Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah
yang cukup banyak mengganggu kesehatan masyarakat. Banyak orang
tidak menyadari bahwa dirinya menderita Hipertensi. Hal ini disebabkan
gejalanya yang tidak nyata dan pada stadium awal belum meninggalkan
gangguan yang serius pada kesehatannya (Gunawan, 2001 cit Khotimah,
2013). Hipertensi sering kali berakibat fatal dan apabila tidak segera
ditangani dapat menimbulkan kerusakan organ dalam tubuh seperti
jantung, ginjal, mata, dan pembuluh darah (Parsudi, 2009). Hipertensi 90%
tidak diketahui secara pasti faktor penyebabnya, namun menurut penelitian
yang telah ditemukan ada beberapa faktor penyebab hipertensi salah
satunya adalah gaya hidup yang tidak sehat (Yuliarti, 2011). Faktor yang
berpengaruh memicu terjadinya tekanan darah tinggi diantaranya faktor
genetik, jenis kelamin usia, tingkat stres, obesitas, dan konsumsi garam
serta alkohol. Tekanan darah tinggi memicu terjadinya penyakit
kardiovaskuler, gagal ginjal, stroke, dan kematian. Melihat kompleknya
tekanan darah tinggi atau hipertensi, dapat disimpulkan bahwa apabila
tidak dilakukan pengontrolan tekanan darah maka akan dapat
menimbulkan komplikasi dalam tubuh (Dripta, 2002 cit Hartin, 2011).
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai di
seluruh dunia. Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2011
prevelensinya mencapai 37,4 % dan 30% kematian di dunia disebabkan
oleh hipertensi tahun 2011. Di Indonesia sendiri hipertensi menduduki
peringkat ketiga penyebab kematian terbanyak dengan prevalensi sebesar
4,81% (Kemenkes, 2013).
Berdasarkan Profil Kesehatan Jawa Tengah (2013) menunjukkan
bahwa pravelensi hipertensi mengalami penurunan dari 1,96% pada tahun

1
2

2011 menjadi 1,67% pada tahun 2012 (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah, 2013).
Berdasarkan DKK Kabupaten Wonogiri termasuk salah satu
penderita hipertensi yang tertinggi di Jawa Tengah dengan prevelensi
sebesar 49,5%.
Menurut Riskesdas (2013), Sampai saat ini, hipertensi merupakan
tantangan besar di Indonesia karena merupakan kondisi yang sering
ditemukan pada pelayanan kesehatan primer. Sehingga diperlukan terapi
yang adekuat. Terapi farmakologis hipertensi dengan mengonsumsi obat-
obatan seperti, ß-blocker, ACE Inhibitor, Ca-channel blocker (CCB),
Angiotensin Receptor Blockers (ARB), Diuretik dan lain-lain. Obat-obatan
tersebut dapat menimbulkan berbagai efek samping. Selain itu, jika obat-
obatan terus diberikan pada kelompok lansia yang telah mengalami
penurunan fungsi organ, salah satunya ginjal, maka akan memperberat
fungsi organ tersebut. Sehingga, diperlukan terapi non farmakologis juga.
Terapi non-farmakologis berupa perubahan pola hidup, yaitu penurunan
berat badan jika obesitas, membatasi konsumsi alkohol, berhenti merokok,
dan berolahraga teratur.
Penatalaksanaan hipertensi berdasarkan hasil penelitian, maka
penelitian ini dapat disarankan kepada responden penelitian, dalam
penelitian ini penderita hipertensi dapat mengetahui fungsi dan manfaat
dari terapi farmakologi dan non farmakologi yaitu jus buah tomat serta
dapat membuatnya secara mandiri untuk membantu menurunkan tekanan
darah tinggi.
Adapun manfaat jus tomat untuk kesehatan diantaranya sebagai
mecegah kanker, selain itu merangsang sirkulasi darah dan membantu
menurunkan tekanan darah tinggi (Soebroto, 2012 cit Yusridawati, 2015).
Tomat merupakan salah satu jenis terapi herbal untuk menangani penyakit
hipertensi. Ekstrak tomat mempunyai kandungan seperti lykopen yang
efektif untuk menurunkan kolesterol, betakarotin dan vitamin E sebagai
antioksidan yang dapat mencegah aglutinasi darah, sehingga dapat
3

menurunkan tekanan darah. Kadar lykopen yang terkandung dalam tomat


merupakan salah satu alasan tomat digunakan sebagai alternatif untuk
mengurangi gejala hipertensi (Azwar Agoes, 2007).
Penelitian sebelumnya dari Anggara dan Prayitno (2013), yang
berjudul terapi jus tomat untuk menurunkan tekanan darah menunjukkan
bahwa kejadian hipertensi lebih banyak diderita oleh responden yang
asupan kaliumnya tidak sering (51,7%) dari pada responden yang asupan
kaliumnya sering (17,4%). Dari uji statistik diketahui bahwa ada hubungan
yang bermakna antara asupan kalium dengan tekanan darah dengan nilai
p:0,004 (p< 0,05). Zat selain kalium yang mungkin berperan juga dalam
menurunkan tekanan darah yaitu lykopen yang dalam penelitian ini tidak
diteliti. Lykopen merupakan antioksidan yang paling kuat diantara
antioksidan lain. Ada perbedaan kandungan lykopen antara tomat mentah
dan tomat matang. Selain itu, likopen tidak larut dalam air dan terikat kuat
dalam serat, kadar lykopen dalam jus tomat lima kali lebih banyak dari
pada dalam tomat segar. Efek anti inflamasi dari anti oksidan di dalam
lykopen ini dapat mengurangi kerusakan sel yang dapat memicu
aterosklerosis yang mengakibatkan tekanan darah meningkat. Lykopen
juga berperan dalam menurunkan LDL dan sebagai anti-aterosklerosis
dengan cara melindungi pembuluh endotel dari kerusakan, mengurangi
respon inflamasi, serta menghambat proliferasi sel otot halus (Lestari dan
Rahayuningsih cit Ilma dan Wirawanni, 2015)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Grace Sabilla
Aiska, tahun 2004 pada pasien hipertensi penurunan tekanan darah
sistolik 10,28 mmHg dan diastolik 3,49 mmHg dengan pemberian jus
tomat yang terbuat dari 150 g buah tomat dan 5 g gula pasir selama 2 hari
berturut-turut. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
mengambil judul ”Efektifitas Diet Jus Tomat Untuk Menurunkan
Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Selogiri Kabupaten
Wonogiri”.
4

