Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

BANGUNAN AIR

DISUSUN OLEH :

FARID AZHAR (218 5102)

JURUSAN S1 TEKNIK LINGKUNGAN


SEKOLAH TINGGI TEKNIK LINGKUNGAN
TAHUN 2019
I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bangunan air adalah bangunan yang digunakan untuk memanfaatkan dan
mengendalikan air di sungai maupun danau.
Bentuk dan ukuran bangunan tergantung kebutuhan, kapasitas maksimum sungai,
dana pembangunan dan sifat hidrolik sungai. Kebanyakan konstruksi bangunan air bersifat
lebih masif dan tidak memerlukan segi keindahan dibanding dengan bangunan-bangunan
gedung atau jembatan, dan perencanaan bangunannya secara detail tidak terlalu halus.
Permukaan bangunan air atau bagian depannya sebaiknya berbentuk lengkung untuk
menghindari kontraksi sehingga mempunyai efisiensi yang tinggi dan mengurangi gerusan
lokal (local scoure) di sekililing bangunan atau di hilir bangunan.
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian yang
jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawahtanah, irigasi pompa dan irigasi
rawa. Semua proses kehidupan dan kejadian di dalam tanah yang merupakan tempat media
pertumbuhan tanaman hanya dapat terjadi apabila ada air, baik bertindak sebagai pelaku
(subjek) atau air sebagai media (objek). Proses-proses utama yang menciptakan kesuburan
tanah ataupun yang mendorong degradasi tanah karena air.
Irigasi berarti mengalirkan air secara buatan dari sumber air kepada lahan-
lahan untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Tujuan irigasi adalah mengalirkan air secara
teratur sesuai kebutuhan tanaman pada saat persediaan tanah tidak mencukupi untuk
mendukung pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman bisa tumbuh secara
normal. Pemberian air irigasi yang efisien selain dipengaruhi oleh tatacara aplikasi, juga
ditentukan oleh kebutuhan air guna mencapai kondisi air tersedia yang dibutuhkan
tanaman.
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini :
1. Manfaat dari suatu bangunan air di sungai adalah untuk membantu manusia dalam
kelangsungan hidupnya, dalam upaya penyediaan makanan nabati dan memperbesar
rasa aman dan kenyamanan hidup manusia terutama yang hidup di lembah dan di tepi
sungai.
2. Tujuan irigasi pada suatu daerah adalah upaya untuk penyediaan dan pengaturan air
untuk menunjang pertanian, dari sumber air ke daerah yang memerlukan dan
mendistribusikan secara teknis dan sistematis.

C. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana tata cara pemilihan lokasi Bangunan Air Bendungan?
2. Jelaskan jenis – jenis Bangunan Air!
3. Jelaskan Sistem Irigasi yang sering digunakan !
II. TINJAUAN PUSTAKA

