Anda di halaman 1dari 19

1.

1 Latar Belakang

Meningkatnya dunia pariwisata saat ini di Indonesia menunjukkan arti pentingnya sebuah hotel. Semakin
banyaknya hotel yang berdiri menunjukkan bahwa dunia industri perhotelan semakin strategis untuk
menarik karyawan-karyawan baru di berbagai tempat, sekaligus mengurangi tingkat pengangguran.
Pengurangan tingkat pengangguran tentunya membantu pemerintah dalam meminimalisasi tingkat
kemiskinan. Di samping itu, arti pentingnya industri perhotelan dapat juga dilihat dari sisi pendapatan
pajak yang diberikan hotel terhadap pemerintah.

Baca Juga

 AKUNTANSI HOTEL SAP 10


 AKUNTANSI HOTEL SAP 9
 AKUNTANSI HOTEL SAP 13

Industri perhotelan merupakan bagian dari indusrti pariwisata yang memiliki arti penting,
terutama bila dikaji dari aspek ekonomi. Perkembangan industri perhotelan dapat dikatakan
dimulai pada tahun 1962 pada saat Hotel Indonesia di Jakarta disiapkan untuk menerima duta
bangsa-bangsa mancanegara dalam rangka pesta olah raga bangsa-bangsa yang berkembang
(Games of the New Emerging Forces atau Ganefo). Hotel Indonesia saat itu dikelola oleh
jaringan Hotel Intercontinental. Sebelumnya memang telah ada beberapa hotel kecil dengan
sebutan losmen atau penginapan. Hotel Indonesia merupakan hotel bertaraf internasional yang
pertama di Indonesia. Setelah itu, dibangun pula Hotel Samudra Beach di Pelabuhan Ratu,
Ambarukmo Palace Hotel di Yogyakarta, dan The Grand Bali Beach di Bali. Keberadaaan suatu
hotel memberikan dampak ekonomis yang berarti bagi masyarakat di sekitarnya. Dengan adanya
hotel tersebut, penduduk dapat bekerja langsung sebagai karyawan hotel. Dampak sosial juga
meningkat karena keberadaan hotel tersebut. Hal ini terjadi karena peningkatan penghasilan
penduduk meningkatkan taraf hidup sehingga sekaligus meningkatkan kondisi sosial mereka.
Sebelum hotel tersebut dibangun, penduduk setempat dapat berpartisipasi dalam kegiatan proyek
hotel. Dari sisi penerimaan pemerintah, hotel memberikan pemasukan bagi pemerintah terutama
untuk pajak pembangunan I, pajak bumi dan bangunan, dan pajak penghasilan. Dapat
disimpulkan bahwa secara ekonomi dan sosial kontribusi hotel pada suatu kawasan cukup
berarti. Di sisi lain, harus dicermati pula bahwa hotel berpotensi untuk memberikan tekanan fisik
dan nonfisik pada lingkungan sekitarnya. Tekanan pada lingkungan fisik diakibatkan antara lain
oleh limbah cair dan padat yang dihasilkan oleh hotel dari kegiatan operasionalnya. Untuk itu,
manajemen hotel hendaknya sadar lingkungan sehingga tekanan yang diberikan oleh hotel dapat
dikendalikan sampai pada tingkat yang paling minimal.
1.2 Rumusan Masalah

Dalam makalah ini kami bermaksud untuk mengangkat beberapa hal yang berkaitan dengan
Akuntansi Perhotelan, yaitu:

1. Bagaimana jenis-jenis penjualan pada hotel?

2. Bagaimana bagan alur prosedur penjualan pada hotel ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Paper

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang

1. Mengetahui jenis-jenis penjualan pada hotel

2. Mengetahui bagan alur prosedur penjualan pada hotel

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pendapatan Usaha Perhotelan

Bagi organisasi usaha yang berorientasi keuntungan, penjualan merupakan satu aspek
yang sangat penting dan menjadi urat nadi kehidupan usaha tersebut. Eksistensi dan
kesinambungan hidup organisasi usaha sangat tergantung dari kemampuannya menghasilkan
arus kas dari penjualan produk yang dihasilkan. Jadi, aktivitas penjualan sangat penting bagi
kontinuitas perusahaan maka manajemen harus mampu merencanakan dan mengendalikan
aktivitas ini. Produk yang dijual suatu perusahaan dapat berupa barang, jasa, atau kombinasi
barang dan jasa. Sumber utama pendapatan hotel berasal dari penjualan kamar (Rooms Revenue),
penjualan makanan dan penjualan minuman ( Revenue). Sifat penjualan barang dan jasa usaha
hotel mempunyai keunikan tersendiri, yaitu:
- Produk yang dijual merupakan kombinasi antara barang dan jasa.

