Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

TUBERKULOSIS (TB) PADA ANAK


DI RUANG RAWAT INAP MAWAR KUNING ATAS
RSUD KABUPATEN SIDOARJO

DISUSUN OLEH :

Ayu Hardianti : 1906.14901.321


Auliyah Ulil Albab : 1906.14901.230
Olivia Nikolina : 1906.14901.267
Siti Mariyamah : 1906.14901.273
Juliao De Deus : 1906.14901.252

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Pokok bahasan : TB Pada Anak


2. Sub pokok Bahasan
a. Pengertian Penyakit TB
b. Penularan dan Penyebaran Bakteri TB Pada Anak
c. Gejala Klinis Penyakitr TB Pada Anak
d. Pencegahan Penyakit TB Pada Anak
3. Sasaran : Pasien dan keluarga
4. Tempat : Ruangan Mawar Kuning Atas RSUD Kabupaten Sidoarjo
5. Hari/ Tanggal : 08 Februari 2020
6. Waktu : 20 menit
7. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan menambah pengetahuan
masyarakat tentang penyakit TB pada anak.
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan
 keluarga mengerti Pengertian penyakit TB
 keluarga mengerti Penularan dan Penyebaran Bakteri TB Pada Anak
 keluarga mengerti Gejala Klinis Penyakit TB Pada Anak
 keluarga mengerti jenis-jenis TB
 keluarga mengerti pengobatan TB
 keluarga mengerti Pencegahan Penyakit TB Pada Anak
8. Metode : Penyuluhan dan tanya jawab
9. Media : LeafLet dan PPT
10. Materi : Terlampir
11. Pengorganisasian:
1. Pembimbing Pendidikan : Ns. Ika Arum Dewi S., S. Kep., M. Biomed
2. Pembimbing Klinik : Siti Chumaidah., Amd. Kep
3. Moderator : Auliyah Ulil Albab
4. Penyaji : Olivia Nikolina
5. Fasilitator : Siti Mariamah
Ayu Hardianti
Juliao De Deus

12. Kegiatan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 8 Menit Pembukaan :
 Memberi Salam  Menjawab salam
 Perkenalan  Mendengarkan dan
 Menjelaskan
memperhatikan
tujuan
pembelajaran
2 10 Menit Pelaksanaan :
 Menjelaskan materi  Menyimak
penyuluhan secara ber- dan
urutan dan teratur mendengar
Materi:
kan
a. Pengertian penyakit TB
b. Bagaimana Penularan dan
Penyebaran Bakteri TB
Pada Anak
c. Gejala Klinis Penyakit TB
Pada Anak
d. Macam-macam TB
e. Pengobatan TB
f. Pencegahan Penyakit TB
Pada Anak

3 5 Menit a. Pengertian penyakit TB


b. Bagaimana Penularan dan  Bertanya dan
Penyebaran Bakteri TB Menjawab
Pada Anak
c. Gejala Klinis Penyakit TB
Pada Anak
d. Macam-macam TB
e. Pengobatan TB
f. Pencegahan Penyakit TB
Pada Anak

4 7 Menit Penutup :
 Mengucapkan terimakasih  Menjawab salam
dan mengucapkan salam

13. Seting Tempat


Denah Tempat

AUDIEN AUDIEN
PEMATERI
AUDIEN
AUDIEN

AUDIEN AUDIEN

AUDIEN AUDIEN AUDIEN AUDIEN AUDIEN

14. Rencana Evaluasi


a. Apakah keluarga mengerti tentang pengertian penyakit TB?
b. Apakah keluarga mengerti penularan dan penyebaran bakteri TB pada anak?
c. Apakah keluarga mengerti gejala klinis penyakit TB pada anak ?
d. Apakah keluarga mengerti jenis-jenis TB?
e. Apakah keluarga mengerti cara pengobatan TB?
f. Apakah keluarga mengerti pencegahan penyakit TB pada anak?
MATERI TB PADA ANAK