Bangunan air adalah bangunan yang digunakan untuk memanfaatkan dan


mengendalikan air di sungai maupun danau. Bentuk dan ukuran bangunan tergantung
kebutuhan, kapasitas maksimum sungai, dana pembangunan dan sifat hidrolik sungai.
Kebanyakan konstruksi bangunan air bersifat lebih masif dan tidak memerlukan segi
keindahan dibanding dengan bangunan-bangunan gedung atau jembatan, dan perencanaan
bangunannya secara detail tidak terlalu halus.Permukaan bangunan air atau bagian
depannya sebaiknya berbentuk lengkung untukmenghindari kontraksi sehingga mempunyai
efisiensi yang tinggi dan mengurangi gerusanlokal (local scoure) di sekililing bangunan atau
di hilir bangunan.
A. Bangunan air untuk irigasi
Bangunan ini merupakan bangunan utama yang dibangun di sungai untuk
memenuikebutuhan air irigasi. Jenis bangunan yang dipilih harus disesuaikan dengan jumlah
air yang ada disungai tersebut, sifat hidrolik sungai, daerah yang akan diairi, jenis tanaman
yang akan dikembangkan dan sebagainya. Air yang diambil dari sungai harus dapat mengalir
secara gravitasi dan harus bisa mengurangi kandungan sedimen yang berlebihan serta
memunginkan untuk mengukur air yang masuk irigasi. Mengingat tempat kedudukan lahan
yang akan dialiri dan kondisi sungai yang ada maka dapat dibuat beberapa jenis bangunan
utama, yaitu Bangunan Pengambil Bebas, Bangunan Bendung dan Bendungan.
1. Bangunan Pengambil Bebas
Bangunan ini dibuat untuk memungkinkan dibelokkannya air sungai ke jaringan irigasi
tanpa merubah kondisi sungai, jika muka air sungai cukup tinggi untuk mencapai lahan
yangakan diairi. Bangunan tersebut berupa saluran pengambilan yang dilengkapi
dengan pintu air untuk mengatur debit air yang masuk untuk memenuhi kebutuhan
irigasi. Bangunan tersebut harus dapat mengambil air dengan jumlah yang cukup pada
masa pemberian air irigasi tanpa memerlukan peninggian muka air sungai. Bangunan
seperti ini jarang diaplikasikan. Sulitnya sistem ini seringkali kali memerlukan saluran
yang sangat panjang untuk mencapai sawah yang dapat diairi. Panjang saluran
disebabkan beda tinggi tekan yang harus disediakan agar air sampai ke sawah secara
gravitasi. Saluran yang terlalu panjang menyebabkan banyaknya kehilangan air, akibat
rembesan dan penguapan. Hal ini memprihatinkan banyaknya pencurian air disaluran
yang sulit dicegah.
2. Bangunan Bendung
Bangunan ini dibangun melintang sungai yang berfungsi untuk menaikkan muka air
sungai, menaikkan tinggi tekan dan atau membendung aliran sungai sehingga aliran
sungai mudah disap dan dialirkan secara gravitasi ke daerah yang membutuhkannya
dengan jarak saluran yang relatif pendek. Tipe bendung dapat dibedakan menjadi :
 Bendung pelimpah atau bisa juga disebut bendung tetap.
 Bendung gerak yang berupa pintu air.
 Bendung gerak yang berupa bendung karet.
(a) Bendung Tetap
Bendung tetap adalah ambang yang dibangun melintang sungai untuk
pembendungan sungaiyang terdiri dari ambang tetap, dimana muka air banjir di
bagian udiknya tidak dapat diatur eleVasinya. Bendung ini juga merupakan
penghalang saat terjadi banjir sehingga air sungai menjaditinggi dan tanpa kontrol
yang baik akan dapat menyebabkan genangan air di hulu bending tersebut. Untuk
sungai yang tidak mampu menampung tinggi luapan yang terjadi tidak
sesuaidengan bangunan ini. Bahannya dapat terbuat dari pasangan batu, beton
atau pasangan batu dan beton. Dibangun umumnya di sungai ruas hulu dan ruas
tengah.
(b) Bendung Gerak
Bendung gerak yang berupa pintu air . Bendung ini dapat dihilangkan selama terjadi
aliran besar yaitu dengan cara membuka pintu air, sehingga masalah yang
ditimbulkan selama banjir kecil saja, karena kenaikan muka airakibat banjir rendah.
Bendung gerak dilengkapi dengan alat pembuka pintu mekanik untuk mengatur
muka air didepan pengambilan agar air yang masuk sesuai dengan kebutuhan
irigasi. Bendung gerak memerlukan eksploitasi secara terus menerus karena
pintunya harus tetapterjaga dan dioperasikan dengan baik dalam keadaan apapun.
Pada saat banjir, pintu harussegera dibuka agar tidak menimbulkan kenaikan muka
air dihilir bendung secara berlebihanyang akan menyebabkan genangan di hulu
bendung.
(c) Bendung Gerak, yang berupa bendung karet. Bendung ini dapat mengembang dan
mengempis secara otomatis, apabila air telah mencapaiketinggian yang telah
ditentukan. Ada banyak kelebihan bendung karet dibanding pintu air, antara lain
bentangnya jauh lebih lebar dan operasinya dilakukan secara otomatis, tanpa
menjaga dan mengoperasikan pintu secara terus menerus, baik pada aliran tinggi
maupun aliran rendah. Namun dengan kondisi sungai yang banyak mengandung
sedimen kasar atau sampai padat, bendung karet tidak dianjurkan karena akan
cepat robek. Isi bendung karet bisa udara bisa juga diisi air, namun pengisian udara
lebih mudah karena tidak diperlukan tampungan air untuk mengisi bendung karet.
3. Bendungan
Bendungan atau dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air menjadi
waduk, danau, atau tempat rekreasi. Bangunan ini dibangun melintang sungai untuk
meninggikan muka air dan membuat tampungan air. Dengan dibangunnya waduk ini
dapat berfungsi ganda antara lain pengendalian banjir, irigasi, PLTA, industri, air
minum, perikanan, rekreasi dan lain-lain. Terdapat banyak sekali tipe bendungan yang
sukar dibandingkan antara satu dengan yanglainnya. Jadi satu bendungan dapat
dipandang dari berbagai segi yang masing-masing menghasilkan tipe yang berbeda-
beda pula.