- Penjualan pada usaha hotel biasanya mempunyai volume yang tinggi dengan harga individual
yang relatif rendah, hampir sama dengan usaha retail.

- Produk berbentuk barang yang dijual dihasilkan melalui proses produksi seperti yang dilakukan
oleh perusahaan manufaktur.

- Peusahaan harus mempunyai persediaan kapasitas (capacity stocks) untuk dapat menjual produk
berupa jasa.

- Penjualan atas produk dan jasa dibebani pajak dan servis (Tax and Service).

Pada siklus penjualan akan melibatkan akan piutang usaha (city ledger, guest ledger,
credit card), akun kas dan setara kas, akun penjualan, akun hutang pajak PHR (Government
Tax), dan akun hutang servis (service charge). Hutang jasa pelayanan (service charge) timbul
karena hotel memungut uang jasa pelayanan kepada para konsumen atas nama karyawan. Uang
servis (servis charge) pada usaha hotel, restoran dan usaha pariwisata lainnya diperuntukkan
bagi para pekerja. Pembagian uang servis belum ada keseragaman di dalam pelaksanaan
sehingga menimbulkan permasalahan dalam bentuk berbagai tuntutan dan perselisihan dalam
hubungan industrial. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah melalui Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Republik Indonesia No.Per.02/MEN/1999 mengeluarkan aturan tentang
pembagian uang service pada usaha hotel, restoran, dan usaha pariwisata lainnya.

Sebelum pembagian uang servis ada beberapa definisi dari Peraturan Menteri Tenaga
Kerja Republik Indonesia No.Per-02/MEN/1999 yang harus dipahami sehingga mudah untuk
pengaplikasian peraturan tersebut, yaitu: (a) Uang service adalah tambahan dari tariff yang
sudah ditetapkan sebelumnya dalam rangka jasa pelayanan pada usaha hotel, restoran, dan usaha
pariwisata lainnya (b) Resiko Kehilangan dan Kerusakan (loss and breakage) adalah bagian
uang servis yang disishkan sebelum uang servis dibagikan kepada para pekerja diperuntukkan
bagi pengusaha untuk menanggung kerugian atau kerusakan alat perlengkapan hotel, restoran,
dan usaha pariwisata lainnya yang berhubungan dengan tamu.

Pengumpulan dan pengelolaan admisitrasi uang servis sebelum dibagikan oleh pengusaha
yang terpisah dari operasional perusahaan. Setiap bulan menjelang using servis dibagikan,
pengusaha sebagai pengelola uang servis mengumumkan secara tertulis haisl perolehan uang
servis. Hasil perolehan uang servis selama 1 (satu) bulan kalender setelah dikurangi untuk rsiko
kehilangan atau kerusakan dan pendayagunaan peningkatan kualitas sumber daya manusia wajib
dibagi habis kepada pekerja yang berhak, paling lambat selama 30 hari bulan berikutnya.

Berdasarkan pasal 8 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No.


Per.02/MEN/1990, uang servis yang dikumpulkan dapat dipotong oleh pengusaha yang besarnya
sebagi berikut:

a) Hotel berbintang 3 ke atas:

(1) 5% untuk resiko kehilangan dan kerusakan (loss and breakage)

(2) 2% untuk pendayagunaan peningkatan kualitas sumber daya manusia

(3) 93% dbagi habis untuk para pekerja.

b) Untuk hotel berbintang 2 ke bawah, restoran dan usaha pariwisata lainnya:

(1) 8% untuk resiko kalangan dan kerusakan (loss and breakage)