A. Definisi
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Umumnya TB menyerang paru-paru, sehingga disebut
dengan TB paru. Tetapi kuman TB juga bisa menyebar ke bagian atau organ lain
dalam tubuh, dan TB jenis ini lebih berbahaya dari TB paru. Bila kuman TB
menyerang otak dan sistem saraf pusat, akan menyebabkan meningitis TB. Bila
kuman TB menginfeksi hampir seluruh organ tubuh, seperti ginjal, jantung, saluran
kencing, tulang, sendi, otot, usus, kulit, disebut TB milier atau TB ekstrapulmoner.
Tuberkulosis pada anak didefinisikan sebagai tuberkulosis yang diderita oleh anak
<15 tahun.1 Seorang anak dikatakan terpapar TB jika anak memiliki kontak yang
signifikan dengan orang dewasa atau remaja yang terinfeksi TB, pada tahap ini test
tuberkulin negatif, rontgen toraks negatif. Infeksi terjadi ketika seseorang menghirup
droplet nuclei Mycobacterium tuberculosis dan kuman tersebut menetap secara
intraseluler pada jaringan paru dan jaringan limfoid sekitarnya, pada tahap ini rontgen
toraks bisa normal atau hanya terdapat granuloma atau kalsifikasi pada parenkim
paru dan jaringan limfoidnya serta didapatkan uji tuberkulin yang positif. Sementara
itu, seseorang dikatakan sakit TB jika terdapat gejala klinis yang mendukung serta
didukung oleh gambaran kelainan rontgen toraks, pada tahap inilah seseorang
dikatakan menderita tuberkulosis.

B. Etiologi
Terdapat 60 lebih spesies Mycobacterium, tetapi hanya separuhnya yang
merupakan patogen terhadap manusia. Hanya terdapat 5 spesies dari
Mycobacterium yang paling umum menyebabkan infeksi, yaitu: M. Tuberculosis, M.
Bovis, M. Africanum, M. Microti dan M. Canetti. Dari kelima jenis ini M. Tuberkulosis
merupakan penyebab paling penting dari penyakit tuberkulosis pada manusia. Ada 3
varian M. Tuberkulosis yaitu varian humanus, bovinum dan avium. Yang paling
banyak ditemukan menginfeksi manusia M. Tuberkulosis varian humanus.
M. Tuberkulosis berbentuk batang, tidak membentuk spora, tidak berkapsul,
nonmotil, pleomorfik, dan termasuk bakteri gram positif lemah, serta memiliki ukuran
panjang 1-10 mikrometer dan lebarnya 0,2-0,6 mikrometer. M. Tuberkulosis tumbuh
optimal pada suhu 37-410C dan merupakan bakteri aerob obligat yang berkembang
biak secara optimal pada jaringan yang mengandung banyak udara seperti jaringan
paru. Dinding sel yang kaya akan lipid menjadikan basil ini resisten terhadap aksi
bakterisid dari antibodi dan komplemen. Sebagian besar dari dinding selnya terdiri
atas lipid (80%), peptidoglikan, dan arabinomannan. Lipid membuat kuman tahan
terhadap asam sehingga disebut BTA dan kuman ini tahan terhadap gangguan kimia
dan fisika. Oleh karena ketahanannya terhadap asam, M. Tuberkulosis dapat
membentuk kompleks yang stabil antara asam mikolat pada dinding selnya dengan
berbagai zat pewarnaan golongan aryl methan seperti carbolfuchsin, auramine dan
rhodamin. Kuman ini dapat bertahan hidup di udara yang kering atau basah karena
kuman dalam keadaan dorman. Dan dari keadaan dorman ini kuman dapat reaktivasi
kembali.