Pembagian tipe bendungan berdasar konstruksinya


 Jenis Bendungan Berdasarkan Ukuran
Berdasarkan ukurannya, ada 2 jenis bendungan diantaranya yaitu:
 Bendungan besar (Large Dams), yaitu bendungan yang tingginya lebih dari 10 m,
diukur dari bagian bawah pondasi hingga puncak bendungan.
 Bendungan kecil (Small Dams), yaitu semua bendungan yang tidak bersyarat
sebagai bendungan besar (Large Dams).
 Jenis Bendungan Berdasarkan Tujuan Pembangunan
Berdasarkan tujuan penggunaannya, bendungan dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:
 Bendungan dengan tujuan tunggal (Single Purpose Dams), yaitu bendungan
yang tujuan pembangunannya untuk memenuhi satu tujuan saja misalnya PLTA.
 Bendungan serba guna (Multi Purpose Dams), yaitu bendungan yang dibangun
untuk memenuhi beberapa tujuan, seperti untuk irigasi, PLTA, pariwisata dan
perikanan.
 Jenis Bendungan Berdasarkan Penggunaannya
Berdasarkan penggunaanya, bendungan dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
 Bendungan membentuk waduk (Storage Dams), yaitu bangunan yang dibangun
untuk membentuk waduk untuk menyimpan air pada waktu kelebihan agar bisa
digunakan pada waktu dibutuhkan.
 Bendungan penangkap atau pembelok air (Diversion Dams), yaitu bendungan
yang dibangun agar permukaan air lebih tinggi, sehingga bisa mengalir masuk
kedalam saluran air atau terowongan air.
 Bendungan untuk memperlambat air (Distension Dams), yaitu bendungan yang
dibangun untuk memperlambat air sehingga bisa mencegah terjadinya banjir.
 Jenis Bendungan Berdasarkan Jalan Air
Berdasarkan jalan airnya, bendungan dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya
yaitu:
 Bendungan untuk dilewati air (Overflow Dams), yaitu bendungan yang dibangun
untuk dilewati air misalnya, pada bangunan pelimpas (Spillway).
 Bendungan untuk menahan air (Non Overflow Dams), yaitu bendungan yang
sama sekali tidak boleh dilewati air. Biasanya dibangun berbatasan dan terbuat
dari beton, pasangan batu atau pasangan bata.
 Jenis Bendungan Berdasarkan Konstruksinya
Berdasarkan konstruksinya, bendungan dibrdakan menjadi 4 jenis, diantaranya
yaitu:
 Bendungan serbasama (Homogeneus Dams), yaitu bendungan yang lebih dari
setengah volumenya terdiri dari bahan bangunan yang seragam.
 Bendungan urungan berlapis-lapis (Zoned Dams), yaitu bendungan yang terdiri
dari beberapa lapisan yaitu lapisan kedapan air (WaterTight Layer), lapisan batu
(Rock Zones), lapisan batu teratur (Rip-rap) dan lapisan pengering (Filter zones).
 Bendungan urugan batu dengan lapisan kedap air di muka (Impermeable Face
Rock Fill Dams), yaitu bendungan urugan batu berlapis-lapis yang lapisan kedap
airnya diletakan di sebelah hulu bendungan. Lapisan yang biasanya digunakan
yaitu aspal dan beton bertulang.
 Bendungan beton (Concrete Dams), yaitu bendungan yang dibuat dari
konstruksi beton baik dengan tulangan atau tidak.
 Jenis Bendungan Berdasarkan Fungsi