(2) 2% untuk pendayagunaan peningkatan kualitas sumber daya manusia

(3) 90% diagi habis untuk para pekerja

Cara pembagian uang servis yang tersedia untuk dibagikan kepada para pekerja
diserahkan kepada pegusaha dengan mempertimbangkan azas pemerataan dan asas senioritas,
yaitu separuh dibagi sama besar dan sisanya berdasarkan senioritas atau point kerajinan dan
absensi karyawan. Sedangkan, pemanfaatan uang servis 2% untuk pendayagunaan peningkatan
kualitas sumber daya manusia diserahkan kepada Lembaga Kerjasama Bipartit usaha hotel yang
bersangkutan.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No.Per.02/MEN/1999, Juga


menjelaskan para pekerja yang berhak mendapat pembagian uang service adalah:

a) Pekerja yang telah melewati masa percobaan

b) Pekerja yang terikat pada kerja kesepakatan waktu

c) Pekerja yang sedang mejalani cuti tahunan, cuti melahirkan, atau gugur kandungan
d) Pekerja yang sedang ijin menjalankan tgas negara, seperti kepramukaan, organisasi pekerja dan
atau ibadah keagamaan

e) Pekerja yang putus hubungan kerjanya sebelum saat pembagia uang servis berhak mendapat
uang servis terakhir secara prorata

f) Pekerja lainnya sesuai kesepakatan antara pengusaha dengan pekerja.

Pajak penghasilan atas uang servis yang diterima masing-masing pekerja ditanggung
sepenuhnya oleh pekerja yang bersangkutan. Pemotongan pajak penghasilan atas uang servis
dilakukan bersamaan pada saat pembagian uang servis oleh pengusaha dan bukti setiran
pembayaran pajak ke Kas Negara disampaikan kepada pekerja sesuai dengan peraturan
perpajak yang berlaku.

Hutang PHR (Government Tax) timbul karena usaha hotel diberikan kewajiban oleh
pemerintah daerah untuk memungut PHR kepada konsumen hotel sebagai pembeli dan penikmat
barang dan jasa dijual oleh perusahaan. Dalam hal ini, manajemen hotel berfungsi
sebagai withholder, yaitu pemungut pajak yang mempunyai kewajiban untuk menyetorkan
pungutannya kepada kas daerah. Penyetoran ini dilakukan secara berkala mengikuti ketentuan
yang diatur oleh pemerintah daerah.

Pungutan PHR ini diperkuat oleh peraturan menteri keuangan nomor 42/PMK.010/2015
tentang kriteria dan atau rician jasa perhotelan yang tidak dikenai pajak pertambahan nilai.
Kelompok jasa perhotelan yang tidak dikenai PPN meliputi:

a) Jasa penyewaan kamar, termasuk tambahannya, di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, dan
hostel (room servis, air conditioning, laundry, and dry cleaning, extraverd, furniture &fixture,
telepon, safety box, internet, TV kabel/satelit, dan minibar) serta fasilitas yang terkait dengan
kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap (fasilitas olah raga & hiburan, fotocopy, teleks,
facsimile, transportasi hotel/ antar jemput).

b) Jasa penyewa ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan do hotel, rumah penginapan, motel,
losmen, dan hostel.

Jasa perhotelan yang kena PPNantara lain:

1) Penyewa ruangn untuk anjungan tunai mandiri (ATM), Kantor, restoran, tempat hiburan,
karaoke, apotek, toko retail, dan klinik.
2) Jasa penyewan dan/ atau ruangan, temasuk tambahannya, di apartemen, Kondominium, dan
sejenisnya serta fasilitas penunjang terkait lainnya.

3) Jasa biro perjalanan atau perjalanna wisata yang diselenggarakan oleh pengelola jasa perhotelan.

Pengecualian jasa penyewaan unit dan atau ruangan termasuk tambahannya, di


apartemen, Kondominium, dan sejenisnya, serta fasilitas penunjang terkait lainnya dari
kelompok jasa perhotelan yang tidak dikenai PPN didasarkan atas izin usahanya.

Secara sederhana, kaitan antara akun-kaun dalam siklus penjualan hotel digambarakan dalam
bagan T-account

Jurnal penjualan

Piutang Usaha (City ledger/ Guest ledger) xxxxx

Penjualan Kamar (Rooms revenue) xxxxx

Hutang Jasa Pelayanan (Service charge) xxxxx

Hutang PHR (Governance tax) xxxxx

Contoh:
The Legend Hotel adalah sebuah hotel yang terletak di Denpasar. Hotel ini menjual kamar jenis
deluxe dengan harga Rp 1.000.000,- per malam. Aetiaptamu yang menginap sudah mendapatkan
breakfast dengan harg Rp 100.000,- Harga tersebut sudah termasuk service
charge dan government tax (PHR) sebesar 21%.