C. Manifestasi klinis
Manifestasi sistemik adalah gejala yang bersifat umum dan tidak spesifik karena
dapat disebabkan oleh berbagai penyakit atau keadaan lain. Beberapa manifestasi
sistemik yang dapat dialami anak yaitu:
1. Demam lama (>2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas, yang dapat
disertai keringat malam. Demam pada umumnya tidak tinggi. Temuan demam pada
pasien TB berkisar antara 40-80% kasus.
2. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan dengan
penanganan gizi atau naik tetapi tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan.
3. Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak
naik dengan adekuat (failure to thrive).
4. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya multipel.
5. Batuk lama lebih dari 3 minggu, dan sebab lain telah disingkirkan, tetapi pada anak
bukan merupakan gejala utama.
6. Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare.
7. Malaise (letih, lesu, lemah, lelah).

D. Klasifikasi
1. TB dengan konfirmasi bakteriologis
Pada anak kuman TB sangat sulit ditemukan disamping karena sulitnya
mendapatkan spesimen pemeriksaan, TB anak bersifat paucibacillary (kuman
sedikit).Sehingga tidak ditemukannya kuman TB pada pemeriksaan dahak tidak
menyingkirkan diagnosis TB anak.
TB dengan konfirmasi bakteriologis terdiri dari hasil positif baik dengan
pemeriksaan BTA, biakan maupun tes cepat. TB anak yang sudah mengalami
perjalanan penyakit post primer, dapat ditemukan hasil BTA positif pada
pemeriksaan dahak, sama dengan pada dewasa. Hal ini biasa terjadi pada anak
usia remaja awal. Anak dengan BTA positif ini memiliki potensi untuk menularkan
kuman M tuberculosis kepada orang lain di sekitarnya.
2. Tuberkulosis Meningitis
Tuberkulosis meningitis, merupakan salah satu bentuk TB pada Sistem Saraf
Pusat yang sering ditemukan pada anak, dan merupakan TB dengan gejala klinis
berat yang dapat mengancam nyawa, atau meninggalkan gejala sisa pada anak.
Anak biasanya datang dengan keluhan awal demam lama, sakit kepala, diikuti
kejang berulang dan kesadaran menurun khususnya jika terdapat bukti bahwa
anak telah kontak dengan pasien TB dewasa BTA positif.
3. TB Milier
Tuberkulosis milier termasuk salah satu bentuk TB dengan gejala klinis berat
dan merupakan 3 –7% dari seluruh kasus TB, dengan angka kematian yang
tinggi (dapat mencapai 25% pada bayi). TB milier terjadi oleh karena adanya
penyebaran secara hematogen dan diseminata, bisa ke seluruh organ, tetapi
gambaran milier hanya dapat dilihat secara kasat mata pada foto torak.
Terjadinya TB milier dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu:
1) Kuman M. tuberculosis(jumlah dan virulensi).
2) Status imunologis pasien (nonspesifik dan spesifik), seperti infeksi
3) HIV, malnutrisi, infeksi campak, pertusis, diabetes melitus, gagal ginjal,
keganasan, dan penggunaan kortikosteroid jangka lama.
4) faktor lingkungan (kurangnya paparan sinar matahari, perumahan yang
padat, polusi udara, merokok, penggunaan alkohol, obat bius, serta