Berdasarkan fungsinya, bendungan dibedakan menjadi beberapa jenis diantaranya
yaitu:
 Bendungan pengelak pendahuluan (Primary Cofferdam, Dike )
 Bendungan pengelak (Cofferdam)
 Bendungan utama (Main Dams)
 Bendungan sisi (High Level Dams)
 Bendungan ditempat rendah (Saddle Dams)
 Tanggul (Dyke, Levee)
 Bendungan limbah industry (Industrial Waste Dams)
 Bendungan pertambangan (Mine Tailing Dam, Tailing Dams).
Tata Cara dalam pemilihan lokasi bangunan bendungan.
1 Pertimbangan topografi
- Lembah sungai yang sempit berbentuk huruf V dan tidak terlalu dalam, karena
pada lokasi ini volume tubuh bendung dapat menjadi minimal
- Keadaan topografi di daerah tangkapan air juga perlu dicek, apakah
topografinya terjal sehingga mungkin terjadi longsoran atau tidak
- Karakter hidrograf banjir, yang akan mempengaruhi kinerja bendung
- Cek daerah calon sawah: elevasi hamparan tertinggi yang harus diairi
2 Kemantapan geoteknik fondasi bendung
- Dasar sungai yang mempunyai daya dukung kuat, stratigrafi lapisan batuan
miring ke arah hulu, tidak ada sesar aktif, tidak ada erosi buluh, dan dasar
sungai hilir bendung tahan terhadap gerusan air
- Batuan tebing kanan dan kiri bendung cukup kuat dan stabil serta relatif tidak
terdapat bocoran samping
3 Pengaruh hidraulik
- Bagian sungai yang lurus
- Jika bagian sungai yang lurus tidak ditemukan, maka bisa dipilih lokasi di
belokan, tapi posisi bangunan intake harus terletak pada tikungan luar dan
terdapat bagian sungai yang lurus di hulu bendung
4 Pengaruh regime sungai
- Hindari lokasi bendung pada bagian sungai dimana terjadi perubahan
kemiringan sungai secara mendadak
- Hindari bagian sungai dengan belokan tajam
- Pilih bagian sungai yang lurus mempunyai kemiringan relatif tetap sepanjang
penggal tertentu
5 Tingkat kesulitan saluran induk
- Pilih lokasi bendung sedemikian sehingga pembangunan saluran induk dekat
bendung tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mahal
- Hindari trace saluran menyusuri tebing terjal apalagi berbatu
- Usahakan ketinggian galian tebing pada saluran induk kurang dari 8 m dan
ketinggian timbunan kurang dari 6 m
6 Ruang untuk bangunan pelengkap bendung
- Untuk kolam pengendap dan saluran penguras dengan panjang dan lebar
masing-masing kurang lebih 300 – 500 m dan 40 – 60 m
7 Luas layanan irigasi
- Dapat memberikan luas layanan yang memadai terkait dengan kelayakan sistem
irigasi
8 Luas daerah tangkapan air
- Terkait dengan debit andalan yang didapat dan debit banjir yang mungkin
terjadi menghantam bendung
- Dikaitkan dengan luas layanan yang didapat dan ketinggian lantai layanan dan
pembangunan bangunan melintang anak sungai (kalau ada)
9 Tingkat kemudahan pencapaian
- Kemudahan untuk keperluan mobilisasi alat dan bahan saat pembangunan fisik
maupun operasi dan pemeliharaan
- Kemudahan melakukan inspeksi oleh aparat pemerintah
10 Biaya pembangunan
- Biaya konstruksinya minimal tetapi memberikan ouput yang optimal