Jurnal atas transaksi tersebut dengan menggunakan kode rekenng yang ada di bab sebelumnya
(Bab 5-USALI) adalah:

Penyelesaian:

10401 AR Guest Ledger Rp 1.000.000

40101 Room revenue Rp 743.801

41105 Food revenue meal coupon Rp 82.645

20304 Service Charge Rp 82.645

20301 Government tax Rp 90.909

Dalam industry hotel akun piutang usaha dibedakan antara tamu yang masih aktif (masih
menginap) dan tamu yang sudah keluar (check out). Untuk tamu yang masih aktif akan dicatat
dalam akun Guest Ledger, dan setelah tamu keluar dari hotel dan tagihannya menjadi
tanggungan pihak travel agen, maka tagihan tersebut akan dipindahkan kea kun City Ledger.

Dalam industry perhotelan, khususnya pada penjualan makanan dan minuman dikenal
adanya suatu sistem penjualan yang menggunakan teknologi komputer, yang disebut
dengan point of sales sysem (POSS). POSS adalah sebuah sistem, yang memungkinkan
diadakannya transaksi yang didalamnya termasuk juga penggunaan mesin kasir. Dalam lingkup
POSS, sebuah mesin kasir tidak berdiri sendiri, namun sudah termasuk di
dalamnya software penunjang dan piranti lain.

POSS menggunakan kombinasi terminal computer client atau server dan printer yang
berfungsi sebagai input dan output. Secara khusus, POSS pada usaha perhotelan dan restaurant
berfokus pada 3 tujuan, yaitu:

a) Ketepatan atas order


b) Pencatatan penjualan

c) Pemberian kepuasan kepelangganan

Laporan yang dihasilkan POSS memberikan informasi tentang:

a) Analisa pendapatan, memberikan rincian per jenis penjualan dan per outlet, yang bisa digunakan
sebagai sumber data untuk daily of sales.

b) Produktivitas karyawan, memberikan informasi jumlah covers, rata-rata penjualan dan total
penjualan, yang bisa digunakan untuk mengevaluasi produktivitas karyawan secara individual.

c) Kontrol persediaan, dengan membandingkan antara jumlah porsi tercatat dengan jumlah porsi
yang dikonsumsi (portion control).

POSS juga membantu Cos Control dalam pengukuran kas yang dikeluarkan dengan tingkat
penjualan yang diperoleh (diharapkan akan diperoleh).

2.2 Bagian yang Terlibat pada Prosedur Penjualan Hotel

Fungsi-fungsi yang terkait pada prosedur penjualan pada sebuah hotel adalah sebagai berikut:

1) Penjualan Kamar Hotel

a) Reservation, bertugas menerima reservasi dari tamu dan memberikan informasi pada front
office, roomboy dan housekeeping serta bagian kredit

b) Front Office, bertugas menerima tamu dan menyiapkan guest bill

c) Bellboy, bertugas membantu mengantar tamu ke kamar

d) Roomboy, bertugas membersihkan dan menyiapkan kamar

e) Housekeeping, bertugas menyiapkan perlengkapan kamar

f) Night Audit, bertugas membuat laporan penjualan harian pada malam hari dan mencocokkan
penjualan pada hari tersebu
g) Income Auditor, bertugas melakukan pengecekan ulang dan pencatatan atas penjualan yang
terjadi

h) Bagian Kredit, bertugas memberikan persetujuan kredit baik secara langsung ataupun tidak
langsung

i) Account Receivable, bertugas mencatat penjualan kredit dan menyiapkan faktur tagihan

2) Penjualan Makanan dan Minuman di Hotel

a) Waiter/waitress, bertugas memberikan pelayanan kepada tamu, dan menerima order,


meneruskan order ke dapur dan menyajikan order serta memberikan informasi pada kasir

b) Kasir, bertugas menyiapkan bill dan menerima pembayaran dari tamu

c) Kitchen, bertugas menyiapkan order

d) Income auditor, bertugas mengecek penjualan dan mencatat penjualan

e) Bagian kredit, bertugas memberikan persetujuan kredit

f) Account receivable, bertugas mencatat penjualan kredit dan menyiapkan faktur tagihan

2.3 Dokumen yang Digunakan Pada Prosedur Penjualan Hotel

Setiap ada transaksi yang terjadi, tentunya harus didokumentasikan ke formulir transaksi.
Penggunaan dokumen ini adalah salah satu cara untuk membuat suatu bukti transaksi yang
kemudian bisa digunakan sebagai bukti audit (audit trail) dari pihak yang independen. Adapun
dokumen yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Penjualan Kamar Hotel