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
menyusun karya tulis ilmiah dengan rumusan masalah Bagaimana
Efektivitas Diet Jus Tomat Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada
Pasien Hipertensi Di Selogiri Kabupaten Wonogiri?.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengetahui efektivitas diet jus tomat dalam menurunkan tekanan darah
pada penderita hipertensi.

Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik penderita hipertensi di selogiri.
2. Menganalisis efektivitas diet jus tomat terhadap penurunan tekanan
darah pada penderita hipertensi di selogiri.
3. Mengakaji pasien hipertensi di selogiri.
4. Menentukan diagnosa keperawatan pasien hipertensi di selogiri.
5. Menentukan tujuan pasien hipertensi di selogiri.
6. Menentukan intervensi keperawatan pasien hipertensi di selogiri.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pasien
Diharapkan karya tulis ini dapat memberi informasi kepada pasien
untuk dapat mencegah terjadinya tekanan darah yang semakin tinggi.
2. Bagi Profesi perawat
Hasil penulisan ini diharapkan dapat mendorong perawat untuk
mengembangkan diri dan bersikap profesional dalam memberikan
asuhan keperawatan khususnya pada penderita hipertensi.
5

3. Bagi Instansi Pendidikan


Hasil karya tulis ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
dalam mengembangkan ilmu keperawatan dimasa yang akan datang
dan meningkatkan kompetensi lulusan keperawatan.

E. Ruang Lingkup
Penelitian ini merupakan penelitian Keperawatan Herbal untuk
mengetahui efektifitas diet jus tomat untuk menurunkan tekanan darah
pada lansia berusia 55-75 tahun. Lokasi penelitian ini dilakukan di selogiri
kabupaten wonogiri. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan pre
eksperimen one grup pre test, post tes desain (perbedaan atau
membandingkan sebelum dan sesudah). Penelitian ini menggunakan
teknik purposive samping. Yang menjadi subjek pada penelitian ini adalah
beberapa lansia berumur 55-75 tahun di desa selogiri . Pra lansia dibawah
naungan di selogiri tahun 2018. Penelitian akan dilakukan pada bulan
maret 2019. Data yang diambil langsung dari sumbernya (responden) dan
data yang diambil secara langsung melalui tempat penelitian itu sendiri.
Penelitian ini menggunakan alat Aneroid Sphygmomanometer dan dengan
cara pemberian jus tomat.

F. Keaslian Penelitian
1. Dari hasil penelitian Wahyuni, Ferti Estri Suryani yang berjudul
“pengaruh pemberian terapi jus buah tomat terhadap penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi primer stage 1 di desa
monggot kecamatan geyer kabupaten grobogan” dengan hasil : rata-
rata tekanan darah responden sebelum dilakukan intervensi yaitu
sistole 147,10 mmHg dan diastole 87,20 mmHg. Rata-rata tekanan
darah setelah dilakukan intervensi terapi jus buah tomat sistole
menjadi 140/50 mmHg dan diastole 87,20 mmHg. Analisa bivariat
menunjukkan hasil p:0,011 (p<0,05). Penelitian ini berbeda pada
lokasi penelitian.

2. Dari hasil penelitian Grace Sabilla Aiska, Aryu Chandra yang berjudul
“perbedaan penurunan tekanan darah sistolik lanjut usia hipertensi
yang diberi jus tomat (lycopersicum commune) dengan kulit dan tanpa
kulit “ dengan hasil : Pada kelompok perlakuan I rata-rata tekanan
darah sistolik sebelum perlakuan 144,71 + 18,07 mmHg menjadi
134,71 + 17,72 mmHg setelah perlakuan sehingga terjadi penurunan
tekanan darah sistolik sebesar 10,00 + 7,91 mmHg dengan p=0,001.
6

Sedangkan pada kelompok perlakuan II rata-rata tekanan darah sistolik


sebelum perlakuan 140,59 + 20,45 mmHg menjadi 134,71 + 15,46
mmHg setelah perlakuan sehingga terjadi penurunan tekanan darah
sistolik sebesar 5,88 + 7,12 mmHg dengan p=0,008. Uji Man-Whitney
menunjukkan penurunan tekanan darah sistolik kedua kelompok
memiliki p=0,218. Penelitian ini berbeda pada intervensi.

3. Dari hasil penelitian Alina Dzulchilda Ilma, Yekti Wirawanni yang


berjudul “pengaruh pemberian jus mentimun dan tomat terhadap
tekanan darah perempuan overweight dan obesitas” dengan hasil : ada
penurunan sistol dan tekanan darah diastolik 17,84±9,09 mmHg
(p=0,000) dan 11,34±4,02 mmHg (p=0,000), sementara tidak ada
perbedaan yang signifikan pada tekanan sistolik dan diastolik tekanan
darah pada kelompok kontrol. Penelitian ini berbeda pada kelompok
kontrol.

Anda mungkin juga menyukai