Teori Perencanaan Petak, Saluran dan Bangunan Air


a) Teori Perencanaan Petak adalah Petak irigasi atau petak sawah atau daerah yang akan
dialiri dari suatu sumber air, baik waduk maupun langsung dari satu atau beberapa
sungai melalui bangunan pengambilan bebas. Petak irigasi dibagi 3 jenis, Petak Tersier,
Sekunder dan Primer
b) Teori perencanaan saluran adalah dalam mengalirkan dan mengeluarkan air ke dan dari
petak sawah dibutuhkan suatu saluran irigasi. Saluran pembawa itu dibagi menjadi 2
jenis berdasarkan fungsinya, saluran pembawa yang membawa air masuk ke petak
sawah dan saluran pembuang yang akan mengalirkan kelebihan air dari petak - petak
sawah.
c) Teori Perencanaan Bangunan Air adalah dibagi menjadi 2 yaitu Bangunan Utama dan
Bangunan Pelengkap.
Bangunan Utama :
 Bangunan bagi adalah bangunan yang terletak di saluran utama yang membagi
air ke saluran sekunder atau tersier. Dan juga dari saluran sekunder ke tersier.
Bangunan ini dengan akurat menghitung dan mengatur air yang akan dibagi ke
saluran - saluran lainnya.
 Bangunan sadap adalah bangunan yang terletak di saluran primer ataupun
sekunder yang member air ke saluran tersier.
 Bangunan bagi - sadap adalah bangunan bagi yang juga bangunan sadap.
Bangunan ini merupakan kombinasi keduanya.
Bangunan Pelengkap :
 Bangunan pengatur adalah Banguna/pintu pengatur akan berfungsi mengatur
taraf muka air yang melaluinya di tempat - tempat dimana terletak bangunan
sadap dan bangunan bagi. Khususnya di saluran - saluran yang kehilangan tinggi
energinya harus kecil, bangunan pengatur harus direncanakan sedemikian rupa
sehingga tidak banyak rintangan tinggi energi dan sekaligus mencegah
penggerusan,disarankan membatasi kecepatan di bangunan pengatur sampai
±1,0 m/dt.

KEBUTUHAN AIR IRIGASI


Kebutuhan air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
evapontranspirasi, kehilangan air, kebutuhan airuntuk tanaman dengan memperhatikan jumlah
air yang diberikan oleh alam melalui hujan dan kontribusi air tanah.
1. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN AIR TANAMAN
a. Topografi
Keadaan topografi mempengaruhi kebutuhan air tanaman. Untuk lahan yang miring
membutuhkan air yang lebih banyak dari pada lahan yang datar, karena air akan lebih cepat
mengalir menjadi aliran permukaan dan hanya sedikit yang mengalami infiltrasi, dengan kata
lain kehilangan air di lahan miring akan lebih besar.
b. Hidrologi
Jumlah contoh hujan mempengaruhi kebutuhan air makin banyak curah hujannya, maka makin
sedikit kebutuhan air tanaman, hal ini di karenakan hujan efektif akan menjadi besar.
c. Klimatologi
Keadaan cuaca adalah salah satu syarat yang penting untuk pengelolaan pertanian.Tanaman
tidak dapat bertahan dalam keadaan cuaca buruk. Dengan memperhatikan keadaan cuaca dan
cara pemanfaatannya, maka dapat dilaksanakan penanaman tanaman yang tepat untuk
periode yang tepat dan sesuai dengan keadaan tanah. Cuaca dapat digunakan untuk
rasionalisasi penentuan laju evaporasi dan evapotranspirasi, hal ini sangat bergantung pada
jumlah jam penyinaran matahari dan radiasi matahari. Untuk penentuan tahun/periode dasar
bagi rancangan irigasi harus dikumpulkan data curah hujan dengan jangka waktu yang
sepanjang mungkin.
Disamping data curah hujan diperlukan juga penyelidikan evapotranspirasi, kecepatan angin,
arah angin, suhu udara, jumlah jam penyinaran matahari, kelembaban.
d. Tekstur tanah
Selain membutuhkan air, tanaman juga membutuhkan tempat untuk tumbuh, yang dalam
tehnik irigasi dinamakan tanah. Tanah yang baik untuk usaha pertanian ialah tanah yang mudah
dikerjakan dan bersifat produktif serta subur. Tanah yang baik tersebut memberi kesempatan
pada akar tanaman untuk tumbuh dengan mudah, menjamin sirkulasi air dan udara serta baik
pada zona perakaran dan secara relatif memiliki persediaan hara dan kelembaban tanah yang
cukup.