sosioekonomi).
4. Tuberkulosis Tulang atau Sendi
Tuberkulosis tulang atau sendi merupakan suatu bentuk infeksi TB
ekstrapulmonal yang mengenai tulang atau sendi.Insidens TB sendi berkisar 1 –
7% dari seluruh TB. Tulang yang sering terkena adalah: tulang belakang
(spondilitis TB), sendi panggul (koksitis), dan sendi lutut (gonitis). Gejala dan
tanda spesifik spesifik berupa bengkak, kaku, kemerahan, dan nyeri pada
pergerakan dan sering ditemukan setelah trauma. Bisa ditemukan gibbus yaitu
benjolan pada tulang belakang yang umumnya seperti abses tetapi tidak
menunjukkan tanda-tanda peradangan. Warna benjolan sama dengan
sekitarnya, tidak nyeri tekan, dan menimbulkan abses dingin.
5. Tuberkulosis Kelenjar
Infeksi TB pada kelenjar limfe superfisial, yang disebut dengan skrofula,
merupakan bentuk TB ekstrapulmonal pada anak yang paling sering terjadi, dan
terbanyak pada kelenjar limfe leher.Kebanyakan kasus timbul 6 –9 bulan setelah
infeksi awal M. tuberculosis, tetapi beberapa kasus dapat timbul bertahun-tahun
kemudian. Lokasi pembesaran kelenjar limfe yang sering adalah di servikal
anterior, submandibula, supraklavikula, kelenjar limfe inguinal, epitroklear, atau
daerah aksila. Kelenjar limfe biasanya membesar perlahan-lahan pada stadium
awal penyakit. Pembesaran kelenjar limfe bersifat kenyal, tidak keras, diskrete,
dan tidak nyeri. Pada perabaan, kelenjar sering terfiksasi pada jaringan di bawah
atau di atasnya.Limfadenitis ini paling sering terjadi unilateral, tetapi infeksi
bilateral dapat terjadi karena pembuluh limfatik di daerah dada dan leher-bawah
saling bersilangan.
6. Tuberkulosis Pleura
Efusi pleura adalah penumpukan abnormal cairan dalam rongga pleura.
Salah satu etiologi yang perlu dipikirkan bila menjumpai kasus efusi pleura di
Indonesia adalah TB. Efusi pleura TB bisa ditemukan dalam 2 bentuk, yaitu (1)
cairan serosa, bentuk ini yang paling banyak dijumpai (2) empiema TB, yang
merupakan efusi pleura TB primer yang gagal mengalami resolusi dan berlanjut
ke proses supuratif kronik.
Gejala dan tanda awal meliputi demam akut yang disertai batuk nonproduktif
(94%), nyeri dada (78%), biasanya unilateral (95%). Pasien juga sering datang
dalam keadaan sesak nafas yang hebat. Pemeriksaan foto toraks dijumpai
kelainan parenkim paru. Efusi pleura hampir selalu terjadi di sisi yang sama
dengan kelainan parenkim parunya.
7. Tuberkulosis Kulit
Skrofuloderma merupakan manifestasi TB kulit yang paling khas dan paling
sering dijumpai pada anak.Skrofuloderma terjadi akibat penjalaran
perkontinuitatum dari kelenjar limfe yang terkena TB. Skrofuloderma biasanya
ditemukan di leher dan wajah, dan di tempat yang mempunyai kelompok kelenjar
limfe, misalnya di daerah parotis, submandibula, supraklavikula, dan daerah
lateral leher. Selain itu, skrofuloderma dapat timbul di ekstremitas atau trunkus
tubuh, yang disebabkan oleh TB tulang dan sendi. Lesi awal skrofuloderma
berupa nodul subkutan atau infiltrat subkutan dalam yang keras (firm),