1) Guest bill, digunakan untuk mencatat transaksi penjualan yang dilakukan oleh tamu selama
menginap di hotel dan sebagai bukti tagihan kepada tamu, yang terdiri dari:

a) Master bill untuk mencatat transaksi penjualan kamar.

b) Extra bill untuk mencatat transaksi penjualan yang lain selain kamar, seperti penjualan makanan
dan minuman, penjualan extra bed dan lain-lain.
2) Form A, digunakan untuk mencatat data pribadi tamu yang menginap dan sebagai laporan pada
pihak kepolisian, formulir ini biasanya juga digunakan sebagai registration form.

3) Reservation form, digunakan untuk mencatat reservasi tamu sebelum kedatangan tamu.

4) Voucher agent, sebagai bukti reservasi dari agent dan digunakan untuk melakukan tagihan pada
pihak agent.

5) Contract rate, merupakan perjanjian yang menunjukkan kesepakatan kerja sama antara pihak
hotel dan agent, yang mencakup harga kamar, jumlah kamar yang tersedia untuk agent pada saat
tertentu (allotmen), jangka waktu kesepakatan, dan hal-hal lainnya.

6) Room count sheet, digunakan untuk mengecek jumlah kamar yang terisi pada hari itu.

7) Room sales recapitulation, digunakan untuk mencatat penjualan kamar pada hari itu.

8) Remittance of fund, merupakan sebuah amplop yang digunakan untuk melaporkan dan
menyetorkan hasil penjualan pada hari itu.

2. Penjualan Makanan dan Minuman

1) Restaurant and Bar Order, yang digunakan untuk mencatat pesanan tamu.

2) Restaurant and Bar Check/Bill, digunakan sebagai faktur penjualan.

3) Restaurant and Bar Summary of Sales, digunakan untuk mencatat penjualan baik tunai maupun
kredit, pada masing-masing shift.

4) Remittance of Fund, merupakan amplop yang digunakan untuk melaporkan dan menyetorkan
hasil penjualan pada masing-masing shift.

2.4 Prosedur Penjualan pada Hotel

Sifat penjualan kamar, makannan dan minuman atau jasa lainnya pada sebuah hotel
adalah rutin dan berulang – ulang dalam satu hari. Untuk menjaga bahwa setiap transaksi
mendapat perlakuan sama dan dicatat secara wajar maka disusunlah prosedur penjualan hotel.

a) Prosedur Penjualan Kamar


Adapun prosedur yang digunakan pada sebuah hotel tersaji bagan alur pada gambar 6.2. Adapun
penjelasan bagan alur tesebut adalah:

1) Sebelum kedatangan, tamu akan melakukan reservasi baik secara individu ataupun melalui agen
perjalanannya ke bagian reservation yang selanjutnya akan membuat reservation form (RSF) dan
mencatatnya dalam daftar kedatangan tamu, kemudian mendistribusikan form tersebut ke
pihak Front Office, Roomboy, Housekeeping dan kredit sebagai informasi.

2) Tamu yang melakukan reservasi melalui agent akan membawa Voucher Agent (VA). Agent
membuatkan VA setelah melakukan konfirmasi ke pihak hotel dan mendapatkan RSF, serta
mencantumkan harga kamar sesuai contract rate (CR) dengan pihak hotel.

3) Saat tamu datang menunjukkan bukti reservasi, Front Office akan mencocokkannya dengan
salinan RF, kemudian meminta tamu untuk mengisi dan menandatangani Form A, lalu
memanggil bellboy dan memberikan kunci kamar kepada bellboy untuk mengantar tamu.

4) Setelah tamu ke kamar, Front Office akan membuatkan guestbill untuk tamu tersebut, kemudian
memasukkannya pada rak untuk masing – masing kamar yang ada di Front Office.

5) Front Office mengisi room count sheet (RCS), melakukan posting untuk setiap pemakaian
kamar pada bill, dan membuat room sales recapitulation (RSR),

6) Pada akhir hari, FO memasukkan hasil penjualan dan RSR ke dalam remittance of fund (ROF).

7) Front Office mengirim Form A asli sebagai laporan ke pihak kepolisian, dan mengarsip
salinannya.

8) Pada tengah malam, night audit akan mengecek kembali hasil kerja Front Office pada hari
tersebut.