2. EFISIENSI IRIGASI
Air yang diambil dari sumber air atau sungai yang di alirkan ke areal irigasi tidak semuanya
dimanfaatkan oleh tanaman. Dalam praktek irigasi terjadi kehilangan air. Kehilangan air
tersebut dapat berupa penguapan di saluran irigasi, rembesan dari saluran atau untuk
keperluan lain (rumah tangga).
a. Efisiensi pengaliran
Jumlah air yang dilepaskan dari bangunan sadap ke areal irigasi mengalami kehilangan air
selama pengalirannya.Kehilanganair ini menentukan besarnya efisiensi pengaliran.
EPNG = (Asa / Adb) x 100% dengan :
EPNG = Efisiensi pengairan
Asa = Air yang sampai di irigasi
Adb = Air yang diambil dari bangunan sadap
b. Efisiensi pemakaian
Efisiensi pemakaian adalah perbandingan antara air yang dapat ditahan pada zone perakaran
dalam periode pemberian air, dengan air yang diberikan pada areal irigasi.
EPMK = (Adzp/ Asa) x 100%
dengan :
EPMK = Efisiensi pemakai
Adzp = Air yang dapat ditahan pada zona perakaran
Asa = Air yang diberikan (sampai) diareal irigasi.

SISTEM JARINGAN IRIGASI


Dalam suatu jaringan irigasi dapat dibedakan adanya empat unsur fungsional pokok yakni :
- Bangunan-bangunan utama (head works) dimana air diambil dari sumbemya, umumnya
sungai atau waduk.
- Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air ke petak-petak tersier.
- Petak-petak tersier dengan sistim pembagian air dan sistim pembuangan kolektif; air irigasi
dibagi-bagi dan dialirkan ke sawah-sawah dan kelebihan air ditampung di dalam suatu
sistim pembuangan dalam petak tersier.
- Sistim pembuangan yang ada diluar daerah irigasi untuk membuang kelebihan air ke sungai
atau saluran-saluran alamo.
PETAK IRIGASI
Untuk menghubungkan bagian-bagian dari suatu jaringan irigasi dibuat suatu peta yang
biasanya disebut peta petak. Peta petak ini dibuat berdasarkan peta topografi yang dilengkapi
dengan garis-garis kontur dengan skala 1 : 2500, Peta petak tersebut memperlihatkan :
- Bangunan-bangunan utama
- Jaringan dan trase saluran irigasi
- Jaringan dan trase saluran pembuang
- Petak-petak primer, sekunder dan tersier
- Lokasi bangunan
- Batas-batas daerah irigasi
- Jaringan dan trase jalan
- Daerah-daerah yang tidak diairi (misal : desa-desa)
Petak irigasi Umumnya dibagi atas tiga bagian yaitu :
a. Petak Primer
Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil airnya langsung dari sumber air,
biasanya sungai. Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang mengambil air
langsung dari saluran primer. Daerah - daerah irigasi tertentu mempunyai dua saluran primer,
ini menghasilkan dua petak primer.
b. Petak Sekunder
Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau
sekunder. Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani oleh
satu saluran sekunder. Batas-batas petak sekunder pada umumnya berupa tanda-tanda
topografi yang jelas, misal saluran pembuang. Luas petak sekunder bisa berbedabeda
tergantung pada situasi daerah.
c. Petak Tersier
Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan sadap (off take) tersier.
Petak tersier harns terletak langsung berbatasan langsung dengan saluran sekunder atau
saluran primer, kecuali apabila petak-petas tersier tidak secara langsung terletak disepanjang
jaringan saluran irigasi utama. Petak tersier mempunyai batas-batas yang jelas misalnya : parit,
jalan, batas desa dan sesar medan.
Untuk menentukan layout, aspek-aspek berikut akan dipertimbangkan :
a. Luas petak tersier
b. Luas petak persier
c. Bentuk petak tersier yang optimal
d. Kondisi medan.