berwarna merah kebiruan, dan tidak menimbulkan keluhan (asimtomatik). Infiltrat
kemudian meluas atau membesar dan menjadi padat kenyal (matted and
doughy).
8. Tuberkulosis Abdomen
TB abdomen mencakup lesi granulomatosa yang bisa ditemukan di
peritoneum (TB peritonitis), usus, omentum, mesenterium, dan hepar.M
tuberculosissampai keorgan tersebut secara hematogen ataupun penjalaran
langsung.Peritonitis TB merupakan bentuk TB anak yang jarang dijumpai, yaitu
sekitar 1 –5% dari kasus TB anak.Umumnya terjadi pada dewasa dengan
perbandingan perempuan lebih sering dari laki-laki (2:1).
9. Tuberkulosis Mata
Tuberkulosis pada mata umumnya mengenai konjungtiva dan kornea,
sehingga sering disebut sebagai keratokonjungtivitis fliktenularis (KF).
Keratokonjungtivitis fliktenularis adalah penyakit pada konjungtiva dan kornea
yang ditandai oleh terbentuknya satu atau lebih nodul inflamasi yang disebut
flikten pada daerah limbus, disertai hiperemis di sekitarnya. Umumnya ditemukan
pada anak usia 3 –15 tahun dengan faktor risiko berupa kemiskinan, kepadatan
penduduk, sanitasi buruk, dan malnutrisi.
Manifestasi klinis KF dapat berupa iritasi, nyeri, lakrimasi, fotofobia, dan dapat
mengeluarkan sekret mata, disertai gejala umum TB. Untuk menyingkirkan
penyebab stafilokokus, perlu dilakukan usap konjungtiva.
10. Tuberkulosis Ginjal
Tuberkulosis ginjal pada anak jarang karena masa inkubasinya bertahun-
tahun. TB ginjal merupakan hasil penyebaran hematogen. Massa yang besar
akan terbentuk dekat dengan korteks ginjal, yang mengeluarkan kuman
melalui fistula ke dalam pelvis ginjal. Infeksi kemudian menyebar secara lokal
ke ureter, prostat, atau epididimis.
Tuberkulosis ginjal seringkali secara klinis tenang pada fase awal, hanya
ditandai piuria yang steril dan hematuria mikroskopis. Disuria, nyeri pinggang
atau nyeri abdomen dan hematuria makroskopis dapat terjadi sesuai dengan
berkembangnya penyakit.
Pengobatan TB ginjal bersifat holistik, yaitu selain pemberian OAT juga
dilakukan penanganan terhadap kelainan ginjal yang terjadi. Apabila diperlukan
tindakan bedah, dapat dilakukan setelah pemberian OAT selama 4 –6 minggu.
11. Tuberkulosis Jantung
Tuberkulosis yang lebih umum terjadi pada jantung adalah perikarditis TB,
tetapi hanya 0,5–4% dari TB anak. Perikarditis TB biasanya terjadi akibat invasi
kuman secara langsung atau drainase limfatik dari kelenjar limfe subkarinal.
Gejalanya tidak khas, yaitu demam subfebris, lesu, dan BB turun.Nyeri dada
jarang timbul pada anak. Dapat ditemukan friction rub dan suara jantung
melemah dengan pulsus paradoksus. Terdapat cairan perikardium yang khas,
yaitu serofibrinosa atau hemoragik. Basil Tahan Asam jarang ditemukan pada
cairan perikardium, tetapi kulturdapat positif pada 30 –70% kasus. Hasil kultur
positif dari biopsi perikardium yang tinggi dan adanya granuloma sering
menyokong diagnosis TB jantung. Selain OAT diberikan
kortikosteroid,Perikardiotomi parsial atau komplit dapat diperlukan jika terjadi
penyempitan perikard (KESMAS 2013).

