalamannya
mencapai -9 meter dan tidak tercantum dalam
gambar profil single beam echo sounder.

Gambar 9. Jalur Survei ML-1A Terlihat Fitur


Galian

Jalur survei ML-1A ini memperlihatkan


sebuah fitur dasar laut berbentuk melingkar
dengan bentuk pola seperti kerukan. Fitur
dasar laut tersebut biasa disebut dengan Gambar 11. Verifikasi Fitur Galian
galian yang diberi tanda lingkaran berwarna
biru muda. Setelah melakukan interpretasi KESIMPULAN
awal terhadap jalur survei maka dilakukan
proses mosaic untuk melihat keseluruhan Identifikasi fitur dasar laut di Perairan Kepulauan
tampilan citra sehingga fitur yang memiliki Riau dengan multi beam echo sounder, side scan
karakteristik dan pola yang sama dapat sonar dan single seam scho sounder menunjukkan
langsung diklasifikasikan untuk membuat bahwa batuan dasar 84,7%), galian (3,1%) dan
Peta Klasifikasi Fitur Dasar Laut Perairan gelombang pasir (12,2%). Objek buatan dasar laut yang
Kepulauan Riau. teridentifikasi di Perairan Kepulauan Riau adalah pipa
bawah laut dengan total panjang pipa adalah 1636,7 m.
Selanjutnya untuk mendapatkan hasil yang optimal
perlu dilakukan verifikasi hasil dengan menggunakan
grab sampler untuk memperoleh sedimen dasar laut.
32
IDENTIFIKASI FITUR DASAR LAUT DENGAN MENGGUNAKAN DATA SONAR

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya


kepada PT. PAGEO UTAMA yang telah menyediakan
data-data, hardware dan software yang diperlukan
dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Salahudin, M. W (2010).P3GL. Dipetik Maret 8, 2016,


dari MGI ESDM:
http://www.mgi.esdm.go.id/content/morfologi-
dasar-laut-indonesia
Sothall, B., & Nowacek, D. (2011). Acoustics in Marine
Ecology. Innovation in Technology Expands the
Use of Sound in Ocean Science , 1-3.
Hansen, R. (2011). Instroduction to Synthetic Aperture
Sonar, in Sonar Systems. Dalam Fitrs Edition (hal.
1-25). Croatia: InTech.
McGonigle C, G. J. (2010). Detection of Deep Water
Benthic Macroalgae Using Image-based
Classification Techniques on Multibeam
Backscatter at Cashes Ledge, Gulf of Marine.
Estuarine, Coastal and Shelf Science , 87-101
Calder, B. R., & Mayer, L. A. (2003). Automatic
processing of high-rate, high-density multibeam
echosounder data. Geochemistry, Geophysycs,
Geosystem , Issue 6.

33

Anda mungkin juga menyukai