PETAK TERSIER YANG IDEAL


Dikatakan ideal jika masing-masing pemilikan sawah memiliki pengambilan sendiri dan dapat
membuang kelebihan air langsung ke jaringan pembuang. Juga para petani dapat mengangkut
hasil pertanian dan peralatan mesin atau temak mereka ke dan dari sawah melalui jalan petani
yang ada. Untuk mencapai pola pemilikan sawah yang ideal di dalam petak tersier, para petani
harus diyakinkan agar membentuk kembali petak-petak sawah mereka dengan cara saling
menukar bagian-bagian tertentu dari sawah mereka atau dengan cara-cara lain.

UKURAN DAN BENTUK PETAK TERSIER DAN KUARTER


Ukuran petak tersier bergantung pada besarnya biaya pelaksanaan jaringan irigasi dan
pembuang (utama dan tersier) serta biaya eksploitasi dan pemeliharaan jaringan.
Ukuran optimum suatu petak tersier adalah antara 50 - 100 ha. Ukurannya dapat ditambah
sampai maksimum 150 ha jika keadaan topografi memaksa demikian.
Dipetak tersier yang berukuran kecil, efisiensi irigasi akan menjadi lebih tinggi karena :
o Diperlukan lebih sedikit titik-titik pembagian air.
o Saluran-saluran yang lebih pendek menyebabkan kehilangan air yang lebih sedikit.
o Lebih sedikit petani yang terlibat, jadi kerja sarna lebih baik.
o Pengaturan (air) yang lebih baik sesuai dengan kondisi tanaman.
o Perencanaan lebih fleksibel sehubungan dengan batas-batas desa.
Bentuk optimal suatu petak tersier bergantung pada biaya minimum pembuatan saluran, jalan
dan box bagi. Apabila semua saluran kuarter diberi air dari satu saluran tersier, maka panjang
total jalan dan saluran menjadi minimum.
Dengan dua saluran tersier untuk areal yang sarna, maka panjang total jalan dan saluran akan
bertambah. Bentuk optimal petak tersier adalah bujur sangkar, karena pembagian air menjadi
sulit pada petak tersier berbentuk memanjang.
Ukuran petak kuarter bergantung kepada ukuran sawah, keadaan topografi, tingkat teknologi
yang dipakai, kebiasaan bercocok tanam, biaya pelaksanaan, sistem pembagian air dan
efisiensi. Ukuran optimum suatu petak kuarter adalah 8 - 15 ha. Lebar petak akan bergantung
pada cara pembagianair, yakni apakah air dibagi dari satu sisi atau kedua sisi saluran kuarter. Di
daerah-daerah datar atau bergelombang, petak kuarter dapat membagi air ke dua sisi. Dalam
hal ini lebar maksimum petak akan dibatasi sampai 400 m (2 x 200 m). Pada tanah terjal,
dimana saluran kuarter mengalirkan air ke satusisi saja, lebar maksimum diambil 300 m.
Panjang maksimum petak ditentukan oleh panjang saluran kuarter yang diisinkan (500 m).

Kriteria untuk pengembangan petak tersier :


Ukuran petak tersier ,............................................................... 50 - 100 ha
Ukuran petak kuarter,............................................................. 8 - 15 ha
Panjang saluran tersier ,...........................................................< 1500 m
Panjang saluran kuarter,........................................................... < 500 m
Jarak antar saluran & pembuang ,.........................