E. Penularan
1. Tinggal di rumah. Jangan pergi kerja atau sekolah atau tidur di kamar
dengan orang lain selama beberapa minggu pertama pengobatan untuk TB
aktif.
2. Ventilasi ruangan. Kuman TB menyebar lebih mudah dalam ruangan
tertutup kecil di mana udara tidak bergerak. Jika ventilasi ruangan masih
kurang, buka jendela dan gunakan kipas untuk meniup udara dalam ruangan
ke luar.
3. Tutup mulut mengunakan masker. Gunakan masker untuk menutup mulut
kapan saja ini merupakan langkah pencegahan TB secara efektif. Jangan lupa
untuk membuang masker secara teratur.
4. Meludah hendaknya pada tempat tertentu yang sudah diberikan
desinfektan.
5. Hindari udara dingin.
6. Usahakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya ke dalam
tempat tidur.
7. Menjemur kasur, bantal, dan tempat tidur terutama pagi hari.
8. Semua barang yang digunakan penderita harus terpisah begitu juga
mencucinya dan tidak boleh digunakan oleh orang lain.
9. Makanan harus tinggi karbohidrat dan tinggi protein.

H. Pengobatan Tuberculosis Pada Anak


Tatalaksana medikamentosa TB Anak terdiri dari terapi (pengobatan) dan
profilaksis (pencegahan). Terapi TB diberikan pada anak yang sakit TB, sedangkan
profilaksis TB diberikan pada anak yang kontak TB (profilaksis primer) atau anak
yang terinfeksi TB tanpa sakit TB (profilaksis sekunder).
Beberapa hal penting dalam tatalaksana TB Anak adalah:
a. Obat TB diberikan dalam paduan obat tidak boleh diberikan sebagai monoterapi.
b. Pemberian gizi yang adekuat.
c. Mencari penyakit penyerta, jika ada ditatalaksana secara bersamaan.
Paduan OAT Anak Prinsip pengobatan TB anak:
a. OAT diberikan dalam bentuk kombinasi minimal 3 macam obat untuk mencegah
terjadinya resistensi obat dan untuk membunuh kuman intraseluler dan
ekstraseluler.
b. Waktu pengobatan TB pada anak 6-12 bulan. Pemberian obat jangka panjang
selain untuk membunuh kuman juga untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
kekambuhan.
c. Pengobatan TB pada anak dibagi dalam 2 tahap:
1) Tahap intensif, selama 2 bulan pertama. Pada tahap intensif,
diberikan minimal 3 macam obat, tergantung hasil pemeriksaan bakteriologis
dan berat ringannya penyakit.
2) Tahap Lanjutan, selama 4-10 bulan selanjutnya, tergantung hasil pemeriksaan
bakteriologis dan berat ringannya penyakit.
Selama tahap intensif dan lanjutan, OAT pada anak diberikan setiaphari untuk
mengurangi ketidakteraturan minum obat yang lebih sering terjadi jika obat
tidak diminum setiap hari.
d. Pada TB anak dengan gejala klinis yang berat, baik pulmonal maupun
ekstrapulmonal seperti TB milier, meningitis TB, TB tulang, dan lain-lain dirujuk ke
fasilitas pelayanan kesehatan rujukan.
e. Pada kasus TB tertentu yaitu TB milier, efusi pleura TB, perikarditis TB, TB
endobronkial, meningitis TB, dan peritonitis TB, diberikan kortikosteroid
(prednison) dengan dosis 1-2 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 dosis. Dosis
maksimal prednisone adalah 60mg/hari. Lama pemberian kortikosteroid adalah 2-
4 minggu dengan dosis penuh dilanjutkan tappering off dalam jangka waktu yang
sama. Tujuan pemberian steroid ini untuk mengurangi proses inflamasi dan
mencegah terjadi perlekatan jaringan.
f. Paduan OAT untuk anak yang digunakan oleh Program Nasional
Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia adalah:
1) Kategori Anak dengan 3 macam obat: 2HRZ/4HR
2) Kategori Anak dengan 4 macam obat: 2HRZE(S)/4-10HR
g. Paduan OAT Kategori Anak diberikan dalam bentuk paket berupa obat Kombinasi
Dosis Tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 3 jenis
obat dalam satu tablet.Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien.Paduan
ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.
h. OAT untuk anak juga harus disediakan dalam bentuk OAT kombipak untuk di
gunakan dalam pengobatan pasien yang mengalami efek samping OAT KDT.

F. Pencegahan
1. Vaksinasi BCG. Vaksinasi merupakan salah satu faktor penting dalam
pencegahan penyakit.
2. Pemberian makanan yang bergizi dan seimbang.
3. Jaga lingkungan tetap bersih, tidak lembab, dan sinar matahari dapat
masuk ke dalam rumah
4. Obati sumber penularan dengan tuntas (Terapi obat 6 bulan)
DAFTAR PUSTAKA

Betz, C. L. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.


Didapat dari KEMENKES RI Tahun 2013.
Didapat dari Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2012.
Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Aanak Dalam Kebidanan. Jakarta : Trans Info
Media.

Anda mungkin juga menyukai