9) Keesokan harinya ROF akan dikirim ke Back Office dan diterima oleh income audit, yang
selanjutnya akan mencocokkan kembali dan memilahnya, untuk hasil penjualan tunai akan
diserahkan ke general cashier, dan untuk sisanya diserahkan ke account receivable.

10) Income audit berdasarkan informasi yang diberikan oleh night auditakan membuat daily of
sales sebagai informasi kepada pihak manajemen tentang tingkat penjualan kamar, makanan dan
minuman, dan pendapatan lain, serta informasi tingkat hunian dan informasi lain dalam hari
kemarin.
11) Account receivableakan melakukan penyesuaian atas piutang usaha dan mereklasifikasi
piutang guest ledger ke city ledger, kemudian melakukan pencatatan dan menyiapkan invoice ke
pihak agen perjalanann.

12) General Cashier akan mencatat penerimaan kas dari hasil penjualan dan pembayaran
piutang guest ledger

b) Prosedur Penjualan Makanan dan Minuman

Prosedur ini tersaji pada Bagan Alur Gambar 6.3. Adapun penjelasan bagan alur tersebut adalah:

1) Tamu datang ke restoran disambut dan dipersilahkan duduk oleh waiter, yang selanjutnya
menyodorkan menu dan menyiapkan restoran and bar order (RBO), serta mencatat setiap order
tamu pada RBO.

2) RBO diserahkan ke kitchen untuk menyiapkan menu yang diminta, dan ke kasir outlet untuk
menyiapkan restoran and bar bill (RBB).

3) Setelah selesai, tamu akan menyelesaikan pembayaran di kasir, jika tamu tidak membayar tunai
maka tamu akan diminta untuk menandatangani RBB untuk nantinya dikirim Front Office agar
diposting ke bill tamu.

4) Pada akhir shift, kasir membuat restoran and bar summary of sales (RBSS) dan memasukkan
hasil penjualan ke dalam ROF, kemudian menitipkannya pada safe deposit box yang ada di Front
Office, untuk dikirim ke Back Office pada keesokan harinya.

2.5 Laporan yang Dihasilkan dari Prosedur Penjualan Hotel

Hasil akhir dari suatu prosedur adalah informasi. Adapun informasi yang dihasilkan dari
prosedur penjualan kamar, maknan dan minuman adalah:

1. Penjualan kamar, laporan yang dihasilkan adalah rooms sales recapitulation

2. Penjualan makannan dan minuman, laporan yang dihasilkan berupa Restaurant and Bar
Summary of Sales

3. Daily of sales,disiapkan oleh income auditor, yaitu berisi laporan penjualan hotel secara
keseluruhan.
4. Data pelanggan

Bagan Alur Prosedur Penjualan pada Hotel


BAB III

KESIMPULAN

Hotel merupakan usaha yang mencari laba sebagai hasil akhir aktivitas bisnisnya. Oleh
karena itu, manajemen hotel akan berupaya sedemikian rupa agar tujuan ini pada akhir suatu
periode dapat tercapai. Berbagai aktivitas dilakukan oleh manajemen hotel untuk mencapai
sasaran laba yang direncanakan, diantaranya mengadakan pelatihan bagi staf sehingga dapat
memenuhi tingkat layanan yan diharapkan oleh tamu, mengadakan kegiatan promosi dan
pemasaran, pengendalian biaya operasional, pengendalian lingkungan fisik hotel, dan aktivitas-
aktivitas lainnya.
Dalam kegiatan operasionalnya, hotel terdiri dari dua jenis departemen yaitu departemen
yang menghasilkan Pendapatan (Revenue Generating), dimana departemen ini merupakan
departemen yang menghasilkan pendapatan diantaranya kantor depan, departemen makanan dan
minuman serta departemen lain yang lazim disebut minor operated department, seperti
binatu, dry cleaning, spa, dan lainnya. Yang berikutnya adalah departemen yang tidak
menghasilkan Pendapatan (Non-Revenue Generating), yaitu antara lain pemasaran, personalia,
pemeliharaan, keamanan, teknologi informasi, administrasi dan umum, akuntansi dan cost
control, dan lainnya.

Daftar Pustaka

https://ngurahobelixs.blogspot.com/2018/07/akuntansi-hotel-sap-6.html
https://docplayer.info/37269109-Bab-6-akuntansi-pendapatan.html

Anda mungkin juga menyukai