SALURAN IRIGASI
Jaringan Saluran Irigasi Utama
Saluran primer membawa air dari jaringan utama ke saluran sekunder dan ke petak-petak
tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada bangunan bagi yang terakhir
Saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke petak-petas tersier yang dilayani oleh
saluran sekunder tersebut. Batas saluran sekunder adalah pada bangunan sadap terakhir.
Saluran pembawa membawa air irigasi dari sumber air lain (bukan sumber yang memberi air
pada bangunan utama) kejaringan irigasi primer. Saluran muka tersier membawa air dari
bangunan sadap tersier ke petak tersier yang terletak diseberang petak tersier lainnya.
b. Jaringan Saluran Irigasi Tersier.
Saluran irigasi tersier membaa air dari bangunan sadap tersier di jaringan utama ke dalam petak
tersier lalu di saluran kuarter. Batas ujung saluran ini adalah box bagi kuarter yang terakhir.
Saluran kuarter membawa air daribox bagi kuarter melalui bangunan sadap tersier atau parit
sawah ke sawah.
c. Jaringan Saluran Pembuang Utama
Saluran pembuang primer mengalirkan air lebih dari saluran pembuang sekunder keluar daerah
irigasi. Saluran pembuang primer sering berupa saluran pembuang alam yang mengalirkan
kelebihan air ke sungai, anak sungai atau ke laut. Saluran pembuang sekunder menampung air
dari jaringan pembuang tersir dan membuang air tersebut ke pembuang primer atau langsung
ke pembuang alam dan keluar daerah irigasi.
d. Jaringan Saluran Pembuang Tersier
Saluran pembuang tersier terletak di dan antara petak-petek tersier yang termasuk dalam unit
irigasi sekunder yang sarna danmenampung air, baik dari pembuangan kuarter maupun dari
sawah-sawah. Air tersebut dibuang ke dalam jaringan pembuang sekunder. Saluran pembuang
sekunder menerima buangan air dari saluran pembuang kuarter yang menampung air langsung
dari sawah.

Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi


Kebutuhan air irigasi yang diambil untuk daerah irigasi sungai air Keban adalah periode harian
tengah bulanan. Untuk tata guna lahan di daerah ini masih di dominasi oleh tanaman kopi,
tetapi sebagian besar juga tanaman padi. Untuk tanaman padi di areal persawahan sedangkan
kopi memiliki areal tersendiri. Pola tanam masyarakatnya adalah padi-padi dengan musim
tanam 2 kali dalam setahun dengan jenis padi varietas biasa. Contoh perhitungan kebutuhan air
irigasi padi dimulai awal tanam pada bulan November periode 1:
Keterangan =
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

I. KESIMPULAN

1. Volume sampah yang dihasilkan setiap harinya di Kota Mataram sebesar 1126 m 3

dimana penyumbang terbesar adalah sampah rumah tangga yaitu sebesar 425m3/hr
sisianya terdiri dari sampah pasar, sampah perkotaan, sampah komersial, fasilitas
umum, penyuapan jalan, kawasan industri dan lain-lain.
2. Dalam penanganan sampah perkotaan / municipal solid waste (MSW) dapat di
tangani dengan 3R (Reduce, Reuse, Recycle)
3. Pemetaan sampah perkotaan dapat dilaksanakan dengan cara memetakan sebaran
sampah baik sampah di pasar, TPS, TPA dan juga sampah dari restoran, warung
makan, dll.

II. SARAN
1. Perlu adanya sosialisasi terkait penanganan sampah rumah tangga baik organic
maupun anorganik, yang dapat di gunakan kembali maupun dimanfaatkan.
2. Diadakannya bank sampah, sebagai kreatifitas masyarakat serta menambah
pemasukan keuangan dari hasil yang di dapatkan dari penjualan pemanfaatan
sampah.
3. Perlu kesadaran masyarakat didalam membuang sampah pada tempatnya, serta
pemahaman masyarakat akan kebersihan lingkungan sekitar.

DAFTAR PUSTAKA
1. Novita, Dian Marya Dan Damanhuri Enri. Perhitungan Nilai Kalor Berdasarkan Komposisi
Dan Karakteristik Sampah Perkotaan Di Indonesia Dalam Konsep Waste To Energy.
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan. Institut Teknologi Bandung. Bandung
2. Munawarah Pyo Apriliana, Sad Kurniati W Dan Una Zaida.2017.Ibm Kota Mataram Yang
Mengalami Masalah Sampah Rumah Tangga. Fakultas Ilmu Kehutanan, Universitas
Nusatenggara Barat. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Nusa Tenggara Barat.
Fakultas Ilmu Seni, Universitas Nusa Tenggara Barat
3. http://rationalbioenergy.com/6-2_collection.html
4. http://en.wikipedia.org/wiki/Municipal_solid_waste
5. http://www.epa.gov/osw/nonhaz/municipal/
6. https://paniradiakesmas.wordpress.com/2011/07/15/pengelolaan-sampah-perkotaan/
7. https://tirto.id/mengintip-kota-kota-gudang-sampah-di-indonesia-cE4o

Anda mungkin juga menyukai